DI SUSUN OLEH :
ILMU KEPERAWATAN
ITKES WIYATA HUSADA SAMARINDA
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sederhana guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Farmakologi. Pada
kesempatan ini dengan hormat kami memperkenalkan makalah kelompok kami yang berjudul
"Hubungan Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis Dan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien
Tuberkulosis."
Makalah ini merupakan bagian dari upaya mengkaji permasalahan kompleks seputar
pengobatan tuberkulosis yang masih menjadi permasalahan global. Dalam proses pengembangan
ini, kami melakukan analisis untuk memahami dampak efek samping obat TBC terhadap
kepatuhan pengobatan pada pasien TBC. Kami berharap makalah ini memberikan pembaca
wawasan berharga mengenai peran efek samping obat terhadap kepatuhan pasien terhadap
rejimen pengobatan TBC.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kami dalam
penyusunan makalah ini.kami berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap pemahaman pengendalian tuberkulosis dan mendorong upaya lebih lanjut untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................... 1
D. PATOFISIOLOGI TUBERKULOSIS......................................................................... 8
E. KOMPLIKASI TUBERKULOSIS .............................................................................. 9
F. IMPLIKASI KLINS .................................................................................................... 10
BAB IV ...................................................................................................................................... 16
ii
PENUTUP ................................................................................................................................. 16
A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 16
B. SARAN .......................................................................................................................... 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Namun kendala yang umum terjadi adalah efek samping obat TBC yang dapat
mempengaruhi kepatuhan pengobatan pasien. Efek samping obat anti tuberkulosis
berkisar dari ringan hingga berat, termasuk mual, muntah, gangguan hati, dan kerusakan
saraf. Ketika pasien mengalami efek samping yang tidak menyenangkan atau efek
samping yang mempengaruhi kualitas hidup mereka, mereka cenderung menghentikan
atau mengurangi pengobatan mereka, yang dapat menyebabkan kegagalan pengobatan
dan berkembangnya resistensi obat.
B. RUMUSAN MASALAH
D. MANFAAT PENELITIAN
Menyediakan wawasan yang kuat tentang efek samping obat anti-TB dan
pentingnya kepatuhan minum obat pasien TB.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI PERNAPASAN
Pernapasan (atau ventilasi) adalah proses menggerakkan udara masuk dan keluar
dari paru-paru untuk memfasilitasi pertukaran gas dengan lingkungan internal tubuh,
terutama dengan memasukkan oksigen dan membuang karbon dioksida.Pernapasan
semua vertebrata yang memiliki paru-paru terdiri dari siklus berulang inhalasi dan
ekshalasi melalui sistem tabung atau saluran udara bercabang yang mengarah dari
hidung ke alveolus.
B. FISIOLOGI PERNAPASAN
Masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru. Pergerakan udara ke
dalam dan keluar paru disebabkan oleh:
a. Tekanan pleura :
Tekanan cairan dalam ruang sempit antara pleura paru dan pleura dinding dada.
Tekanan pleura normal sekitar -5 cm H2O, yang merupakan nilai isap yang
dibutuhkan untuk mempertahankan paru agar tetap terbuka sampai nilai
istirahatnya. Kemudian selama inspirasi normal, pengembangan rangka dada akan
menarik paru ke arah luar dengan kekuatan yang lebih besar dan menyebabkan
tekanan menjadi lebih negatif (sekitar -7,5 cm H2O).
b. Tekanan alveolus :
Tekanan udara di bagian dalam alveoli paru. Ketika glotis terbuka dan tidak ada
udara yang mengalir ke dalam atau keluar paru, maka tekanan pada semua jalan
nafas sampai alveoli, semuanya sama dengan tekanan atmosfer (tekanan acuan 0
dalam jalan nafas) yaitu tekanan 0 cm H2O. Agar udara masuk, tekanan alveoli
harus sedikit di bawah tekanan atmosfer. Tekanan sedikit ini (-1 cm H2O) dapat
menarik sekitar 0,5 liter udara ke dalam paru selama 2 detik. Selama ekspirasi,
terjadi tekanan yang berlawanan.
c. Tekanan transpulmonal :
Perbedaan antara tekanan alveoli dan tekanan pada permukaan luar paru, dan
ini adalah nilai daya elastis dalam paru yang cenderung mengempiskan paru pada
2
setiap pernafasan, yang disebut tekanan daya lenting paru.
1. Antihistamin
2. Dekongestan
3. Antitusif
4. Ekspektoran
Gangguan saluran pernapasan bawah atau sering di sebut juga sebagai penyakit
paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan kondisi yang menghambat pembuluh
trakeobronkial dalam melakukan pertukaran gas di dalam paru-paru. Gangguan yang
termasuk dalam golongan ini antara lain bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema, dan
asma. Pada saat bronkiolus menyempit dapat terjadi obstruksi jalan pernapasan, yang
disebut bronkospasme. Kondisi demikian menyebabkan peningkatan sekresi lendir
yang selanjutnya mengakibatkan penderita mengalami dispnea, yaitu kesulitan
bernapas.
