Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FARMAKOLOGI II

“EKSPEKTORAN”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

EKA FITRA RAMADANI PO713251211011

FARADILLAH PO713251211015

NILA ANGGRESTI PO713251211033

NUR AMILAN AR PO713251211035

NUR ATIKA SALSABILA PO713251211039

WAHYU LIANI PO713251211049

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN FARMASI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah

Farmakologi II dengan judul “Antitusif” ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami

mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan

memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa

pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam

penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu

kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 11 Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB 1 ........................................................................................................................................ 2
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 2
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 2
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah ............................................................................................................ 2
BAB II.................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................................... 3
A. Pengertian batuk ........................................................................................................... 3
B. Pembagian Batuk .......................................................................................................... 3
C. Penyebab Batuk ............................................................................................................ 4
D. Pengobatan Batuk ......................................................................................................... 4
BAB III...................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6
A. Pengertian Ekspektoran ............................................................................................... 6
B. Penggolongan Ekspektoran.......................................................................................... 7
C. Mekanisme Kerja Ekspektoran ................................................................................... 9
D. Indikasi dari obat golongan Ekspektoran .................................................................. 9
E. Kontra Indikasi dari Ekspektoran ............................................................................ 10
F. Efek samping dari Ekspektoran ................................................................................ 11
G. Interaksi dari Ekspektoran ........................................................................................ 11
BAB IV .................................................................................................................................... 12
PENUTUP............................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 12
B. Saran ............................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang -
Undang No. 23 tahun 1992). Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya
pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal
dengan istilah swamedikasi. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi
keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti batuk.
Batuk sebenarnya adalah refleks normal tubuh kita akibat adanya rangsangan
dari selaput lendir di daerah tenggorok dan cabang tenggorok, yang bertujuan untuk
membersihkan saluran pernafasan dari zat-zat asing yang menganggu. Jadi, merupakan
suatu mekanisme perlindungan tubuh. Namun jika berlebihan memang jadi
menjengkelkan.
Secara sederhana, batuk dibedakan menjadi dua jenis, batuk kering dan batuk
berdahak. Batuk kering biasanya bukan merupakan mekanisme pengeluaran zat asing,
dan mungkin merupakan bagian dari penyakit lain. Batuk seperti ini tidak berguna dan
harus dihentikan. Untuk ini ada obat-obat yang bekerja menekan rangsang batuk atau
dikenal dengan nama antitusif. Beberapa obat yang termasuk jenis ini dan sering
digunakan adalah dekstrometorfan, noskapin, dan kodein.
Sebaliknya, batuk berdahak adalah mekanisme tubuh untuk mengeluarkan zat-
zat asing dari saluran nafas, temasuk dahak.Batuk ini sebaiknya tidak ditekan, supaya
zat-zat asing itu bisa dikeluarkan.Obat-obat yang bisa membantu pengeluaran dahak
disebut ekspektoran.Obat-obat ini biasanya juga merangsang terjadinya batuk supaya
terjadi pengeluaran dahak. Selain itu ada juga obat-obat yang bisa membantu
mengencerkan dahak sehingga mudah dikeluarkan yang disebut mukolitik.Contoh
obat-obat ekspektoran adalah amonium klorida, gliseril guaiakol, ipekak, dll.
Batuk yang disebabkan karena infeksi virus biasanya akan sembuh sendiri,
tetapi batuk yang merupakan gejala infeksi pernafasan karena bakteri mungkin butuh
waktu lebih lama dan memerlukan tambahan obat antibiotika. Batuk jenis ini biasanya

2
ditandai dengan dahak yang banyak, kental dan berwarna kuning kehijauan.Kalau Anda
mengalami batuk demikian tentu perlu diperiksakan ke dokter untuk mendapatkan
pengobatan yang tepat.
Dari segi lamanya, batuk dibedakan menjadi batuk akut (< 3 minggu), batuk
subakut (3-8 minggu), dan batuk kronis (> 8 minggu). Batuk akut dan subakut
umumnya relatif ringan dan bisa sembuh sendiri, walaupun seringkali perlu
penanganan dengan obat batuk dan obat lain untuk mengurangi gejala dan
menghilangkan penyebabnya. Sedangkan batuk kronis, perlu perhatian tersendiri
karena batuk kronis biasanya adalah tanda atau gejala adanya penyakit lain yang lebih
berat. Banyak penyakit berat yang ditandai dengan batuk kronis, misalnya asma, TBC,
gangguan refluks lambung, penyakit paru obstruksi kronis, sampai kanker paru-
paru.Untuk itu, batuk kronis harus diperiksakan ke dokter untuk memastikan
penyebabnya dan diatasi sesuai dengan penyebabnya itu. Dalam makalah ini
akandibahas mengenai ekspektoransia, obat-obat ekspektoran, beserta contoh- contoh
obatnya.

