Disusun Oleh:
SISTEM PERNAFASAN
Hari : .........................................................
Tanggal : .........................................................
Mengetahui,
A. Pengertian
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan
untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk
mempertahankan kebersihan jalan nafas. Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas merupakan suatu keadaan ketika seseorang individu mengalami
suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernafasan
sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif (Lynda
Juall, Carpenito, 2006).
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan ketidakmampuan
dalam membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk
menjaga bersihan jalan nafas (Nanda 2005-2006).
B. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen antara lain:
1. Saraf otonomik (rangsangan saraf simpatis dan parasimpatis).
2. Peningkatan produksi sputum.
3. Alergi pada saluran nafas.
4. Faktor fisiologis:
a. Menurunnya kemampuan mengikat O2
b. Menurunnya konsentrasi O2
c. Hipovolemia
d. Meningkatnya metabolisme
e. Kondisi yang mempengaruhi pegerakan dinding dada
5. Faktor perilaku:
a. Merokok
b. Aktivitas
c. Kecemasan
d. Substance abuse atau penggunaan narkotika
e. Status nutrisi
6. Faktor lingkungan:
a. Tempat kerja atau polusi
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dari permukaan laut
C. Batasan Karakteristik
Menurut (NANDA Internasional, 2015-2017) karakteristik dari masalah
keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif, antara lain:
1. Dispneu (penurunan suara nafas)
2. Orthopneu
3. Cyanosis
4. Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
5. Kesulitan berbicara
6. Batuk, tidak efektif atau tidak ada
7. Mata melebar
8. Produksi sputum
9. Perubahan frekuensi dan irama nafas
10. Gelisah
D. Patofisiologi
Sebagian besar basil tuberculosis yang menginfeksi difagosis
dengan makrofag yang menyebar sebelum berkembang atau membentuk
hipersensitifitas atau imunitas sebagian besar akan bertahan didalam sel-
sel darah dan dibawa ke bagian limfe pulmonary melalui sistem limfa.
Basil kemudian akan menyebar keseluruh tubuh dengan demikian
walaupun infeksi kecil akan menyebar dengan cepat, lokasi infeksi primer
bisa atau tidak mengalami proses degenerasi nefrotik, yang menyebabkan
rongga di isi oleh masa basil tuberculosis seperti keju, sel-sel darah putih
yang mati dan jaringan paru nekrotik pada saat itu material akan mencari
dan akan masuk ke batang trakeobraonkial dan dikeluarkan sebagai
sputum.
Kebanyakan tuberculosis primer sembuh dalam beberapa bulan
melalui pembentukan jaringan parut fibrosus dan akhirnya lesi yang
mengapur. Lesi ini bisa berisi basil hidup yang dapat aktif kembali setelah
beberapa tahun dan dapat menyebabkan infeksi TB post primer atau TB
sekunder.
E. Manifestasi Klinik
Gejala-gejala dan tanda-tanda fisik penyebab tuberkulosa, seperti:
1. Tanda:
a. Penurunan berat badan
b. Anoreksia
c. Dispneu
d. Sputum purulen /hijau, mukoid /kuning.
2. Gejala:
a. Demam
Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dengan berat-
ringannya infeksi kuman TBC yang masuk.
b. Batuk
Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai
dari batuk kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi
batuk produktif (menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut
berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus.
c. Sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut
dimana infiltrasinya sudah setengan bagian paru.
d. Nyeri dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan
pleuritis).
e. Malaise
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun,
sakit kepala, mering, nyeri otot, keringat malam.
F. Prognosis
Kematian sudah pasti bila penyakit TB tidak diobati. Makin dini
penyakit ini di diagnosis dan diobati, makin besar kemungkinan pasien
sembuh tanpa kerusakan serius yang menetap. Makin baik kesadaran
pasien ketika pengobatan dimulai, maka makin baik prognosisnya. Bila
pasien dalam keadaan koma, prognosis untuk sembuh sempurna sangat
buruk. Pada 10% - 30% pasien yang dapat bertahan hidup terdapat
beberapa kerusakan menetap. Oleh karena akibat dari penyakit ini sangat
fatal bila tidak terdiagnosis.
