Anda di halaman 1dari 7

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan

Volume XII No.2 November 2012

URGENSI PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN


RESILIENSI SISWA DI SUMATERA BARAT

Oleh: Ifdil dan Taufik


Ifdil@konselor.org & taufik@konselor.org

Universitas Negeri Padang

Abstract
Resilience is a person's ability to be able to survive in difficult conditions in his life. A
variety of situation’s that threaten and even unavoidable
unavoidable need the ability to make decisions
and adapt to the circumstances and to rise from adversity to better. Geographical
condition of West Sumatra, making it prone to disaster’s, and carry the psychological
impact, making it necessary for high resilience students
students who could live again live learning
activities well. Further this article will expose further with regard to resilience and
resilience the urgency of enhanced and developed for students in West Sumatra.

Kata Kunci: Resiliensi, bencana, stres, Sumatera


Sumat Barat

PENDAHULUAN memperkuat diri sehingga mampu mengubah


kondisi-kondisi yang dirasakan tersebut menjadi
Sebagian remaja dalam perkembangannya, sesuatu hal yang wajar untuk diatasi. Menurut
ada yang memiliki masa lalu yang kurang Suwarjo (2008) resiliensi dipandang sebagai suatu
menguntungkan (Suwarjo, 2008), misalnya remaja kapasitas
asitas yang dimiliki dan berkembang melalui
yang mengalami bencana. Bencana tersebut bisa proses belajar. Melalui berbagai keberhasilan dan
dipicu oleh perbuatan manusia termasuk di kegagalan dalam menghadapi situasi-situasi
situasi sulit,
dalamnya kecelakaan, perang, dan berbagai individu terus belajar memperkuat diri sehingga
perseteruan, dan konflik atau faktor-faktor
faktor alam, mampu mengubah kondisi-kondisi
kondisi yang menekan
yang antara lain meliputi, peristiwa gunung dan tidak menyenangkan an tersebut menjadi suatu
meletus, gempa bumi, banjir, kekeringan, dan kondisi yang wajar untuk diatasi. Resiliensi bukan
kelaparan (Priyadi
Priyadi Kardono, 2009: Danieli, 1996). hanya kemampuan untuk bertahan dalam kesulitan,
Semakin luas terjadinya bencana atau semakin, namun juga upaya untuk menyembuhkan diri dari
dahsyat akibat yang akan terjadi pada individu kondisi tertekan.
yang mengalaminya. Dampak yang bisa terjadi
diantaranya kehilangan harta benda dan nyawa, RESILIENSI
yang menimbulkan goncangan batin yang y Istilah resiliensi pertama kali digunakan
dirasakan oleh para korbannya (Ratih
Ratih Putri Pratiwi, dalam ekologi, i, di mana ketahanan mengacu pada
2007: Wiryasaputra, 2006). kemampuan ekosistem untuk bangkit kembali
Goncangan batin yang dirasakan seyogyanya setelah guncangan besar (Merek dan Jax, 2007;
dihilangkan dengan segera. Upaya untuk u bisa Adger, 2000). Reivich dan Shatte (2002),
bangkit dari kondisi mental yang tidak menyatakan bahwa resiliensi adalah kemampuan
menguntungkan atau goncangan psikologis yang untuk mengatasi dan beradaptasi
adaptasi terhadap kejadian
terjadi, menuju kepada kondisi semula diperlukan yang berat dirasakan atau masalah besar yang
kemampuan yang dikenal dengan resiliensi. terjadi dalam kehidupan. Individu berusaha
Resiliensi adalah kapasitas individu untuk bertahan dalam keadaan tertekan, dan bahkan
menghadapi dan mengatasi serta merespon secara berhadapan dengan kesulitan (adversity)
( atau
positif kondisi-kondisi
kondisi tidak menyenangkan, yang trauma yang dialami dalam kehidupannya.
tidak dapat dielakkan. Selanjutnya
utnya memanfaatkan Penelitian ilmiah
lmiah yang telah dilakukan lebih dari 50
kondisi-kondisi
kondisi tidak menyenangkan tersebut untuk tahun telah membuktikan bahwa resiliensi justru
115