B. Rumusan Masalah
a. Apa dari Pengertian ekspektoran ?
b. Apa saja penggolongan ekspektoran ?
c. Bagaimana mekanisme kerja dari ekspektoran ?
d. Apa indikasi dan kontra indikasi dari ekspektoran ?
e. Apa saja efek samping yang ditimbulkan dari ekspektoran ?
f. Bagaimana interaksi dari obat ekspektoran ?

C. Tujuan Masalah
a. Dapat mengetahui pengertian dari ekspektoran
b. Dapat mengidentifikasi penggolongan dari ekspektoran
c. Dapat memahami dan mengetahui mekanisme kerja dari ekspektoran
d. Dapat memahami dan mengetahui indikasi dan kontra indikasi dari obat
ekspektoran
e. Dapat mengidentifikasi efek samping yang ditimbulkan dari ekspektoran
f. Dapat mengetahui dan memahami interaksi dari obat ekspektoran

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian batuk
Batuk bukanlah merupakan penyakit, mekanisme batuk timbul oleh karena
paru-paru mendapatkan agen pembawa penyakit masuk ke dalamnya sehingga
menimbulkan batuk untuk mengeluarkan agen tersebut. Batuk dapat juga menimbulkan
berbagai macam komplikasi seperti : pneumotoraks, sakit kepala dan pingsan. Batuk
merupakan refleks fisiologis kompleks yang melindungi paru dari trauma mekanik,
kimia dan suhu. Batuk juga merupakan mekanisme pertahanan paru yang alamiah untuk
menjaga agar jalan nafas tetap bersih dan terbuka dengan jalan.
Batuk menjadi tidak fisiologis bila dirasakan sebagai gangguan. Batuk semacam
itu sering kali merupakan tanda suatu penyakit di dalam atau di luar paru-paru dan
kadang-kadang merupakan gejala dini suatu penyakit. Batuk mungkin sangat berarti
pada penularan penyakit melalui udara. Batuk merupakan salah satu gejala penyakit
saluran nafas disamping sesak, mengi, dan sakit dada. Sering kali batuk merupakan
masalah yang dihadapi para dokter dalam pekerjaannya sehari-hari. Penyebabnya amat
beragam dan pengenalan patofisiologi batuk akan sangat membantu dalam menegakkan
diagnosis dan penanggulangan penderita batuk.

B. Pembagian Batuk
Berdasarkan produktivitasnya, batuk dapat dibedakan menjadi menjadi 2 jenis, yaitu
batuk berdahak (batuk produktif) dan batuk kering (batuk non produktif).
1. Batuk berdahak (batuk produktif)
Batuk berdahak ditandai dengan adanya dahak pada tenggorokan. Batuk berdahak
dapat terjadi karena adanya infeksi pada saluran nafas, seperti influenza, bronchitis,
radang paru, dan sebagainya. Selain itu batuk berdahak terjadi karena saluran nafas
peka terhadap paparan debu, polusi udara, asap rokok, lembab yang berlebihan dan
sebagainya.
2. Batuk kering (batuk non produktif)
Batuk yang ditandai dengan tidak adanya sekresi dahak dalam saluran nafas,
suaranya nyaring dan menyebabkan timbulnya rasa sakit pada tenggorokan. Batuk
kering dapat disebabkan karena adanya infeksi virus pada saluran nafas, adanya

3
faktor-faktor alergi (seperti debu, asap rokok dan perubahan suhu) dan efek samping
dari obat (misalnya penggunaan obat antihipertensi kaptopril).