G. Penatalaksanaan
1. Keperawatan:
a. Mengobservasi tanda-tanda vital
b. Pemberian diet gizi TKTP
c. Pemberian obat dan pengontrolan minum obat secara teratur
d. Menganjurkan pasien jika bersin atau batuk untuk menutup mulut
e. Membuang sputum pada tempat yang khusus
Medis:
OAT harus diberikan dengan kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat
bakterisida dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian OAT adalah:
1. Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat
mungkin melalui kegiatan bakterisida
2. Mencegah kekambuhan pertama setelah pengobatan dengan kegiatan
sterilisasi
3. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan
daya tahan imunologis
H. Pathway
10) Ekstremitas
Atas: terpasang infus di tangan kiri NaCl 12 tpm + drip
aminophilin
Bawah: bentuk simetris, tidak ada massa, tidak ada luka,
kekuatan otot 5/5
11) Genetalia
Tidak terpasang cateter
6. Pemeriksaan Penunjang
Pasien : Ny.M
No. RM : 391120
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hematologi
Kimia Klinik
Kimia Rutin
Gula Darah Sewaktu H 120 mg/dL 80-110
Ureum 30 mg/dL 10-50
Creatinin L 0.49 mg/dL 0.8-1.3
SGOT H 86 u/L < 37
SGPT H 123 u/L < 42
Sero Imunologi
HBsAg Rapid Non reaktif Non reaktif
7. Therapy
IVFD NaCl 12 tpm + drip aminophilin
Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 gr (IV)
Injeksi Ranitidine 2 x 50 mg (IV)
Nebu Combivent; Flexotide /8 jam
PO.Curcuma 3 x 1
PO. Ambroxol 3 x 1
8. Intruksi dokter
Rawat Inap Bangsal Dahlia indikasi TB Paru
B. Analisa Data
Nausea Management:
Nausea Management:
1. Pasien mengatakan
1. Mengkaji frekuensi mual, durasi, tingkat keparahan,
sering mual, dan nafsu
faktor frekuensi, presipitasi yang menyebabkan mual
makan menurun bahkan bias
2. Menganjurkan pasien makan sedikit demi sedikit tapi
puasa tidak makan dalam
sering
sehari
3. Menganjurkan pasien untuk makan selagi hangat
2. Terlaksana
4. Delegatif pemberian terapi antiemetik:
3. Terlaksana
a. Ondansentron 2×4 (k/p)
4. Injeksi ranitidine
b. Sucralfat 3×1 CI
dan ceftriaxone. Kemudian
PO curcuma dan ambroxol
F. Evaluasi Keperawatan
Nama : Tn. S
Umur : 60 Tahun
Ruang : Dahlia
Planning;
1. Lanjutkan intervensi keperawatan
terutama oksigenasi
2. Nebu per 8 jam
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pada hari Rabu tanggal 26 Desember 2018 pasien baru datang
sekitar pukul 21.30 Wib, pasien masuk di IGD Rumah Sakit dr.
Soedirman Kebumen, pasien mengeluh batuk-batuk berdahak (+) sempat
juga batuk berdarah (+), sesak nafas sejak tadi pagi, demam (-), nyeri
kepala. Keadaan umum cukup, kesadaran compos mentis, TD: 150/90
mmHg, Nadi: 90 x/mnt, RR: 28 x/mnt, Suhu: 36,8 °C.
Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit Diabetes
Mellitus (DM), TB ataupun penyakit kardiovaskuler jantung lainnya.
Pasien mempunyai riwayat pengobatan TB Pulmo dan putus obat.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada asuhan keperawatan pada Ny.M pada
gangguan sistem pernafasan sesuai dengan NANDA 2015-2017 yaitu
bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
sekret dalam rongga broncus, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan tidak nafsu makan, kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurang informasi yang cukup tentang penyakitnya.
Pada pasien Ny.M ditemukan diagnosa keperawatan bersihan jalan
nafas tidak efektif ada tanda-tanda penumpukan sekret.
C. Intervensi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan pada Ny.M dengan masalah
keperawatan utama nyeri ditentukan berdasarkan Nursing Intervention
Classification (NIC) dan disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan
pasien. Perencanaan untuk mengatasi masalah keperawatn utama nyeri
yaitu dengan pantau keadaan umum pasien setiap 8 jam, monitor vital
sign setiap 8 jam, atur posisi pasien yang nyaman, dan ajarkan teknik
batuk efektif untuk mengurangi secret yang menumpuk.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada asuhan keperawatan pada Ny.M
dilakukan berdasarkan pada tindakan yang telah direncanakan.
E. Evaluasi Keperawatan
Masalah keperawatan yang muncul pada Ny.M setelah dilakukan
tindakan keperawatan dalam jangka waktu tertentu akan di evaluasi
dengan menilai sejauh mana tujuan rencana keperawatan tercapai dengan
semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier