ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola pengasuhan anak pada
keluarga berkarir ganda. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui
bagaimana penerapan pola sosialisasi yang menjadi hal mendasar dalam keluarga
berkarir ganda dan bagaimana pengaturan waktu oleh orang tua yang bekerja.
Pengasuhan sebagai sebuah proses yang merujuk pada serangkaian aksi dan
interaksi yang dilakukan orang tua untuk mendukung perkembangan anak.
Pengasuhan bukanlah sebuah hubungan satu arah yang mana orang tua
mempengaruhi anak saja, namun lebih dari itu pengasuhan merupakan proses
interaksi antara orang tua dan kelembagaan sosial dimana anak dibesarkan.
Hubungan antara orang tua dan anak dipengaruhi oleh berbagai perbedaan emosi
tertentu yang membuat anak merasa dicintai dan dihargai atau sebaliknya.
Penelitian ini merupakan penelitian naratif dengan pendekatan kualitatif yang
dilakukan di gampong Jeulingke. Subjek penelitian ini adalah keluarga karir yaitu
orang tua yang sama-sama bekerja atau memiliki karir ganda. Teknik
pengumpulan data dengan, wawancara, observasi, studi kepustakaan, studi
lapangan. Teknik analisis data menggunakan model Miles dan Huberman, yaitu
data pengumpulan data, reduksi data (data reduction), penyajian data (data
display), penarikan kesimpulan (verification). Teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Teori adaptasi Soerjono Soekanto. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua yang berkarir
ganda yakni anak secara perlahan akan menyesuaikan diri dengan situasi dan
kondisi yang membuatnya harus menjadi mandiri. Selama orang tua bekerja anak
di asuh oleh nenek, kerabat, dan pengasuh. Anak dibolehkan bermain gadget atau
ponsel hanya selama beberapa saat. Anak dibiasakan untuk mandiri dalam
menyelesaikan tugas sekolah dan belajar dirumah. Terdapat perbedaan antara
keluarga yang orang tuanya bekerja atau karir ganda dan atau salah satu orang
tuanya bekerja, misalnya keluarga yang pola pengasuhannya itu orang tua yang
bekerja salah satunya mereka lebih intensif dalam pengasuhan anak.
1
Penulis/Mahasiswa,
2
Pembimbing/Dosen
arinimarhani064@gmail.com
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP USK
Volume 8, Nomor 3, Agustus 2023
www.jim.unsyiah.ac.id/Fisip
ABSTRACT
This study aims to determine how child care patterns in the dual career family. This
study also aims to determine how to implement socialization patterns that are basic
things in a double career and how time arrangements by parents who work. As a
process that refers to a series of actions and interactions carried out by parents to
support child's development. Parenting is not a one-way relationship that parents affect
the child alone, but more than that parenting is the interaction process between parents
and social institutions where children grow up. the relationship between parents and
children is influenced by various differences in certain emotions that make children feel
loved and appreciated or vice versa. This research is a narrative research with a
qualitative approach conducted in Jeulingke village. The subject of this research is a
career family that is both parents work or have a double career. Data collection
techniques with, interviews, observations, library studies, field studies. data analysis
techniques using Miles and Huberman models, namely data collection data, data
reduction (addiction data), data presentation (display), this withdrawal is Adaptation
Soerjono Soekanto.The results from this study indicate that the parenting carried out by
dual parents, namely children will slowly adjust to the situation and conditions that
make it must be independent. During parents working children were raised by grandma,
relatives, and caretakers. the child is allowed to play gadgets or cellphone only for a
while. Children are used to be independent in completing schoolwork and learning at
home. There is a difference between families whose parents work and or one of their
parents work, for example families whose parenting pattern is working, one of which is
more intensive in child care.