C. Penyebab Batuk
Batuk dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
1. Infeksi
Produksi dahak yang sangat banyak karena infeksi saluran pernapasan. Misal flu,
bronkhitis, dan penyakit yang cukup serius meskipun agak jarang yaitu pneumonia,
TBC dan kanker paru-paru.
2. Alergi
Masuknya benda asing secara tidak sengaja ke dalam saluran pernapasan. Misalnya
debu, asap, cairan dan makanan Mengalirnya cairan hidung ke arah tenggorokan
dan masuk ke saluran pernapasan. Misalnya rinitis alergika, batuk pilek. Dan
Penyempitan saluran pernapasan misal pada asma.

D. Pengobatan Batuk
Pengobatan batuk dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu dengan obat
antitusif,ekspektoran, dan mukolitika. Tergantung dengan jenis batuknya.
a. Obat antitusif
Obat antitusif berfungsi menghambat atau menekan batuk dengan menekan pusat
batuk serta meningkatkan ambang rangsang sehingga akan mengurangi iritasi.
Secara umum berdasarkan tempat kerja obat, antitusif dibagi atas antitusif yang
bekerja di perifer dan antitusif yang bekerja di sentral. Antitusif yang bekerja di
sentral dibagi atas golongan narkotik dan nonnarkotik. Contoh : Kodein, DMP,
Noskapin dan Uap Menthol.
b. Ekspektoran
Obat ini digunakan untuk meningkatkan sekresi mukus di saluran napas sehingga
bermanfaat untuk mengurangi iritasi dan batuknya akan berkurang dengan
sendirinya. Contoh: Amonium klorida, potasium sitrat, guaifenesin dan gliseril
guaiakolat.
c. Mukolitika
Infeksi pernapasan menyebabkan munculnya mukus yg bersifat purulen atau
menyebabkan infeksi, oleh karena itu harus segera dikeluarkan secara alamiah.

4
Obat golongan ini berkhasiat melarutkan dan mengencerkan dahak yg kental
sehingga lebih mudah dikeluarkan melalui batuk dan sering digunakan pada
penderita Bronkhitis. Contoh: Asetilsistein, Bromheksin.

5
BAB III

PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekspektoran
Ekspektoran ialah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari saluran
napas (ekspektorasi). Ekspektoransia adalah senyawa yang mempermudah atau
mempercepat pembuangan secret bronkus dari bronkus dan trakea. Ekspektoransia
sendiri dibagi atas, sekretolitika, mukolitika dan sekretomotorika. Pembedaan yang
jelas antara ketiga kelompok ini tak mungkin dilakukan karena perbedaannya yang
kecil. Sekretolitika meninggikan sekresi bronkus dan dengan demikian mengencerkan
lendir. Ini terjadi secara reflektorik dengan stimulus serabut aferen parasimpatikus dan
atau dengan bekerja langsung pada sel pembentuk lendir. Mukolitika mengubah sifat
fisikimia secret, terutama viskositasnya diturunkan. Sekretomotorika menyebabkan
getaran secret dan batuk untuk mengeluarkan secret dan batuk untuk mengeluarkan
secret tersebut.
Penggunaan ekspektoran didasarkan pengalaman empiris. Belum ada data yang
membuktikan efektivitas ekspektoran dengan dosis yang umum digunakan Mekanisme
kerjanya diduga berdasarkan stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya secara refleks
merangsang sekresi kelenjar saluran napas lewat N. vagus, sehingga menurunkan
viskositas dan mempermudah pengeluaran dahak.
Ekspektoran mengencerkan flegma di tenggorokan dan saluran bronkus
sehingga meringankan iritasi yang menyebabkan batuk. Ekspektoran yang biasanya
digunakan dalam sediaan batuk adalah guaifenesin.

