Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 5

KESEHATAN MENTAL

“Resiliensi, Perkembangan Pascatrauma Dan Aging Positif”

Dosen Pengampuh

Dra. Zikra, M.Pd., Kons.

Disusun Oleh:

Zakiyatul Hadi

(19006235)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
MIND MAPP

Ketangguhan
Stres Versus Trauma Ketangguhan pribadi menurut Kobasa
Stres adalah keadaan ketika dan Maddi adalah karakteristik
seseorang mengalami tekanan yang kepribadian individu yang mempunyai
sangat berat, baik secara emosi daya tahan terhadap stres (Allred dan
maupun mental. Smith, 1989). Adanya ketangguhan
Trauma adalah tekanan emosional pribadi tersebut membuat individu
dan psikologis padaumumnya karena menjadi lebih kuat, optimis, stabil, dan
kejadian yang tidak menyenangkan tahan dalam menghadapi stres serta
atau pengalaman yang berkaitan mengurangi efek negatif yang
dengan kekerasan. dihadapinya.

“Resiliensi, Gaya Coping


Perkembangan Menurut Lazarus dan Launier (dalam
Martina, 2010) coping sebagai usaha
Cara Sehat Saat Menua Pascatrauma Dan individu yang berorientasi pada
1. Makan-makanan Sehat Aging Positif” tindakan dan intrapsikis untuk
2. Rutin Jalan Kaki mengendalikan, menguasai,
3. Banyak Bersosialisasi mengurangi dan memperkecil
dengan Orang Lain pengaruh lingkungan, tuntutan internal
4. Perbanyak Serat dan konflik-konflik yang telah
melampaui kemampuan individu
5. Berhenti Merokok
tersebut.

Penuaan yang Positif Fasilitator Pertumbuhan


Menjalani usia senja dengan Pascatrauma
sikap positif adalah modal Pertumbuhan pasca trauma
dasar untuk menjadi lansia mengacu pada perubahan
yang bahagia dan sejahtera. Ini kepribadian positif setelah peristiwa
terungkap dalam penelitian Orb kehidupan traumatis.  Mengalami
Media, sebuah organisasi peristiwa traumatis dapat memiliki
jurnalistik yang berbasis di peran transformasional dalam
Washington DC. kepribadian di antara individu tertentu
dan memfasilitasi pertumbuhan.
“Resiliensi, Perkembangan Pascatrauma Dan Aging Positif”

