Anda di halaman 1dari 17

DEHIDRASI

1. Definisi
Dehidrasi adalah gangguan keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Penyebabnya adalah
pengeluaran air/cairan lebih banyak daripada pemasukan (melalui minum). Dehidrasi lebih
mudah terjadi pada anak-anak dan wanita karena di dalam tubuhnya banyak mengandung lemak
yang hanya mengandung 20% air.

2. Tanda Dehidrasi
Menurut Wilmore JH. (2007: 216) ada sepuluh tanda tubuh saat mengalami dehidrasi, adalah
sebagai berikut:
a. Mulut kering dan lidah bengkak adalah sinyal tubuh mengalami dehidrasi. Cara terbaik untuk
menghindari dehidrasi adalah minum ketika haus. Tapi jika sudah minum masih ada tanda-
tanda dehidrasi, bisa jadi ada faktor lain yang menjadi masalahnya.
b. Urine berwarna kuning pekat, apabila tubuh mengalami dehidrasi, ginjal akan mencoba
menghemat air atau menghentikan produksi urine. Akibatnya urine akan berwarna menjadi
lebih gelap atau kuning pekat.
c. Sembelit (sukar buang air besar), ketika tubuh cukup air, makanan yang dimakan akan
bergerak bebas. Usus besar (kolon) akan menyerap air dari makanan yang dimakan dan
kemudian mengeluarkan limbah berupa feses. Ketika mengalami dehidrasi, usus besar akan
menghemat air yang menyebabkan feses menjadi keras dan kering. Hasilnya adalah sembelit.
d. Kulit menjadi kurang elastis. Dokter dapat menggunakan elastisitas kulit untuk mengetes
dehidrasi dengan cara mencubitnya. Jika kondisi normal, maka saat mencubit kulit di
punggung tangan lalu dilepaskan lagi akan kembali normal. Tapi ketika kulit mengalami
dehidrasi, saat dicubit lalu dilepaskan akan lambat normalnya. Meskipun ini bukan tes terbaik
dehidrasi tapi elastisitas kulit masih merupakan tanda yang baik jika terjadi dehidrasi.
e. Jantung Berdebar-debar. Jantung membutuhkan tubuh yang sehat dan normal agar berfungsi
dengan benar. Jika terjadi penurunan aliran darah dan perubahan kadar elektrolit karena
dehidrasi, biasanya jantung akan berdebar-debar.
f. Kram otot atau Kejang-kejang. Meski belum diketahui pasti bagaimana dehidrasi
mempengaruhi fungsi otot tapi diduga terkait dengan ketidakseimbangan elektrolit. Elektrolit
seperti natrium dan kalium adalah ion yang bermuatan listrik yang membuat otot bekerja. Jika
mengalami dehidrasi kronis, maka terjadi ketidakseimbangan elektrolit yang dapat
menyebabkan kram otot atau kejang yang terus menerus. Kondisi ini banyak terjadi setelah
orang selesai melakukan latihan atau olahraga.
g. Pusing, Dehidrasi juga bisa menyebabkan pusing atau pingsan. Salah satu tanda-tanda
dehidrasi adalah tubuh merasa melayang ketika buru-buru berdiri dari posisi duduk atau tidur.
h. Lelah, Dehidrasi kronis akan membuat volume darah dan tekanan darah ikut turun yang
membuat pasokan oksigen ke darah juga turun. Tanpa oksigen yang cukup, otot dan fungsi
saraf akan bekerja lambat sehingga orang menjadi lebih mudah lelah.
i. Air mata kering. Air mata digunakan untuk membersihkan dan melumasi mata. Jika cairan di
tubuh kurang, bisa membuat produksi air mata terhenti.
j. Badan selalu merasa kepanasan. Air memainkan peran kunci dalam mengatur suhu tubuh.
Ketika tubuh mulai panas kulit akan berkeringat. Dengan berkeringat, maka suhu tubuh akan
turun lagi. Karena keringat sebagian besar terdiri dari air, maka saat mengalami dehidrasi,
tubuh akan berhenti mengeluarkan keringat yang membuat badan akan merasa kepanasan.

