Anda di halaman 1dari 2

Pertama untuk kasus ini ada kaitan dengan hak orang yang diberikan dari mereka berada dalam

kandungan, yaitu hak untuk hidup. Hak tersebut dapat dicabut jika hanya jika kandungan tersebut dapat
mengancam nyawa sang ibu. Lalu bagaimana jika seseorang yang terkena penyakit stroke lalu koma?
Tentu saja tidak bisa semudah itu langsung euthanasia. Jika kita balik ke hak untuk hidup, sang pasien
berhak hidup sama seperti janin, jika hanya keluarga yang minta dengan alasan ekonomi tentu saja tidak
dapat dilakukan karena itu merampas hak hidup orang. Hal ini juga diatur dalam pasal 28 I ayat 1 : “ Hak
untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk
tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas
dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun. “

Pada Pasal 344 berbunyi: "Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu
sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh dihukum penjara selama-lamanya dua
belas tahun". Menurut hukum berati seorang pasien tidak dapat di euthanasia secara sepihak(atas
permintaan keluarga).

Dalam kebebasan ada yang dinamakan kebebasan individual yaitu kemampuan manusia untuk
menentukan dirinya sendiri. Kemampuan ini bersumber pada pikiran dan kehendak yang terwujud dala
tindakan. Kebebasan individual dibagi atas dua kebebasan jasmani yaitu kebebasan atas tindakan yang
dilakukan dan kebebasan rohani yaitu kebebasan atas pikiran sendiri. Sehingga kasus euthanasia ini
melanggar kebebasan individual secara mutlak dikarenakan euthanasia dilakukan bukan karena keinginan
atau pemikiran pasien sebagai mahluk hidup yang merdeka, namun keinginan dari pihak keluarga. Jika
dan hanya jika euthanasia yang meminta sang pasien bukan karena tekanan pihak lain dengan demikian
hal itu tidak melanggar kebebasan individual.

Tugas 3

Kebebasan berkaitan dengan tanggung jawab yang mana jika semakin bebas maka semakin besar
tanggung jawab, karena ia bertindak dibawah akal budi dan suara hatinya. Namun jika kasus pasien dalam
keadan koma apakah ia tidak bebas lagi sehingga tidak memiliki tanggung jawab? Tentu tidak namun
kebebasan ia terbatas dan tanggung jawab yang diemban juga terbatas. Dalam kasus euthanasia
permohonan orang ketiga(keluarga), hal tersebut tentu mencerminkan tidak tanggung jawabnya sebagai
keluarga karena keluarga memiliki kebebasan (dapat bertindak dibawah akal budi dan suara hatinya) dan
dengan euthanasia keluarga sama saja sudah tidak ingin mengurus istrinya sendiri yang artinya sudah
tidak mau bertanggungjawab atas sang istri. Padahal euthanasia itu belum tentu yang terbaik bagi sang
pasien. Akal budi yang digunakan hanya untuk kepentingan pribadi dan enggan mencari solusi yang lain.

terkena penyakit sudah sewajarnya kita mengurus hingga sembuh, tidak pantang menyerah.
Bagaimanapun mereka merupakan keluarga kita, orang yang paling dekat dan banyak menolong kita.

Tugas 4
Suara hati yang bertindak pertama dalam mengambilkeputusan, namun suara hati tidak dapat langsung
diiikuti harus dikritisi terlebih dahulu. Ada tiga keadaan yaitu keadaan sebelum mengambil keputusan,
keadaan saat mengambil keputusan, keadaan setelah mengambil keputusan. Dalam kasus ini pertama saat
keadaan sebelum mengambil kepetusan, yang dilakukan mengobservasi masalah dari sudut pandang lain,
orang terdekat dan orang yang ahli dalam bidangnya. Biasanya dalam melakukan observasi tidak dapat
dilakukan secara cepat karena masukan dari orang lain sangat penting dalam mengambil keputusan.
Kedua keadaan saat mengambil keputusan, tahap pertama dapat dipercepat jika keadaan mendesak maka
yang diikuti suara hati. Jika hal itu terjadi kepada saya, pertimbangan suara hati saya tidak memilih
euthanasia. Karena bagi saya jika euthanasia hidup orang lain atas kehendak saya sendiri sama saja
dengan mengambil hak hidup orang lain yang dapatt disimpulkan sama saja dengan membunuh. Selain itu
euthanasia atas kehendak sendiri merupakan tindakan negatif sehingga berakibat ketidaktenang pada hati
(Conscientia Consequens). Lalu keadaan setelah mengambil keputusan adalah menunggu konsekuenasi
atas tindakan yang telah diambil sebelumnya. Jika ternyata tindakan yang diambil salah, maka mencari
solusi yang paling benar dengan cara observasi lagi.

Anda mungkin juga menyukai