Anda di halaman 1dari 24

FOTO

BERWARNA 3X4

LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANIKA FLUIDA II
MATERI

HYDROULIC MODELLING

NAMA : HAFIZH MAULUDI RAFI’

NIM : 215100900111006

KELOMPOK : M1

ASISTEN :

Abdurrahim 'Azmi M. Wahyu I. Ade P.


Achmad Bayazid Hidayat Mhd Luthfi Zulhaq Azizi
Chilyatun Nisa' Mya Rahmi Azizah
Dian Sari Gladys Ni Luh Wayan Yugi Laksmi Dewi
Ja'far Tsabit Rabban Naufal Hanif Nur Muhana
Lutfiah Rahmadini Nicky Zendynia Putri

LABORATORIUM TEKNIK SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN


DEPARTEMEN TEKNIK BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada materi praktikum kali ini membahas mengenai hydroulic modelling. Dalam program
EPANET, kita dapat membuat simulasi hidrolis suatu jaringan pipa. Dalam pemodelan
tersebut kita juga bisa memperhitungkan nilai-nilai kehilangan energi, kekasaran pipa, usia
pipa, dan penentuan nilai C. Saat pemodelan selesai, kita dapat membandingkannya dengan
nilai aktual yang ada di lapangan. Di dalam pemodelan jaringan pipa kita akan menggunakan
komponen seperti node dan link. Node berfungsi sebagai analisis simulasi hidrolis dan
kualitas air yang mengalir di dalam pipa. Lalu link digunakan sebagai penghubung antar-
node. Contoh dari link adalah pompa yang merupakan alat yang digunakan untuk
memindahkan fluida dari satu tempat ke tempat lainnya. Lalu untuk contoh dari node adalah
tangki yang merupakan merupakan tempat penyimpanan yang dipakai pada industri sebagai
penyimpan suatu bahan cair. Selanjutnya terdapat penjelasan mengenai valve atau katup
yang merupakan salah satu alat yang menerima perintah dari luar untuk melepas,
menghentikan, atau mengarahkan fluida yang melalui suatu katup.
Pada suatu pipa pasti terjadi kehilangan energi atau headloss. Reaksi yang terjadi
adalah adanya tegangan geser yang terjadi saat fluida bergerak karena fluida memiliki
kekentalan ataupun adanya belokan, perbesara atau pengecilan, ataupun adanya komponen
perpipaan. Dalam perhitungan headloss terbagi menjadi 2 jenis yaitu mayor dan minor. Pada
perhitungan mayor sendiri memiliki beberapa rumus dari beberapa ahli yang berbeda.
Rumus pertama adalah persamaan dari Hazen-Williams dan terdapat rumus dari Darcy-
Weisbach. Pada kehilangan energi tersebut bisa dipengaruhi oleh koefisien kekasaran pipa
yang merupakan salah satu dari karakteristik fisik pipa dengan notasi angka C. Koefisien
kekasaran pipa merupakan bilangan yang menunjukkan besarnya kehilangan energi akibat
gesekan antara fluida yang mengalir dengan dinding pipa.

1.2 Tujuan
a. Mahasiswa mampu memahami dan melakukan langkah-langkah untuk menganalisis
hydraulic modelling
b. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi, analisis, dan evaluasi hasil running
jaringan pipa yang dibuat pada bab sebelumnya
BAB II TINJUAN PUSTAKA

2.1 Model Simulasi Hidrolis pada EPANET


Program EPANET dapat digunakan untuk membuat model jaringan pipa distribusi air
pada suatu wilayah. Pemodelan pada program EPANET digunakan untuk mempercepat
perhitungan hidrolis apabila terjadi perubahan pada jaringan pipa air. Pengalibrasian dari
hasil pemodelan di EPANET akan dibandingkan dengan kondisi aktual suatu wilayah. Faktor
yang dapat dianalisis pada jaringan pipa adalah seperti kehilangan energi, kekasaran pipa,
usia pipa, dan penentuan nilai C (Limbong et al, 2022).