3. Klasifikasi Dehidrasi
Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003
Minimal atau tanpa
Dehidrasi Ringan–Sedang, Dehidrasi Berat,
Simptom dehidrasi, Kehilangan
Kehilangan BB 3-9% Kehilangan BB > 9%
BB < 3%
Normal, lelah,
Kesadaran Baik Apatis, letargi, tidak sadar
gelisah, irritable
Takikardi, bradikardia
Denyut Jantung Normal Normal - meningkat
pada kasus berat
Kualitas nadi Normal Normal – melemah Lemah, kecil, tidak teraba
Pernafasan Normal Normal – cepat Dalam
Mata Normal Sedikit cowong Sangat cowong
Air mata Ada Berkurang Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Cubitan kulit Segera kembali Kembali < 2 detik Kembali > 2 detik
Capillary refill Normal Memanjang Memanjang, minimal
Dingin, mottled,
Ekstremitas Normal Dingin
sianotik
Kencing Normal Berkurang Minimal
Sumber: adaptasi dari Dugaan C, Santosham M, Glaso RI, MMWR 1992 dan WHO 1995

Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995


Penilaian A B C
Lihat:
* Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau tidak sadar
*mata Normal Cekung Sangat cekung dan kering
*air mata Ada Tidak ada Tidak ada

*mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering


*rasa haus Minum biasa Haus, ingin Malas minum atau
(tidak haus) minum banyak tidak bisa minum

Periksa : turgor Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat


kulit
Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan sedang Dehidrasi berat

Terapi Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C

Sumber: adaptasi dari Dugaan C, Santosham M, Glaso RI, MMWR 1992 dan WHO 1995
Penentuan derajat dehidrasi menurut system pengakaan-Maurice King (1974)
Bagian tubuh yang Nilai untuk gejala yang ditemukan
diperiksa 0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng, Mengigau, koma,
apatis, atau syok
ngantuk
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering & sianosis
Denyut nadi/menit Kuat < 120 Sedang 1(120-140) Lemah > 140
Sumber: Sunoto 1991
Hasil yang didapat pada penderita diberi angka 0, 1, atau 2 sesuai dengan tabel, kemudian
dijumlahkan. Bilai nilai 0-2 maka ringan, 3-6 maka sedang dan 7-12 adalah berat.

4. Klasifikasi Dehidrasi Anak dengan Diare beserta Tatalaksana

a. Diare dengan Dehidrasi Berat


Anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena secara cepat dengan
pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral segera setelah anak membaik. Pada
daerah yang sedang mengalami KLB kolera, berikan pengobatan antibiotik yang efektif terhadap
kolera.
 Diagnosis
Jika terdapat dua atau lebih tanda berikut, berarti anak menderita dehidrasi berat:
- Letargis atau tidak sadar
- Mata cekung
- Cubitan kulit perut kembali sangat lambat (≥ 2 detik)
- Tidak bisa minum atau malas minum.
 Tatalaksana
Anak dengan dehidrasi berat harus diberi rehidrasi intravena secara cepat yang diikuti dengan
terapi rehidasi oral.
- Mulai berikan cairan intravena segera. Pada saat infus disiapkan, beri larutan oralit jika
anak bisa minum.
Catatan: larutan intravena terbaik adalah larutan Ringer Laktat (disebut pula larutan Hartman
untuk penyuntikan). Tersedia juga larutan Ringer Asetat. Jika larutan Ringer Laktat tidak
tersedia, larutan garam normal (NaCl 0.9%) dapat digunakan. Larutan glukosa 5% (dextrosa)
tunggal tidak efektif dan jangan digunakan.
- Beri 100 ml/kg larutan yang dipilih dan dibagi sesuai Tabel 18 berikut ini