PENDAHULUAN
Thomas Lickona mengatakan bahwa masyarakat pada umumnya
memandang keluarga sebagai sumber pendidikan moral yang paling utama bagi
anak. Orang tua adalah guru pertama dalam meningkatkan moral. Hubungan
antara orang tua dan anak dipengaruhi oleh berbagai perbedaan emosi tertentu
yang membuat anak merasa dicintai dan dihargai atau sebaliknya (Rofiq, 2018).
Di setiap masyarakat yang kita kenal, hampir setiap orang hidup dalam
jaringan tanggung jawab dan hak keluarga yang disebut hubungan peran. Peran
keluarga tentunya memiliki dampak yang besar. Keluarga adalah kelompok sosial
terkecil dalam masyarakat. Setiap anggota keluarga (suami, istri dan anak) melalui
proses sosial agar mereka dapat memahami dan menghayati budaya yang dominan
dalam masyarakat (Prabowo, 2015).
Umumya bekerja adalah kewajiban bagi setiap orang, apapun yang terjadi
baik laki-laki atau perempuan. Penentuan bidang kehidupan berdasarkan jenis
kelamin (laki-laki dan perempuan) masih menjadi warisan budaya klasik atau dari
anak-anak hingga orang dewasa. Selama ini paradigma yang masih berkembang
adalah laki-laki harus bekerja paruh waktu (bekerja mencari nafkah) sedangkan
perempuan di rumah menunggu suami berangkat kerja, membesarkan anak dan
mengurus rumah tangga seperti memasak, mencuci, dan seterusnya, itulah
paradigma saat ini (Zayyadi, 2012).
Secara stereotype insubordinasi dalam perspektif agama misalkan,
menganggap perempuan sebagai inferior dan laki-laki sebagai superior (leaders).
Dalam konteks sosial, paradigma di atas berakar pada masyarakat. Sebagai contoh,
sebagian besar masyarakat dalam budaya keluarga normatif masih mengenal
pembagian kerja atau struktur peran dalam keluarga, bahwa pembagian peran
dalam keluarga didasarkan pada jenis kelamin (gender role).
Jika melihat peran gender, struktur peran dalam keluarga seharusnya
memberikan peran dan tanggung jawab bersama antara suami dan istri, mulai dari
level domestik hingga publik, karena hal ini tidak menutup kemungkinan
perempuan (istri) juga dapat berpartisipasi dalam dunia publik atau perempuan
juga dapat mencari nafkah bekerja sesuai dengan profesi dan keahliannya,
sehingga perempuan tidak hanya berpartisipasi di dunia domestik, tetapi juga di
dunia publik.
Munculnya pernyataan oleh para aktivis gender bahwa makhluk hidup
memiliki tugas utama yang setara (equal) antar umat manusia tidak pandang bulu,
baik laki-laki maupun perempuan untuk berkiprah dalam bidang apapun, sesuai
dengan profesi dan keahliannya masing-masing (Zayyadi, 2012).
Pengasuhan termasuk pola interaksi antara orang tua dan anak dalam
rangka pendidikan karakter anak. Dalam interaksi tersebut, anak menyesuaikan
diri dengan apa yang dilihatnya dan dipelajari dalam keluarga. Mengasuh anak
dan pendidikan keluarga yang baik sangat penting bagi perkembangan kepribadian
anak. Cara orang tua memperlakukan anaknya sejak bayi memiliki dampak
tentang perkembangan sosial dan moral mereka di masa dewasa.
Mengingat lingkungan anak tidak hanya lingkungan keluarga yaitu mikro,
maka semua pihak baik keluarga, sekolah, media, bisnis dan lain-lain juga
mempengaruhi perkembangan karakter anak, dengan kata lain, membangun
generasi penerus bangsa yang berkarakter menjadi tanggung jawab semua
pihak. Pola asuh adalah sikap dan cara orang tua mempersiapkan anggota keluarga
yang lebih muda, termasuk anak-anak, untuk mengambil keputusan sendiri dan
bertindak secara mandiri sehingga mereka mengalami perubahan dari bergantung
pada orang tua menjadi mandiri dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri .
Monks memberikan pengertian pengasuhan sebagai cara, yaitu ayah dan
ibu dalam memberikan kasih sayang dan cara mengasuh yang mempunyai
pengaruh besar bagaimana anak melihat dirinya dan lingkungannya. Peran orang
tua dalam membesarkan anak penting tidak hanya untuk melindungi
perkembangan jiwa anak dari hal-hal negatif, tetapi juga untuk membentuk
karakter dan kepribadiannya sedemikian rupa sehingga menjadi manusia spiritual
yang selalu mengikuti agama yang dianutnya (Ayun, 2017).
(Umar, 2001) Peran perempuan dalam masyarakat tradisional sangat
berbeda dengan masyarakat maju, di masyarakat maju hampir tidak ada peran
gender, Laki-laki dan perempuan dianggap setara. Pada masyarakat tradisional
jauh berbeda, apa lagi berkaitan dengan pembagian harta warisan dan pakaian
jilbab, dan jilbab menjadi alasan dan alat kontrol untuk memperketat peran
perempuan.
(Perempuan, 2006) banyak penelitian dan studi sedang dilakukan oleh
kelompok-kelompok perempuan, namun gerakan ini gagal menembus elemen
penting masyarakat, biasanya dibatasi oleh pola pikir, pendidikan, pendidikan
rendah, menikah terlalu muda sampai mereka berhubungan dengan masalah
dogmatis yang telah berkembang dari generasi ke generasi (Rahmah, 2019).
Pada abad modern saat ini cukup banyak perempuan-perempuan hebat
dalam bidang pendidikan, seperti guru, dosen, rektor, dekan dan penulis buku
sampai kepala sekolah. Jabatan yang diemban perempuan tersebut tidak dibarengi
dengan pengurangan beban kerja. Selain memangku jabatan di ranah publik,
perempuan juga tidak meninggalkan pekerjaan domestiknya.
Pendidikan bagi perempuan sangat penting, semakin tinggi pendidikan
akan semakin tinggi rasa optimis dan berani untuk bersaing mengembangkan
tugas-tugas baru yang menantang. Di sisi lain, kebebasan perempuan mengenyam
pendidikan di luar rumah berarti mereka juga memiliki kebebasan bersosialisasi
dengan dunia luar (Rahmah, 2019).
METODE PENELITIAN
Melalui metode kualitatif dimungkinkan untuk menemukan dan
memahami sesuatu dibalik suatu fenomena yang sebelumnya tidak diketahui.
Metode kualitatif ini juga dapat memberikan detail yang kompleks tentang
fenomena yang sulit ditangkap dan diungkapkan dengan metode kuantitatif.
Penelitian kualitatif atau penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang
menghasilkan hasil yang tidak dapat diperoleh dengan metode statistik atau cara
kuantitatif lainnya. Penelitian kualitatif adalah teknik penelitian yang dapat
digunakan untuk menghasilkan data deskriptif berupa bahasa, tulisan dan tingkah
laku orang yang diamati (Nugrahani, 2014).
Peneliti naratif melakukan kajian terhadap satu atau lebih individu untuk
memperoleh informasi tentang sejarah perjalanan hidupnya, yang kemudian
disusun menjadi sebuah narasi kronologis (Ramdhan, 2021).
Memaklumi nilai yang anak peroleh baik rendah dan tetap mau belajar
agar giat dalam berusaha, dan anak bisa berhasil atau sukses bisa melalui
kemampuannya baik dipengetahuan maupun dibakatnya, mengingatkan anak agar
berusaha dalam proses belajarnya dan tidak melalaikan serta jika ada yang tidak
dimengerti mintalah kepada guru untuk mengulangi kembali penjelasannya.