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan |


Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan
Volume XII No.2 November 2012

dapat menjadi kunci dari kesuksesan kerja dan dan fokus (focusing). ). Dua jenis keterampilan
kepuasan hidup. ini akan membantu individu untuk mengontrol
Selanjutnya Al Siebert (2005) memaparkan emosi yang tidak terkendali, menjaga fokus
resiliensi adalah kemampuan untuk mengatasi pikiran individu ketika
etika banyak hal-hal
hal yang
dengan baik perubahann hidup pada level yang mengganggu, serta mengurangi stres yang
tinggi, menjaga kesehatan di bawah kondisi penuh dialami oleh individu.
tekanan, bangkit dari keterpurukan, mengatasi 2) Impulse Control
kemalangan, merubah cara hidup ketika cara yang Pengendalian impuls adalah
lama dirasa tidak sesuai lagi dengan kondisi yang kemampuan individu untuk mengendalikan
ada, dan menghadapi permasalahan tanpa keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan
melakukan kekerasan. yang muncul dari dalam diri. Individu
Individ yang
Definisi yang paling menekankan dua memiliki kemampuan pengendalian impuls
elemen penting untuk resiliensi dikemukakan oleh yang rendah, cepat mengalami perubahan
(Luthar dan Zelazo, 2003; Luthar et al, 2000) emosi yang pada akhirnya mengendalikan
Pertama, perspektif masukan; eksposur terhadap pikiran dan perilaku mereka. Mereka
risiko dan keadaan yang merugikan, dapat menampilkan perilaku mudah marah,
bervariasi dari tingkat sedang sampai dengan risiko kehilangan kesabaran, impulsif, dan berprilaku
lingkungan yang ekstrim. Risiko dapat agresif. Tentunya
ya perilaku yang ditampakkan
dikonseptualisasikan sebagai berikut:
berikut yaitu ini akan membuat orang di sekitarnya merasa
digunakan untuk memprediksi kerentanan terhadap kurang nyaman sehingga berakibat pada
berbagai hasil kehidupan negatif termasuk buruknya hubungan sosial individu dengan
kegagalan sekolah dan atau putus sekolah, orang lain.
penyalahgunaan narkoba, hubungan gagal, Individu dapat mengendalikan
kenakalan/tindak kriminal, pengangguran, impulsivitas dengan mencegah terjadinya
kesehatan yang buruk dan kematian dini'
dini (Howard kesalahan pemikiran, s
sehingga dapat
et al., 1999). Elemen kedua dari definisi ketahanan memberikan respon yang tepat pada
dalam perspektif hasil, mempelajari apakah permasalahan yang ada. Pencegahan dapat
mekanisme coping menyebabkan hasil dalam atau dilakukan dengan menguji keyakinan individu
di atas kisaran yang diharapkan. dan mengevaluasi kebermanfaatan terhadap
Dari berbagai pengertian resiliensi yang pemecahan masalah. Individu dapat
telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa melakukan pertanyaan
pertanyaan-pertanyaan yang
resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk bersifat rasional
ional yang ditujukan kepada dirinya
bertahan dalam keadaan yang sulit dalam sendiri, seperti’apakah saya sudah melihat
kehidupnya, kemauan berusaha untuk belajar dan permasalahan secara keseluruhan? ’apakah
beradaptasi dengan keadaan tersebut serta berusaha manfaat dari semua ini?’, dan lain-lain.
lain
bangkit dari keterpurukan untuk dapat menjadi 3) Optimism
lebih baik. Optimisme adalah kemampuan melihat
bahwa masa depan yang cemerlang (Reivich
ASPEK-ASPEK RESILIENSI & Shatte,te, 2002). Optimisme yang dimiliki
Reivich dan Shatte (2002), memaparkan oleh seorang individu menandakan bahwa
tujuh kemampuan yang membentuk resiliensi, yaitu individu tersebut percaya bahwa dirinya
sebagai berikut: memiliki kemampuan untuk mengatasi
1) Emotion Regulation kemalangan yang mungkin terjadi di masa
Regulasi emosi adalah kemampuan depan. Hal ini juga merefleksikan self-efficacy
untuk tetap tenang di bawah kondisi yang yang dimiliki oleh seseorang, yaitu
menekan. Hasil penelitian menunjukkan kepercayaan individu bahwa ia mampu
bahwa orang yang kurang memiliki menyelesaikan permasalahan yang ada dan
kemampuan untuk mengatur emosi mengalami mengendalikan hidupnya. Optimisme akan
kesulitan dalam membangun dan menjaga menjadi hal yang sangat bermanfaat untuk
hubungan dengan orang lain. individu bila diiringi dengan self-efficacy,
Reivich dan Shatte juga karena dengan optimisme yang ada seorang seora
mengungkapkan dua jenis keterampilan yang individu terus didorong untuk menemukan
dapat memudahkan individu untuk melakukan
regulasi emosi, yaitu yaitu tenang (calming)
(
116

