Anda di halaman 1dari 9

309

eISSN : 2810 – 0204

Available Online at : http://journal.scientic.id/index.php/sciena/issue/view/4

Diare Pada Anak


Debie Anggraini1, Olivitari Kumala
1
Department of Clinical Pathology, Faculty of Medicine, Baiturrahmah University, Padang, Indonesia.
Correspondence address: Debie Anggraini Email: debieanggraini@fk.unbrah.ac.id

Abstrak

Diare didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah buang air besar yang terjadi akibat
adanya suatu infeksi. Seorang anak bisa dikatakan telah mengalami diare apabila volume buang air besarnya
terukur lebih besar dari 10 ml / kg per hari. Konsistensi tinja yang encer, banyak mengandung cairan (cair) dan
sering (pada umumnya buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam). Inspeksi feses merupakan pemeriksaan
yang sangat membantu. Pemeriksaan feses dibedakan menjadi tes spesifik dan tes non spesifik. Pemeriksaan
spesifik diantaranya tes untuk enzim pankreas seperti elastase feses. Pemeriksaan non spesifik diantaranya
osmolalitas tinja dan perhitungan osmotik gap mempunyai nilai dalam membedakan diare osmotik, sekretorik
dan diare factitious. Osmotik gap dapat dipergunakan untuk memperkirakan peranan elektrolit dan non elektrolit
dalam terjadinya retensi air didalam lumen intestinal. Pada diare sekretorik elektrolit yang tidak diabsorpsi
mempertahankan air dalam lumen, sedangkan pada diare osmotik komponen non elektrolit yang menyebabkan
retensi air. Osmotik gap pada diare osmotik >125 mosmol/kg, sedangkan pada diare sekretorik < 50 mosmol/kg.
Pada diare kronik dengan dugaan penyebab agen infeksius dilakukan kultur feses dan pemeriksaan mikroskopis.
Infeksi oleh protozoa seperti amoeba dan giardia lamblia dapat menimbulkan diare yang kronis. Pemeriksaan
tinja segar dalam 3 kali ulangan untuk menemukan telur, kista, parasit masih merupakan alat diagnostik utama
dengan sensitifitas 60-90%.

Katakunci - Diare anak, pemeriksaan laboratorium feses

Abstract

Diarrhea is defined as a condition in which an increase in the number of bowel movements occurs due to an
infection. A child can be said to have diarrhea if the volume of bowel movements measured is greater than 10
ml / kg per day. The consistency of watery stools, lots of fluid (liquid) and frequent (generally more than 3
bowel movements in 24 hours). Stool inspection is a very helpful examination. Stool examination is divided into
specific tests and non-specific tests. Specific tests include tests for pancreatic enzymes such as faecal elastase.
Non-specific examinations including stool osmolality and calculation of the osmotic gap have value in
differentiating osmotic, secretory and factitious diarrhea. The osmotic gap can be used to estimate the role of
electrolytes and non-electrolytes in the occurrence of water retention in the intestinal lumen. In secretory
diarrhea, electrolytes that are not absorbed retain water in the lumen, while in osmotic diarrhea the non-
electrolyte component causes water retention. Osmotic gap in osmotic diarrhea >125 mosmol/kg, whereas in
secretory diarrhea <50 mosmol/kg. In chronic diarrhea with suspected infectious agents, faecal culture and
microscopic examination are performed. Infections by protozoa such as amoeba and giardia lamblia can cause
chronic diarrhea. Fresh stool examination in 3 replicates to find eggs, cysts, parasites is still the main diagnostic
tool with a sensitivity of 60-90%.