2.2 Pengertian Node dan Link


Node merupakan salah satu komponen yang digunakan pada program EPANET. Node
akan berfungsi sebagai analisis simulasi hidrolis dan kualitas air yang mengalir di dalam
pipa. Node merupakan titik koneksi pipa yang akan dihubungkan oleh link. Setiap komponen
node bisa dimasukkan nilai untuk melakukan modifikasi nilai pada hasil akhir (Cristian et al.,
2021).
Pada simulasi sistem distribusi air di program EPANET butuh pemodelan sistem
tersebut dengan merangkai node yang akan dihubungkan dengan link. Link yang digunakan
pada sistem ini adalah seperti pipa, pompa, dan juga valve. Setiap komponen link bisa
dimasukkan nilai untuk melakukan modifikasi nilai pada hasil akhir (Herlin et al., 2013).

2.3 Pengertian Pompa dan Tangki


Pompa merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan fluida dari satu tempat ke
tempat lainnya. Cara kerjanya dengan mengonversi energi mekanik menjadi energi kinetik.
Energi mekanik yang dihasilkan, digunakan untuk meningkatkan kecepatan, tekanan,
ataupun elevasi. Faktor yang memengaruhi dari suatu pompa adalah jenis, ukuran, dan
bahan pembuatan pompa. Lalu dipengaruhi juga oleh jenis dan jumlah bahan cair yang
ditinjau dari tinggi dan jarak pengangkutan, serta tekanan yang diperlukan oleh cairan
(Syahril, 2015).
Tangki merupakan tempat penyimpanan yang dipakai pada industri sebagai penyimpan
suatu bahan cair. Selain sebagai tempat peyimpanan, tangki dapat digunakan untuk
menjaga produk dari bahan kontaminan yang dapat masuk. Terdapat berbagai jenis tangki
yang digunakan berdasarkan kegunaannya, seperti untuk menyimpan cairan, gas
terkompresi, dan wadah untuk pemanasan atau pendinginan. Dalam perencanaan
pembuatan tangki meninjau mengenai kegunaan, ukuran, tipe struktur, material, umur hidup
rancangan, lokasi, dan lingkungan sekitar (Fitriningsi et al, 2020).

2.4 Pengertian Valve beserta Tipenya


Valve atau katup merupakan salah satu alat yang menerima perintah dari luar untuk
melepas, menghentikan, atau mengarahkan fluida yang melalui suatu katup. Jenis katup
dibedakan menjadi beberapa jenis misalnya berdasarkan katup jenis kontrol yang telah
terbagi menjadi beberapa jenis juga. Pertama terdapat katup relief yang bisa membatasi
tekanan maksinum dan mencegah tekanan yang berlebihan. Lalu katup pengurang tekanan
yang digunakan untuk menurunkan tekanan. Lalu terdapat katup rangkaian yang digunakan
untuk mengontrol fungsi hidrolik. Lalu terdapat katup penyeimbang untuk mencegah jalur
agar kecepatan lebih terkontrol. Lalu terdapat katup kontrol aliran yang digunakan untuk
menghambat aliran pipa untuk kontrol volume. Lalu terdapat katup pembagi aliran yang
membagi aliran ke hidrolik yang memiliki tekanan yang berbeda (Purnama, 2015).
Valve atau katup digunakan untuk mengatur aliran pada suatu fluida dalam bentuk cair
maupun gas. Jenis yang pertama adalah globe valve, merupakan katup yang memiliki fungsi
untuk mengatur tekanan dan temperatur yang tinggi. Keuntungannya memiliki kontrol aliran
yang akurat, sedangkan untuk kerugiannya memengaruhi tekanan aliran. Selanjutnya
terdapat gate valve, yang digunakan untuk memebuka tutup aliran yang tidak memiliki
tekanan tinggi. Katup ini dapat mengontrol debit suatu aliran yang melewatinya. Selanjutnya
terdapat ball valve, digunakan untuk mengatur aliran dengan tekanan rendah, tetapi masih
bisa digunakan untuk temperatur yang tinggi (Prayogo, 2012).