A. Stres Versus Trauma


Stres adalah keadaan ketika seseorang mengalami tekanan yang sangat berat, baik
secara emosi maupun mental.
Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan
tuntutan kehidupan (Vincent Cornelli, dalam Jenita DT Donsu, 2017). Menurut Charles D.
Speilberger, menyebutkan stres adalah tuntutantuntutan eksternal yang mengenai seseorang
misalnya objek dalam lingkungan atau sesuatu stimulus yang secara obyektif adalah
berbahaya. Stres juga bias diartikan sebagai tekanan, ketegangan, gangguan yang tidak
menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang (Jenita DT Donsu, 2017).
Stres didefinisikan sebagai ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh
mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi
keadaan fisik manusia tersebut. Stres dapat dipandang dalam dua acara, sebagaiu stres baik
dan stres buruk (distres). Stres yang baik disebut stres positif sedangkan stres yang buruk
disebut stres negatif. Stres buruk dibagi menjadi dua yaitu stres akut dan stres kronis
(Widyastuti, Palupi, 2004). Stres adalah reaksi/respon tubuh terhadap stressor psikososial
(tekanan mental/beban kehhidupan (Priyoto, 2014).
Seseorang yang stres biasanya akan tampak gelisah, cemas, dan mudah tersinggung.
Stres juga dapat mengganggu konsentrasi, mengurangi motivasi, dan pada kasus tertentu,
memicu depresi.
Stres bukan saja dapat memengaruhi psikologi penderitanya, tetapi juga dapat
berdampak kepada cara bersikap dan kesehatan fisik mereka. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan seseorang mengalami stres, sebagian di antaranya adalah masalah keuangan,
hubungan sosial, atau tuntutan di dalam pekerjaan. Untuk mengatasi stres, kunci utamanya
adalah mengidentifikasi akar permasalahan dan mencari solusinya.
Saat seseorang menghadapi kondisi yang memicu stres, tubuh akan bereaksi secara
alami, yaitu dengan melepas hormon yang dinamakan kortisol dan adrenalin. Reaksi
ini sebenarnya baik untuk membantu seseorang menghadapi situasi yang berbahaya atau
mengancam, sehingga bisa keluar dari situasi tersebut.
Trauma adalah tekanan emosional dan psikologis padaumumnya karena kejadian yang
tidak menyenangkan atau pengalaman yang berkaitan dengan kekerasan.Kata trauma juga
bisa digunakan untuk mengacu pada kejadian yang menyebabkan stres berlebih. Suatu
kejadian dapat disebut traumatisbila kejadian tersebutmenimbulkan stres yang ekstrem dan
melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya (Giller.1999).
Orang bisa dikatakan mempunyai Trauma adalah mereka harus mengalami suatu stres
emosional yang besar dan berlebih sehingga orang tersebut tidak bisa mengendalikan
perasaan itu sendiri yang menyebabkan munculnya trauma pada hampir setiap orang (Kaplan
dan sadock,1997).
Sejumlah gejala yang dapat menandakan individu dengan pengalaman traumatis.
Beberapa gejala yang umum adalah mempunyai kenangan menyakitkan yang tidak mudah
dilupakan, mimpi buruk berulang akan kejadian traumatis,dan timbulnya kenangan akan
kejadian traumatis ketika melihat hal-hal yang terkait dengan kejadian tersebut. Dari segi
kognitif, kenangan akan kejadian traumatis dapat memicu perasaan cemas, ketakutan
berlebih, dan perasaan tertekan .Pada anak-anak gejala trauma dapat berupa kesulitan tidur,
perasaan takut ketika harus tidur sendiri, tidak ingin ditinggal sendirian meskipun untuk
waktu singkat, bersikap agresif ketika diajak membahas masa lalu, dan marah secara tiba-
tiba.
B. Ketangguhan
Ketangguhan pribadi dikemukakan pertama kali oleh Kobasa dan merupakan
karakteristik kepribadian individu yang mempunyai daya tahan terhadap stres. Ketangguhan
pribadi membantu individu untuk bertahan secara adaptif serta mengurangi dampak negatif
dari kejadian yang menimbulkan stres dalam hidupnya. Ketangguhan pribadi yang dimaksud
dalam penelitian ini merujuk kepada ketangguhan pribadi yang dimiliki oleh para informan