Bakat anak yang harus dikembangkan baik bersifat akadenik maupun non
akademik. Dalam motivasi orang tua memiliki tujuan agar anak terdorong untuk
bisa semangat dalam belajar dan mencapai cita-citanya, juga mengaplikasikan
nilai moral yang diketahui anak, hanya memberi contoh kecil yang dimana anak
itu pasti suka dia dengan ‘mi, lihatlah dia punya kantor, luas lagi’ dari hal itu anak
sudah ada ketertarikan ingin seperti apa yang dia lihat kita respon saja ‘abang
kalau mau begitu belajar yang rajin.
Perkembangan lingkungan dari rumah yang tetap membiasakan anak untuk
tetap bemain bersama anak lingkungan setempat, tidak membiasakan dengan
bermain ponsel sehingga menyenangi ponsel dan tidak bermain bersama anak
lingkungan setempat.
Cara orang tua memberi pengertian agar dalam fungsi sosial budaya yaitu
mengingatkan dalam perkara ucapan yang diucapkan, cara berperilaku, cara
bertindak, agar anak tidak menjadi semena-mena dalam berperilaku, berbicara,
bertindak. Cara orangtua memberi reward atau bentuk semangat terhadap perilaku
anak yang baik, tetapi akan mendapatkan hukuman jika melanggar.
Faktor di lingkungan sekolah yaitu rasa ketegangan dan disiplin otoriter,
mengutamakan disiplin, kalau ketegangan tidak. Kalau sekolah negeri iya bisa saja
ada yang seperti munculnya ketegangan yang sampai anak merasa berpikir dengan
tangkas, kalau di sekolah anak-anak ini tidak ya, tetapi adab dan disiplin itu tidak
boleh di abaikan.
Terkait suasana di lingkungan sekolah, ada tetapi tidak terlalu seperti
sekolah negeri yang muridnya ramai, kalau di sekolah mereka muridnya masih
dapat terpantau dan tidak seramai seperti sekolah negeri. Kepribadian anak, setiap
anak itu beda-beda pasti, begitu pula anak yang kembar kepribadiannya pasti
berbeda, karena anak punya cara sendiri untuk bagaimana berpikirnya, bagaimana
merespon apa yang dirasakan, kepribadian pada setiap anak baik dalam cara
berbuat, berpikir, merasakan, khususnya dalam berhubungan dengan orang lain
atau menanggapi suatu keadaan.
Menumbuhkembangkan harapan, tentu untuk setiap ibu pasti ingin
menginginkan harapan yang baik-baik, tentu dalam usahanya pun untuk menjadi
seorang ibu harus lebih menumbuhkan rasa keibuan yang dengan harapan baik dan
keluarga pun memiliki harapan yang baik juga, menumbuhkembangkan harapan
tentunya seorang ibu menjadi baik dan lebih baik, dan dalam upaya menjadi
seorang ibu pun lebih mengusahan dalam tindakannya.
Orang tua tidak membayangkan atau berpikir untuk melakukan aborsi.
Mengapa memilih Jeulingke sebagai tempat tinggal, karena sudah beli tanah oleh
orang tua pihak ibu, Alhamdulillah tetangga disini baik semua, tidak adanya
ketegangan juga lingkungan yang terbebas dari perilaku negatif.
merasakan, berpikir, bahkan perbuatan yang dilakukan, setiap anak anak pasti
beda-beda seperti tingkat bandel anak pertama dan anak kedua kita bisa
mengetahui. Sikap orang tua dalam memberikan pengenalan dalam hal reproduksi
kepada anak, sebagian menjelaskan dan selebihnya menggunakan kepada buku
agar anak terbiasa membaca dan membuka wawasan tentang tubuh terlebih
tubuhnya anak.
Bagaimana dalam menumbuhkembangkan harapan pada diri sendiri dan
keluarga, tentu, harapan sebagai seorang ibu bukan hanya ingin yang baik saja
tetapi lebih bisa mengaplikasikan yang baik dalam berusaha menjadi seorang ibu
dan juga keluarga yang tentu baik.