6
B. Penggolongan Ekspektoran
Simplisia yang mengandung saponin (misalnya Radix Primulae, Radix
Polygalac), simplisia senyawa yang merangsang muntah (misalnya Radix
Ipecacuanhae, emetin) dan guaiakol kemungkinan bekerja murni secara refloktoris.
Sedangkan ammonium klorida dan kalium iodide bekerja baik secara reflektoris
maupun secara langsung. Minyak atsiri (misalnya oleum anisi, eucalypti, Menthae,
Thymi, Terebinthinae) langsung menstimulasi sekresi bronkus. Jika minyak atsiri
diberikan secara oral, setelah absorpsi sebagian akan dikeluarkan melalui paru- paru.
Pendapat tentang arti terapeutik sekretolitika bervariasi. Khasiat kalium iodide tidaklah
diragukan akan tetapi pemakaiannya untuk waktu yang lama dibatasi (bahaya
keracunan iod).
Penggunaan minyak atsiri pada bayi dan anak-anak menimbulkan masalah
karena khasiatnya yang tidak pasti dan kemungkinan timbulnya keadaan yang lebih
buruk yaitu laringospasmus atau stimulasi sentral. Berikut beberapa penjelasan
mengenai obat-obat ekspektoran:
1. Kalium lodida
lodida menstimulasi sekresi mucus di cabang tenggorok dan mencairkannya,
tetapi sebagai obat (hampir) tidak efektif. Namun obat ini banyak digunakan dalam
sediaan batuk, khususnya pada asma, meskipun risiko akan efek samping besar
sekali. Kalium iodida terutama digunakan untuk profilaksis dan terapi struma
(gondok) dan hipertirosis, serta untuk obat tetes mata (larutan 1%) pada lensa mata
keruh (katarak).
Efek sampingnya kuat dan berupa gangguan tiroid, struma, urticarial dan
iodakne, juga hiperkaliemia (pada fungsi ginjal buruk).
Dosis: pada batuk oral 3 dd 0,5-1 g. maksimal 6 g sehari. Bagi pasien yang tidak
boleh diberikan kalium, obat ini dapat diganti dengan natrium iodida dengan khasiat
yang sama.
2. Amonium Klorida
Berdaya deuretis lemah yang menyebabkan acidosis, yakni kelebihan asam
dalam darah. Keasaman darah merangsang pusat pernapasan, sehingga frekuensi
napas meningkat dan getar bulu-getar (cilia) di saluran napas distimulasi. Sekresi
dahak juga meningkat. Maka senyawa ini banyak digunakan dalam sediaan sirop
batuk, misalnya Obat Batuk Hitam.

7
Efek sampingnya hanya bisa terjadi pada dosis tinggi dan berupa acidosis
(khusus pada anak-anak dan pada pasien ginjal) dan gangguan lambung (mual,
muntah), berhubung sifatnya yang merangsang mukosa.
Dosis: oral 3-4 dd 100-150 mg, maksimal 3 g seharinya.
3. Guaifenesin (gliserilguaiakolat)
Adalah derivat-guaiakol yang banyak digunakan sebagai ekspektorans dalam
berbagai jenis sediaan batuk populer. Pada dosis tinggi bekerja merelaksasi otot,
seperti mefenesin.
Efek sampingnya kadang kala berupa iritasi lambung (mual, muntah) yang
dapat dikurangi bila diminum dengan segelas air. Dosis: oral 4-6 dd 100-200 mg.
4. Minyak Terbang
Minyak terbang/atsiri, seperti minyak kayu putih, minyak permen dan minyak
adas (Oleum foeniculi) berkhasiat menstimulasi sekresi dahak, bekerja spasmolitis
(melawan kejang), antiradang dan juga bersifat bakteriostatis lemah. Berdasarkan
sifat-sifat ini, minyak terbang banyak digunakan dalam sirop batuk atau juga
sebagai obat inhalasi nap (obat sedot), yaitu k.l. 10 tetes dimasukkan ke dalam 1
liter air panas dan dihisap uapnya. Terbukti bahwa inhalasi demikian juga sangat
efektif untuk meringankan selesma akibat infeksi virus yang ternyata dapat
diinaktifkan oleh suhu di atas 40°C.
5. Ipecacuanhac radix
Akar tambahan dari tumbuhan Pyschotria ipecacuanha (Rubiaceae) ini
mengandung dua alkaloida, yakni emetin dan sefactin. Zat-zat ini bersifat emetis
(menimbulkan muntah), spasmolitis terhadap kejang-kejang saluran napas dan
menstimulasi sekresi bronchi secara reflektoris. Penggunaan utamanya adalah
sebagai emetikum efektif pada peristiwa keracunan, terutama pada anak-anak.
Sebagai ekspektoran hanya digunakan dalam kombinasi dengan obat-obat batuk
lain, misalnya dalam pulvis/tablet Doveri, yakni campuran dengan serbuk candu
dan Ipeca juga berfungsi mencegah penyalahgunaannya.
Efek sampingnya pada dosis biasa berupa reaksi hipersensitasi dan muntah-
muntah pada dosis yang lebih tinggi.
Dosis : oral 3 dd 50mg.