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan |


Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan
Volume XII No.2 November 2012

solusi dan permasalahannya dan terus bekerja karena itu, seseorang yang punya kemampuan
keras demi kondisi yang lebih baik. berempati cenderung memiliki hubungan
Tentunya optimisme yang dimaksud sosial yang positif.
adalah optimisme yang realistis (realistic
( Ketidakmampuan berempati berpotensi
optimism),), yaitu sebuah kepercayaan akan menimbulkan kesulitan dalam hubungan sosial
terwujudnya masa depan yang lebih baik (Reivich & Shatte, 2002). Individu yang
ya tidak
dengan diiringi segala usaha untuk membangun kemampuan untuk peka terhadap
mewujudkan hal tersebut. Berbeda dengan tanda-tanda
tanda nonverbal tersebut tidak dapat
unrealistic optimism dimana kepercayaan akan nempatkan dirinya pada posisi orang lain,
masa depan yang cerah tidak dibarengi dengan merasakan apa yang dirasakan orang lain dan
usaha yang signifikan an untuk mewujudkannya. memperkirakan maksud dari orang lain.
Perpaduan antara optimisme yang realistis dan Ketidakmampuan individu untuk membaca
self-efficacy adalah kunci resiliensi dan tanda-tanda
tanda nonverbal orang lain dapat sangat
kesuksesan merugikan, baik dalam konteks hubungan
4) Causal Analysis kerja maupun hubungan personal, hal ini
Causal analysis merujuk pada karena salah satu kebutuhan dasar manusia
kemampuan individu untuk untuk dipahami dan dihargai. Individu dengan
mengidentifikasikan secara akurat penyebab empati yang rendah cenderung mengulang
dari permasalahann yang mereka hadapi. pola yangng dilakukan oleh individu yang tidak
Individu yang tidak mampu resilien, yaitu menyamaratakan semua
mengidentifikasikan penyebab dari keinginan dan emosi orang lain.
permasalahan yang mereka hadapi secara 6) Self-efficacy
tepat, akan terus menerus berbuat kesalahan Self-efficacy adalah kesuksesan dalam
yang sama. pemecahan masalah. Self-efficacy
Individu yang resilien adalah individu merepresentasikan sebuah keyakinan bahwa
yang memiliki fleksibelitas kognitif. Mereka
Mer kita mampu memecahkan
memecahk masalah yang kita
mampu mengidentifikasi semua penyebab alami dan mencapai kesuksesan.
kemalangan yang menimpa mereka, tanpa Self-efficacy
efficacy merupakan salah satu
terjebak pada salah satu gaya berpikir faktor kognitif yang menentukan sikap dan
explanatory.. Mereka tidak mengabaikan faktor perilaku seseorang dalam sebuah
permanen maupun pervasif. Individu yang permasalahan. Dalam teori belajar sosial,
resilien tidak akan menyalahkan orang lain Bandura menjelaskan bahwa faktor kognitif
atas kesalahan
lahan yang mereka perbuat demi yang pada individu sangat menentukan
menjaga self-esteem mereka atau perilaku seseorang. Bandura menolak
membebaskan mereka dari rasa bersalah. pandangan behavioris dan psikoanalis yang
Mereka tidak terlalu terfokus pada faktor- faktor sangat deterministik. Dengan self-efficacy
faktor yang berada di luar kendali mereka, yang tinggi, maka individu akan melakukan
sebaliknya mereka memfokuskan dan berbagai usaha dalam menyelesaikan sebuah
memegang kendali penuh pada pemecahan pemecah permasalahan. Dengan keyakinan
key akan
masalah, perlahan mereka mulai mengatasi kemampuan dalam menyelesaikan
permasalahan yang ada, mengarahkan hidup permasalahan, individu akan dapat mencari
mereka, bangkit dan meraih kesuksesan. penyelesaian masalah yang ada, dan tidak
5) Empathy mudah menyerah terhadap berbagai kesulitan.
Empati sangat erat kaitannya dengan 7) Reaching out
kemampuan individu untuk membaca tanda- tanda Kemampuan individu keluar dan meraih
tanda kondisi emosional dan psikologis orang aspek positif dari kehidupan setelah set
lain (Reivich & Shatte, 2005). Beberapa kemalangan yang menimpa. Banyak individu
individu memiliki kemampuan yang cukup yang tidak mampu melakukan reaching out,
mahir dalam menginterpretasikan bahasa- bahasa hal ini dikarenakan mereka telah diajarkan
bahasa nonverbal yang ditunjukkan oleh orang sejak kecil untuk sedapat mungkin
lain, seperti ekspresi wajah, intonasi suara, menghindari kegagalan dan situasi yang
bahasa tubuh dan mampu menangkap apa memalukan. Mereka adalah individu-
individu individu
yang dipikirkan
irkan dan dirasakan orang lain. Oleh yang lebihh memilih memiliki kehidupan