penelitian, yakni orang tua tunggal yang telah ditinggal mati sang suami.
Ketangguhan pribadi menurut Kobasa dan Maddi adalah karakteristik kepribadian
individu yang mempunyai daya tahan terhadap stres (Allred dan Smith, 1989). Adanya
ketangguhan pribadi tersebut membuat individu menjadi lebih kuat, optimis, stabil, dan tahan
dalam menghadapi stres serta mengurangi efek negatif yang dihadapinya.
Adanya ketangguhan pribadi itulah yang membuat ketiga informan menjadi kuat,
optimis, stabil, dan tahan dalam menjalani masa-masa kritis setelah sang suami meninggal.
Ketangguhan pribadi dipercaya dapat mengurangi efek negatif stres setidaknya dengan dua
cara (Kobasa dan Maddi, dalam Eaddy, 2000). Cara pertama adalah proses penilaian.
Individu yang tangguh cenderung menganggap peristiwa yang menimbulkan stres sebagai
suatu hal yang tidak berbahaya, melainkan bermanfaat. Ketiga informan tidak menilai
peristiwa meninggalnya suami dan permasalahan yang muncul dalam hidupnya sebagai
sebuah peristiwa yang buruk.
Ketangguhan pribadi dalam diri orang tua tunggal mengambil peran penting dalam
proses untuk bangkit dari keterpurukan. Ketangguhan pribadi dalam diri orang tua tunggal
berfungsi dengan baik terutama dalam hal membantu dalam proses beradaptasi setelah sang
suami meninggal, mengurangi akibat buruk dari stres karena mendapatkan tekanan dari
berbagai permasalahan yang dihadapi, mengurangi penilaian negatif terhadap suatu peristiwa
atau keadaan yang dirasa mengancam dan meningkatkan pengharapan untuk melakukan
koping yang berhasil, meningkatkan ketahanan diri terhadap stres, serta membantu individu
untuk melihat kesempatan sebagai suatu latihan untuk mengambil keputusan.
Ketangguhan pribadi memiliki tiga dimensi yang membantu para orang tua tunggal
untuk bangkit dari masa-masa kritis setelah sang suami meninggal. Tiga dimensi
ketangguhan pribadi itu adalah komitmen, kontrol, dan tantangan. Ketangguhan pribadi yang
dimiliki orang tua tunggal tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, yakni penguasaan
pengalaman, perasaan yang positif, dan pola asuh orang tua. Selain ketiga faktor tersebut,
terdapat pula beberapa faktor temuan yang dikelompokkan menjadi faktor internal dan
eksternal. Faktor internal terdiri dari karakteristik dalam diri informan seperti penyabar,
banyak bersyukur, dan memegang teguh agama. Faktor eksternal terdiri dari melihat tumbuh
kembang anak, mengingat pesan atau nasihat dari sang suami, serta memperoleh dukungan
dari keluarga dan teman-teman. Dukungan dari keluarga dan teman-teman dapat berupa
nasihat, semangat, dan materiil.
C. Gaya Coping
Coping adalah perilaku yang terlihat dan tersembunyi yang dilakukan seseorang untuk
mengurangi atau menghilangkan ketegangan psikologi dalam kondisi yang penuh stres (Yani,
1997).
Strategi Coping merupakan suatu proses individu berusaha untuk menangani dan
menguasai situasi stres yang menekan akibat masalah yang sedang dihadapinya, dengan cara
melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya
(Mu’tadin, 2002).
Menurut Lazarus dan Launier (dalam Martina, 2010) coping sebagai usaha individu
yang berorientasi pada tindakan dan intrapsikis untuk mengendalikan, menguasai,
mengurangi dan memperkecil pengaruh lingkungan, tuntutan internal dan konflik-konflik
yang telah melampaui kemampuan individu tersebut. Kemampuan menurut Lazarus mengacu
kepada kemampuan individual, pengetahuan, latar belakang serta keyakinan positif terhadap
takdir. Ia juga mengungkapkan bahwa lingkungan juga berperan sama pentingnya seperti
kemampuan individu.
Dari definisi diatas maka strategi coping dapat diartikan sebagai usaha, proses atau
respon individu untuk mengubah kognisi, intrapsikis dan juga tingkah laku dalam tingkatan
tertentu, agar dapat mengendalikan, menguasai, mengurangi atau memperkecil pengaruh
lingkungan, tuntutan internal, konflik-konflik atau situasi yang dianggap menimbulkan stres
