Abstract
Resilience is a person's ability to be able to survive in difficult conditions in his life. A
variety of situation’s that threaten and even unavoidable
unavoidable need the ability to make decisions
and adapt to the circumstances and to rise from adversity to better. Geographical
condition of West Sumatra, making it prone to disaster’s, and carry the psychological
impact, making it necessary for high resilience students
students who could live again live learning
activities well. Further this article will expose further with regard to resilience and
resilience the urgency of enhanced and developed for students in West Sumatra.
dapat menjadi kunci dari kesuksesan kerja dan dan fokus (focusing). ). Dua jenis keterampilan
kepuasan hidup. ini akan membantu individu untuk mengontrol
Selanjutnya Al Siebert (2005) memaparkan emosi yang tidak terkendali, menjaga fokus
resiliensi adalah kemampuan untuk mengatasi pikiran individu ketika
etika banyak hal-hal
hal yang
dengan baik perubahann hidup pada level yang mengganggu, serta mengurangi stres yang
tinggi, menjaga kesehatan di bawah kondisi penuh dialami oleh individu.
tekanan, bangkit dari keterpurukan, mengatasi 2) Impulse Control
kemalangan, merubah cara hidup ketika cara yang Pengendalian impuls adalah
lama dirasa tidak sesuai lagi dengan kondisi yang kemampuan individu untuk mengendalikan
ada, dan menghadapi permasalahan tanpa keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan
melakukan kekerasan. yang muncul dari dalam diri. Individu
Individ yang
Definisi yang paling menekankan dua memiliki kemampuan pengendalian impuls
elemen penting untuk resiliensi dikemukakan oleh yang rendah, cepat mengalami perubahan
(Luthar dan Zelazo, 2003; Luthar et al, 2000) emosi yang pada akhirnya mengendalikan
Pertama, perspektif masukan; eksposur terhadap pikiran dan perilaku mereka. Mereka
risiko dan keadaan yang merugikan, dapat menampilkan perilaku mudah marah,
bervariasi dari tingkat sedang sampai dengan risiko kehilangan kesabaran, impulsif, dan berprilaku
lingkungan yang ekstrim. Risiko dapat agresif. Tentunya
ya perilaku yang ditampakkan
dikonseptualisasikan sebagai berikut:
berikut yaitu ini akan membuat orang di sekitarnya merasa
digunakan untuk memprediksi kerentanan terhadap kurang nyaman sehingga berakibat pada
berbagai hasil kehidupan negatif termasuk buruknya hubungan sosial individu dengan
kegagalan sekolah dan atau putus sekolah, orang lain.
penyalahgunaan narkoba, hubungan gagal, Individu dapat mengendalikan
kenakalan/tindak kriminal, pengangguran, impulsivitas dengan mencegah terjadinya
kesehatan yang buruk dan kematian dini'
dini (Howard kesalahan pemikiran, s
sehingga dapat
et al., 1999). Elemen kedua dari definisi ketahanan memberikan respon yang tepat pada
dalam perspektif hasil, mempelajari apakah permasalahan yang ada. Pencegahan dapat
mekanisme coping menyebabkan hasil dalam atau dilakukan dengan menguji keyakinan individu
di atas kisaran yang diharapkan. dan mengevaluasi kebermanfaatan terhadap
Dari berbagai pengertian resiliensi yang pemecahan masalah. Individu dapat
telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa melakukan pertanyaan
pertanyaan-pertanyaan yang
resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk bersifat rasional
ional yang ditujukan kepada dirinya
bertahan dalam keadaan yang sulit dalam sendiri, seperti’apakah saya sudah melihat
kehidupnya, kemauan berusaha untuk belajar dan permasalahan secara keseluruhan? ’apakah
beradaptasi dengan keadaan tersebut serta berusaha manfaat dari semua ini?’, dan lain-lain.
lain
bangkit dari keterpurukan untuk dapat menjadi 3) Optimism
lebih baik. Optimisme adalah kemampuan melihat
bahwa masa depan yang cemerlang (Reivich
ASPEK-ASPEK RESILIENSI & Shatte,te, 2002). Optimisme yang dimiliki
Reivich dan Shatte (2002), memaparkan oleh seorang individu menandakan bahwa
tujuh kemampuan yang membentuk resiliensi, yaitu individu tersebut percaya bahwa dirinya
sebagai berikut: memiliki kemampuan untuk mengatasi
1) Emotion Regulation kemalangan yang mungkin terjadi di masa
Regulasi emosi adalah kemampuan depan. Hal ini juga merefleksikan self-efficacy
untuk tetap tenang di bawah kondisi yang yang dimiliki oleh seseorang, yaitu
menekan. Hasil penelitian menunjukkan kepercayaan individu bahwa ia mampu
bahwa orang yang kurang memiliki menyelesaikan permasalahan yang ada dan
kemampuan untuk mengatur emosi mengalami mengendalikan hidupnya. Optimisme akan
kesulitan dalam membangun dan menjaga menjadi hal yang sangat bermanfaat untuk
hubungan dengan orang lain. individu bila diiringi dengan self-efficacy,
Reivich dan Shatte juga karena dengan optimisme yang ada seorang seora
mengungkapkan dua jenis keterampilan yang individu terus didorong untuk menemukan
dapat memudahkan individu untuk melakukan
regulasi emosi, yaitu yaitu tenang (calming)
(
116
solusi dan permasalahannya dan terus bekerja karena itu, seseorang yang punya kemampuan
keras demi kondisi yang lebih baik. berempati cenderung memiliki hubungan
Tentunya optimisme yang dimaksud sosial yang positif.
