Anda di halaman 1dari 3

Bab 10 konsep harta dalam islam

Pertama, Teori Istikhlaf. Manusia merupakan khalifah di muka bumi yang tunduk hanya
kepada Allah dan alam ditundukkan kepada manusia oleh Allah. Dampak dari teori ini adalah
bahwa benda hakikatnya milik Allah dan bukan milik manusia.Dalam hal kepemilikan atas
harta, kepemilikan manusia bersifat istikhlaf,

artinya posisinya sebagai wakil dari pemilik yang sesungguhnya, yaitu Allah. Karenanya
harta wajib diperoleh, dikembangkan, dan digunakan sesuai dengan kehendak Allah (QS
Nisa: 29, al-Taubah: 104).Kedua, Teori Gharizah Hubb al-Mal. Manusia dianugerahi
kehendak (iradah) dan banyak nafsu (syahwah muta‘addidah) terkait harta, baik suka
terhadap harta (dzatnya), memiliknya, maupun suka menggunakan dan atau mengambil
manfaatnya (QS Ali ‘Imran: 14 dan al-Fajr: 19-10).

Jika tidak memiliki sikap berterima kasih kepada Allah (al-syukr), sabar, zuhud, dan qana‘ah,
manusia merupakan makhluk yang tidak pernah puas terhadap apa yang ia miliki.

“Dalam hadits riwayat Imam al-Bukhari dijelaskan bahwa jika Bani Adam (manusia) telah
memiliki dua lembah harta, maka pasti dia akan mencari lembah harta yang ketiga, manusia
tersebut tidak akan pernah merasa puas,” jelas Guru Besar Ekonomi Syariah Universitas
Islam Negeri Sunan Gunung Djati ini. Ketiga, Teori Qiwam al-Hayat.

Harta merupakan media untuk melanjutkan keberlangsungan kehidupan. Keberadaan harta


merupakan hal penting untuk menjaga kelanggengan kehidupan (baqa’ al-nafs) dan
melanjutkan keturunan (baqa’ al-nasl). Bahkan kadang-kadang harta dianggap lebih utama
dalam membangun peradaban sebuah bangsa. Harta merupakan sumber keutaamaan
(fadha’il), kemuliaan (al-kiram), kebaikan (ihsan), dan kebahagiaan (sa‘adah).

“Harta merupakan media untuk mencapai kemuliaan (alat al-makarim), menolong (‘aun ‘ala
al-dahr), menguatkan agama (quwwah ‘ala al-din), menumbuhkan persaudaraan (mu’allafah
li al-ikhwan), menciptakaan kegembiraan hidup di dunia (bahjah al-dunya),” terang Jaih
sambil mengutip penjelasan al-Syirazi sebagaimana disampaikan ‘Ali Fikri dalam kitab
Mu‘amalah Madiyah wa al-Adabiyyah ketika menafsirkan QS al-Nisa’ ayat 114 dan al-Ra‘d
ayat 22-23.

Keempat, Teori al-Wasilah. Tujuan hidup manusia adalah mengabdi kepada Allah
(al-‘ubudiyyah), bukan mencari dan mengumpulkan harta (QS al-Dzariyat: 56 dan al-Hajj:
77-78).

Tujuan mencari dan mengumpulkan harta untuk melaksanakan perintah Allah baik dalam
bentuk zakat, infaq, wakaf, dan sedekah. Aktivitas duniawi seperti bisnis harus mendukung
dzikrullah melalui aktivitas shalat dan ibadah lainnya (QS al-Nur: 37-38).

Kelima, Teori Mas’uliyyah. Pada zaman jahliyah, masyarakat mencari dan mengumpulkan
harta dalam rangka membangun kekuatan dan kewenangan (sulthah), dan mereka menjadi
warga yang superior yang memiliki hak-hak istimewa. Dalam ajaran Islam, harta merupakan
bagian dari nikmat Allah yang harus dipertanggungjawabkan (QS al-Takatsur: 8) dan cara
mendapatkan, pengembangan (investasi), dan menggunakan harta harus sesuai dengan
ketentuan Allah dan rasul-Nya.
Dengan demikian, umat Islam tidak sewenang-wenang dengan menghalalkan segala cara
terkait cara mendapatkan, mengembangkan dan menggunakan harta.

“Kegiatan mu‘amalah maliyyah harus didasarkan pada rasa cinta, kasih-sayang, dan toleran
ketika melakukan penawaran, penjualan, pembelian, penagihan, dan pembayaran utang
sehingga terhindar dari sengketa, penpuan, penimbunan, durhaka, dan kezhaliman,” tulis Jaih.

Bab 9 perilaku ekonomi dalam prespektif islam

Perilaku ekonomi dalam perspektif Islam mencakup prinsip-prinsip yang diambil dari ajaran
agama Islam untuk membimbing individu dan masyarakat dalam menjalani kehidupan
ekonomi. Beberapa prinsip ekonomi Islam yang mendasari perilaku ekonomi meliputi:

1.Zakat dan Infaq:

Prinsip: Wajibnya zakat sebagai bentuk redistribusi kekayaan.

Ayat Al-Qur'an: "Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku'lah bersama orang-orang
yang ruku'." (Q.S. Al-Baqarah [2]: 43)

Hadis: Rasulullah SAW bersabda, "Islam dibangun di atas lima pokok, mengucapkan
syahadat bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji ke Baitullah, dan puasa Ramadhan."
(HR. Bukhari dan Muslim)

2.Riba (Bunga):

Prinsip: Riba dilarang untuk mencegah eksploitasi dan ketidakadilan dalam transaksi
keuangan.

Ayat Al-Qur'an: "Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." (Q.S. Al-
Baqarah [2]: 275)

Hadis: Rasulullah SAW bersabda, "Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu, dia berkata:
Rasulullah SAW melaknat pembayar riba, penerima riba, penulisnya, dan saksinya. Dia
bersabda, 'Mereka semua sama.'" (HR. Muslim)

3.Keadilan dan Keseimbangan:

Prinsip: Islam mendorong distribusi kekayaan yang adil.

Ayat Al-Qur'an: "Dan berikanlah kepada keluarga yang berhak, dan orang miskin, dan orang
yang dalam perjalanan." (Q.S. Al-Baqarah [2]: 177)

Hadis: Rasulullah SAW bersabda, "Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai dia
mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri." (HR. Bukhari dan
Muslim)
4.Transparansi dan Kejujuran:

Prinsip: Kejujuran dan transparansi ditekankan dalam transaksi ekonomi.

Ayat Al-Qur'an: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah sebahagian kamu menipu
sebahagian yang lain; mengapa kamu tidak mahu memberi keterangan (terhadap jual beli) itu,
padahal Allah mengetahui." (Q.S. Al-Baqarah [2]: 283)

Hadis: Rasulullah SAW bersabda, "Dua belah pihak yang melakukan jual beli memiliki hak
untuk membatalkannya selama keduanya tidak berpisah. Jika keduanya jujur dan
menerangkan (kekurangan atau kelebihan barang), mereka akan mendapat keberkahan
transaksi, dan jika keduanya berdusta dan menyembunyikan, maka hilanglah berkah transaksi
mereka." (HR. Bukhari dan Muslim)

5.Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan:

Prinsip: Islam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Ayat Al-Qur'an: "Dan janganlah kamu menghancurkan dirimu sendiri." (Q.S. Al-Baqarah [2]:
195)

Hadis: Rasulullah SAW bersabda, "Jika Kiamat tiba sementara salah seorang di tanganmu
membawa bibit pohon, maka tanamlah (tanamkanlah)." (HR. Ahmad)

6.Solidaritas dan Kepedulian Sosial:

Prinsip: Islam mengajarkan solidaritas dan kepedulian terhadap kaum yang membutuhkan.

Ayat Al-Qur'an: "Dan berikanlah haknya kepada yang meminta dan kepada orang yang
merintis." (Q.S. Adh-Dhariyat [51]: 19)

Hadis: Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang memberikan pakaian kepada seorang
mukmin yang telanjang, maka Allah akan memberikan kepadanya pakaian dari hijab surga
pada hari kiamat." (HR. Ahmad)

Perilaku ekonomi dalam perspektif Islam mencerminkan upaya untuk mencapai


kesejahteraan individu dan masyarakat secara keseluruhan, sejalan dengan nilai-nilai dan
ajaran Islam.

Anda mungkin juga menyukai