2.5 Pengertian Headloss pada Pipa


Kehilangan head pada pipa sering juga disebut dengan head loss atau kehilangan
energi. Reaksi yang terjadi adalah adanya tegangan geser yang terjadi saat fluida bergerak
karena fluida memiliki kekentalan. Tegangan geser yang terjadi menyebabkan adanya
perubahan energi aliran menjadi energi lain. Misalnya menghasilkan panas, suara, dan
sebagainya. Perubahan energi tersebut menyebabkan kehilangan energi terjadi (Wibowo,
2013).
Kehilangan pada pipa atau head loss adalah kehilangan energi mekanik persatuan
massa fluida. Sehingga satuan head loss adalah satuan panjang yang setara dengan satuan
energi yang dibutuhkan untuk memindahkan satu-satuan massa fluida setinggi satu-satuan
panjang yang bersesuain. Sebab dari hilangnya tekanan bisa diakibatkan oleh gesekan dan
terbagi menjadi dua yaitu kerugian mayor dan kerugian minor (Surbakti, 2018).

2.6 Perhitungan Headloss pada Pipa


Dalam perhitungan headloss terbagi menjadi 2 jenis yaitu mayor dan minor. Pada
perhitungan mayor sendiri memiliki beberapa rumus dari beberapa ahli yang berbeda.
Rumus pertama adalah persamaan dari Hazen-Williams dengan rumus
1 ,85
Q .L
Hl=10 , 67[ 1 ,85
]
4 ,87 . Lalu pada persamaan yang kedua merupakan persamaan dari
C .D
Darcy-Weisbach yang menjelaskan headloss terjadi karena efek gesekan pada sepanjang
pipa, viskositas cairan, kekasaran dinding, diameter pipa, panjang pipa, dan kecepatan suatu
aliran. Persamaan ini dapat lebih diterima karena perhitungannya mendekati keadaan aktual.
Memperhitungkan mengenai aliran dari bilangan reynoldnya. Perhitungan dari rumus ini
2
v .L
adalah Hl=f (Mujahid, 2021).
D.2 . g
Lalu pada headloss minor terjadi karena adanya lubang masuk atau lubang keluar dari
pipa, pembesaran atau pengecilan, belokan, sambungan, dan katup. Untuk perhitungannya
dibedakan menjadi pipa yang belokan lengkung dan pipa dengan belokan patah. Pada
perhitungan belokan lengkung memakai rumus sebagai berikut

( )
3 ,5
D
k kb=[0,131+ 1,847. ]¿
2R
Dimana, kkb = koefisien kerugian belokan
D = diameter pipa (m)
R = jari-jari belokan pipa (m)
ϴ = sudut belokan (derajat)
2
v
Selanjutnya untuk kerugian head pada belokan patah menggunakan rumus Hm=K
2. g
(Wibowo, 2013).

2.7 Koefisien Kekasaran Pipa (Roughness Coefficients)


Kekasaran suatu pipa sangat erat kaitannya dengan aliran yang melewatinya. Setiap
pipa pasti memiliki nilai kekasaran berdasarkan bahan dasar pipa tersebut. Perhitungan
tersebut terdapat pada diagram moody yang memberikan hasil perhitungan gesekan pipa.
Hasil dari nilai tersebut didapatkan dari bilangan reynold dan kekasaran relatif pipa. Apabila
kekasaran suatu pipa tergolong tinggi, maka aliran air akan semakin turbulen atau tidak
merata (Andayani et al ,2018)
Koefisien kekasaran pipa merupakan salah satu dari karakteristik fisik pipa dengan
notasi angka C. Koefisien kekasaran pipa merupakan bilangan yang menunjukkan besarnya
kehilangan energi akibat gesekan antara fluida yang mengalir dengan dinding pipa. Koefisien
ini akan semakin bertambah besar nilainya seiring bertambahnya usia pipa yang
menyebabkan kehilangan energi semakin besar. Sehingga diperlukan perhitungan mengenai
nilai C berupa kekasaran pipa dengan usia pipa (Limbong et al, 2022).
BAB III CARA KERJA