Terkait pengasuhan dan pemeliharaan anak dengan memenuhi kebutuhan
dasar anak, kalau untuk kebutuhan fisik, yaitu bermain, kesehatan yaitu alergi dari
factor keturunan, kalau untuk kasih sayang lebih ke arah memeprhatikan, kalau
untuk stimulasi atau kegiatan interaktif yaitu memperingatkan anak agar tidak lalai
pada tugas sekolah. Terkait mengugurkan persalinan, tidak.
Mengapa memilih Jeulingke sebagai tempat tinggal, lingkungannya masih
kondusif dan juga masih dekat dengan rumah orangtua suami, orangnya juga
menyambut dengan ramah, mengerti contoh seperti pesta itu saja hanya bisa
datang sesempatnya karena juga sebagian besar waktu dihabiskan dengan urusan
dirumah di hari sabtu,minggu mencuci, dan yang lainnya, kalau untuk ketegangan
yang dikarenakan perdebatan tidak ada. Apakah keadaan lingkungannya terbebas
dari sikap antisosial, pembangkang, Alhamdulillah, terjauhi dari hal-hal tersebut.
Terkait teladan atau contoh yang baik dari teknologi dan globalisasi baik
berdampak positif atau negatif, lebih kepada abinya yang memberi contoh yang
positif yaitu dapat menggunakan ponsel sesuai kegunaan untuk menelpon nenek,
bermain game dengan batasan waktu lima belas menit tanpa pengurangan aturan,
dan tetap bermain dengan teman serta melakukan kegiatan lain. Kalau contoh
yang negative adalah sangat ketergantungan dengan ponsel yang berlebihan dan
melalaikan tugas yang lainnya.
Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi pribadi yang baik.
Orang tua adalah orang pertama yang membentuk karakter anak dalam kehidupan
anak dan seharusnya menjadi teladan yang baik bagi anaknya. orang tua
bertanggung jawab atas pendidikan orang tua dalam keluarga, dalam hal kecil
maupun dalam hal besar dilakukan dan dilaksanakan oleh semua orang, termasuk
orang tua.
Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing, tugas dan
tanggung jawab setiap orang dipengaruhi oleh proses pendidikan dan penyesuaian
dalam keluarga. Pendidikan keluarga adalah yang dirasakan oleh anak pertama
kali. Agama mengatur tindakan keluarga terhadap anak, dalam hal ini yaitu agama
islam. Agama islam memandang bahwa kedua orang tua memiliki tanggung jawab
terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis anaknya bahkan lebih dari
itu membebaskan anaknya dari siksaan api neraka.
Pengasuhan adalah cara yang digunakan dalam usaha membantu anak
untuk tumbuh dan berkembang dengan merawat, membimbing dan mendidik anak
agar mencapai kemandiriannya. Pada dasarnya, pengasuhan adalah suatu sikap
praktek yang dilakukan oleh orang tua meliputi cara memberi makan pada anak,
memberikan makan pada anak, memberikan stimulasi, memberi kasih sayang agar
anak dapat tumbuh kembang dengan baik.
Tidak ada orang tua yang sempurna. Karir ganda ialah karir yang terjadi
apabila suami maupun istri sama-sama bekerja dan mengurus rumah tangga secara
bersama pula. Di dalam setiap hubungan pasangan suami istri memiliki cara yang
mengatur peranan dalam pekerjaan dan rumah tangga. Keluarga karir ganda
adalah sebuah keluarga dengan ayah ibu yang bekerja. Beberapa orang tua yang
dapat melakukan pengasuhan yang baik dengan cara yang variatif.
Pengasuhan dipandang sebagai sebuah proses sosialisasi orang tua dalam
mempengaruhi anak-anaknya untuk berperilaku positif dengan lingkungan sekitar.
orang tua karir ganda yang mengoptimalkan pengasuhan kepada anakanaknya.
Meskipun kedua orang tua sama-sama berkarir, pendidikan dan pengasuhan anak
tidak ditinggalkan begitu saja.
