Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pangan merupakan kebutuhan dasar dan hak asasi manusia yang kualitas
dan kecukupannya memegang peranan penting dalam menentukan kualitas
sumber daya manusia dalam suatu negara. Konsumsi pangan yang cukup dan
seimbang merupakan salah satu faktor penting penentu tingkat kesehatan dan
kecerdasan manusia sebagai sumber produktif bagi kemajuan negara. Sedangkan
jumlahnya kualitas konsumsi pangan dan gizi seseorang sangat erat kaitannya dan
dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, pengetahuan, dan budaya masyarakat, mulai
dari tingkat rumah tangga. Maka pentingnya pangan menjadikan ketahanan
pangan sebagai andalan. Ketahanan nasional akan terganggu jika ketersediaannya
dan kemandirian pangan tidak dapat dijamin oleh suatu negara.Gangguan
terhadap keamanan nasional karena kecanduan makanan impor untuk mengganti
ketidakmampuan negara dalam memenuhi kebutuhannya makanan semua orang
(Elizabeth R., 2011).

Dengan Perubahan zaman penyakit dan kasus kelebihan berat badan atau
obesitas dari waktu ke waktu di negara-negara maju semakin meningkat.
Berdasarkan kajian kesehatan dasar tahun ke-4 kelebihan berat badan pada remaja
usia 16 sampai 18 tahun tahun di Indonesia meningkat,kelebihan berat badan
karena seringnya konsumsi junk food yang tinggi, dimana rata-rata remaja sering
mengkonsumsi junk food dalam 3 kali sehari dan makanan ringan hingga 4 kali
sehari, makanan ringan atau cepat saji makanan identik dengan makanan berkalori
tinggi dan Kekurangan zat gizi mikro seperti vitamin, mineral, asam asam amino
dan serat. Jenis makanan lain yang sering dikonsumsi adalah makanan lokal
seperti tahu, bakso, cilok, jajanan jamur krispi, martabak, dan gorengan, makanan
yang digoreng adalah makanan lokal memberikan lebih banyak energi
dibandingkan junk food,Tingkat konsumsi gorengan di masyarakat cukup tinggi
Alasannya karena rasa gorengan yang sangat lezat dan menarik dapat dinikmati
saat melakukan pekerjaan rumah.Gorengan juga merupakan jajanan yang paling

1
2

mudah ditemukan di kantin atau di tempat sekitar kampus atau sekolah. Harganya
juga relatif murah, Alasan remaja banyak mengkonsumsi junk food. Junk food
identik dengan makanan yang tinggi kalori dan Kekurangan zat gizi mikro seperti
vitamin, mineral, asam amino(Septiana, P., Nugroho, F. A., & Wilujeng, C. S.
(2018).

Manfaat utama dari kedelai yaitu berasal dari bijinya. Kedelai sangat kaya
protein dan lemak serta beberapa nutrisi penting lainnya, seperti vitamin (asam
fitat). Manfaat kedelai dalam mengendalikan penyakit seperti
Hipertensi,kolesterol,diabetes,kanker dan penyakit lainnya telah banyak
digunakan. Hal ini disebabkan oleh Kedelai kaya akan nutrisi seperti protein,
asam amino esensial, dan lemak. Kedelai bertindak sebagai menurunkan
kolesterol darah sehingga memiliki sifat penghambat hipertensi dan penyakit
jantung koroner. Dalam mengendalikan diabetes,kedelai dapat mengurangi kadar
gula darah,Kedelai mempunyai peran yaitu Menghambat perkembangbiakan sel
kanker dan mengurangi peradangan sehingga mengurangi resiko kanker Usus
besar. Berkat komposisi kedelai yang kaya bahan gizi seperti protein dan asam
amino, lemak nabati, vitamin dan mineral. Besar sekali manfaat dari kedelai
dalam menguranginya Resiko penyakit degeneratif,dan banyak juga olahan
kedelai yang dapat dijadikan makanan sehat dalam menu makanan sehari-
hari( Triandita, N., & Putri, N. E. (2019).

Kedelai merupakan komoditas makanan utama setelah nasi dan jagung.


kacang kedelai termasuk kacang-kacangan Kandungan nutrisinya sangat tinggi,
terutama protein Sayuran. Tahu dan tempe merupakan produk olahan Kedelai
dikonsumsi masyarakat sebagai lauk pauk atau makanan ringan. Selain konten
Kaya nutrisi, olahan tauge kedelai bisa didapatkan, karena harga kedelainya
murah maka proses pengolahannya sangat baik beradaptasi dengan masyarakat
Indonesia(Puslitbangtan 2013).Benih adalah elemennya menentukan keberhasilan
kebudayaan Tumbuhan tidak dapat memainkan perannya digantikan oleh unsur
lain, karena biji sebagai bahan dan pendukung tanaman Potensi genetik, kualitas
benih mungkin terpengaruh dilihat dari berbagai sudut pandang seperti
3

Keakuratan varietas, kemurnian benih, potensi hidup dan bebas hama (Mugnisjah
1994).

Kedelai adalah Benih cepat rusak atau berkurangnya kelangsungan hidup


dan vitalitas, terutama jika disimpan pada kondisi penyimpanan yang buruk.
Kedelai sangat sensitif hilangnya perkecambahan karena Mengandung banyak
protein Akibat yang paling sering terjadi adalah kerusakan fisik alat setelah panen
dan selama proses gudang. Penyimpanan adalah salah satu faktor penting untuk
dipertimbangkan Jadi kualitas kedelainya kurang bagus mengurangi. Selain itu
kandungan air pada kedelai selama penyimpanan harus lebih kecil 10% untuk
menstabilkan rak kedelai dalam setahun. Berdasarkan penelitian(Indartono 2011),
kandungan air minum untuk Simpan kedelai pada suhu kamar sebuah kamar
selama enam sampai sepuluh bulan adalah tidak lebih dari 11 persen.Tergantung
ukurannya, bijinya Kedelai dibedakan menjadi tiga yaitu ukuran besar, sedang dan
kecil,Ukuran partikel mempengaruhi penggunaan kedelai.Kami cenderung
menggunakan biji yang besar pada bagiannya, Bijinya besar Biasanya lebih kuat
dari biji itu kecil. Ukuran partikel mempengaruhi keseragaman pertumbuhan
tanaman dan lama penyimpanan Biji. Pada beberapa spesies, biji dalam jumlah
benih yang lebih kecil Jenis yang sama memiliki tanggal kadaluarsa terpendek
(Priestley 1986). Bukit dan.Al. (1986) menyatakan bahwa benih Tersedia ukuran
yang lebih kecil kedap air yang lebih tinggi karena biji yang kecil memiliki
kualitas cangkang Mana yang lebih bagus, Mugnisjah dkk. (1987) juga
menunjukkan bahwa bijinya kecil memiliki kelangsungan hidup yang besar
karena kerusakan membran yang dideritanya lebih besar lebih ringan dari biji
besar.Upaya penyimpanan juga diperlukan karena Terjadi perubahan minat petani
dalam Bertani kedelai dari biji kecil hingga biji besar,karena besar kecilnya
butiran mempengaruhinya ketahanannya. Purwanti, S. (2004).