atau mengatasi sesuatu terutama yang diperkirakan akan menyita dan melampaui kemampuan
seseorang.
Menurut Muta’adin (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi strategi coping yaitu:
a. Kesehatan Fisik Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha
mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar.
b. Keyakinan atau pandangan positif Keyakinan disini berhubungan dengan locus of
control. Locus of control sendiri berkaitan dengan karakter kepribadian dan harapan
umum individu tentang apa yang akan dicapai nanti.
c. Ketrampilan memecahkan masalah Menurut Muta’adin (2002) bahwa ketrampilan ini
berkaitan erat dengan kemampuan individu menganalisis masalah sehingga dapat
dipecahkan. Kemampuan ini melliputi ketrampilan mencari informasi, menganalisa
situasi, mengidentifikasi masalah sehingga memunculkan alternatif tindakan dan
mempertimbangkan apakah tindakan tersebut sesuai dengan hasil yang akan dicapai
d. Ketrampilan sosial Hal ini berkaitan dengan bagaimana individu tersebut membangun
hubungan dengan orang lain beserta norma dan peraturan yang berlaku di masyarakat
(Mu'tadin, 2002).
e. Dukungan sosial Dukungan sosial juga berarti pemenuhan secara emosional dan
informasi dari orang-orang terdekat seperti keluarga, teman atau saudara.
f. Materi Materi disini sangat jelas berkaitan dengan keuangan, barang- bapenunjang ang
atau layanan yang dapat dibeli.
D. Fasilitator Pertumbuhan Pascatrauma
Pertumbuhan pasca trauma mengacu pada perubahan kepribadian positif setelah
peristiwa kehidupan traumatis.  Mengalami peristiwa traumatis dapat memiliki peran
transformasional dalam kepribadian di antara individu tertentu dan memfasilitasi
pertumbuhan. Misalnya, individu yang mengalami trauma telah terbukti menunjukkan
optimisme yang lebih besar, pengaruh positif, dan kepuasan dengan dukungan sosial, serta
peningkatan jumlah sumber daya pendukung sosial.  
Demikian pula, penelitian mengungkapkan perubahan kepribadian di antara pasangan
pasien kanker terminal menunjukkan transisi kehidupan traumatis seperti itu memfasilitasi
peningkatan orientasi interpersonal, perilaku prososial, dan skor ketergantungan pasca trauma
dapat dilakukan dengan memperhitungkan variabel mediator seperti koping. Mengingat
masih ada faktor lain yang belum teridentifikasi pada penelitian ini, maka untuk penelitian
selanjutnya dapat ditambahkan variabel lain sebagai prediktor, antara lain religiusitas, harga
diri, penerimaan diri, optimism, efikasi diri dan penilaian kognitif.
Studi yang akan menguji kedua variabel ini dapat menggali lebih lanjut mengenai efek
yang berbeda pada pertumbuhan pasca trauma sebagai hasil dari variasi fungsi dukungan
sosial. Jenis dukungan sosial yang berbeda member pengaruh berbeda pada pertumbuhan
tertentu. Pendekatan teoritis yang lebih kuat sangat diperlukan untuk dapat membuat
hipotesis yang lebih tegas guna menguji pengaruh dukungan sosial yang diperlukan untuk
area pertumbuhan yang sesuai.
Studi selanjutnya mengenai pertumbuhan pasca trauma dapat dilakukan dengan
memperhatikan waktu pengambilan data, yakni lama waktu dari terjadinya peristiwa
traumatik serta mempertimbangkan faktor budaya.
E. Penuaan yang Positif
Penuaan adalah proses menghilangnya kemampuan jaringan secara perlahanlahan
untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur, serta fungsi
normalnya yang mengakibatkan tubuh tidak dapat bertahan terhadap kerusakan atau
memperbaiki kerusakan tersebut (Pangkahila, 2007).
Menjalani usia senja dengan sikap positif adalah modal dasar untuk menjadi lansia
yang bahagia dan sejahtera. Ini terungkap dalam penelitian Orb Media, sebuah organisasi
jurnalistik yang berbasis di Washington DC. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada
korelasi antara persepsi positif terhadap kelanjutusiaan dengan kesejahteraan
lansia. Tempo adalah partner Orb di Indonesia.
F. Cara Sehat Saat Menua
1. Makan-makanan Sehat
Agar kesehatan tetap terus terjaga di usia tua, kunci utamanya adalah mengonsumsi