117

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan |


Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan
Volume XII No.2 November 2012

standar dibandingkan harus meraih kesuksesan Faktor keluarga meliputi dukungan


namun harus berhadapan dengan resiko orang tua, yaitu bagaimana cara orang tua
kegagalan hidup dan hinaan masyarakat. Hal memperlakukan dan melayani anak.
ini menunjukkan kecenderungan individu Keterkaitan emosional dan batin antara
untuk berlebih-lebihan (overestimate
overestimate) dalam anggota keluarga sangat diperlukan dalam
memandang kemungkinan an hal-hal
hal buruk yang mendukung pemulihann individu-individu
individu yang
dapat terjadi di masa mendatang. Individu-
Individu mengalami stress dan trauma. Keterikatan para
individu ini memiliki rasa ketakutan untuk anggota keluarga amat berpengaruh dalam
mengoptimalkan kemampuan mereka hingga pemberian dukungan terhadap anggota
batas akhir keluarga yang mengalami musibah untuk
dapat pulih dan memandang kejadian tersebut
FAKTOR-FAKTOR YANG secara objektif. Begitu juga jug dalam rangka
MEMPENGARUHI RESILIENSI menumbuhkan dan meningkatan resiliensi.
Selain dukungan dari orang tua struktur
Terdapat sejumlah faktor yang
keluarga juga berperan penting bagi individu.
mempengaruhi resiliensi. Everall, et al., (2006)
Struktur keluarga yang lengkap terdiri dari
memaparkan tiga faktor yang mempengaruhi
ayah, ibu dan anak akan mudah menumbuhkan
resiliensi, yaitu:
resiliensi dan sebaliknya keluarga
ke yang tidak
1) Faktor individual
utuh dapat menghambat tumbuh kembang
Faktor individual yang mempengaruhi
resiliensi.
resiliensi meliputi kemampuan kognitif
3) Faktor komunitas
individu, konsep diri, harga diri, dan
Faktor komunitas meliputi kemiskinan
kompetensi sosial yang dimiliki individu.
dan keterbatasan kesempatan kerja. Delgado
Menurut Holaday (1997) keterampilan
(1995) dalam LaFramboise et al., (2006)
kognitif berpengaruh penting pada resiliensi
menambahkan dua hal terkait dengan faktor
individu. Melalui kemampuanemampuan kognitif
komunitas, yaitu:
individu dapat berpikir bahwa sebab terjadinya
a) Gender
bencana bukan hanya karena kelalaian namun
Gender memberikan kontribusi
juga atas kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa,
bagi resiliensi individu. Resiko
begitu juga akibatnya, individu akan berpikir
kerentanan terhadap tekanan emosional,
untuk tidak menyesali apa yang terjadi dan
perlindungan terhadap situasi yang
berusaha memaknainya nya serta berusaha
mengandung resiko, dan respon terhadap
menumbuh kembangkan semangat dan
kesulitan yang dihadapi dipengaruhi oleh
optimalisasi kemampuan berpikir untuk
gender.
menjadi pulih seperti sedia kala. Untuk
b) Keterikatan tan dengan kebudayaan
kembali pulih diperlukan tingkat inteligensi
Keterikatan dengan budaya
minimal, yaitu pada tingkat rata-rata
rata
meliputi keterlibatan seseorang dalam
Pada diri individu untuk
aktivitas-aktivitas
aktivitas terkait dengan budaya
berkembangnya resiliensi
liensi sangat terkait erat
setempat berikut ketaatan terhadap nilai-
nilai
dengan kemampuan untuk memahami dan
nilai yang diyakini dalam kebudayaan
menyampaikan sesuatu lewat bahasa yang
tersebut. Beuf (1990) dalam Holaday
tepat, melalui kemampuan membaca, dan
(1997) mengungkapkan
kapkan bahwa resiliensi
berkomunikasi secara non verbal. Resiliensi
dipengaruhi secara kuat oleh kebudayaan,
juga dikaitkan dengan kemampuan individu
baik sikap-sikap
sikap yang diyakini dalam
untuk melepaskan pikiran dari trauma
t dengan
suatu budaya, nilai-nilai,
nilai dan standard
memanfaatkan fantasi dan harapan-harapan
harapan
kebaikan dalam suatu masyarakat.
yang ditumbuhkan pada diri individu yang
Dari uraian di atas, dapat
bersangkutan.
disimpulkan resiliensi dipengaruhi oleh
Dengan demikian diyakini bahwa
faktor-faktor dari dalam individu
individu yang memiliki intelegensi yang tinggi
(internal) dan faktor-faktor
faktor dari luar
memiliki resilien yang lebih tinggi juga
individu (eksternal). Faktor internal
dibandingkan dengan individu yang
meliputi, kemampuan kognitif, konsep
berintelegensi rendah.
diri, harga diri, kompetensi sosial yang
2) Faktor keluarga
118