8
C. Mekanisme Kerja Ekspektoran
Mekanisme Ekspektoran umumnya diberikan untuk mempermudah
pengeluaran dahak pada batuk kering (nonproduktif) agar menjadi lebih produktif.
Ekspektoran bekerja dengan cara membasahi saluran napas sehingga mukus (dahak)
menjadi lebih cair dan mudah dikeluarkan (dibatukkan). Mukolitik, mirip dengan
ekspektoran, diberikan untuk mempermudah pengeluaran dahak, namun dengan
mekanisme kerja yang berbeda. Mukolitik memecahkan ikatan protein mukus,
sehingga mukus menjadi cair dan mudah dikeluarkan. Sedangkan untuk pemberian
antitusif justru akan membuat sputum tidak dapat keluar karena menekan refleks batuk
yang dibutuhkan untuk mengeluarkan sputum. Antitusif tidak boleh diberikan pada
batuk yang produktif (berdahak) karena supresi batuk akan menghambat pengeluaran
dahak (Gitawati, 2014).
Mekanisme kerjanya adalah dengan merangsang reseptor-reseptor di mukosa
lambung yang kemudian meningkatkan kegiatan kelenjar-sekresi dari saluran lambung-
usus dan sebagai refleks memperbanyak sekresi dari kelenjar yang berada di saluran
nafas. Digunakan untuk batuk yang memerlukan pengenceran dahak, misalnya batuk
karena influenza atau radang saluran napas.

D. Indikasi dari obat golongan ekspektoran


1. Kalium Iodida
• lodida menstimulasi sekresi mucus di cabang tenggorokan dan mencairkannya,
tetapi sebagai obat batuk (hampir) tidak efektif. Namun obat ini banyak
digunakan dalam sediaan batuk, khususnya pada asma, meskipun resiko akan
efek samping besar sekali.
• Efek sampingnya kuat dan berupa gangguan tiroid, struma, urticaria dan iod-
akne, juga hiperkaliemia (pada fungsi ginjal buruk).
• Dosis: Pada batuk oral 3 dd 0,5-1 g, maks 6 g sehari. Bagi pasien yang tidak
boleh diberikan kalium, obat ini dapat diganti dengan natrium iodida dengan
khasiat yang sama.
2. Amonium klorida
Berdaya diuretis lemah yang menyebabkan acidosis, yakni kelebihan asam
dalam darah. Keasaman darah meransang pusat pernapasan, sehingga frequensi
napas meningkat dan gerakan bulu-getar (cilia) di saluran napas distimulasi.

9
Sehingga sekresi dahak juga meningkat, maka senyawa ini banyak digunakan
dalam sediaan syrup obat batuk, misalnya obat batuk hitam.
• Efek sampingnya hanya terjadi pada dosis tinggi dan berupa acidosis (khusus
pada anak-anak dan pada pasien ginjal) dan gangguan lambung (mual, muntah),
berhubung sifatnya yang meransang mukosa.
• Dosis: Oral 3-4 dd 100-150 mg, maks. 3 g sehari
3. Guaifenesin
• Guaiafenesin adalah derivat guaiakol yang banyak digunakan sebagai
ekspektoran dalam berbagai jenis sediaan obat batuk. Pada dosis tinggi bekerja
merelaksasi otot.
• Efek sampingnya kadang kala berupa iritasi lambung (mual, muntah) yang dapat
dikurangi bila diminum dengan segelas air.
• Dosis: Oral 4-6 dd 100-200 mg.
4. Minyak terbang
Minyak terbang/atsiri, seperti minyak kayu putih, minyak permen, dan minyak
adas (Oleum foeniculi) berkhasiat menstimulasi sekresi dahak, bekerja spasmolitis
(melawan kejang), antiradang dan juga bersifat bakteriostatis lemah. Berdasarkan
sifat- sifat. ini, minyak terbang banyak digunakan dalam syrup obat batuk atau juga
sebagai obat inhalasi uap.
E. Kontra Indikasi dari Ekspektoran
1. Kalium Iodida
Jenis zat kimia ini mempunyai kontraindikasi di beberapa pasien. Misalnya saja
pada pasien yang mempunyai gangguan pada bagian ginjal maupun pada
hipersensitivitas. Bagi pasien yang mempunyai hipersensitifitas terhadap
kandungan iodin ini mempunyai senyawa yang sejenis. Kalium Iodida termasuk
sebagai senyawa kimia suplemen makanan maupun obat-obatan yang digunakan
pada penderita penyakit hipertiroidisme. Obat ini untuk melindungi kelenjar tiroid
pada saat berbagai jenis radiofarmaka digunakan. Untuk saat ini potassium iodide
digunakan dalam mengobati sporotrikosis maupun fikomikosis pada bagian kulit.
2. Amonium Klorida
Kontraindikasi Amonium Klorida dibagi menjadi 2 yakni berdasarkan interaksi
dengan obat lain, serta kelompok orang berisiko. Interaksi obat dapat
mempengaruhi kinerja dari obat yang anda konsumsi termasuk amonium klorida,
bahkan dapat menimbulkan efek samping yang cukup serius. Sebelum