Keywords - Children's diarrhea, stool laboratory examination

Scientific Journal
310 SCIENA, Vol I No 4
July 2022

I. DEFINISI DIARE Tabel 1. DERAJAT DEHIDRASI 16


Minimal Dehidrasi
Diare didefinisikan sebagai suatu keadaan atau Ringan- Dehidrasi
dimana terjadi peningkatan jumlah buang air tanpa Sedang. Berat.
Simptom
dehidrasi Kehilangan Kehilangan
besar yang terjadi akibat adanya suatu
Kehilanga BB 3%-9% BB>9%
infeksi. Seorang anak bisa dikatakan telah n BB<3%
mengalami diare apabila volume buang air
besarnya terukur lebih besar dari 10 ml / kg Normal,
Apathis,
lelah,
per hari. Konsistensi tinja yang encer, Kesadaran Baik
gelisah,
letargi, tidak
banyak mengandung cairan (cair) dan sering sadar
irritable
(pada umumnya buang air besar lebih dari 3 Takikardi,
kali dalam 24 jam).15 Denyut Normal- bradikardi
Normal
jantung meningkat pada kasus
II. KLASIFIKASI DIARE berat
Lemah,
Normal-
Berdasarkan waktunya, diare di bagi Kualitas nadi Normal
lemah
kecil, tidak
menjadi: teraba
 Diare Akut Normal
Normal-
Dalam
Pernafasan
Diare akut sering juga didefinisikan cepat
sebagai gastroenteritis, yaitu diare yang Sedikit Sangat
muncul cepat yang dapat disertai dengan Mata Normal
cowong cowong
beberapa gejala seperti mual, muntah,
Air mata Ada Berkurang Tidak ada
demam, dan nyeri abdomen yang
berlangsung selama kurang dari 14 hari. Mulut dan
Basah Kering
Sangat
Sekitar 80% disebabkan oleh virus lidah kering
sedangkan infeksi akibat bakteri lebih Segera Kembali <2 Kembali >2
sering bermanifestasi sebagai diare Cubitan kulit
kembali detik detik
berdarah.15
Capillary Memanjang,
Normal Memanjang
refill time minimal
 Diare Kronik
Keluarnya tinja air dan elektrolit yang Dingin,
Ekstremitas Hangat Dingin mottled,
hebat. Dengan frekuensi buang air besar sianotik
yang terus meningkat, konsistensi tinja
semakin lembek, atau volume tinja yang Urin Normal Berkurang Minimal
semakin bertambah dalam rentang waktu
yang lebih dari 14 hari.15 III. ETIOLOGI DIARE

 Diare Persisten Penyebab diare dapat dibagi menjadi


Diare persisten adalah adalah diare yang beberapa faktor :
mula-mula bersifat akut, namun
berlangsung lebih dari 14 hari. Dapat 3.1 Faktor Infeksi17
dimulai sebagai diare cair akut atau 3.1.1. Faktor enteral yaitu infeksi saluran
disentri. Diare persisten sering disebabkan pencernaan yang merupakan
oleh beberapa bakteri/ parasit yang masuk penyebab utama diare pada anak,
dalam tubuh seorang anak.15 infeksi enteral ini meliputi :
1) Infeksi bakteri, yaitu Aeromonas
Berdasarkan derajat dehidrasi yang di sp, Bacillus cereus, Clostridium
timbulkannya : perfringens, Escherichia coli,
Salmonella, Shigella,