Perlakuan invigorasi yang telah banyak memberikan manfaat bagi petani,


masih perlu lebih banyak diteliti, khususnya invigorasi diantara periode
penyimpanan (middle storage treatment). Pada perlakuan invigorasi sebagai
middle storage treatment manfaat invigorasi diharapkan dapat tetap dipertahankan
4

selama periode tertentu dalam penyimpanan atau selama periode distribusi hingga
sampai ke tangan petani. Perubahan kadar air pada proses invigorasi dan saat
benih dikeringkan kembali untuk disimpan diduga akan berpengaruh pula
terhadap daya simpannya. Pemilihan metode invigorasi yang tepat perlu dilakukan
tidak hanya untuk memperbaiki perkecambahan tetapi juga untuk meningkatkan
daya simpan benih karena perbedaan metode invigorasi menyebabkan perbedaan
peningkatan kadar air (Chiu et al. 2002; Erinnovita et al. 2008).

Ohmic bergantung pada arus bolak-balik (AC) yang mengalir melalui


tubuh seperti sistem makanan cair yang berfungsi seperti resistor menghasilkan
panas. Tegangan bolak-balik diterapkan ke elektroda di kedua ujung nya. Laju
pemanasan sebanding dengan kuadrat intensitas medan listrik dan daya hantar
listrik. Intensitas medan listrik dapat divariasikan dengan mengatur jarak
elektroda atau tegangan yang diberikan. Namun faktor yang paling penting adalah
konduktivitas Ketergantungan pada listrik dan suhu produk. Jika produk memiliki
lebih dari satu tahap seperti dalam kasus campuran cairan dan partikel,
konduktivitas semua fase harus diperhitungkan. Konduktivitas meningkat seiring
dengan meningkatnya suhu,menunjukkan bahwa pemanasan ohmic menjadi lebih
efisien ketika peningkatan suhu, yang secara teoritis tidak menyebabkan
pemanasan terkendali. Perbedaan hambatan dan ketergantungan suhu antara kedua
fase dapat membuat perilaku pemanasan sistem menjadi sangat rumit. Karena
Konduktivitas listrik dipengaruhi oleh kandungan ion dan konduktivitas listrik
produk (kedua fase) dapat diatur tergantung pada kadar ion (misalnya garam)
yang akan diperoleh Pemanasan ohmic yang efisien.Prinsip pemanasan resistansi
sangat sederhana seperti diilustrasikan pada. Dalam pemanasan ohmic, bakteri
dianggap tidak aktif secara termal. Mekanisme Elektrolisis ringan dapat terjadi
selama pemanasan ohmic beroperasi frekuensi rendah (50-60 Hz) keunggulan
dari ohmic heating juga yaitu dapat Memanaskan bahan makanan dengan
pembangkitan panas internal tanpa adanya atasan,Suhu partikulat yang lebih
tinggi dibandingkan cairan yang dapat dicapai, Proses pemanasannya juga terjadi
secara merata dan tanpa perbedaan suhu yang signifikan sehingga dapat merusak
5

makanan jika memiliki struktur yang cenderung padat (Ruan, R., Ye, X., Chen,
P., Doona, C. J., Taub, I., & Center, N. S. (2001).

2.1. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, permasalahan dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
Apakah penggunaan ohmic heating dapat meningkatkan vigoritas dan
viabilitas benih kedelai?
3.1. Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk :
3.1.1. Tujuan Umum
Untuk memperkenalkan mahasiswa terhadap dunia kerja dan meningkatkan
daya saing

3.1.2. Tujuan Khusus


Mempelajari potensi penggunaan perlakuan ohmic heating dalam
meningkatkan keberhasilan germinasi benih kedelai.

4.1. Manfaat
4.1.1. Bagi Mahasiswa
Manfaat kegiatan PKL bagi mahasiswa untuk memperluas
wawasan,pengetahuan,kemampuan,keterampilan serta pengalaman
mahasiswa dalam dunia kerja

4.1.2. Bagi Perguruan Tinggi


Manfaat bagi perguruan tinggi yaitu untuk menilai kemampuan mahasiswa
dalam mengimplementasikan teori dalam praktik
4.1.3. Bagi Instansi Tempat Praktek Kerja Lapangan
Manfaat bagi institusi tempat praktek kerja lapangan yaitu sebagai sarana
untuk terjalinnya hubungan baik antara instansi dengan universitas
6

5.1. Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan


Kegiatan praktek kerja lapangan dilaksanakan di BADAN RISET DAN
INOVASI NASIONAL(BRIN),kabupaten subang