1. Bronkodilator
4
Bronkodilator merupakan obat untuk berbagai gangguan pulmonari kronis.
Bronkodilator agonis adrenergis atau agonis beta-2 serangan pendek (SABA)
digunakan untuk meringankan bronkospasma yang berkaitan dengan pernapasan,
seperti asma bronkial, bronkitis kronis, dan emfisema.
a. Bronkodilator Adrenergis
obat turunan xantin antara lain adalah teofilin dan aminofilin. Turunan
xantin merupakan obat yang menstimulasi sistem saraf pusat untuk
mendorong bronkodilatasi turunan xantin mengakibatkan relaksasi langsung
pada otot halus bronkus. turunan xantin membantu meringan dan mencegah
asma bronkhial serta mengobatan bronkospasma yang berkaitan dengan
bronkitis kronis dan emfisema.
2. Obat Antiasma
5
cukup efektif pada semua tahapan perawatan asma yang persisten.
Kortikosteroid dapat dikombinasi dengan obat agonis beta-2 jangka panjang
agar menghasilkan efek yang terbaik. Kortikosteroid yang dihirup digunakan
untuk peng obatan inflamasi yang berikaitan dengan asma kronis la diberikan
dengan inhalasi. Obat ini bekerja sebagai antiinflamasi dengan mengurangi
hiperresponsivitas jalur pernapasan, menurunkan jumlah sel mast dalam jalur
pernapasan, menghambat rekasi terhadap alergi dan meningkatkan
sensitivitas reseptor B., sehingga koeningkatkan efektivitas obat agonis
reseptor B. Contoh kortikosteroid yang dihirup antara lain beklometason.
flunisolida, dan triamkinolon.
PEMBAHASAN
C. ETIOLOGI TUBERKULOSIS
7
Mycobacterium tuberculosis dapat bertahan dalam kondisi asam dan basa yang
ekstrem, kondisi rendah oksigen, dan kondisi intraseluler. Bakteri ini umumnya
menginfeksi paru-paru tetapi dapat juga menginfeksi organ lain, seperti tulang, otak,
hati, ginjal, dan saluran pencernaan. Manusia merupakan satu-satunya host
mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyebar dari orang ke orang melalui partikel
droplet aerosol. Ukuran droplet infeksius dari pasien tuberkulosis paru bervariasi dari
0,65 µm hingga >7,0 µm. Partikel aerosol yang berukuran kecil dapat melewati
nasofaring hingga trakea dan bronkus, lalu terkumpul di saluran napas distal. Sementara
itu, partikel aerosol yang lebih besar dapat terkumpul di saluran napas atas atau orofaring
dan mengakibatkan tuberkulosis orofaring atau tuberkulosis nodus limfatik servikal.
D. PATOFISIOLOGI TUBERKULOSIS
8
tengahnya. Lesi ini paling umum ditemukan dalam makrofag alveolar dari bagian
subpleura paru-paru.Lesi inisial dapat sembuh dengan sendirinya dan infeksi menjadi
laten. Fibrosis terjadi bila enzim hidrolitik melarutkan tuberkel dan lesi dikelilingi oleh
kapsul fibrosis. Nodul fibrokaseosa ini sering kali mengandung mycobacteria dan
berpotensi reaktivasi.
Ketika host tidak dapat menekan infeksi inisial, infeksi primer TB dapat
berkembang lebih lanjut, terutama di lobus tengah dan bawah dari paru-paru. Eksudat
yang purulen dan mengandung basil tahan asam (BTA) dapat ditemukan di sputum dan
jaringan paru. Namun, bila infeksi tuberkulosis dapat ditekan atau dilawan oleh sistem
imun, infeksi tuberkulosis dapat menjadi infeksi laten. Individu dengan infeksi
tuberkulosis laten tidak dapat menularkan bakteri tetapi infeksi laten dapat teraktivasi
bila host mengalami imunosupresi. Setelah itu, infeksi akan menjadi infeksi tuberkulosis
sekunder.
E. KOMPLIKASI TUBERKULOSIS
9
peradangan dan penumpukan cairan pada paru-paru, yang dapat mengganggu
kemampuan jantung untuk memompa (tamponade jantung)
9. Erythema nodosum: TBC dapat menyebabkan kondisi erythema nodosum.
Untuk mencegah komplikasi ini, penting untuk melakukan pengobatan TBC segera dan
menerapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan sehat bergizi seimbang
dan rutin berolahraga
F. IMPLIKASI KLINS
1. Dampak Yang Di Inginkan :
10
Rifampicin juga memiliki beberapa efek samping yaitu, Hepatitis, reaksi alergi,
gangguan fungsi hati, discoloration (perubahan warna) air seni, cairan tubuh (air
seni, keringat, air mata) menjadi oranye merah, dan gangguan saluran cerna.