Email : scientific.journal@scientic.id
SCIENA, Vol I No 4 311
July 2022

Staphylococcus aureus, dan Makanan atau zat yang tidak dapat diserap
Vibrio cholerae. akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
2) Infeksi Virus, yaitu Astrovirus, rongga usus meninggi, sehingga terjadi
Koronavirus, Adenovirus enterik pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga
dan Rotavirus. usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini
3) Infeksi Parasit, yaitu : akan merangsang usus untuk
a. Cacing perut : Ascaris mengeluarkannya sehingga timbul diare.
lumbricoides, Trichuris
trichiura, Strongyloides 4.2 Gangguan sekresi
stercoralis dan Ancylostoma Rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada
duodenale dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi
b. Jamur : Candida albicans air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
c. Protozoa : Entamoeba selanjutnya diare timbul karena terdapat
histolytica, Giardia lamblia, peningkatan isi rongga usus.
Balantidium coli dan
Cryptosporidium 4.3 Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan
3.1.2 Infeksi Parenteral yaitu infeksi di berkurangnya kesempatan usus untuk
bagian tubuh lain di luar alat menyerap makanan, sehingga timbul diare.
pencernaan, seperti Otitis Media Sebaliknya bila peristaltik usus menurun
Akut (OMA), tonsilo faringitis, akan mengakibatkan bakteri tumbuh
bronko pneumonia, ensefalitis dan berlebihan yang selanjutnya dapat
sebagainya, keadaan ini terutama menimbulkan diare pula.
terdapat pada bayi dan anak
berumur di bawah 2 tahun.18 Patogenesis diare akut
a. Masuknya jasad renik yang masih hidup
3.2 Faktor Mal absorbsi18 ke dalam usus halus setelah berhasil
3.2.1 Mal absorbsi karbohidrat: melewati rintangan asam lambung
Disakarida (Intoleransi laktosa, b. Jasad renik tersebut berkembang biak
maltosa, sukrosa), Monosakarida (multiplikasi) di dalam usus halus
(Intoleransi glukosa, fruktosa dan c. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin
galaktosa), pada bayi dan anak yang (toksin diaregenik)
terpenting dan tersering adalah d. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi
intoleransi laktosa. yang selanjutnya akan menimbulkan diare
3.2.2 Mal absorbsi lemak
3.2.3 Mal absorbsi protein. Patogenesis diare kronis
Lebih kompleks dan faktor-faktor yang
3.3 Faktor pemberian antibiotik oral menimbulkannya ialah infeksi bakteri,
dengan dosis dan lama pemberian yang parasit, malabsorbsi, malnutrisi, dan lain-
tidak adekuat, seperti pada kasus diare lain.
yang sering disebabkan oleh
Clostridium Difficile Associated V. PATOFISIOLOGI 18
Diarrhea (CDAD).19
Sebagai akibat diare baik akut atau kronis
IV. PATOGENESIS18 akan terjadi :
5.1 Kehilangan air dan elektrolit serta
Mekanisme dasar yang menyebabkan gangguan asam basa yangg
timbulnya diare : menyebabkan dehidrasi, asidosis
4.1 Gangguan osmotik metabolik dan hipokalemia.

Scientific Journal
312 SCIENA, Vol I No 4
July 2022

dikaitkan dengan norovirus, beberapa bakteri


5.2 Gangguan sirkulasi darah dapat berupa penghasil enterotoksin.20
renjatan hipovolemik atau pra-renjatan
sebagai akibat diare dengan atau tanpa Bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah,
disertai dengan muntah, perfusi suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu
jaringan berkurang sehingga hipoksia makan berkurang atau tidak ada, kemudian
dan asidosis metabolik bertambah timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai
berat, gangguan peredaran darah otak lendir dan atau darah. Warna tinja makin
daoat terjadi berupa kesadaran lama makin berubah menjadi kehijau-hijauan
menurun (soporokomatosa) dan bila karena bercampur dengan empedu. Anus dan
tidak cepat diobati dapat berakibat daerah sekitarnya menjadi lecet karena
kematian. seringnya defekasi dan tinja makin lama
makin asam sebagai akibat makin banyaknya
5.3 Gangguan gizi yang terjadi akibat asam laktat, yang berasal dari laktosa yang
keluarnya cairan berlebihan karena tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.
diare dan muntah, terkadang Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau
orangtuanya menghentikan pemberian sesudah diare dan dapat disebabkan oleh
makanan karennna takut bertambahnya lambung yang turut meradang atau akibat
muntah dan diare pada anak atau gangguan keseimbangan asam basa dan
apabila makanan tetap diberikan dalam elektrolit. Bila penderita telah banyak
bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
lebih sering terjadi pada anak yang dehidrasi mulai tampak. Gejala dehidrasi
sebelumnya telah menderita malnutrisi yaitu :
atau bayi dengan gagal berambah berat a. Berat badan turun
badan. Sebagai akibat dari b. Turgor kulit berkurang
hipoglikemia dapat terjadi edema otak c. Mata dan ubun-ubun besar menjadi
yang dapatb mengakibatkan kejang dan cekung
koma. d. Selaput lendir bibir dan mulut serta
kulit tampak kering
VI. GEJALA KLINIS
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang
Sebagian besar manifestasi klinis yang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan,
muncul pada kasus diare berkaitan erat sedang dan berat, sedangkan berdasarkan
dengan jenis pathogen yang menginfeksi dan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi
seberapa besar tingkat infeksi tersebut. dehidrasi hipotonik, isotonik dan
Manifestasi tambahan tergantung pada hipertonik.18
perkembangan komplikasi (seperti dehidrasi
dan ketidakseimbangan elektrolit) dan sifat VII. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
patogen yang menginfeksi. Biasanya,
penyerapan toksin sebelum terbentuk Pemeriksaan tinja
dikaitkan dengan onset mual dan muntah Inspeksi feses merupakan pemeriksaan yang
yang cepat dalam waktu 6 jam, dengan sangat membantu. Pemeriksaan feses
kemungkinan demam, kram perut setelah dibedakan menjadi tes spesifik dan tes non
periode inkubasi 8-16 jam dikaitkan dengan spesifik. Pemeriksaan spesifik diantaranya
produksi enterotoksin. Clostridium tes untuk enzim pankreas seperti elastase
perfringens dan bacillus cereus memiliki feses. Pemeriksaan non spesifik diantaranya
gejala berupa kram andomial dan diare berair osmolalitas tinja dan perhitungan osmotik
setelah periode inkubasi 16-48 jam dapat gap mempunyai nilai dalam membedakan
diare osmotik, sekretorik dan diare factitious.