Untuk informasi lebih lanjut, lihat Rencana Terapi C, Hal ini mencakup pedoman pemberian
larutan oralit menggunakan pipa nasogastrik atau melalui mulut bila pemasangan infus tidak
dapat dilakukan.
 Kolera
Curigai kolera pada anak umur di atas 2 tahun yang menderita diare cair akut dan
menunjukkan tanda dehidrasi berat, jika kolera berjangkit di daerah tempat tinggal anak.
- Nilai dan tangani dehidrasi seperti penanganan diare akut lainnya.
- Beri pengobatan antibiotik oral yang sensitif untuk strain Vibrio cholerae, di daerah tersebut.
Pilihan lainnya adalah: tetrasiklin, doksisiklin, kotrimoksazol, eritromisin dan kloramfenikol.
- Berikan zinc segera setelah anak tidak muntah lagi.
 Pemantauan
Nilai kembali anak setiap 15 – 30 menit hingga denyut nadi radial anak teraba. Jika hidrasi
tidak mengalami perbaikan, beri tetesan infus lebih cepat. Selanjutnya, nilai kembali anak
dengan memeriksa turgor, tingkat kesadaran dan kemampuan anak untuk minum, sedikitnya
setiap jam, untuk memastikan bahwa telah terjadi perbaikan hidrasi. Mata yang cekung akan
membaik lebih lambat dibanding tanda-tanda lainnya dan tidak begitu bermanfaat dalam
pemantauan.
Jika jumlah cairan intravena seluruhnya telah diberikan, nilai kembali status hidrasi anak.
 Jika tanda dehidrasi masih ada, ulangi pemberian cairan intravena seperti yang telah
diuraikan sebelumnya. Dehidrasi berat yang menetap (persisten) setelah pemberian rehidrasi
intravena jarang terjadi; hal ini biasanya terjadi hanya bila anak terus menerus BAB cair
selama dilakukan rehidrasi.
 Jika kondisi anak membaik walaupun masih menunjukkan tanda dehidrasi ringan,
hentikan infus dan berikan cairan oralit selama 3-4 jam (lihat cara dehidrasi ringan/sedang dan
Rencana Terapi B). Jika anak bisa menyusu dengan baik, semangati ibu untuk lebih sering
memberikan ASI pada anaknya.
 Jika tidak terdapat tanda dehidrasi, (ikuti pedoman Diare tanpa Dehidrasi dan Rencana
Terapi A). Jika bisa, anjurkan ibu untuk menyusui anaknya lebih sering. Lakukan observasi
pada anak setidaknya 6 jam sebelum pulang dari rumah sakit, untuk memastikan bahwa ibu
dapat meneruskan penanganan hidrasi anak dengan memberi larutan oralit.
Semua anak harus mulai minum larutan oralit (sekitar 5ml/kgBB/jam) ketika anak bisa
minum tanpa kesulitan (biasanya dalam waktu 3–4 jam untuk bayi, atau 1–2 jam pada
anak yang lebih besar). Hal ini memberikan basa dan kalium, yang mungkin tidak
cukup disediakan melalui cairan infus. Ketika dehidrasi berat berhasil diatasi, beri
tablet zinc.
b. Diare dengan Dehidrasi Ringan-Sedang
Pada umumnya, anak-anak dengan dehidrasi sedang/ringan harus diberi larutan oralit, dalam
waktu 3 jam pertama di klinik saat anak berada dalam pemantauan dan ibunya diajari cara