3.1 Running Jaringan Pipa Sederhana


3.1.1 Kondisi 1
Pilih Project, kemudian klik Run
pada standar toolbar

Jika berhasil maka muncul “Run


was successful”

Lakukan pengamatan dan analisis


terhadap hasil parameter hidraulik
setelah running
Jika hasil running
tidak menghasilkan
nilai output maka
dilakukan evaluasi
dan re-input nilai pada
objek yang dipilih
Running ulang hingga dapat nilai
output yang sesuai yaitu
kecepatan aliran pada link
minimal 0,3 m/s dan tekanan pada
node minimal 10 m.

Gambar 3.1 Diagram Alir Running Jaringan Pipa Sederhana Kondisi 1


Sumber: Data Diolah, 2022
3.1.1 Kondisi 2
Hapus pipa 1

Tambahkan junction antara reservoir dan


junction 2, sehingga terbentuk junction 6

Tambahkan pompa diantara reservoir


dan junction 6

Tambahkan pipa antara junction 2 dan


junction 6

Dari halaman Browser, pilih Curve dan


klik add

Masukkan aliran pompa design (25) dan


head (100)
Klik Run

Lakukan pengamatan dan analisis hasil


parameter hidraulik setelah running

Running ulang hingga dapat nilai output


yang sesuai yaitu kecepatan aliran pada
link minimal 0,3 m/s dan tekanan pada
node minimal 10 m.

Gambar 3.2 Diagram Alir Running Jaringan Pipa Sederhana Kondisi 2


Sumber: Data Diolah, 2022

3.2 Analisis Periode Tunggal


Pilih Table pada standar toolbar

Pilih Network link at Klik Columns dan


centang box jika ingin
menampilkan panjang,
Klik OK diameter, dan kekasaran

Analisis periode tunggal

Gambar 3.3 Diagram Alir Analisis Periode Tunggal


Sumber: Data Diolah, 2022
3.3 Analisis Periode Panjang
Pilih Options pada data browser

Pilih Times

Ubah total duration menjadi 72

Masukkan angka 6 sebagai nilai


dari pattern time step

Pilih Pattern pada data browser


dan klik add

Masukkan angka 1 sebagai ID


Pattern

Masukkan nilai-nilai faktor 0.5;


1.3; 1.0; 1.2 untuk periode watu 1
sampai 4 dari durasi waktu 24 jam

Klik OK

Klik Run pada standar toolbar

Tambahkan panah arah aliran


pada map (pilih View>>Option,
pilih Flow Arrows dari Dialog Map
Options) dan cari model panah
yang ingin digunakan

Klik tombol Forward dan Stop


pada map browser untuk memulai
animasi dan klik tombol untuk
menghentikan

Gambar 3.4 Diagram Alir Analisis Periode Panjang


Sumber: Data Diolah, 2022
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum


4.1.1 Hasil Running Jaringan Pipa Sederhana

Gambar 4.1 Hasil Running Jaringan Pipa Sederhana Kondisi 1


Sumber : Data diolah, 2022

Gambar 4.2 Hasil Running Jaringan Pipa Sederhana Kondisi 2


Sumber : Data diolah, 2022
4.1.2 Hasil Analisis Periode Tunggal dan Panjang

Gambar 4.3 Tabel Nodes Periode Tunggal Kondisi 1


Sumber : Data diolah, 2022

Gambar 4.4 Tabel Link Periode Tunggal Kondisi 1


Sumber : Data diolah, 2022
Gambar 4.5 Tabel Nodes Periode Tunggal Kondisi 2
Sumber : Data diolah, 2022

Gambar 4.6 Tabel Links Periode Tunggal Kondisi 2


Sumber : Data diolah, 2022
Gambar 4.7 Grafik Nodes Periode Panjang Kondisi 2
Sumber : Data diolah, 2022

Gambar 4.8 Grafik Links Periode Panjang Kondisi 2


Sumber : Data diolah, 2022

4.2 Analisa Hasil Running pada Jaringan Pipa Sederhana


Pada praktikum kali ini kita membuat analisis jaringan pipa sederhana dalam 2 kondisi
yang berbeda. Kondisi 1 yaitu tidak menggunakan pompa dan kondisi 2 menggunakan
pompa. Kondisi 1 dianalisis berdasarkan periode tunggal dan kondisi 2 dianalisis
berdasarkan periode panjang. Pada kondisi pertama, digunakan 5 link berupa pipa yang
memiliki velocity secara berturut-turut sebesar 0.76; 0,35; 0,32; 0,30; dan 0,35. Kemudian
digunakan 4 buah node berupa junction yang memiliki pressure secara berturut-turut
sebesar 28,09; 36,75; 35,98; dan 42,64. Pada kondisi 2 digunakan 5 link berupa pipa yang
memiliki velocity secara berturut- turut sebesar 0,38; 0,43; 0,47; 0,32; dan 0,30. Kemudian
digunakan 5 buah node berupa junction yang memiliki pressure secara berturut-turut
sebesar 43,98; 43,45; 50,57; 48,29; dan 57,93. Berdasarkan data yang telah didapatkan
sudah sesuai dengan literatur yang didapatkan, yaitu nilai velocity dan pressure pada
masing-masing kondisi saling memengaruhi satu sama lainnya (Talanipa et al., 2022)

4.3 Analisa Hasil Analisis Periode Tunggal dan Periode Panjang


Setelah analisis dilakukan, didapatkan hasil periode tunggal yaitu kondisi 1 maupun
periode panjang yaitu kondisi 2. Pada tabel node periode tunggal jaringan pipa sederhana
kondisi 1 didapatkan nilai elevasi pada tiap junction secara beturut-turut sebesar 70; 60; 60;
dan 55 m. Besar base demand yang didapatkan secara berturut-turut sebesar 5;5;6; dan 8
dan besar demand sama dengan besar base demand. Sedangkan besar head secara
berturut-turut sebesar 98,09; 96,75; 95,98; dan 97,47 m. Kemudian diapatkan nilai pressure
secara berturutturut sebesar 28,09; 36,75; 35,98; dan 42,64 m. Hasil tersebut telah
memenuhi standar karena tiap kondisi yang ada berada pada nilai standar yang harus
dipenuhi.
Kemudian didapatkan tabel link periode tunggal jaringan pipa sederhana kondisi 1
dengan beberapa data. Pertama didapatkan data panjang pipa secara berturut-turut sebesar
500; 1200; 500; 1200; dan 500 m, diameter pipa secara berturut-turut sebesar 200; 170; 110;
111; dan 200 mm, kekasaran pada seluruh pipa adalah sebesar 120. Didapatkan flow LPS
pada tiap pipa secara berturut-turut sebesar 24; 8,05; 3,05; -2,95; dan -10,95, besar velocity
secara berturut-turut sebesar 0,76; 0,35; 0,32; 0,30; dan 0,35 m/s. Headloss pada tiap pipa
secara berturut-turut sebesar 3,82; 1,12; 1,54; 61,39; dan 0,89 m/km dan faktor kekasaran
pada tiap pipa secara berturut-turut sebesar 0,026; 0,030; 0,035; 0,030; dan 0,028.
Kemudian didapatkan hasil periode tunggal pada kondisi 2. Pada tabel node periode
tunggal jaringan pipa sederhana kondisi 2 didapatkan nilai elevasi pada tiap junction secara
beturut-turut sebesar 70; 60; 60; 55; dan 70 m. Base demand yang didapatkan secara
berturutturut adalah 5;5;6; dan 8 serta besar demand (LPS) secara berturut-turut adalah
sebesar 2,50; 2,50; 3; 4; dan 0. Sedangkan besar head secara berturut-turut sebesar
113,45; 110,57; 108,29; 112,93; dan 113,98 m. Lalu didapatkan nilai pressure secara
berturut-turut sebesar 43,45; 50,57; 48,29; 57,93; dan 43,98 m.
Kemudian, dilanjutkan dengan data tabel link periode tunggal jaringan pipa sederhana
pada kondisi 2. Pertama didapatkan data panjang pipa secara berturut-turut sebesar 1200;
500; 1200; 500; dan 500 m. Diameter pipa secara berturut-turut sebesar 120; 80; 50; 140;
dan 200 mm. Kekasaran pada seluruh pipa (roughness) adalah sebesar 120. Didapatkan
flow LPS pada tiap pipa secara berturut-turut sebesar 4,87; 2,37; -0,63; -4,63; dan 12,00.
Velocity secara berturut-turut sebesar 0,43; 0,47; 0,32; 0,30; dan 0,38 m/s. Headloss pada
tiap pipa secara berturut-turut sebesar 2,4; 4,55; 3,87; 1,03; dan 1,06 m/km, dan faktor
kekasaran pada tiap pipa secara berturut-turut sebesar 0,030; 0,032; 0,037; 0,031; dan
0,028. Dari hasil tersebut terdapat variasi perubahan debit aliran, kecepatan aliran, headloss,
dan faktor gesekan yang sangat fluktuatif, disebabkan oleh variasi panjang dan diameter
pipa (Rifai et al., 2021).

4.4 Faktor yang Mempengaruhi Proses Running Jaringan Pipa Sederhana


Pada pembuatan simulasi hidrolis kita akan membandingkan hasil dari kondisi
pemodelan dengan kondisi aktual di lapangan. Kita melakukan analisis hidrolis dengan dua
kondisi berbeda yaitu periode tunggal dan periode panjang. Hasil dari pemodelan adalah
berupa velocity dan pressure pada jaringan perpipaan. Besar velovity pada pipa dipengaruhi
oleh jarak tempuh dan diameter pipa. Sedangkan besar headloss pipa dipengaruhi oleh
faktor gesekan pipa. Naik turunnya nilai pressure dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah kecepatan aliran, diameter pipa, dan debit aliran pada pipa dimana
semakin besar diameter pipa, maka nilai velocity pada jaringan akan semakin kecil dan
berlaku untuk sebaliknya (Talanipa et al., 2022)
BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini kita membahas mengenai hydroulic medelling. Tujuan
dilakukannya praktikum ini adalah mahasiswa mampu memahami dan melakukan langkah-
langkah untuk menganalisis hydraulic modelling dan mampu melakukan interpretasi, analisis
dan evaluasi hasil running jaringan pipa yang dibuat pada bab sebelumnya. Pemodelan
pada program EPANET digunakan untuk mempercepat perhitungan hidrolis apabila terjadi
perubahan pada jaringan pipa air. Pengalibrasian dari hasil pemodelan di EPANET akan
dibandingkan dengan kondisi aktual suatu wilayah. Komponen-komponen yang digunakan
pada analisis hidrolis kali ini terdapat node seperti junction dan reservoir. Lalu terdapat link
seperti pipa dan pompa, serta terdapat juga valve.
Saat melakukan analisis hidrolis, kehilangan head pasti terjadi karena faktor-faktor yang
ada. Kehilangan head terjadi saat fluida bergerak karena fluida memiliki kekentalan.
Tegangan geser yang terjadi menyebabkan adanya perubahan energi aliran menjadi energi
lain. Misalnya menghasilkan panas, suara, dan sebagainya. Hasil dari faktor tersebut akan
memengaruhi kecepatan dan tekanan yang ada di dalam jaringan pipa.