10
menggunakan obat ini, pastikan anda memberitahu semua jenis obat yang biasanya
anda minum supaya interaksi obat tidak akan terjadi. Selain itu pastikan untuk tidak
meminum obat sembarangan tanpa adanya resep.

F. Efek samping dari ekspektoran


Efek samping yang dapat ditimbulkan dari obat ekspektoran adalah iritasi
lambung, mual, muntah, reaksi kulit, bengkak pada kelopak mata, bendungan paru, liur
berlebih, mata dan hidung berair. Ammonium klorida diubah menjadi urea di hati,
sehingga dapat menyebabkan keasaman darah.

G. Interaksi dari ekspektoran


Interaksi obat bisa saja terjadi jika anda menggunakan atau menkonsumsi
beberapa obat secara bersamaan. pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter
anda sebelum menggunakan obat tersebut. Bila perlu, dokter mungkin akan mengurangi
dosis atau mengganti obat dengan alternatif obat lainnya. Contohnya obat guaifenesin
Sebaiknya hati-hati saat menggunakan obat ini jika bersamaan dengan obat lain.
Beberapa interaksi kemungkinan dapat terjadi di antara kedua obat ini, seperti
berkurangnya efektivitas obat atau peningkatan kadar efek samping. Sebaiknya
sebelum di konsumsi tanyakan terlebih dahulu kepada dokter yang lebih tahu dan
memahami kondisi kamu sebelum mengosumsi obat secara bersamaan.

11
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

Batuk bukanlah merupakan penyakit, mekanisme batuk timbul oleh karena


paru-paru mendapatkan agen pembawa penyakit masuk ke dalamnya sehingga
menimbulkan batuk untuk mengeluarkan agen tersebut. Pengobatan batuk dapat
dilakukan dengan 3 cara yaitu dengan obat antitusif, ekspektoran, dan mukolitika.
Ekspektoran ialah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari saluran
nafas ( ekspektorasi ).
Obat - obat ekspektoran adalah kalium Iodida, Ammonium klorida,
Guaifenesin, Minyak terbang, Ipecancuhae radix.
Contoh obat - obat ekspektoran, Yaitu allerin, Bronchicum, Bronchitin,
Bufabat, Cohistan, Comtusi, Defan, Elsiron, Emkanadryl, Excosin, Fimeton, Flucadex,
Gigadryl, Graxine, Guamin, Hufallerzine Expectorant, Itrabat, Mezinex, Multikol,
Niriton, OBH, Phenergan, Silex, Uni Baby`s Cough, dll.

B. Saran
Ketika akan memilihkan obat untuk pasien harus disesuaikan dengan kondisi
klinis agar dosis dan obat yang diberikan tepat dan rasional untuk pasien.

12
DAFTAR PUSTAKA

Lubis,H.M.2015. Batuk Kronik Dan Berulang (BKB) Pada Anak pp 120-128. Bagian Ilmu

Kesehatan Anak , Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatra Utara.

Song,W.J.,Faruqi, S., Klaewsongkram, J., Lee, S.E., Chang, Y.S.2015. Chronic Cough: an

Asian Perspective Part 1: Epidemology. Asia Pacific allergy. Vol 5. Pp 136-144

Tamaweol, D., Ali, R.H., Simanjuntak, M.L. 2016. Gambaran Foto Toraks Pada Penderita

Batuk Kronis di Bagian/SMF Radiologi FK Unsrat/RSUP Prof. Dr. R. D, Kandou

Manado.Jurnal e-clinic (eCl). Vol 4, No. 1

13

Anda mungkin juga menyukai