menyiapkan dan memberi larutan oralit.
 Diagnosis
Jika anak memiliki dua atau lebih tanda berikut, anak menderita dehidrasi ringan/sedang:
- Gelisah/rewel
- Haus dan minum dengan lahap
- Mata cekung
- Cubitan kulit perut kembalinya lambat
Perhatian: Jika anak hanya menderita salah satu dari tanda di atas dan salah satu tanda
dehidrasi berat (misalnya: gelisah/rewel dan malas minum), berarti anak menderita
dehidrasi sedang/ringan.
 Tatalaksana
- Pada 3 jam pertama, beri anak larutan oralit dengan perkiraan jumlah sesuai dengan berat
badan anak (atau umur anak jika berat badan anak tidak diketahui), seperti yang ditunjukkan
dalam bagan 15 berikut ini. Namun demikian, jika anak ingin minum lebih banyak, beri
minum lebih banyak.
- Tunjukkan pada ibu cara memberi larutan oralit pada anak, satu sendok teh setiap 1 – 2 menit
jika anak berumur di bawah 2 tahun; dan pada anak yang lebih besar, berikan minuman oralit
lebih sering dengan menggunakan cangkir. Lakukan pemeriksaan rutin jika timbul masalah.
 Jika anak muntah, tunggu selama 10 menit; lalu beri larutan oralit lebih lambat (misalnya 1
sendok setiap 2 – 3 menit)
 Jika kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan beri minum air matang
atau ASI.
- Nasihati ibu untuk terus menyusui anak kapan pun anaknya mau.
- Jika ibu tidak dapat tinggal di klinik hingga 3 jam, tunjukkan pada ibu cara menyiapkan
larutan oralit dan beri beberapa bungkus oralit secukupnya kepada ibu agar bisa
menyelesaikan rehidrasi di rumah ditambah untuk rehidrasi dua hari berikutnya.
- Nilai kembali anak setelah 3 jam untuk memeriksa tanda dehidrasi yang terlihat sebelumnya
(Catatan: periksa kembali anak sebelum 3 jam bila anak tidak bisa minum larutan oralit atau
keadaannya terlihat memburuk.)
 Jika tidak terjadi dehidrasi, ajari ibu mengenai empat aturan untuk perawatan di rumah
(i) beri cairan tambahan.
(ii) beri tablet Zinc selama 10 hari
(iii) lanjutkan pemberian minum/makan
(iv) kunjungan ulang jika terdapat tanda berikut ini:
- anak tidak bisa atau malas minum atau menyusu
- kondisi anak memburuk
- anak demam
- terdapat darah dalam tinja anak
- jika anak masih mengalami dehidrasi sedang/ringan, ulangi pengobatan untuk 3 jam
berikutnya dengan larutan oralit, seperti di atas dan mulai beri anak makanan, susu atau jus
dan berikan ASI sesering mungkin
- jika timbul tanda dehidrasi berat, (ikuti diare dengan dehidrasi berat)
- Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi bila anak sama sekali tidak bisa minum oralit
misalnya karena anak muntah profus, dapat diberikan infus dengan cara: beri cairan intravena
secepatnya. Berikan 70 ml/kg BB cairan Ringer Laktat atau Ringer asetat (atau jika tak
tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai berikut :