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan |


Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan
Volume XII No.2 November 2012

dimiliki individu, gender, serta Sulawesi Selatan,


atan, Sumatera Utara, Kalimatan
keterikatan individu dengan budaya. Timur dan Sumatera Barat.
Barat Lebih lanjut Sumatera
Faktor eksternal
ernal mencakup faktor dari Barat merupakan daerah sering terjadi bencana,
keluarga dan komunitas. oleh karena itu wilayah provinsi Sumatera Barat
merupakan daerah yang tergolong tinggi terjadinya
URGENSI PENINGKATAN RESILIENSI bencana, (Bima, 2011: Afi. 2010).
201 Dalam hal ini
bencana alam yang sering terjadi adalah banjir,
Resiliensi sangat penting pada diri individu.
longsor dangempa bumi. Oleh karena itu
(Reivich & Shatte, 2002: Kurniya, 2007), Pada
masyarakat Sumatera Barat perlu disiapkan untuk
situasi-situasi
situasi tertentu saat bencana tidak dapat
siaga bencana sehingga apabila terjadi bencana,
dihindari, seseorang yang memiliki resiliensi dapat
dampaknya dapat diminimalisir. Apabila
mengatasi berbagai permasalahan kehidupan
masyarakat dikenai ai dampak bencana dapat pulih
dengan cara mereka. Mereka akan mampu
kembali dengan cepat melalui upaya peningkatan
mengambil keputusan dalam kondisi yang sulit
resiliensi.
secara cepat. Keberadaan resiliensi
liensi akan mengubah
Mudjiran dalam Ifdil (2012),
(2012) menyatakan
permasalahan menjadi sebuah tantangan, kegagalan
bahwa akibat lain dari bencana gempa dan tsunami
menjadi kesuksesan, ketidakberdayaan menjadi
telah pula menyebabkan masyarakat mengalami
kekuatan, korban menjadi penyintas, dan membuat
kegoncangan psikologis, depresi, stess
s dan trauma.
penyintas terus bertumbuh. Berbagai penelitian
Kondisi itu berpengaruh terhadap keadaan
telah menunjukkan bahwa resiliensi adalah kuncikunc
psikososial, terutama pada anak-anak.
anak Sejalan
sukses dalam pekerjaan dan kepuasan hidup.
dengan itu Diaz, J. O. P., Murthy, S., &
Resiliensi akan mempengaruhi penampilan
Lakshminarayana, R. dalam ifdil (2012)
seseorang di sekolah, di tempat kerja, termasuk
menyatakan masalah kesehatan
kes mental pasca
juga mempengaruhi kesehatan fisik maupun
bencana diantaranya anggota masyarakat
mental, dan kualitas hubungan personalnya dengan
mengalami depresi (depression)
depression), kegelisahan
orang lain (Reivich, 2002).
(anxiety), stres dan somatization.
somatization
mlah penelitian telah dilakukan untuk
Sejumlah
Menurut Hodgkinson (dalam Sales, 2005),
mengetahui mengapa individu-individu
individu tertentu
bencana alam menantang wilayah-wilayah,
wilayah