Email : scientific.journal@scientic.id
SCIENA, Vol I No 4 313
July 2022

Osmotik gap dapat dipergunakan untuk


memperkirakan peranan elektrolit dan non IX. PENATALAKSANAAN DIARE16
elektrolit dalam terjadinya retensi air
didalam lumen intestinal. Pada diare Departemen Kesehatan mulai melakukan
sekretorik elektrolit yang tidak diabsorpsi sosialisasi Panduan Tata Laksana
mempertahankan air dalam lumen, Pengobatan Diare pada balita yang baru
sedangkan pada diare osmotik komponen didukung oleh Ikatan Dokter Anak
non elektrolit yang menyebabkan retensi air. Indonesia, dengan merujuk pada panduan
Osmotik gap pada diare osmotik >125 WHO. Tata laksana ini sudah mulai
mosmol/kg, sedangkan pada diare sekretorik diterapkan di rumah sakit-rumah sakit.
< 50 mosmol/kg. Pada diare kronik dengan Rehidrasi bukan satu-satunya strategi dalam
dugaan penyebab agen infeksius dilakukan penatalaksanaan diare. Memperbaiki kondisi
kultur feses dan pemeriksaan mikroskopis. usus dan menghentikan diare juga menjadi
Infeksi oleh protozoa seperti amoeba dan cara untuk mengobati pasien. Untuk itu,
giardia lamblia dapat menimbulkan diare Departemen Kesehatan menetapkan lima
yang kronis. Pemeriksaan tinja segar dalam 3 pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus
kali ulangan untuk menemukan telur, kista, diare yang diderita anak balita baik yang
parasit masih merupakan alat diagnostik dirawat di rumah maupun sedang dirawat di
utama dengan sensitifitas 60-90%.21 rumah sakit, yaitu:

VIII. KOMPLIKASI 9.1 Rehidrasi dengan oralit baru, dapat


mengurangi rasa mual dan muntah.
Kehilangan cairan dan elektrolit yang secara Berikan segera bila anak diare, untuk
mendadak dapat mengakibatkan berbagai mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit
macam komplikasi, diantaranya komplikasi formula lama dikembangkan dari kejadian
yang paling sering muncul adalah dehidrasi luar biasa diare di Asia Selatan yang
baik dehidrasi ringan, sedang, ataupun berat. terutama disebabkan karena disentri, yang
Komplikasi yang muncul tergantung pada menyebabkan berkurangnya lebih banyak
cepat lambatnya penangan terhadap pasien, elektrolit tubuh, terutama natrium. Diare
pada keadaan lanjut renjatan hipovolemik yang lebih banyak terjadi akhir-akhir ini
dapat terjadi sebagai akibat dari makin dengan tingkat sanitasi yang lebih banyak
berkurangnya volume darah. terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi
yang lebih baik adalah disebabkan oleh
Komplikasi lainnya yang sering terjadi karena virus. Diare karena virus tersebut
adalah hipokalemia, yaitu suatu kedaan tidak menyebabkan kekurangan elektrolit
dimana kadar kalium dalam darah rendah seberat pada disentri. Para ahli diare
dengan gejala meteorismus (kembung perut mengembangkan formula baru oralit dengan
karena pengumpulan gas secara berlebihan tingkat osmolarits yang lebih rendah.
dalam lambung dan usus), hipotonik otot, Osmolaritas larutan baru lebih mendekati
lemah, bradikardi, perubahan pada osmolaritas plasma, sehingga kurang
elektrokardiogram. Serta beberapa gejala menyebabkan risiko terjadinya
lainnya seperti hipoglikemia, Kejang hipernatremia.
terutama pada hidrasi hipotonik,22 malnutrisi
energi protein, karena selain diare dan Oralit baru ini adalah oralit dengan
muntah, penderita juga mengalami kelaparan osmolaritas yang rendah. Keamanan oralit
(masukan makanan berkurang, pengeluaran ini sama dengan oralit yang selama ini
bertambah), intoleransi laktosa sekunder, digunakan, namun efektivitasnya lebih baik
sebagai akibat defesiensi enzim laktase daripada oralit formula lama. Oralit baru
karena kerusakan vili mukosa usus halus.18 dengan low osmolaritas ini juga menurunkan

Scientific Journal
314 SCIENA, Vol I No 4
July 2022

kebutuhan suplementasi intravena dan memelihara kehidupan yang optimal. Meski


mampu mengurangi pengeluaran tinja hingga dalam jumlah yang sangat kecil, dari segi
20% serta mengurangi kejadian muntah fisiologis, zink berperan untuk pertumbuhan
hingga 30%. Selain itu, oralit baru ini juga dan pembelahan sel, anti oksidan,
telah direkomendasikan oleh WHO dan perkembangan seksual, kekebalan seluler,
UNICEF untuk diare akut non-kolera pada adaptasi gelap, pengecapan, serta nafsu
anak. makan. Zink juga berperan dalam sistem
kekebalan tubuh dan merupakan mediator
Tabel 2. Komposisi Oralit Baru potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Oralit Baru Osmolaritas Rendah Mmol/liter
Natrium 75 Dasar pemikiran penggunaan zink dalam
Klorida 65 pengobatan diare akut didasarkan pada
Glucose, anhydrous 75 efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap
Kalium 20 struktur dan fungsi saluran cerna dan
Sitrat 10 terhadap proses perbaikan epitel saluran
Total Osmolaritas 245 cerna selama diare. Pemberian zink pada
diare dapat meningkatkan aborpsi air dan
Ketentuan pemberian oralit formula baru: elektrolit oleh usus halus, meningkatkan
 Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru kecepatan regenerasi epitel usus,
 Larutkan 1 bungkus oralit formula baru meningkatkan jumlah brush border apical,
dalam 1 liter air matang, untuk dan meningkatkan respon imun yang
persediaan 24 jam. mempercepat pembersihan patogen dari
 Berikan larutan oralit pada anak setiap usus. Pengobatan dengan zink cocok
kali buang air besar, dengan ketentuan diterapkan di negara-negara berkembang
sebagai berikut: seperti Indonesia yang memiliki banyak
o Untuk anak berumur < 2 tahun: masalah terjadinya kekurangan zink di dalam
berikan 50-100 ml tiap kali BAB tubuh karena tingkat kesejahteraan yang
o Untuk anak 2 tahun atau lebih: rendah dan daya imunitas yang kurang
berikan 100-200 ml tiap BAB memadai. Pemberian zink dapat menurunkan
 Jika dalam waktu 24 jam persediaan frekuensi dan volume buang air besar
larutan oralit masih tersisa, maka sisa sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya
larutan harus dibuang. dehidrasi pada anak.