adalah optimisme yang realistis (realistic
( Ketidakmampuan berempati berpotensi
optimism),), yaitu sebuah kepercayaan akan menimbulkan kesulitan dalam hubungan sosial
terwujudnya masa depan yang lebih baik (Reivich & Shatte, 2002). Individu yang
ya tidak
dengan diiringi segala usaha untuk membangun kemampuan untuk peka terhadap
mewujudkan hal tersebut. Berbeda dengan tanda-tanda
tanda nonverbal tersebut tidak dapat
unrealistic optimism dimana kepercayaan akan nempatkan dirinya pada posisi orang lain,
masa depan yang cerah tidak dibarengi dengan merasakan apa yang dirasakan orang lain dan
usaha yang signifikan an untuk mewujudkannya. memperkirakan maksud dari orang lain.
Perpaduan antara optimisme yang realistis dan Ketidakmampuan individu untuk membaca
self-efficacy adalah kunci resiliensi dan tanda-tanda
tanda nonverbal orang lain dapat sangat
kesuksesan merugikan, baik dalam konteks hubungan
4) Causal Analysis kerja maupun hubungan personal, hal ini
Causal analysis merujuk pada karena salah satu kebutuhan dasar manusia
kemampuan individu untuk untuk dipahami dan dihargai. Individu dengan
mengidentifikasikan secara akurat penyebab empati yang rendah cenderung mengulang
dari permasalahann yang mereka hadapi. pola yangng dilakukan oleh individu yang tidak
Individu yang tidak mampu resilien, yaitu menyamaratakan semua
mengidentifikasikan penyebab dari keinginan dan emosi orang lain.
permasalahan yang mereka hadapi secara 6) Self-efficacy
tepat, akan terus menerus berbuat kesalahan Self-efficacy adalah kesuksesan dalam
yang sama. pemecahan masalah. Self-efficacy
Individu yang resilien adalah individu merepresentasikan sebuah keyakinan bahwa
yang memiliki fleksibelitas kognitif. Mereka
Mer kita mampu memecahkan
memecahk masalah yang kita
mampu mengidentifikasi semua penyebab alami dan mencapai kesuksesan.
kemalangan yang menimpa mereka, tanpa Self-efficacy
efficacy merupakan salah satu
terjebak pada salah satu gaya berpikir faktor kognitif yang menentukan sikap dan
explanatory.. Mereka tidak mengabaikan faktor perilaku seseorang dalam sebuah
permanen maupun pervasif. Individu yang permasalahan. Dalam teori belajar sosial,
resilien tidak akan menyalahkan orang lain Bandura menjelaskan bahwa faktor kognitif
atas kesalahan
lahan yang mereka perbuat demi yang pada individu sangat menentukan
menjaga self-esteem mereka atau perilaku seseorang. Bandura menolak
membebaskan mereka dari rasa bersalah. pandangan behavioris dan psikoanalis yang
Mereka tidak terlalu terfokus pada faktor- faktor sangat deterministik. Dengan self-efficacy
faktor yang berada di luar kendali mereka, yang tinggi, maka individu akan melakukan
sebaliknya mereka memfokuskan dan berbagai usaha dalam menyelesaikan sebuah
memegang kendali penuh pada pemecahan pemecah permasalahan. Dengan keyakinan
key akan
masalah, perlahan mereka mulai mengatasi kemampuan dalam menyelesaikan
permasalahan yang ada, mengarahkan hidup permasalahan, individu akan dapat mencari
mereka, bangkit dan meraih kesuksesan. penyelesaian masalah yang ada, dan tidak
5) Empathy mudah menyerah terhadap berbagai kesulitan.
Empati sangat erat kaitannya dengan 7) Reaching out
kemampuan individu untuk membaca tanda- tanda Kemampuan individu keluar dan meraih
tanda kondisi emosional dan psikologis orang aspek positif dari kehidupan setelah set
lain (Reivich & Shatte, 2005). Beberapa kemalangan yang menimpa. Banyak individu
individu memiliki kemampuan yang cukup yang tidak mampu melakukan reaching out,
mahir dalam menginterpretasikan bahasa- bahasa hal ini dikarenakan mereka telah diajarkan
bahasa nonverbal yang ditunjukkan oleh orang sejak kecil untuk sedapat mungkin
lain, seperti ekspresi wajah, intonasi suara, menghindari kegagalan dan situasi yang
bahasa tubuh dan mampu menangkap apa memalukan. Mereka adalah individu-
individu individu
yang dipikirkan
irkan dan dirasakan orang lain. Oleh yang lebihh memilih memiliki kehidupan
117
120
121