memiliki resiliensi yang tinggi daripada individu
lingkungan, dan komunitas yang menjadi korban
yang lain pada saat menghadapi kesulitan. Dalam
untuk bangkit dan memegang kendali
kend kembali atas
penelitiannya, Garmezy (dalam Wolkow dan
kehidupan dan masa depannya. Keberhasilan dari
Ferguson, 2001) telah mengidentifikasikan
mengidentif
usaha ini secara langsung berkaitan dengan
sejumlah faktor pelindung yang berada di dalam
kapasitas korban untuk membangun kembali
diri individu, dalam keluarga, maupun dalam
struktur dan organisasi sosialnya. Tingkat
komunitas dimana mereka berada. Lebih khusus
kekebalan yang membuat seseorang mampu untuk
lagi bahwa individu yang memiliki self esteem
bertahan, bangkit, dan an menyesuaikan dengan
yang relatif tinggi, orientasi sosial yang positif,
kondisi yang demikian disebut resiliensi (Reivich
kohesivitas keluarga
eluarga yang hangat, dan tambahan
dan Shatte, 2002).
dukungan dari orang lain di luar komunitasnya,
Resiliensi yang dimiliki oleh seorang
cenderung lebih mampu mengatasi kesulitan secara
individu, mempengaruhi kinerja individu tersebut
lebih efektif daripada individu yang tidak
baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan
mendapatkan hal itu selama masa kanak-kanak
kanak dan
kerja. Di samping itu akan memiliki
memil efek terhadap
atau dewasa. Senada dengan hal ini, Holaday
kesehatan individu tersebut secara fisik maupun
(1997) mengungkapkan bahwa resiliensi
mental, dan menentukan keberhasilan individu
dipengaruhi oleh faktor-faktor
faktor internal dan
tersebut dalam berhubungan dan berinteraksi
eksternal eksternal seperti keterampilan kognitif,
dengan lingkungannya. Kesemuanya itu adalah
sumber-sumber
sumber psikologis, dan dukungan sosial.
faktor-faktor
faktor dasar dari tercapai kebahagiaan dan
Wilayah pantai Sumatera, khusunya
kesuksesan
esan hidup seseorang (Reivich & Shatte,
Sumatera
umatera Barat merupakan daerah rawan r terjadi
2002)
bencana. Menurut Priyadi Kardono (2009) sebaran
Berdasarkan pernyataan dari para ahli dan
kejadian bencana selama tahun 2002-2009 di
pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa
Indonesia, terdapat lima provinsi yang termasuk
resiliensi sangat penting untuk ditingkatkan dan
dalam 10 provinsi yang mengalami kejadian
dikembangkan dalam diri masyarakat di Sumatera
bencana paling banyak yaitu Nusa Tenggara Timur,
119

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan |


Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan
Volume XII No.2 November 2012

Barat khususnya para siswa di sekolah. Apalagi http://www.sumbaronline.com. diakses 30