6.1. Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan


21 Agustus 2023 sampai 29 September
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Benih Kedelai


Tanaman kedelai adalah jenis tanaman legum polong yang dikenal dengan
nama ilmiah Glycine max (untuk kedelai kuning) dan glycine soja (untuk kedelai
hitam) (Adisarwanto, 2013). Kedelai diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom :
Plantae, Divisio : spermatophyta, Subdivision : Angiospermae, Class :
Dicotyledoneae, Ordo : Polypetales, Family : Leguminosae, Subfamily :
Papiliotoideae, Genus : Glycine max (L.) Merrill (Sharma, 1993).
Kedelai memiliki komposisi gizi yang mencakup 35% protein, 18%
lemak, dan 35% karbohidrat (Saraswati et al., 2007 dalam Arifin, 2013). Kedelai
berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam peningkatan
asupan gizi masyarakat karena harganya yang ekonomis dan popular di kalangan
orang. Selain itu, kedelai juga kaya akan asam amino seperti metionin, tripsin, dan
lisin yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan pangan masyarakat (Adie dan
Krisnawati, 2016).
Kedelai memiliki toleransi terhadap berbagai suhu tumbuh. Proses
perkecambahan kedelai optimal pada suhu tanah sekitar 30°C. Namun, jika
kedelai ditanam pada suhu yang rendah, di bawah 15°C, maka proses
perkecambahan akan berlangsung sangat lambat dan mungkin memakan waktu
hingga 2 minggu. Hal ini disebabkan oleh tekanan yang dialami oleh biji dalam
kondisi tanah yang sangat lembap, yang mengakibatkan respirasi air dari dalam
biji menjadi terlalu cepat, sehingga banyak biji yang gagal tumbuh (Adisarwanto,
2013). Meskipun kedelai dapat tumbuh dalam rentang suhu antara 21 ˗ 34°C, suhu
ideal bagi pertumbuhan optimal tanaman kedelai adalah antara 23 ˗ 27°C.
Benih kedelai memiliki variasi ukuran, seperti besar, sedang, dan kecil,
yang juga mengandung jumlah makanan cadangan yang berbeda. Ukuran benih
yang lebih besar dapat mempengaruhi pertumbuhan kecambah kedelai, dan
jumlah benih yang diperlukan tergantung pada ukuran benih tersebut, jarak tanam,
dan tingkat perkembangan kecambahnya. Sebagai contoh, untuk benih kedelai

7
8

berukuran kecil dengan bobot 100 benih antara 7 hingga 10g, diperlukan sekitar
35-40 kg benih per hektar. Sedangkan untuk benih kedelai berukuran sedang
dengan bobot 100 benih antara 11 hingga 15g, diperlukan sekitar 40-45 kg benih
per hektar. Untuk benih yang berukuran besar dengan bobot di atas 15g,
diperlukan sekitar 45-50 kg benih per hektar. Waktu matangnya kedelai berkisar
antara 75 hingga 110 hari, dan jika mencapai 75-85 hari, dianggap sebagai kedelai
berumur genjah (Karim, 2015).
Keberhasilan dalam budidaya kedelai sangat bergantung pada kualitas
benih yang digunakan. Menurut Adisarwanto (2005), ciri-ciri benih kedelai yang
berkualitas secara fisik meliputi: a) warna biji yang cerah, berkilau, dan tidak
kusam; b) ukuran biji yang seragam dan penuh benih murni; c) tidak ada
kontaminasi dengan kotoran atau benda lain; d) tidak dicampur dengan benih
varietas lain; e) benih yang utuh, tidak pecah, dan tidak memiliki bercak.
Beberapa patogen yang dapat dibawa oleh benih kedelai meliputi Aspergillus
spp., Fusarium spp., dan Colletotrichum spp.
2.2 Mutu Benih Kedelai
Kedelai memiliki tinggi kandungan protein sehingga sering digunakan
dalam berbagai industri, termasuk pangan dan peternakan. Kedelai merupakan
tanaman semusim yang memiliki ciri-ciri seperti cabang yang rendah, daun
dengan tiga helai, berbulu, dan polong biji dengan kepadatan yang relatif rendah.
Tanaman ini memiliki siklus hidup sekitar 72 hingga 90 hari (Adie dan
Krisnawati, 2007). Mutu benih yang menurun adalah proses yang tidak dapat
dibalik karena perubahan fisiologis dalam benih. Benih dengan mutu rendah akan
mengurangi kualitas perkecambahan dan nilai produksi benih. Namun, benih yang
mengalami kemunduran mutunya masih bisa ditingkatkan dengan perlakuan yang
tepat (Utami et al., 2013).
Pengemasan memiliki peran penting dalam melindungi bahan yang ada di
dalamnya dari pengaruh lingkungan luar yang dapat merusaknya seiring
berjalannya waktu. Tujuan pengemasan benih adalah menciptakan lingkungan
yang optimal untuk menjaga benih dari pengaruh luar selama penyimpanan.
Prinsip utama dalam pengemasan adalah mempertahankan tingkat respirasi dan
9

kelembaban benih sesuai dengan kondisi yang diinginkan (Suhartanto, 2013).


Pengemasan benih yang mencegah kehilangan uap air akan menjaga tingkat
viabilitas benih, berbeda dengan pengemasan yang memungkinkan uap air keluar.
Kemasan benih dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu kemasan yang permeable
dan kemasan yang kedap udara (Widodo, 1991).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syarifah Khalilah, et al (2022)
menemukan hasil bahwa perlakuan benih menggunakan wadah kantong plastik
berpengaruh nyata untuk mempertahankan viabilitas mutu benih selama
penyimpanan. Wadah yang paling baik selama penyimpanan dijumpai pada
penyimpanan kantong plastik dikarenakan plastik adalah bahan pengemas yang
bersifat kedap air dan udara, dan karenanya bisa mencegah masuknya air dan
udara (oksigen) dari luar ke dalam kemasan. Maka dari itu, kantong plastik
menjadi bahan kemasan yang lebih baik dalam hal menjaga viabilitas benih ketika
diperbandingkan dengan kantong bagor atau terigu disebabkan tingkat kebasahan
yang ada pada kantong bagor dan terigu lebih tinggi dan berakibat pada
percepatan tingkat kemunduran benih.
2.3 Ohmic Heating
Ohmic Heating, yang juga dikenal sebagai pemanasan ohmik, adalah
metode pemanasan bahan makanan atau bahan lainnya dengan cara mengalirkan
arus listrik melalui mereka. Berbeda dengan metode pemanasan konvensional
yang mengandalkan sumber panas eksternal seperti nyala api atau permukaan
panas, pemanasan ohmik menghasilkan panas di dalam material itu sendiri dengan
menggunakan hambatan listriknya. Proses ini didasarkan pada Hukum Pertama
Joule, yang menyatakan bahwa panas yang dihasilkan dalam konduktor secara
langsung berkaitan dengan hambatan listrik dan kuadrat arus listrik yang
melaluinya.
Berikut adalah cara pemanasan ohmik biasanya berfungsi:
1. Arus Listrik: Arus listrik dialirkan melalui material yang akan dipanaskan.
Material tersebut bertindak sebagai resistor, dan saat arus mengalir melalui
material, ia mengalami hambatan, yang menghasilkan panas.
10

2. Penghasilan Panas: Energi listrik langsung diubah menjadi energi panas di


dalam material. Ini menghasilkan pemanasan yang merata dan cepat di
seluruh volume material.
3. Pengendalian Suhu: Pengendalian suhu dalam pemanasan ohmik bisa
sangat tepat karena didasarkan pada regulasi arus listrik. Ini
memungkinkan pengaturan suhu yang akurat dan konsisten selama proses
pemanasan.