makanan yang sehat. Kamu bisa memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan, biji-bijian
utuh, kacang-kacangan, dan produk susu rendah lemak. Sebaliknya, kurangilah makanan,
seperti daging berlemak, mentega, gula, garam, serta makanan dalam kemasan.
Banyak penelitian menemukan bahwa makan makanan sehat seperti di atas bisa
membantu seseorang hidup lebih lama dan terhindar dari penyakit jantung, kanker,
Parkinson, dan penyakit Alzheimer.
Sayangnya, cara ini punya kendala lain, yaitu saat menua kemampuan mengecap rasa
juga akan kian berkurang. Apalagi banyak makanan yang tidak diperbolehkan dan
penggunaan garam juga dibatasi, sehingga selera makan lansia bisa menurun. Namun, kamu
bisa membuat menu makanan sehat sendiri dengan menambahkan rempah-rempah yang lebih
sehat sebagai penyedap. 
2. Rutin Jalan Kaki
Orang tua juga dianjurkan untuk tetap aktif dengan melakukan olahraga secara rutin.
Tidak perlu melakukan olahraga yang terlalu berat, berjalan kaki selama 30 menit setiap hari
saja sudah cukup untuk menjaga kesehatan di usia tua. Olahraga sederhana ini bila dilakukan
secara teratur dapat memberi manfaat kesehatan yang sangat besar. Berjalan kaki dapat
membantu menjaga sel-sel otak tetap sehat dengan memberikan lebih banyak darah dan
oksigen. Berjalan kaki juga dapat mengontrol berat badan kamu tetap ideal, meningkatkan
suasana hati, serta menjaga tulang dan otot kamu tetap kuat.
3. Banyak Bersosialisasi dengan Orang Lain
Kesepian bisa berbahaya bagi kesehatan orang tua. Bila kamu merasa kesepian, baik
kamu tinggal sendiri atau bersama orang lain, maupun punya banyak teman atau tidak, lebih
berisiko terkena demensia atau depresi. Para manula yang merasa terisolasi mengalami
banyak masalah dalam mengerjakan tugas sehari-hari, seperti mandi atau naik tangga.
Mereka juga meninggal lebih cepat daripada orang yang kurang merasa kesepian. Para
peneliti juga menemukan bahwa orang yang kesepian memiliki kadar hormon stres yang
lebih tinggi yang bisa menyebabkan peradangan atau pembengkakan terkait dengan artritis
dan diabetes.Jadi, banyaklah bersosialisasi. Kamu bisa mengunjungi tetangga, melakukan
pekerjaan sukarela, ataupun hanya membantu seseorang yang membutuhkan. 
4. Perbanyak Serat
Ini adalah cara termudah untuk mempertahankan kesehatan di usia tua dalam setiap
makanan dan camilan yang dikonsumsi. Ganti roti putih kamu dengan gandum utuh.
Tambahkan kacang merah ke dalam sup atau irisan apel ke dalam salad kamu. Serat membuat
kamu kenyang lebih lama. Nutrisi tersebut juga dapat mengurangi kadar kolesterol kamu dan
menurunkan risiko kamu terkena penyakit jantung, diabetes tipe 2, serta kanker usus besar.
5. Berhenti Merokok
Tembakau dapat membunuh secara perlahan. Zat tersebut dapat merusak hampir semua
organ di dalam tubuh kamu. Rokok, tembakau kunyah, ataupun produk apapun yang
mengandung nikotin dapat menyebabkan penyakit jantung, kanker, paru-paru dan penyakit
gusi, serta banyak masalah kesehatan lainnya. 
Tidak ada kata terlambat untuk berhenti. Tubuh kamu akan mulai pulih dalam 20 menit
setelah isapan rokok terakhir. Peluang kamu terkena serangan jantung pun akan langsung
berkurang. Otomatis, kamu pun akan hidup lebih lama.
KEPUSTAKAAN

Donsu, Jenita DT. 2017. Psikologi Keperawatan.Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Hamid, Achir Yani S. 1997. Analisa Konsep Koping. Jurnal keperawatan Indonesia .Volume
I, 1-5.

Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A. 1997. Sinopsis Psikiatri Jilid 1. Edisi ke-7. Terjemahan
Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara. p. 86-108.

Mu’tadin, Z. 2002. Kemandirian sebagai Kebutuhan Psikologis Remaja. Internet.


http://www.e-psikologi.com/remaja.050602

Prayitno. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling . Jakarta: Rineka Cipta.

Widyastuti, Palupi 2004. Manajemen Stres. Jakarta :Egc

Anda mungkin juga menyukai