9.2 Zink diberikan selama 10 hari Dosis zink untuk anak-anak:


berturut-turut. Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2
Zink mengurangi lama dan beratnya diare. tablet) per hari
Zink juga dapat mengembalikan nafsu Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet)
makan anak. Penggunaan zink ini memang per hari
popular beberapa tahun terakhir karena
memiliki evidence based yang bagus. Zink diberikan selama 10-14 hari berturut-
Beberapa penelitian telah membuktikannya. turut meskipun anak telah sembuh dari diare.
Pemberian zink yang dilakukan di awal masa Untuk bayi, tablet zink dapat dilarutkan
diare selama 10 hari ke depan secara dengan air matang, ASI, atau oralit. Untuk
signifikan menurunkan morbiditas dan anak-anak yang lebih besar, zink dapat
mortalitas pasien. Ditemukan bahwa dikunyah atau dilarutkan dalam air matang
pemberian zink pada pasien anak penderita atau oralit.
kolera dapat menurunkan durasi dan jumlah
tinja/cairan yang dikeluarkan. Zink termasuk 9.3 Air susu ibu dan makanan tetap
mironutrien yang mutlak dibutuhkan untuk diteruskan

Email : scientific.journal@scientic.id
SCIENA, Vol I No 4 315
July 2022

Sesuai umur anak dengan menu yang sama Air susu ibu mempunyai khasiat preventif
pada waktu anak sehat untuk mencegah secara imunologik dengan adanya antibodi
kehilangan berat badan serta pengganti dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI
nutrisi yang hilang. Pada diare berdarah turut memberikan perlindungan terhadap
nafsu makan akan berkurang. Adanya diare. Bayi yang baru lahir, pemberian ASI
perbaikan nafsu makan menandakan fase secara penuh mempunyai daya lindung 4 x
kesembuhan. lebih besar terhadap diare daripada
pemberian ASI yang disertai dengan susu
9.4 Antibiotik botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui
Jangan diberikan kecuali ada indikasi mencegah tumbuhnya bakteri penyebab
misalnya diare berdarah atau kolera. diare. Bayi yang tidak diberi ASI secara
Pemberian antibiotik yang tidak rasional penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan,
justru akan memperpanjang lamanya diare risiko mendapat diare adalah 30 x lebih
karena akan mengganggu keseimbangan besar. Pemberian susu formula merupakan
flora usus dan Clostridium difficile yang cara lain dari menyusui. Penggunaan botol
akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit untuk susu formula, biasanya menyebabkan
disembuhkan. Selain itu, pemberian risiko tinggi terkena diare sehingga
antibiotik yang tidak rasional akan mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
mempercepat resistensi kuman terhadap
antibiotik, serta menambah biaya pengobatan 10.2 Makanan Pendamping ASI
yang tidak perlu. Pada penelitian multipel Pemberian makanan pendamping ASI adalah
ditemukan bahwa telah terjadi peningkatan saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan
resistensi terhadap antibiotik yang sering dengan makanan orang dewasa. Pada masa
dipakai seperti ampisilin, tetrasiklin, tersebut merupakan masa yang berbahaya
kloramfenikol, dan trimetoprim bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan
sulfametoksazole dalam 15 tahun ini. pendamping ASI dapat menyebabkan
Resistensi terhadap antibiotik terjadi melalui meningkatnya resiko terjadinya diare
mekanisme berikut: inaktivasi obat melalui ataupun penyakit lain yang menyebabkan
degradasi enzimatik oleh bakteri, perubahan kematian. Perilaku pemberian makanan
struktur bakteri yang menjadi target pendamping ASI yang baik meliputi
antibiotik dan perubahan permeabilitas perhatian kapan, apa, bagaimana makanan
membrane terhadap antibiotik. pendamping ASI diberikan.