Pemanasan ohmik memiliki beberapa keunggulan:

1. Pemanasan Cepat: Ini dapat memanaskan material dengan cepat dan


merata, mengurangi waktu pemrosesan.
2. Efisiensi Energi: Ini efisien dalam mengubah energi listrik menjadi energi
panas, meminimalkan pemborosan energi.
3. Pengendalian Suhu yang Tepat: Suhu dapat dikendalikan dengan tingkat
presisi yang tinggi, mengurangi risiko overheat atau undercooked.
4. Degradasi Termal yang Rendah: Pemanasan ohmik dapat meminimalkan
degradasi termal dalam material yang sensitif terhadap panas
dibandingkan dengan metode pemanasan tradisional.
5. Kualitas Produk yang Meningkat: Ini dapat membantu menjaga warna,
rasa, dan kandungan gizi produk makanan.

Pemanasan ohmik digunakan dalam berbagai industri, termasuk


pengolahan makanan, di mana digunakan untuk tugas seperti pasteurisasi,
sterilisasi, dan memasak. Ini juga dapat digunakan dalam farmasi, bioteknologi,
dan ilmu material untuk berbagai keperluan pemanasan dan pemrosesan.

Secara keseluruhan, pemanasan ohmik adalah metode yang serbaguna dan


efisien untuk memanaskan dan memproses material, menawarkan manfaat dalam
hal kecepatan, efisiensi energi, dan kualitas produk.
BAB III

TINJAUAN INSTITUSI

3. 1 Visi dan Misi BRIN


3.1. 1 Visi
Terwujudnya Badan Riset dan Inovasi Nasional yang andal,
profesional, inovatif, dan berintegritas dalam pelayanan kepada Presiden
dan Wakil Presiden, untuk mewujudkan Visi dan Misi Presiden:
“Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
berlandaskan Gotong Royong”.

3.1. 2 Misi
1. Memberikan dukungan teknis dan administrasi serta analisis yang
cepat, akurat dan responsif, kepada Presiden dan Wakil Presiden
dalam menyelenggarakan penelitian, pengembangan, pengkajian
dan penerapan, serta invensi dan inovasi, penyelenggaraan
ketenaganukliran, dan penyelenggaraan keantariksaan secara
nasional yang terintegrasi serta melakukan monitoring
pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi
BRIDA
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan prasarana
riset dan inovasi penyelenggaraan ketenaganukliran, dan
keantariksaan secara nasional yang terintegrasi dan pembinaan
terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi BRIDA
2. Menyelenggarakan pelayanan yang efektif dan efisien di
bidang pengawasan, administrasi umum, informasi, dan
hubungan kelembagaan
3. 2 Tujuan
1. Terwujudnya temuan, terobosan dan pembaharuan ilmu pengetahuan
dari hasil penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan, serta
invensi dan inovasi, penyelenggaraan ketenaganukliran, dan

11
12

penyelenggaraan keantariksaan dalam rangka peningkatan produktivitas


dan daya saing, peningkatan kualitas lingkungan hidup dan ketahanan
bencana, serta iklim (T1)
2. Terwujudnya sumber daya manusia, infrastruktur, fasilitasi dan
pemanfaatan riset dan inovasi yang unggul dan kompetitif (T2)
3. Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan di Badan Riset dan Inovasi
Nasional yang baik dan bersih (T3)
3. 3 Tugas dan Fungsi
BRIN bertugas melakukan monitoring, pengendalian, dan evaluasi
terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Perpres No
78/2021 tentang BRIN yang ditandatangani Presiden Jokowi pada 24 Agustus
2021, pada pasal 3 BRIN mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang penelitian, pengembangan,
pengkajian, dan penerapan serta invensi dan inovasi, penyelenggaraan
ketenaganukliran, dan penyelenggaraan keantariksaan secara nasional yang
terintegrasi
Sementara dalam pasal 4, BRIN menyelenggarakan 14 fungsi, sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan
serta invensi dan inovasi dalam rangka penyusunan rekomendasi
perencanaan pembangunan nasional berdasarkan hasil kajian ilmiah
dengan berpedoman pada nilai Pancasila;
2. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang riset dan inovasi yang
meliputi rencana induk pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
peta jalan penelitian, pengembangan, pengkajian, penerapan, serta
invensi dan inovasi, penyelenggaraan ketenaganukliran, dan
penyelenggaraan keantariksaan;
3. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pembinaan, pengembangan kompetensi, pengembangan profesi,
manajemen talenta, dan pengawasan dan pengendalian sumber daya
13