Pola-pola pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua karir ganda bagi
kelangsungan pendidikan agama Islam anak memiliki faktor pendukung dan
penghambat. Beberapa faktor yang mendukung pendidikan agama Islam anak
adalah keterlibatan keluarga besar, lingkungan, dan orang tua. keluarga besar ikut
andil dalam proses pendidikan anak.
KESIMPULAN
Diketahui bahwa ayah dan ibu bekerja merencanakan pendidikan anaknya
sudah sejak dalam kandungan. Pada tahap ini dilakukan ritual tertentu dengan
harapan agar anak lahir sehat dan berkepribadian baik. Persiapan menyambut tidak
lepas dari pengalaman orang tua atau leluhur sebelumnya. Ibu adalah sosok
penting bagi anak jika ibu dapat melahirkan anak yang sehat seperti yang
diharapkan. Kedekatan anak dan ibu sangat jelas, bahkan saat anak tumpang tindih
dengan tugas pekerjaan. Seorang ibu menyampaikan rasa aman dan cinta serta
harapan dan tindakan bagi anak-anak untuk mencapai tujuan mereka. Distribusi
pola asuh dan jam kerja berdasarkan pengalaman Informan menerima informasi
parenting. Setiap informan memiliki keunikan tersendiri. Mereka membuat
SARAN
1. Orang tua harus memahami bahwa keluarga adalah lembaga pertama dalam
kehidupan seorang anak, tempat mereka belajar dan mengekspresikan diri
sebagai makhluk sosial. Keluarga menjadi dasar pembentukan perilaku,
karakter, moralitas dan mengasuh anak. lebih berhati-hati anak-anak terutama
saat mengasuh anak di rumah, perkembangan sosial anak, Keluarga, terutama
orang tua, berperan penting dalam hal pengasuhan.
2. Sudut pandang guru, karena sekolah merupakan lembaga pendidikan setelah
keluarga, maka harus memberikan perhatian khusus terhadap perkembangan
siswa berkekurangan atau kesulitan belajar melalui berbagai kegiatan sekolah.
Daftar Pustaka
Ayun, Q. (2017). Pola asuh orang tua dan metode pengasuhan dalam membentuk
kepribadian anak. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul
Athfal, 5(1), 102-122.
Nugrahani, F., & Hum, M. (2014). Metode penelitian kualitatif. Solo: Cakra
Books, 1(1), 3-4.
Fadhilah, T. N., Handayani, D. E., & Rofian, R. (2019). Analisis Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Pedagogi Dan Pembelajaran, 2(2), 249–
255.
Ramdhan, M. (2021). Metode penelitian. Cipta Media Nusantara.
Rofiq, A., & Nihayah, I. (2018). Analisis peran keluarga dalam membentuk karakter
anak.
Ruli, E. (2020). TUGAS DAN PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDK
ANAK. JURNAL EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 143-146.
Rahmah, S. (2019). Pendidikan dan kesetaraan gender dalam Islam di Aceh. Gender
Equality: International Journal of Child and Gender Studies, 5(1), 25-42.
Sayu, J. A., Ibrahim, M. Y., & Budjang, G. (2013). Adaptasi sosial siswa kelas X pada
boarding school SMA Taruna Bumi Khatulistiwa. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), 2(9).
Wahib, A. W. A. (2014). Konsep orang tua dalam membangun kepribadian anak. Jurnal
Paradigma Institut, 1(1).
Yunus, N. (2018). Pendidikan Nilai Islami dalam Budaya Keluarga (Perspektif Budaya
Aceh) (Doctoral dissertation, Pasca UIN Ar-Raniry Banda Aceh).
Yoga, D. S., Suarmini, N. W., dan Prabowo, S. (2015). Peran keluarga sangat penting
dalam pendidikan mental, karakter anak serta budi pekerti anak. Jurnal Sosial
Humaniora (JSH), 8(1), 46-54.
Zayyadi, A. (2012). Perempuan bekerja (tinjauan gender equality dalam peran
keluarga). Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender dan Anak, 7(2), 40-54.