- Periksa kembali anak setiap 1-2 jam.


- Juga beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum.
- Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam. Klasifikasikan Dehidrasi.
Kemudian pilih rencana terapi yang sesuai (A, B, atau C) untuk melanjutkan penanganan.
 Beri tablet Zinc
Beritahu ibu berapa banyak tablet zinc yang diberikan kepada anak: (Selama 10 hari)
Di bawah umur 6 bulan: ½ tablet (10 mg) per hari
6 bulan ke atas: 1 tablet (20 mg) per hari
 Pemberian Makan
Melanjutkan pemberian makan yang bergizi merupakan suatu elemen yang penting dalam
tatalaksana diare.
- ASI tetap diberikan
- Meskipun nafsu makan anak belum membaik, pemberian makan tetap diupayakan pada anak
berumur 6 bulan atau lebih.
Jika anak biasanya tidak diberi ASI, lihat kemungkinan untuk relaktasi (yaitu memulai lagi
pemberian ASI setelah dihentikan – lihat halaman 254) atau beri susu formula yang
biasa diberikan. Jika anak berumur 6 bulan atau lebih atau sudah makan makanan
padat, beri makanan yang disajikan secara segar – dimasak, ditumbuk atau digiling.
Berikut adalah makanan yang direkomendasikan:
 Sereal atau makanan lain yang mengandung zat tepung dicampur dengan kacang-kacangan,
sayuran dan daging/ikan, jika mungkin, dengan 1-2 sendok teh minyak sayur yang
ditambahkan ke dalam setiap sajian.
 Makanan Pendamping ASI lokal yang direkomendasikan dalam pedoman Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) di daerah tersebut.
 Sari buah segar seperti apel, jeruk manis dan pisang dapat diberikan untuk penambahan
kalium.
- Bujuk anak untuk makan dengan memberikan makanan setidaknya 6 kali sehari. Beri
makanan yang sama setelah diare berhenti dan beri makanan tambahan per harinya selama 2
minggu.
c. Diare tanpa Dehidrasi
Anak yang menderita diare tetapi tidak mengalami dehidrasi harus mendapatkan cairan
tambahan di rumah guna mencegah terjadinya dehidrasi. Anak harus terus mendapatkan diet
yang sesuai dengan umur mereka, termasuk meneruskan pemberian ASI.
 Diagnosis
Diagnosis Diare tanpa dehidrasi dibuat bila anak tidak mempunyai dua atau lebih tanda
berikut yang dicirikan sebagai dehidrasi ringan/sedang atau berat.
- Gelisah/ rewel
- Letargis atau tidak sadar
- Tidak bisa minum atau malas minum
- Haus atau minum dengan lahap
- Mata cekung
- Cubitan kulit perut kembalinya lambat atau sangat lambat (Turgor jelek)
 Tatalaksana
- Anak dirawat jalan
- Ajari ibu mengenai 4 aturan untuk perawatan di rumah:
 beri cairan tambahan
 beri tablet Zinc
 lanjutkan pemberian makan
 nasihati kapan harus kembali
- Lihat Rencana Terapi A
- Beri cairan tambahan, sebagai berikut:
 jika anak masih mendapat ASI, nasihati ibu untuk menyusui anaknya lebih sering dan lebih
lama pada setiap pemberian ASI. Jika anak mendapat ASI eksklusif, beri larutan oralit atau
air matang sebagai tambahan ASI dengan menggunakan sendok. Setelah diare berhenti,
lanjutkan kembali ASI eksklusif kepada anak, sesuai dengan umur anak.
 Pada anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri satu atau lebih cairan dibawah ini:
- larutan oralit
- cairan rumah tangga (seperti sup, air tajin, dan kuah sayuran)
- air matang
- Untuk mencegah terjadinya dehidrasi, nasihati ibu untuk memberi cairan tambahan –
sebanyak yang anak dapat minum:
 untuk anak berumur < 2 tahun, beri + 50–100 ml setiap kali anak BAB
 untuk anak berumur 2 tahun atau lebih, beri + 100–200 ml setiap kali anak BAB.
Ajari ibu untuk memberi minum anak sedikit demi sedikit dengan menggunakan cangkir.
Jika anak muntah, tunggu 10 menit dan berikan kembali dengan lebih lambat. Ibu
harus terus memberi cairan tambahan sampai diare anak berhenti.
Ajari ibu untuk menyiapkan larutan oralit dan beri 6 bungkus oralit (200 ml) untuk dibawa
pulang.
- Beri tablet zinc
 Ajari ibu berapa banyak zinc yang harus diberikan kepada anaknya: (selama 10 hari)
Di bawah umur 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari
Umur 6 bulan ke atas : 1 tablet (20 mg) per hari
 Ajari ibu cara memberi tablet zinc:
- Pada bayi: larutkan tablet zinc pada sendok dengan sedikit air matang, ASI perah atau
larutan oralit.
- Pada anak-anak yang lebih besar: tablet dapat dikunyah atau dilarutkan
Ingatkan ibu untuk memberi tablet zinc kepada anaknya selama 10 hari penuh.
- Lanjutkan pemberian makan – lihat konseling gizi
- Nasihati ibu kapan harus kembali untuk kunjungan ulang – lihat di bawah
 Tindak lanjut
- Nasihati ibu untuk membawa anaknya kembali jika anaknya bertambah parah, atau tidak bisa
minum atau menyusu, atau malas minum, atau timbul demam, atau ada darah dalam tinja. Jika
anak tidak menunjukkan salah satu tanda ini namun tetap tidak menunjukkan perbaikan,
nasihati ibu untuk kunjungan ulang pada hari ke-5.
Nasihati juga bahwa pengobatan yang sama harus diberikan kepada anak di waktu yang akan
datang jika anak mengalami diare lagi. Lihat Terapi A, berikut ini.
5. Mekanisme Dehidrasi