manusia ilmu pengetahuan dan teknologi, infrastruktur riset dan


inovasi, fasilitas riset dan inovasi pemanfaatan riset dan inovasi;
4. Pengintegrasian sistem penyusunan perencanaan, program, anggaran,
kelembagaan, dan sumber daya penelitian, pengembangan, pengkajian,
dan penerapan, invensi dan inovasi, penyelenggaraan ketenaganukliran,
dan penyelenggaraan keantariksaan;
5. Penyelenggaraan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan
penerapan, serta invensi dan inovasi, penyelenggaraan
ketenaganukliran, dan penyelenggaraan keantariksaan;
6. Pengawasan dan pengendalian penelitian, pengembangan, pengkajian,
dan penerapan, serta invensi dan inovasi, penyelenggaraan
ketenaganukliran, dan penyelenggaraan keantariksaan secara
menyeluruh dan berkelanjutan;
7. Pelaksanaan koordinasi pengabdian kepada masyarakat berbasis
penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan
inovasi yang dihasilkan oleh kelembagaan ilmu pengetahuan dan
teknologi;
8. Pelaksanaan pembangunan, pengelolaan, dan pengembangan sistem
informasi penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta
invensi dan inovasi, penyelenggaraan ketenaganukliran, dan
penyelenggaraan keantariksaan;
9. Pelaksanaan penelitian, pengembangan, invensi, dan inovasi kebijakan
yang mengakui, menghormati, mengembangkan dan melestarikan
keanekaragaman pengetahuan tradisional, kearifan lokal, sumber daya
alam hayati dan nirhayati, serta budaya sebagai bagian dari identitas
bangsa;
10. Pemberian fasilitasi, bimbingan teknis, pembinaan, dan supervisi serta
pemantauan dan evaluasi di bidang penelitian, pengembangan,
pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi, penyelenggaraan
ketenaganukliran, dan penyelenggaraan keantariksaan;
14

11. Pemantauan, pengendalian, dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas


dan fungsi BRIDA;
12. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi dan teknis kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan BRIN;
13. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BRIN;
14. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Presiden.
BAB IV

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Logbook Kegiatan Praktek Kerja Lapangan


Kegiatan harian Praktek Kerja Lapangan ini dilakukan sama dengan hari
kerja BRIN yaitu Senin-Jum’at dengan jam kerja pukul 07.30 – 16.00 (Senin –
Kamis), 07.30 – 16.30 (Jum’at).

Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan yang berlangsung dari tanggal


21 Agustus sampai 29 September 2023 di BRIN berikut ini adalah rincian
kegiatan yang dilakukan selama Praktek Kerja Lapangan di BRIN yang dapat di
lihat di tabel 4.1.

Tabel 4.1. Logbook Kegiatan Praktek Kerja Lapangan

No Hari, Tanggal Kegiatan


.

1. Senin, 21 Agustus 2023 Pengenalan lingkungan BRIN

2. Selasa, 22 Agustus 2023 Mencari jurnal

3. Rabu, 23 Agustus 2023 Review jurnal

4. Kamis, 24 Agustus 2023 Review jurnal

5. Jum’at, 25 Agustus 2023 Melakukan kegiatan jalan santai bersama

6. Senin, 28 Agustus 2023 Review jurnal

7. Selasa, 29 Agustus 2023 Review jurnal

8. Rabu, 30 Agustus 2023 Zoom meeting bersama pak diang dan pak pradeka

9. Kamis, 31 Agustus 2023 Menghitung kadar air benih kedelai

10. Jum’at, 1 September 2023 Senam pagi

15
16

11. Senin, 4 September 2023 Uji kadar air dalam benih kedelai

12. Selasa, 5 September 2023 Mempelajari viabilitas dan vigoritas benih kedelai

13. Rabu, 6 September 2023 Cek tekstur dan menghitung kadar air benih kedelai

14. Kamis, 7 September 2023 Belajar menggunakan inkubator

15. Jum’at, 8 September 2023 Senam pagi dan opsi di halaman brin

16. Senin, 11 September 2023 Belajar menggunakan ohmic heating

17. Selasa, 12 September 2023 Belajar mengolah data ohmic heating

18. Rabu, 13 September 2023 Zoom membahas tentang jamur dan mikroba

19. Kamis, 14 September Menilai hasil uji organoleptik mie sorgum


2023

20. Jum’at, 15 September Germinasi benih kedelai menggunakan ohmic heating


2023

21. Senin, 18 September 2023 Menyiram benih kedelai

22. Selasa, 19 September 2023 Review jurnal

23. Rabu, 20 September 2023 zoom meeting,international webinar

24. Kamis, 21 September Review jurnal


2023

25. Jum’at, 22 September Melakukan kagiatan jalan santai bersama


2023

26. Senin, 25 September 2023 Membuat laporan pkl

27. Selasa, 26 September 2023 Membuat laporan pkl

28. Rabu, 27 September 2023 Membuat laporan pkl

29. Kamis, 28 September Libur


17

2023

30. Jum’at, 29 September Senam pagi


2023

4.2 Metode Praktek Kerja Lapangan


4.2.1. Peralatan dan Perlengkapan

1) Germinator

a) Bersuhu konstan (20, 25 atau 30) ± 2°C (20 ± 2°C selama 16 jam dan 30±
2°C selama 8 jam dengan perpindahan suhu tidak lebih dari 3 jam).
b) Untuk menjamin kelembaban digunakan germinator yang memiliki
kelembaban tinggi atau media perkecambahan dalam boks tertutup atau
kantong plastik transparan.
c) Tersedia sumber cahaya, baik alami maupun buatan.

2) Media dan Air

a) Media pertumbuhan yang digunakan dalam uji daya berkecambah harus


memiliki pori-pori yang cukup untuk udara dan air sebagai tempat untuk
mendukung pertumbuhan sistem perakaran dan penyediaan air untuk
pertumbuhan kecambah. Media dapat berupa kertas atau pasir.
b) Media kertas dimana akar harus tumbuh di atas kertas tersebut dan tidak
menembus kertas. Kertas cukup kuat digunakan selama pengujian/analisis.
18

c) Media pasir dengan butiran berukuran seragam dan partikel berbentuk bulat.
Disyaratkan 90 % partikel lolos pada saringan berukuran 2,0 mm.
d) Media yang akan digunakan harus bebas dari benih, cendawan, bakteri atau
bahan beracun yang dapat mempengaruhi perkecambahan benih,
pertumbuhan atau evaluasi kecambah.
e) Media pertumbuhan harus mempunyai nilai pH antara 6.0 – 7.5 dan harus
memiliki tingkat salinitas yang tidak lebih dari 40 ms/m. Atau apabila media
sudah terbukti tidak bersifat toksik berdasarkan hasil uji fitotoksisitas.

4.2.2. Pengecambahan Media Pasir (P)

a) Tempatkan pasir steril pada boks.


b) Lembabkan pasir dengan menambahkan air hingga mencapai kelembaban
yang cukup.
c) Aduk-aduk pasir dan jangan dipadatkan.
d) Atur benih dalam setiap boks sesuai ukuran boks dan tutup dengan 1 – 2 cm
lapisan pasir.
e) Tutup boks dengan tutup transparan untuk menjaga kelembaban dan ketika
kecambah mulai menyentuh tutup boks, tutup tersebut dibuka.
f) Letakan boks dalam ruangan dengan suhu yang sesuai. Pada saat
pengujian/analisis, apabila pasir terlihat kering maka dapat dilakukan
penyemprotan secara merata. Penyemprotan dilakukan sedemikian rupa
sehingga seluruh ulangan memiliki kondisi yang relatif sama.
g) Untuk pemakaian media pasir yang lebih dari satu kali harus dilakukan
pengecekan media kembali.
h) Penggunaan ulang media pasir pada pengujian daya berkecambah benih
kedelai maksimal 3 kali.
19

4.2.3. Langkah Kerja Pengujian Daya Kecambah

Contoh kerja 150 benih kedelai

Dormansi

Perlakuan

Atur benihTidak
pada media

Inkubasi pada germinator bersuhu 20, 25, 30oC


atau suhu berganti 20 ˗ 30oC

Pengamatan pertama untuk mengambil dan


menghitung kecambah normal, kecambah busuk
(abnormal) dan benih busuk (mati)
20

4.3. Hasil dan Pembahasan


4.3.1. Ohmic heating

Tabung

Elektroda

Gambar 4.1 Ohmic heating


21

Sensor Suhu

Data Logger

Voltase

Gambar 4.2 Ohmic heating

Bagian-Bagian ohmic heating :

a) Elektroda ohmic heating biasanya terbuat dari material konduktif listrik


yang baik. Beberapa material yang sering digunakan termasuk stainless
steel, titanium, dan logam konduktif lainnya. Pemilihan material
tergantung pada aplikasi dan jenis bahan yang akan dipanaskan.
b) Tabung ohmic heating adalah salah satu bentuk perangkat yang digunakan
dalam proses ohmic heating. Tabung ohmic heating digunakan untuk
mengarahkan aliran arus listrik melalui bahan yang akan dipanaskan,
menciptakan panas dengan mengandalkan resistensi listrik. Tabung ohmic
heating biasanya memiliki terminal atau koneksi elektroda di kedua
ujungnya. Ini digunakan untuk menghubungkan tabung ke sumber daya
22

listrik, seperti tegangan AC, sehingga arus listrik dapat diterapkan pada
bahan melalui tabung.
c) Data logger dalam konteks ohmic heating adalah perangkat atau sistem
yang digunakan untuk mencatat dan merekam data terkait dengan proses
ohmic heating.
d) Sensor suhu dalam sistem ohmic heating adalah komponen penting yang
digunakan untuk mengukur suhu bahan yang dipanaskan selama proses.
Pengukuran suhu yang akurat sangat krusial dalam mengendalikan dan
memantau proses ohmic heating.
e) Voltase dalam proses ohmic heating adalah tegangan listrik yang
diterapkan pada bahan yang akan dipanaskan melalui elektroda ohmic
heating. Voltase ini memainkan peran kunci dalam mengatur intensitas
arus listrik dan, sebagai hasilnya, tingkat pemanasan dalam bahan tersebut.

Fungsi ohmic heating :

a) Ohmic heating dapat memanaskan bahan dengan cepat dan merata. Arus
listrik melewati bahan dengan hambatan listrik yang menyebabkan panas
dihasilkan secara merata. Ini memungkinkan pemanasan yang seragam dan
konsisten.
b) Salah satu keunggulan utama dari ohmic heating adalah kemampuannya
untuk mengontrol suhu dengan sangat presisi. Ini memungkinkan
pengguna untuk mencapai suhu yang diinginkan dengan tepat.
c) Ohmic heating sering digunakan dalam industri makanan dan minuman
karena kemampuannya untuk mempertahankan kualitas produk. Proses ini
memasarkan produk dengan cepat, sehingga nutrisi dan karakteristik
organoleptik dapat dipertahankan.
d) Ohmic heating memiliki efisiensi energi yang baik. Sebagian besar energi
listrik yang digunakan diubah menjadi panas dalam bahan, sehingga
meminimalkan kerugian energi.
23

e) Ohmic heating memungkinkan pengendalian yang baik terhadap proses


pemanasan. Ini termasuk pengaturan arus listrik, tegangan, dan waktu
aplikasi arus listrik untuk mencapai suhu yang diinginkan.
f) Dalam industri makanan, ohmic heating dapat digunakan untuk
memastikan keamanan pangan dengan mematikan mikroorganisme
patogen dan mengurangi kontaminasi.
g) Ohmic heating dapat mengurangi waktu produksi, meningkatkan efisiensi,
dan mengurangi biaya tenaga kerja.

Cara kerja ohmic heating :

a) Bahan yang akan dipanaskan dipersiapkan dan ditempatkan dalam tabung


khusus yang dapat menghantarkan arus listrik. Bahan ini seringkali
mengandung air atau memiliki konduktivitas listrik yang memadai untuk
memungkinkan arus listrik melewati mereka.
b) Elektroda, yang terbuat dari bahan konduktif seperti stainless steel atau
titanium, ditempatkan di dalam atau di sekitar bahan yang akan
dipanaskan. Elektroda ini berperan sebagai terminal yang menghubungkan
bahan dengan sumber daya listrik.
c) Elektroda dihubungkan ke sumber daya listrik, biasanya tegangan bolak-
balik (AC) dengan tegangan yang dapat diatur. Arus listrik mengalir dari
sumber daya listrik melalui elektroda ke dalam bahan yang akan
dipanaskan.
d) Arus listrik yang mengalir melalui bahan menghadapi hambatan listrik
karena resistivitas bahan. Hambatan ini menyebabkan energi listrik
berubah menjadi panas sesuai dengan hukum Ohm.
e) Panas dihasilkan secara merata dalam bahan karena arus listrik mengalir
melalui bahan dan mengatasi hambatan listriknya. Panas ini menghasilkan
kenaikan suhu dalam bahan.
24

f) Suatu sistem kontrol suhu dapat digunakan untuk memantau dan mengatur
suhu bahan selama proses ohmic heating. Ini memungkinkan pengguna
untuk memastikan bahwa suhu tetap dalam batas yang diinginkan.
g) Data logger dapat digunakan untuk mencatat suhu dan parameter lainnya
selama proses ohmic heating. Ini membantu dalam pemantauan dan
dokumentasi proses.
h) Selama proses ohmic heating, operator dapat memantau suhu dan waktu
untuk memastikan bahwa produk dipanaskan dengan benar untuk
mencapai tujuan pasteurisasi. Ini juga dapat memantau kualitas produk
yang dihasilkan.

Pengaruh ohmic heating pada benih :

Perlakuan pemanasan hanya dapat mengurangi persentase kemunculan jamur.


Pada penelitian ini bakteri tidak dapat dihilangkan dengan perlakuan pemanasan.
Hal ini dapat dilihat dari adanya kemunculan bakteri pada perkecambahan benih
di semua perlakuan pemanasan. Untuk virus tanaman, tidak ditemukan gejala
serangan virus pada tanaman kontrol dan tanaman dengan perlakuan pemanasan.

a) Ohmic heating melibatkan pemanasan dengan arus listrik yang dapat


menghasilkan panas yang cukup tinggi. Pemanasan yang intens dapat
merusak benih, terutama jika suhu yang dihasilkan melebihi ambang
toleransi benih tertentu. Hal ini dapat mengurangi viabilitas benih, yang
berarti kemungkinan benih untuk tumbuh menjadi tanaman yang sehat
akan menurun.
b) Ohmic heating dapat menyebabkan pembesaran benih, terutama jika suhu
pemanasan sangat tinggi. Pembasahan benih dapat mengakibatkan
pertumbuhan jamur atau mikroorganisme lain yang dapat merusak benih.
Selain itu, benih yang terlalu basah mungkin kehilangan daya tumbuhnya.
c) Jika tujuan menggunakan ohmic heating pada benih adalah untuk
mematikan mikroorganisme patogen yang mungkin ada pada benih, ini
mungkin berhasil. Namun, harus dilakukan dengan hati-hati untuk
25

memastikan bahwa benih tetap dalam kondisi yang sesuai untuk


pertumbuhan.
d) Pemanasan yang ekstrem dapat berpotensi merusak DNA dalam benih
atau memicu perubahan genetik yang tidak diinginkan. Ini dapat
mempengaruhi karakteristik tanaman yang tumbuh dari benih tersebut.

4.3.2. Uji Daya Kecambah Benih

Untuk uji daya kecambah yaitu menggunakan inkubator karena inkubator


adalah alat yang dirancang khusus untuk menciptakan kondisi lingkungan yang
terkendali dan optimal bagi perkecambahan benih. Inkubator adalah alat yang
berfungsi untuk menginkubasi dalam suhu terkontrol. Pada umumnya, inkubator
bekerja menggunakan elemen pemanas terbuat dari plat yang didalamnya diberi
nikelin atau heater keramik, dimana pemakaian daya listriknya yang besar apalagi
saat pertama dipanaskan membutuhkan waktu yang cukup lama hingga alat dapat
dioperasikan. Selain itu, perlu dipertimbangkan pula keseragaman suhu yang ada
di dalam dengan memperhatikan pola penempatan elemen pemanas (Lubis, 2017).
Prinsip kerja inkubator yaitu mengubah energi listrik menjadi energi panas. Kawat
nikelin akan menghambat aliran elektron yang mengalir sehingga mengakibatkan
peningkatan suhu kawat (Taiyeb, 2001).

Bagian-bagian inkubator :

a) kontrol suhu, Inkubator ini harus dilengkapi dengan pengatur suhu yang
akurat dan stabil. Suhu yang tepat sangat penting untuk menguji daya
kecambah benih dengan benar, karena suhu dapat mempengaruhi proses
kecambahan.
b) Kontrol Kelembaban untuk mengatur dan memantau tingkat kelembaban
dalam inkubator penting, karena kelembaban juga memainkan peran kunci
dalam kecambahan benih.
26

c) Rak ini adalah tempat benih ditempatkan untuk menguji daya kecambah.
Benih biasanya ditempatkan pada substrat atau kertas penyaring yang
disimpan di rak-rak khusus di dalam inkubator.
d) Pergantian Udara, Inkubator ini mungkin memiliki sistem penggantian
udara atau ventilasi yang memungkinkan sirkulasi udara yang baik di
dalamnya. Hal ini penting untuk menjaga kondisi yang optimal bagi benih
yang diuji.
e) Sistem alarm sering digunakan untuk memberitahu operator jika suhu atau
kelembaban keluar dari rentang yang diinginkan atau jika ada masalah lain
yang dapat mempengaruhi pengujian benih.
f) Inkubator uji daya kecambah benih modern biasanya dilengkapi dengan
pengendali digital yang memudahkan pengaturan dan pemantauan suhu
dan kelembaban.
g) Pintu inkubator mungkin transparan atau dilengkapi dengan jendela untuk
memungkinkan pengamatan tanpa membuka pintu, yang dapat
mempengaruhi kondisi di dalamnya.

Fungsi inkubator :

Inkubator merupakan sebuah perangkat yang berfungsi untuk mengontrol


kondisi lingkungan, seperti suhu dan kelembaban. Inkubator laboratorium sering
digunakan untuk penelitian pertumbuhan bakteri, atau memberikan lingkungan
yang cocok untuk kondisi biologis atau reaksi kimia. Ketika pengembangbiakan
bakteri dilakukan tanpa menggunakan inkubator, maka bakteri tidak akan dapat
tumbuh. Penyebab bakteri tidak dapat tumbuh dikarenakan suhu dan kelembaban
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri tidak bisa dicapai (Humaidah, 2011).
inkubator adalah alat yang berfungsi untuk menginkubasi mikroba pada suhu yang
terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu.

Cara kerja inkubator :


27

Inkubator memiliki prinsip kerja yaitu dengan memasukan atau


menyimpan biakan murni mikroorganisme, kemudian mengatur suhunya,
biasanya hanya dapat diatur diatas suhu tertentu. Cara kerja inkubator benih
melibatkan pengaturan dan pemeliharaan parameter lingkungan yang penting,
seperti suhu, kelembaban.