9.5 Nasihat pada ibu atau pengasuh 10.3 Menggunakan air bersih yang cukup
Nasihat pada ibu atau pengasuh kembali Sebagian besar kuman infeksius penyebab
segera jika demam, tinja berdarah,berulang, diare ditularkan melalui jalur fekal oral.
makan atau minum sedikit, sangat haus, Mereka dapat ditularkan dengan
diare makin sering, atau belum membaik memasukkan kedalam mulut, cairan atau
dalam 3 hari. benda yang tercemar dengan tinja, misalnya
air minum, jari-jari tangan, makanan yang
X. PENCEGAHAN DIARE23 disiapkan dalam panci yang dicuci dengan
air yang tercemar. Yang harus diperhatikan
Pencegahan diare bertujuan untuk oleh keluarga :
tercapainya angka kesakitan. Upaya kegiatan a. Ambil air dari sumber air bersih
pencegahan diare, yaitu: b. Ambil dan simpan air dalam tempat
bersih dan tertutup serta gunakan gayung
khusus untuk mengambil air
10.1 Pemberian air susu ibu

Scientific Journal
316 SCIENA, Vol I No 4
July 2022

c. Pelihara atau jaga sumber air dari dapat mencegah diare. Oleh karena itu beri
pencemaran oleh binatang dan untuk anak imunisasi campak segera setelah
mandi anak-anak berumur 9 bulan.
d. Gunakan air yang direbus
e. Cuci semua peralatan masak dan makan DAFTAR PUSTAKA
dengan air yang bersih dan cukup [1] Pati, G. P. P., Dk, N. R., Hartantyo, I. &
Soemantri, A. Peran Ibu Terhadap Durasi Diare
Akut Anak Umur 6-24 Bulan Selama Perawatan.
10.4 Mencuci tangan Fakultas kedokteran Universitas Diponegoro.
Kebiasaan berhubungan dengan kebersihan Semarang. 2013; Volume 15.
perorangan penting dalam penularan kuman [2] Sukoharjo, B. K. Hubungan Sanitasi Lingkungan
diare adalah mencuci tangan. Mencuci Dan Faktor Budaya Dengan Kejadian Diare
Pada Anak Balita Di Desa Toriyo Kecamatan
tangan dengan sabun, terutama sesudah Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Fakultas
buang air besar, sesudah membuang tinja Kedokteran Universitas Muhammadiyah.
anak, sebelum menyiapkan makanan, Semarang. 2010; Volume 1.
sebelum menyuapi makan anak dan sebelum [3] Kamilla, Laila. Hubungan Praktek Personal
makan, mempunyai dampak dalam kejadian Hygiene Ibu dan Kondisi Sanitasi Lingkungan
Rumah dengan Kejadian Diare pada Balita di
diare. Puskesmas Kampung Dalam Kecamatan
Pontianak Timur. Universitas Diponegoro.
10.5 Menggunakan jamban Semarang. 2012; Volume 11.
Pengalaman di beberapa negara [4] Kementrian Kesehatan RI. 2011. Situasi Diare di
membuktikan bahwa upaya penggunaan Indonesia. Jakarta : Buletin Jendela data dan
Informasi Kesehatan; Volume 2.
jamban mempunyai dampak besar dalam [5] Dinas Kesehatan Sumatra Barat. 2014. Profil
penurunan resiko terhadap penyakit diare. Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. Padang.
[6] Dinas Kesehatan Kabupaten Solok. 2015. Profil
Yang harus diperhatikan oleh keluarga : Kesehatan Kabupaten Solok. Arosuka
a. Keluarga harus mempunyai jamban [7] Puskesmas Bukit Sileh. 2015. Laporan Bulanan
Puskesmas Bukit Sileh I. Bukit Sileh.
yang berfungsi baik dan dapat di pakai [8] Puskesmas Bukit Sileh. 2016. Laporan Bulanan
oleh seluruh anggota keluarga Puskesmas Bukit Sileh I. Bukit Sileh.
b. Bersihkan jamban secara teratur [9] Puskesmas Bukit Sileh. 2017. Laporan Bulanan
c. Bila tidak ada jamban, jangan biarkan Puskesmas Bukit Sileh I. Bukit Sileh.
anak-anak pergi ke tempat buang air [10] Puskesmas Bukit Sileh.2017. Data
Kependudukan. Bukit Sileh.
besar sendiri, buang air besar hendaknya [11] Adisasmito, W. Faktor Risiko Diare Pada Bayi
jauh dari rumah, jalan setapak dan Dan Balita Di Indonesia.Universitas Indonesia.
tempat anak-anak bermain serta lebih Depok. 2007; Volume 11.
kurang 10 meter dari sumber air, hindari [12] Yulin Mus, Agriati. Gambaran Perilaku Ibu
buang air besar tanpa alas kaki. Rumah Tangga Tentang Penanggulangan Diare
Pada Balita Di Desa Mangon Kecamatan
Sanana Kabupaten Kepulauan Sula Provinsi
10.6 Membuang tinja bayi yang benar Maluku Utara.Universitas Sam Ratulangi.
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi Manado.2011; Volume 1.
itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar [13] Laily, N., Rahmah, M., Luthviatin, N. &
karena tinja bayi dapat pula menularkan Ririanty, M. Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Ibu Balita Tentang Diare Terhadap Tindakan
penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Pemberian Cairan Rehidrasi pada Anak Balita
Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan Diare. Universitas Jember. Patrang. 2013.
benar. [14] Jimung, M. Analisis Hubungan Antara Faktor
Sanitasi Air Bersih, pengetahuan dan perilaku
10.7 Cakupan Pemberian Imunisasi Ibu Terhadap Penyebab Diare pada Anak Balita
di Wilayah Kerja Rumah sakit Fatima Kota
Campak Parepare. Universitas Hasanudin. Makasar.
Diare sering timbul menyertai campak, 2011; Volume 7.
sehingga pemberian imunisasi campak juga [15] Roberton, D.M. 2008. Practical Paediactrics.