http://www.sumbaronline
mengingat realita bahwa di Sumatera Barat Oktober 2012
merupakan salah satu daerah yang berpotensi
terjadinya bencana yang sangat besar sebagaimana Danieli, Yael,et.al,1996. International Responses to
kajian para ahli. Khusus Kota Padang sangat rawan Traumatic Stress.. New York :Baywood
terjadinya gempa bumi dan berpotensi tsunami.
tsunami Publishing
ng Company, Inc
Dalam yang ini masyarakat termasuk siswa sangat
beresiko untuk terkena dampak psikologis setelah Everall, R. D., Altrows, K. J., & Paulson, B. L.
bencana; seperti depresi (depression)
depression), kegelisahan (2006). Creating a future: A study of
(anxiety), stres dan somatization dan lebih lanjut resilience in suicidal female adolescents.
Post Traumatic Stess Disorder. Oleh karena itu Journal of Counseling & Development,
perlu disiapkan
iapkan upaya terintergasi melalui kegiatan 84(4), 461-470.
melatih para pendamping untuk meningkat
resiliensi masyarakat secara umum dan siswa Holaday, Morgot. 1997. Resilience and Severe
secara khusus. Burns. Journal
rnal of Counseling and
Development.75. 346-357
346
SIMPULAN
Kondisi daerah Sumatera Barat sebagai Ifdil. (2012, 14 Januari 2012). Pelayanan
salah satu daerah yang berpotensi bencana sangat Konseling Pasca Bencana, Paper presented
besar, yaitu termasuk dalam 5 dari 10 daerah di at the International Seminar of Guidance
Indonesia yang berpotensi bencana,
bencana secara and Counseling, Padang.
langsung masyarakatnya dapat mengalami dampak
psikologis pasca bencana. Dampak psikologis Kurniya Lestari. (2007). Hubungan Antara Bentuk-
Bentuk
tersebut antara lain adalah stress, depresi, Bentuk Dukungan
ngan Sosial Dengan Tingkat
kegelisahan dan trauma. Oleh karena itu Resiliensi
Resi Resiliensi Penyintas Gempa di Desa
siswa di Sumatera Barat sangat penting untuk Canan, Kecamatan Wedi, Kabupaten
ditingkatkan dan dikembangkan. Peningkatan dan Klaten. Universitas Diponegoro,
pengembangan ini dapat dilakukan dengan Semarang.
mengidentifikasi awal tingkat resiliensi siswa.
siswa
Setelah itu dipilih pelayanan konseling dan/atau Luthar, S. S., & Zelazo, L. B. (2003). Research on
terapi yang sesuai guna meningkatkan dan resilience: An integrative review. In S.S.
mengembangkan resiliensi tersebut. Tenaga yang Luthar (Ed.), Resilience and vulnerability:
berpotensi intuk melakukan pendampingan adalah Adaptation in the context ofchildhood
para konselor sekolah. adversities (pp. 510-549).
510 Cambridge, UK:
Dengan demikian Para konselor sekolah Cambridge Press.
di Sumatera Barat perlu dibekali dengan
ketrampilan untuk meningkatkan resiliensi
resiliens siswa, Luthar, S.S., Cicchetti, D., & Becker, B. (2000).
sehingga dampak psikologis lanjut pasca bencana The construct of resilience: A critical
pada diri siswa dapat diminimalkan. Salah satu evaluation and guidelines for future work.
jenis bimbingan konseling yang paling tepat Child Development, 71, 543-562.
diselanggarakan adalah bimbingan kelompok.
Priyadi Kardono, Hermana, et al (2009). Data
DAFTAR PUSTAKA
2009 Jakarta:
Bencana Indonesia Tahun 2009.
Afi. (2010). Sumbar Rawan Bencana Alam Satlak Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Siaga,
ga, Perda Konstruksi Disiapkan. (BNPB).
http://kombinasi.net.. diakses 30 Oktober
2012 Ratih Putri Pratiwi. (2007). Sumbangan Psikologi
Klinis Dalam Assessment Gangguan
Al Siebert . 2005. The Resiliency Advantage. Psikologis Korban Bencana Alam
Alam.
Portland: Practical Psychology Press http://psikologi.or.id/ diakses 10 November
http://psikologi.or.id/:
2012
Bima. (2011). Sumbar Rawan Bencana, Pemprov
Gelar Seminar.

120

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan |


Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan
Volume XII No.2 November 2012

Reivich, Karen & Andrew, Shatte. 2002. The


Recilience Factor. New York: Broadway Wiryasaputra, T. S. (2006). Pelayanan Psikologis
Books Paska Bencana Traumatik
ine)
(PPBT).(Online) (
(http://bencana-
Sales, Pau Perez,et.al. 2005. Post Traumatic jember.blogspot.com diakses 12 Oktober
Factors and Resilience: The Role of 2012
Shelter management and Survivours’
Attitudes after Earthquakes in El Salvador Wolkow, K.W, Ferguson, H.B. 2001. Community
(2001). Journal of Community & Applied Factors in The Development of Resilience:
Psychology. 15. h.368-382
382 Consideration and Future Directions.
Directions
Community Mental Health Journal. 37.
Suwarjo. (2008). Modul Pengembangan Resiliensi.
Resiliensi 489-499
Yogyakarta: Jurusan Psikologi Pendidikan
dan Bimbingan FIP UNY.

121

PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan |


Diterbitkan Online | http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang

Anda mungkin juga menyukai