5.2 Saran
Persiapan materi seperti model simulasi hidrolis, pengertian node dan link, pengertian
pompa dan tangki, pengertian valve, pengertian headloss dan rumusnya, dan koefisien
kekasaran pipa yang digunakan sebelum praktikum dilaksanakan merupakan hal yang wajib
untuk dilakukan untuk memudahkan saat praktek di lapangan. Prakitikum yang dilakukan
secara langsung lebih mudah untuk dipahami karena dilakukannya praktek setelah
memahami materi yang telah dipelajari. Praktek dengan mencoba sendiri secara bersama-
sama juga membantu dalam memahami materi yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

Andayani RD, Nuryanti SZ, dan Candra R. 2018. Pengaruh jenis lapisan kekasaran
permukaan pipa terhadap koefisien gesek. Jurnal Ilmiah TEKNIKA 5(2) : 181-194.
Cristian B, Kartini, dan Gunarto D. 2021. Pengembangan sistem jaringan distribusi air bersih
di kecamatan Pontianak Utara. Jurnal PWK Laut Sipil Tambang 8(2): 1-9.
Fitriningsi, Yudo H, dan Zakki AF. 2020. Analisis kekuatan tangki silinder 38T-104 PT.
Pertamina ru iv kapasitas 120.000 m3 dengan variasi diameter tangki. Jurnal Teknik
Perkapalan 8(3) : 251-261.
Herlin RY, Laila A, dan Kahar S. 2013. Pemanfaatan SIG untuk monitoring kebocoran
jaringan pipa PDAM di Kabupaten Demak. Jurnal Geodesi Undip 2(4): 147-161.
Limbong B, Suripin, dan Sudarno. 2022. Kalibrasi model epanet pada jaringan pipa air bersih
dengan modifikasi nilai kekasaran pipa berdasarkan metode Hazen-Williams. Jurnal
Ilmiah Teknik Sipil 26(1) : 1-10.
Mujahid F. 2021. Analisis Head Losses Mayor dan Minor pada Sistem Instalasi Turbin Pelton
Skala Mikro. Tugas Akhir. Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan.
Prayogo DD. 2012. Pembuatan Simulator Sirkulasi Air pada Alat Uji Turbin Crossflow dan
Pelton. Tugas Akhir. Program Studi Teknik Konversi Energi, Jurusan Teknik Konversi
Energi, Politeknik Negeri Bandung.
Purnama D. 2015. Rancang Bangun Katup Pengatur Tekanan pada Sistem Hidrolik. Laporan
Akhir. Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang.
Subakti, Fahrul Rozi. 2018. Analisis Pengaruh Head Loss Pipa Inlet Pompa Hidram
Terhadap Head yang Dihasilkan. Tugas Akhir. Departemen Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Syahril M. 2015. Rancang Bangun Alat Uji Pengaruh Variasi Panjang Nozzle terhadap
Efisiensi Jet Pump. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Sriwijaya,
Palembang.
Wibowo PA. 2013. Analisis Penurunan Head Losses pada Belokan Pipa 180o dengan Variasi
Non Tube Bundle, Tube Bundle 0,25 Inch, dan Tube Bundle 0,5 Inchi. Skripsi. Jurusan
Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Jember.
Wibowo, Priyo Ari. 2013. Analisis Penurunan Head Loss pada Belokan Pipa 180o dengan
Variasi NonTube Bundle, Tube Bundle 0,25 Inchi, dan Tube Bundle 0,5 Inchi. Skripsi.
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Jember.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Rifai K, Dwinanto MM, Bunganaen W. 2021. Studi karakteristik aliran di jaringan perpipaan
menggunakan perangkat lunak epanet 2.0 (studi kasus di laboratorium teknik
mesin). Jurnal Teknik Mesin 8(2): 59-67.
Talanipa R, Putri TS, Rustan FR, Yulianti AT. 2022. Implementasi aplikasi epanet dalam
evaluasi pipa jaringan distribusi air bersih pdam kolaka. Informal 7(1): 46-57.
LAMPIRAN
LAMPIRAN TAMBAHAN

Anda mungkin juga menyukai