Email : scientific.journal@scientic.id
SCIENA, Vol I No 4 317
July 2022

Philadelphia : Elsevier.
[16] Juffrie, M.M. 2009. Buku Ajar Gastroenterologi
Hepatologi. Jakarta : Ikatan Dokter Anak
Indonesia ; Volume 1.
[17] Nelson. 2016. Text Book of Pediattrics.
Philadelphia : Elsevier.
[18] Suharyono. 2008. Diare Akut Klinik dan
laboratorik. Jakarta : Rineka Cipta.
[19] Jurnalis, Y. D., Bachtiar, H. & Putra, A. E.
Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya
Infeksi Clostridium Difficile pada Penderita
Diare akibat Antibiotik. Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas. Padang. 2014; Volume 15.
[20] Kliegman, R. M. 2007. Nelson Text Book of
Pediatrics. Philadelphia : Saunders.
[21] wiryani, N.C, Wibawa. Pendekatan Diagnostik
dan Terapi Diare Kronis. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana. Denpasar. 2007; Volume
1.
[22] Manoppo, J. I. C. Profil Diare Akut dengan
Dehidrasi Berat di Ruang Perawatan Intensif
Anak. Departemen Ilmu Kesehatan Anak.
Manado. 2010; Volume 12. h 157-161.
[23] Yamin, A. et al. Upaya Ibu yang Memiliki Balita
dalam Pencegahan dan Penanggulangan Diare.
Upaya Ibu yang Memiliki Balita dalam
Pencegah. dan Penanggulangan Diare 10, 28–
37 (2008).
[24] Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Asdi Mahasatya.
[25] Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori
dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
[26] Adirpadana, M. R. Hubungan Antara
Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Perilaku
Masyarakat Dalam Pemanfaatan Prasarana
Instalasi Pengolahan Air Limbah Di Wilayah
Kartamantul. Jakarta. 2013. Volume 2, h 183–
187.
[27] Sopiyudin. 2016. Besar Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan 2. Jakarta:
Arkans.
[28] Palancoi, Najamuddin Andi. Hubungan antara
Pengetahuan dan Lingkungan dengan Kejadian
Diare Akut Pada Anak di Kelurahan
Pabbundukang Kecamatan Pangkajene
Kabupaten Pangkep. Faklutas Ilmu Kesehatan
UIN Alauiddin. Makasar. 2014; Volume 7.
[29] Haryanti, T.,Sunardi. Hubungan Pengetahuan
dan Sikap Ibu dengan Kejadian Diare pada
Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Polokarto Kabupaten Sukoharjo . Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Veteran
Bangun Nusantara Sukoharjo. Sukoharjo. 2009.

Scientific Journal

Anda mungkin juga menyukai