Anda di halaman 1dari 2

Kelompok 2

1. Pak Riki : Berdasarkan salah satu temuan dari hasil observasi kelompok anda, ditemukan
bahwa Penempatan APAR tidak diberi label penanda, jika sesuai dengan peraturan yg
berlaku bagaimana penempatan label yang seharusnya ?
Jawabannya :
Bu Vivin : Sesuai dengan permenaker 4 tahun 1980 pasal 4 tentang Syarat-Syarat
Pemasangan Dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan, dijelaskan bahwa terdapat
beberapa syarat dalam penempatan APAR seperti harus ditempatkan pada posisi yang
mudah dilihat dengan jelas diberi label penanda berbentuk segitiga, kemudian ketinggian
apar maksimal 125 cm, alat pemadam api yang satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15
meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan Kerja.

2. Bu Nur Isniati Muliani : Yang saya lihat mesin pembangkit listrik itu menurut kalian cuma
hanya dikasih safetysign dikawasan tertentu atau diseluruh area?
Jawabannya :
Pak Yasin : Dalam UU No.1 Tahun 1970 pasal 3 Ayat 1 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja seharusnya pemberian safetysign tidak hanya pada area instalasi listrik tetapi juga
diletakan pada instrumen listrik, dan area tersebut yang berfungsi sebagai mencegah terkena
aliran listrik dan sebagai menyempurnakan pengamanan.

3. Bu Melda : Apakah setiap perusahaan wajib memiliki Ahli dan Teknisi K3 Listrik?
Jawabannya :
Pak Rafi : Dikarenakan PT. BAI memiliki pembangkit listrik sendiri dan memiliki kapasitas
tegangan yang cukup besar sehingga sesuai dengan Permenaker No 12 tahun 2015 pasal 7,
perusahaan yang memiliki pembangkit listrik lebih dari 200 (dua ratus) kilo Volt-Ampere
wajib mempunyai Ahli K3 bidang listrik. Sementara perusahaan yang memanfaatkan listrik
dan melakukan pekerjaan pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan, pemeriksaan,
pengujian dan perbaikan listrik harus memiliki Teknisi K3 Listrik.

4. Pak Indra : Pada bagian kontruksi bangunan itu yang saya lihat hanya ada ventulasi dari 1
pintu keluar masuk saja, apakah menurut kalian itu sudah cukup untuk segi penerangan dan
udaranya?
Jawabannya :
Pak Dimas : Dari observasi yang kami tangkap lewat vidio bukan hanya dari 1 pintu saja
tetapi ada ventilasi di samping apar jadi setiap bangunan memiliki ventilasi yang di lakukan
pemeliharaan dan pembersihan, pintu selain untuk keperluan keluar masuk dengan aman,
menjadi sumber penerangan dan masuknya angin sebagai sirkulasi udara, menurut
permenaker no 1 tahun 1980 pasal 5 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontruksi
Bangunan.

5. Bu Ida : Bagaimana cara PT. BAI menerapkan Penanggulangan kedaruratan kebakaran?


Jawabannya :
Bu Mita : Untuk menangani masalah K3 penanganan kebakaran perlu adanya petugas, atau
unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap usaha pencegahan kebakaran,
pemeliharaan proteksi kebakaran dan melakukan usaha pemadaman, pertolongan korban,
penyelamatan dokumen-dokumen dan harta benda. PT. BAI juga sudah memiliki Fire Safety
Management dan sudah memiliki tim Tanggap darurat kebakaran seperti (Komandan
Operasi, Tim Pemadam, Tim Evaluasi, Tim Peralatan, Tim Keamanan, Tim Penyelamat &
P3k, Tim Transportasi, Tim Pendukung, Tim Komunikasi) Mengacu pada PP 50 Tahun
2012 tentang Penerapan Sistem Managemen Kesehatan & Keselamatan Kerja dan
KEP.186/MEN/1999 tentang unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja.

 Note dari Bu Wiwin Diana-Kemenaker


1. Kondisi bangunan, hal-hl apa saja yang membahayakan ?
2. Ahli K3 konstruksi, ada berapa personal ? sudah dicek lisensinya ?
3. Berapa kVA Listrik yang digunakan ? siapa yang menguji ? Dilaporkan kemana hasil
ujinya ?
4. Apa saja tugas K3 listrik ?
5. Jenis potensi bahaya Listrik dan pengertiannya ?
6. Ada berapa penyalur petirnya ?
Sudah diperiksa belum?
Berapa tahun sekali?
7. APAR nya ada berapa yang digunakan ? Jenis APAR nya apa saja?
8. Unit penanggulangan kebakaran, berapa jumlahnya ?
Peran petugas kebakaran, apa saja ?
9. Apa saja klasifikasi tingkat potensi bahaya ?

Anda mungkin juga menyukai