Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. PENGERTIAN DISTOSIA BAHU

Distosia bahu adalah kondisi persalinan di mana bahu bayi gagal dilahirkan secara spontan
setelah kepala lahir. Penyebab utama distosia bahu adalah ukuran bayi yang lebih besar daripada ukuran
panggul ibu atau yang sering disebut cephalopelvic disproportion (CPD), ukuran diameter panggul ibu yang
kecil, dan malpresentasi janin. (Akbar,H,2017).

Distosia bahu merupakan salah satu bentuk distosia (persalinan macet), yang termasuk dalam
kegawatdaruratan obstetri sehingga dibutuhkan keterampilan dan kemampuan teknik persalinan yang tepat
untuk menghindari komplikasi yang terjadi. Diagnosis distosia bahu berdasarkan tubuh bayi yang tidak
kunjung lahir setelah kepala lahir, meskipun kontraksi uterus baik. Selain itu, ada turtle sign atau kepala
bayi tertarik masuk kembali ke perineum setelah keluar dari vagina, disertai pipi bayi yang menonjol keluar.
(Miarnasari,2022).

Distosia bahu sangat jarang terjadi dan merupakan kondisi gawat darurat medis. Kondisi ini
juga sulit diprediksi, karena dapat terjadi meski bayi memiliki berat badan yang normal dan ibu tidak
memiliki faktor risiko. (Kim, T., Vogel, R., & Das, K. (2018).
2. PENYEBAB DISTOSIA BAHU

Penyebab utama distosia bahu adalah :


 Ukuran bahu bayi yang lebih besar daripada ukuran panggul ibu (cephalopelvic disproportion)
 Diameter panggul ibu kecil, atau janin berada pada posisi yang salah (malpresentasi) ketika
memasuki jalan lahir. . (Kim, T., Vogel, R., & Das, K. (2018).

3. FAKTOR RISIKO DISTOSIA BAHU

Meski dapat terjadi pada kelahiran mana pun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan
risiko terjadinya distosia bahu, yaitu:
 Usia ibu hamil lebih dari 35 tahun
 Ukuran janin besar (makrosomia)
 Bentuk tulang panggul ibu tidak normal akibat kelainan bawaan atau riwayat patah tulang pinggul
 Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm
 Ibu hamil menderita obesitas atau diabetes
 Riwayat distosia bahu pada persalinan sebelumnya
 Kehamilan post-term, yaitu kehamilan lebih dari 42 minggu
 Persalinan induksi
 Kehamilan kembar

4. GEJALA DISTOSIA BAHU

Distosia bahu tidak menimbulkan gejala apa pun sebelum persalinan. Namun, pada saat
persalinan, distosia bahu dapat menimbulkan kondisi berikut:
 Kepala bayi keluar, tetapi tubuhnya tidak dapat keluar melalui jalan lahir
 Kepala bayi keluar, tetapi kemudian masuk kembali ke jalan lahir (turtle sign)
Kedua kondisi di atas menyebabkan persalinan menjadi terhambat atau macet sehingga
membutuhkan waktu yang lama. (Menticoglou, Savas. 2018)

5. DIAGNOSIS DISTOSIA BAHU

Seperti yang telah dijelaskan, distosia bahu merupakan kondisi gawat darurat. Saat persalinan,
dokter dapat langsung mendiagnosis distosia bahu jika bayi mengalami kondisi di bawah ini:
 Kepala bayi keluar, tetapi tubuh bayi tidak dapat keluar
 Tubuh bayi tidak keluar setelah lebih dari 1 menit
Selain itu, dokter dapat memprediksi distosia bahu jika terdapat kondisi yang berisiko pada ibu
dan janin, seperti ukuran janin yang terlalu besar atau panggul ibu yang sempit. Kondisi tersebut dapat
dideteksi melalui pemeriksaan USG ketika melakukan kontrol rutin. (National Institutes of Health,2022).

6. PENCEGAHAN DISTOSIA BAHU

Distosia bahu adalah kondisi yang cukup sulit dicegah. Akan tetapi, ada beberapa upaya yang
dapat dilakukan oleh ibu untuk menurunkan risiko terjadinya distosia bahu, yaitu:
 Mengontrol kadar gula darah jika menderita diabetes
 Menjaga berat badan agar tetap ideal sebelum hamil
 Menjaga kenaikan berat badan yang normal ketika hamil
 Menjalani pemeriksaan ke dokter dengan segera jika belum melahirkan setelah lewat tanggal
perkiraan persalinan
 Melakukan kontrol kehamilan secara ruti . (Cleveland Clinic ,2022).

7. PENANGANAN DISTOSIA BAHU


Dokter dapat melakukan beberapa teknik untuk mengatasi distosia bahu, antara lain:
 Teknik McRobert
Pada teknik ini, dokter akan mengarahkan ibu untuk menaikkan paha ke arah perut
sehingga perut ibu menjadi tertekan. Teknik ini umumnya menjadi metode pertama dalam
mengatasi distosia bahu.
 Teknik suprapubik
Teknik ini hampir sama dengan McRobert, tetapi dokter atau perawat akan menekan area di
atas tulang kemaluan (suprapubik) ibu. Teknik ini dapat membuat bahu bayi menjadi berpindah
dan tidak tersangkut.
 Teknik Rubin
Pada teknik ini, dokter akan memasukkan dua jari di bawah bahu bayi untuk membantu
memindahkan posisi bahu. Teknik ini dilakukan agar bahu bayi menjadi sejajar.
 Teknik Woods
Sama seperti teknik Rubin, dokter akan memasukkan dua jari di bawah bahu bayi. Pada
teknik Woods, dokter akan memutar posisi bayi agar menyamping. Ketika posisi diubah, bayi
kemungkinan dapat mudah keluar.
 Teknik Gaskin
Teknik ini dilakukan dengan meminta ibu berganti posisi menjadi merangkak. Teknik Gaskin
akan memperluas diameter panggul sehingga tubuh bayi akan lebih mudah dikeluarkan.
 Teknik Zavanelli
Dalam teknik ini, dokter akan mendorong kembali kepala bayi ke dalam rahim. Setelah itu,
dokter akan melakukan operasi caesar untuk mengeluarkan bayi. Meski demikian, teknik ini cukup
berbahaya untuk dilakukan.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN

Distosia bahu merupakan salah satu bentuk distosia (persalinan macet), yang termasuk dalam
kegawatdaruratan obstetri sehingga dibutuhkan keterampilan dan kemampuan teknik persalinan yang tepat
untuk menghindari komplikasi yang terjadi. Diagnosis distosia bahu berdasarkan tubuh bayi yang tidak
kunjung lahir setelah kepala lahir, meskipun kontraksi uterus baik. Selain itu, ada turtle sign atau kepala
bayi tertarik masuk kembali ke perineum setelah keluar dari vagina, disertai pipi bayi yang menonjol keluar.
(Miarnasari,2022).
Distosia bahu adalah kondisi yang cukup sulit dicegah. Akan tetapi, ada beberapa upaya yang
dapat dilakukan oleh ibu untuk menurunkan risiko terjadinya distosia bahu, yaitu:
 Mengontrol kadar gula darah jika menderita diabetes
 Menjaga berat badan agar tetap ideal sebelum hamil
 Menjaga kenaikan berat badan yang normal ketika hamil
 Menjalani pemeriksaan ke dokter dengan segera jika belum melahirkan setelah lewat tanggal
perkiraan persalinan
 Melakukan kontrol kehamilan secara ruti . (Cleveland Clinic ,2022).
Dokter dapat melakukan beberapa teknik untuk mengatasi distosia bahu, antara lain:
 Teknik McRobert
 Teknik suprapubik
 Teknik Woods
 Teknik Gaski
 Teknik Zavanelli

2. SARAN

Mengingat tingginya AKI dan AKB di Indonesia saat ini metode yang akurat untuk meramalkan secara
pasti tentang adanya distosia bahu baik secara klinis maupun menggunakan alat radiologis, oleh sebab itu tenaga
kesehatan sangat perlu mengetahui bagaimanamendeteksi secara dini penyulit-penyulit yang akan terjadi pada ibu
bersalin dan janin. Terutama kasus distosia bahu ,agar tenaga kesehatan khususnya tenaga bidan dapat melakukan
penangana yang tepat.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

 Akbar, H. Prabowo, AY. Rodiani. Kehamilan Aterm dengan Distosia Bahu. Medula. 2017; 7(4): 1-7
 Miarnasari, E. Prijatna, A. Shoulder Dystocia. CME FK UMS. 2022: 252-264
 Kim, T., Vogel, R., & Das, K. (2018). Simulation in Shoulder Dystocia: Does it Change Outcomes
 Menticoglou, Savas. (2018). Shoulder Dystocia: Incidence, Mechanisms, and Management
Strategies. International Journal of Women's Health, 10, pp. 723–32.
 National Institutes of Health (2022). National Library of Medicine. Shoulder Dystocia.
 Cleveland Clinic (2022). Disease & Conditions. Shoulder Dystocia.
 Medscape (2022). Shoulder Dystocia.
 Verywell Health (2021). Shoulder Dystocia During Birth.

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Distosia bahu adalah kondisi persalinan di mana bahu bayi gagal dilahirkan secara spontan
setelah kepala lahir. Penyebab utama distosia bahu adalah ukuran bayi yang lebih besar daripada ukuran
panggul ibu atau yang sering disebut cephalopelvic disproportion (CPD), ukuran diameter panggul ibu yang
kecil, dan malpresentasi janin. (Akbar,H,2017).

Gangguan terhadap jalannya proses persalinan dapat disebabkan oleh berbagai factor. Antara
lain dengan adanya kelainan presentasi,posisi,dan perkembangan janin intra uterin. Diagnose distosia
akibat janin bukan hanya disebabkan oleh janin dengan ukuran yang besar. Janin dengan ukuran normal
namun dengan kelainan persentasi intra uterin juga tidak jarang menyebabkan gangguan proses
persalinan. (Verywell Health ,2021)

Saat ini metode yang akurat untuk meramalkan secara pasti tentang adanya distosia bahu baik secara
klinis maupun menggunakan alat radiologis, oleh sebab itu tenaga kesehatan sangat perlu mengetahui
bagaimanamendeteksi secara dini penyulit-penyulit yang akan terjadi pada ibu bersalin dan janin. Terutama kasus
distosia bahu ,agar tenaga kesehatan khususnya tenaga bidan dapat melakukan penangana yang tepat.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertia distosia bahu


2. Jelaskan penyebab distosia bahu ,faktor resiko distosia bahu, gejala,pencegahan
dan penanganan distosia bahu

C.TUJUAN

A. TUJUAN UMUM

Untuk menambah pengetahuan tentang distosia bahu


B.TUJUAN KHUSUS

 Untuk mengetahui apa itu distosia bahu


 Untuk mengetahui penyebab distosia bahu ,faktor resiko distosia bahu,
gejala,pencegahan dan penanganan distosia bahu

Anda mungkin juga menyukai