3. Pyrazinamide (PZA)
Mekanisme persis Pyrazinamide masih belum sepenuhnya dipahami. Namun,
diperkirakan bahwa PZA mengubah lingkungan asam di dalam sel bakteri TB,
sehingga menghambat pertumbuhan dan menyebabkan kematian bakteri.
Namun beberapa efek samping dapat ditimbilkan seperti, Hepatitis, gangguan
fungsi hati, asam urat tinggi (gout), ruam kulit, dan gangguan pencernaan.
4. Ethambutol (EMB):
Ethambutol menghambat sintesis dinding sel bakteri TB dengan mengganggu
enzim yang disebut arabinosil transferase. Arabinosil transferase penting untuk
pembentukan lapisan dinding sel bakteri yang kuat. Dengan menghambat aktivitas
enzim ini, ethambutol melemahkan dinding sel bakteri dan membuatnya lebih
rentan terhadap kerusakan oleh obat-obatan lain dan sistem kekebalan tubuh.
Ethambutol juga memiliki beberapa efek samping yaitu, Kerusakan penglihatan,
gangguan pada saraf optik, gangguan hati, dan reaksi alergi.
H. FAKTOR RESIKO TUBERKULOSIS
1. Kontak erat dengan pasien tuberkulosis:
Kontak erat dengan pasien tuberkulosis meningkatkan risiko tertular karena
bakteri tuberkulosis dapat disebarkan melalui udara saat pasien batuk, bersin atau
berbicara.
2. Sistem kekebalan tubuh yang lemah :
Tuberkulosis disebabkan oleh infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis.
Sistem kekebalan tubuh yang kuat biasanya dapat melawan infeksi ini, tetapi jika
kekebalan tubuh melemah, bakteri tersebut dapat berkembang biak dengan lebih
mudah dalam tubuh,
3. Lingkungan yang padat dan tidak sehat:
Rumah yang penuh sesak dan tidak bersih serta terbatasnya akses terhadap
layanan kesehatan dapat meningkatkan risiko penularan tuberkulosis.
4. Usia:
Orang lanjut usia mempunyai risiko lebih tinggi karena sistem kekebalan tubuh
mereka biasanya melemah seiring bertambahnya usia.
11
5. Kondisi medis tertentu:
Penyakit paru-paru kronis, gagal ginjal, dan penyakit pada hati dapat
meningkatkan risiko tuberkulosis.
12
I. STUDI KASUS ATAU CONTOH KASUS
Tahun : 2023
13
2. Judul Jurnal : Pada Kuisioner Hasil Penelitian yang
:Hubungan tingkat penderita di peroleh bahwa
kepatuhan minum obat tuberkulosis responden kelompok
pasien tuberkulosis
terhadap efek samping di Puskesmas respon baik tentang
obat anti tuberkulosis Kecamatan efek samping obat
Sungai memilki kepatuhan
Betung tinggi sebanyak 42,9%
Author : Kabupaten dan kepatuhan rendah
1.Berly Afilla Christy Bengkayang, sebanyak 8,5%
35 Responden sedangkan responden
2.Ressi Susanti kelompok respon
3.Nurmainah kurang tentang efek
samping obat memilki
kepatuhan tinggi
sebanyak 22,9% dan
kepatuhan rendah
Tahun : 2022
25,7%.
3. Judul Jurnal : :Pada 27 instrumen penelitian
Pengaruh Efek penderita pernyataan menunjukkan bahwa,
Samping Oat (Obat tuberkulosis dengan efek samping OAT
Anti Tuberculosis) di Puskesmas menggunaka ringan yang
Terhadap Kepatuhan Pekauman n skala
Minum Obat Pada patuh minum obat
Bajarmasin, Guttman
Pasien Tbc Di sebanyak 15 orang
Puskesmas 40 Responden dengan dua
(37,5%), responden
pilihan "ya"
yang
dan "tidak"
Author : mempunyai efek
1. Seniantara samping OAT ringan
yang tidak patuh
2. I Kadek minum obat
3. Ivana
sebanyak 0 orang
4. Theresia (00,0%), responden
5. Adang, yang mempunyai efek
14
tidak patuh minum
obat sebanyak 14 orang
(35%) di Puskesmas
Pekauman
Banjarmasin.
15
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
perlu dikembangkan program edukasi yang lebih efektif untuk meningkatkan
pemahaman pasien tentang obat anti-TB dan pentingnya kepatuhan minum obat, serta
perlunya pemantauan konsumsi obat pada pasien agar Pengobatan mencapai
keberhasilan yang signifikan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, Siti. 2016. Farmakologi Dalam Keperawatan. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Gunawan, Sulistia, Setiabudy, Rianto, Nafri, Instianty. 2016. Farmokologi dan Terapi
edisi 6. Jakarta: FKUI.
17