Pengaruh benih jika dilakukan di inkubator :

Inkubator menciptakan kondisi lingkungan yang terkendali, termasuk suhu


dan kelembaban yang tepat. Ini membantu meningkatkan tingkat perkecambahan
benih karena benih diberikan lingkungan yang optimal untuk tumbuh. Suhu yang
konsisten dan sesuai dengan kebutuhan tanaman adalah salah satu faktor utama
yang mempengaruhi perkecambahan benih. Pengendalian suhu yang baik dapat
meningkatkan tingkat keberhasilan perkecambahan. Kelembaban yang stabil
membantu benih menyerap air dengan baik, yang diperlukan untuk memulai
perkecambahan. Kelembaban yang sesuai membantu mencegah kekeringan atau
kelembaban berlebihan yang dapat menghambat perkecambahan.

Beberapa parameter yang diambil :

a) Potensi tumbuh maksimum (di akhir hari hari 8)


b) Daya berkecambah
c) Indeks vigor
d) Benih normal (di hari 5 dan 8)
e) Benih abnormal (di akhir hari ke 8)
f) Benih keras (di akhir hari ke 8)
g) Benih segar (di akhir hari ke 8)
h) Benih mati (di akhir hari ke 8)
i) Panjang batang kecambah (di akhir hari ke 8)
j) Panjang akar

Benih nya tidak tumbuh hingga hari ke 7,karena kondisi benih yang tidak baik.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa Benih yang tidak baik dan pasir yang tidak steril dapat
mempengaruhi benih nya tidak tumbuh.

5.2. Saran
1) Mencari sumber benih yang baik (bersertifikat).
2) Harus dilakukan pengujian mutu benih awal untuk mengetahui kondisi
awal benih.
3) Harus memakai pasir steril.

28
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, R. (2011). Strategi pencapaian diversifikasi dan kemandirian pangan:


Antara harapan dan kenyataan.

Septiana, P., Nugroho, F. A., & Wilujeng, C. S. (2018). Konsumsi junk food dan
serat pada remaja putri overweight dan obesitas yang indekos. Jurnal
Kedokteran Brawijaya, 61-67.

Triandita, N., & Putri, N. E. (2019). Peranan kedelai dalam mengendalikan


penyakit degeneratif. Jurnal Teknologi Pengolahan Pertanian, 1(1), 6-17.

Yulyatin, A., & Diratmaja, I. A. (2016). Pengaruh ukuran benih kedelai terhadap
kualitas benih. Jurnal Pertanian Agros, 17(2), 166-172.

Purwanti, S. (2004). KAJIAN SUHU RUANG SIMPAN TERHADAP


KUALITAS BENIH KEDELAI HITAM DAN KEDELAI KUNING
STUDY OF STORAGE TEMPERATURE ON THE QUALITY OF
BLACK AND YELLOW SOYBEAN SEED. Ilmu Pertanian, 11(1), 22-
31.

Chiu, K. Y., Chen, C. L., & Sung, J. M. (2002). Effect of priming temperature on
storability of primed sh‐2 sweet corn seed. Crop Science, 42(6), 1996-
2003.

Ruan, R., Ye, X., Chen, P., Doona, C. J., Taub, I., & Center, N. S. (2001). Ohmic
heating. Thermal technologies in food processing, 165-241.

Alkanan, Z. T., Altemimi, A. B., Al-Hilphy, A. R., Watson, D. G., & Pratap-
Singh, A. (2021). Ohmic heating in the food industry: Developments in
concepts and applications during 2013–2020. Applied sciences, 11(6),
2507.

Situmeang, M., Purwantoro, A., & Sulandari, S. (2014). Pengaruh pemanasan


terhadap perkecambahan dan kesehatan benih kedelai (Glycine max (L.)
Merrill). Vegetalika, 3(3), 27-37.

29
30

NURAINI, A. N. KALIBRASI INKUBATOR MEMMERT TIPE UNE 600


MENGGUNAKAN METODE AS 2853-1986.

Andriani, R. (2016). Pengenalan alat-alat laboratorium mikrobiologi untuk


mengatasi keselamatan kerja dan keberhasilan praktikum. Jurnal
Mikrobiologi, 1(1).

A., A. M. (2016). Keragaan Hasil dan Komponen Hasil Biji Kedelai Pada
Berbagai Agroekologi. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman
Aneka Kacang dan Umbi. Malang: Pemulia Kedelai Balitkabi.

Adie, M. d. (2007). Biologi Tanaman Kedelai. Balai penelitian kacang-kacangan


dan Umbi-umbian (BALITKABI). Malang .

Karim, A. (2015). Komunikasi Antar Budaya di Era Modern. Kudus: STAIN


Kudus.

Sharma, O. (1993). Plant Taxonomy. New Delhi: Tata McGraw Hill Publishing
Company.

Syarifah Khalilah, S. T. (2022). MUTU BENIH KEDELAI YANG DISIMPAN


PADA BERBAGAI JENIS. Jurnal Agrium Vol. 19, No 4, 360-365.

T., A. (2005). Budidaya Dengan Pemupukan Yang Efektif dan Pengoptimalan


Peran Bintil Akar Kedelai. Bogor: Penebar Swadaya.

T., A. (2013). Kedelai Tropika Produktivitas 3 Ton/Ha. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Utami, P. d. (2013). The Miracle of Herbs. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka.

Widodo. (1991). Pemilihan Wadah Simpan Dan Bahan Campuran Pada


Penyimpanan Benih Mahoni. . Bogor : Balai Perbenihan .
Lampiran. Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

Nama : Vina Umaya

NPM : 2168900005

Tempat, Tanggal Lahir : Subang, 01 Oktober 2001

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Mahasiswa

Alamat : Kalijati Timur, Kec, Kalijati, Kab Subang

No.Telpon : 089676369215

Riwayat Pendidikan

1. Universitas Mandiri 2021 – Sekarang


2. SMAN 2 Subang 2017 – 2020
3. SMP 1 Kalijati 2014 – 2017
4. SDN Kalijati 2008 – 2014

Subang, September 2023

31
32

Vina Umaya

LAMPIRAN GAMBAR
33
34
35

Anda mungkin juga menyukai