a. Tidak cukupnya masukan H2O


Haus adalah perasaan subyektif yang mendorong seseorang untuk minum. Defisit H2O bebas
dan kelebihan H2O bebas menstimulasi osmoreseptor hipotalamus yang terletak dekat
dengan sel penghasil vasopressin dan rasa haus. Osmoreseptor memantau osmolaritas cairan
tubuh dan ketika osmolaritas meningkat (penurunan kadar H2O) terjadi perangsangan sekresi
vasopressin. Vasopresin meningkatkan permeabilitas tubulus ginjal distal sehingga reabsorbsi
meningkat. Pada akhirnya, volume urin yang dikeluarkan menurun.
b. Kehilangan air yang berlebihan
Manusia bisa kehilangan cairan melalui muntah dan diare, keringat (seperti saat demam atau
berolahraga dalam kondisi panas), maupun melalui pengeluaran urin yang terlalu sering
(misal pada diabetes).
c. Diabetes Insipidus
Diabetes insipidus merupakan penyakit yang ditandai dengan defisiensi vasopresin.
Vasopresin (hormon antidiuretik) meningkatkan permeabilitas tubulus distal dan tubulus
pengumpul pada H2O yang bertujuan untuk meningkatkan mengkonservasi air dengan
mengurangi pengeluaran air melalui urin. Tanpa adanya vasopresin, ginjal tidak bisa
mengkonservasi H20 karena tidak bisa melakukan reabsorpsi air di H2O dari bagian distal
nefron. Pasien dapat menghasilkan sampai 20 liter urin yang sangat cair dalam satu hari.
Jumlah tersebut bisa dibandingkan dengan pengeluaran urin sebesar 1,5 liter perhari pada
orang normal. Pasien sering mengeluhkan bahwa mereka seringkali harus ke kamar mandi di
malam hari serta minum. Untungnya, pasien bisa diterapi dengan pemberian vasopresin
pengganti dengan nasal spray.
Daftar Pustaka

Cunha, John P. 2017. Diarrhea. http://www.emedicinehealth.com/diarrhea/page2_em.htm.


Diakses pada 14 Mei 2018.
Irianto, Joko, et al. 1996. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Anak Balita.
Jakarta : Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Balai Litbang Kesehatan.
Juffrie, Mohammad, et al. 2010. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta : Balai Penerbit
IDAI.
Marcdante, Karen J, et al. 2014. Nelson : Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Singapura : Elsevier.
Marcellus Simadibrata R, Daldiyono, Ilmu Penyakit Dalam, Diare Akut, 2014, hal.1901.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
Unit 1 Rehydration Project “The Epidemiology and Etiology of Diarrhoea”. 2014. Available
from : http://rehydrate.org/diarrhoea/tmsdd/1med.htm. Diakses pada 14 Mei 2018.
WHO. 2005. The Treatment Of Diarrhoea
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/43209/1/9241593180.pdf. Diakses pada 14 Mei
2018.
Widowati, T., dkk. 2012. Diare Rotavirus Pada Anak Usia Balita, Sari Pediatri, Vol. 13, No.5.
https://iytmed.com/urine-color-meaning/. Diakses pada 14 Mei 2018.
http://www.md-health.com/Stool-Color-Chart.html. Diakses pada 14 Mei 2018.
https://labtestsonline.org/understanding/analytes/urinalysis/ui-exams/start/2. Diakses pada 14
Mei 2018.
http://eprints.ung.ac.id/5064/5/2013-1-14201-841409025-bab2-27072013055025.pdf. Diakses
pada 14 Mei 2018.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-bambangher-5457-1-babi.pdf. Diakses
pada 14 Mei 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-
kesehatan-indonesia-2014.pdf. Diakses pada 14 Mei 2018.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/31092/Chapter%20II.pdf;jsessionid=D53
1034E4B84B70598D7EE2CB5FBA625?sequence=4. Diakses pada 14 Mei 2018.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23310/Chapter%20II.pdf?sequence=4.
Diakses pada 14 Mei 2018.
http://digilib.unila.ac.id/2421/9/BAB%202.pdf. Diakses pada 14 Mei 2018.
http://www.desertpediatricslv.com/pdfs/medical_library/AcuteDiarrhea.pdf. Diakses pada 14
Mei 2018.

Anda mungkin juga menyukai