Anda di halaman 1dari 2

Salah satu dampak pergaulan bebas yang sangat berat adalah hamil diluar nikah atau yang kita

sebut
dengan kehamilan tidak diinginkan. Kehamilan tidak diinginkan (KTD) merupakan keadaan dimana
ketika kehamilan terjadi, salah satu pasangan baik dari pihak laki-laki maupun perempuan dan bahkan
keduanya tidak menginginkan adanya kehamilan tersebut.

KTD biasa terjadi pada pasangan yang sudah menikah maupun yang belum menikah dimana keduanya
tidak sedang merencanakan kehamilan. KTD yang menimpa pasangan dengan status belum menikah
hingga saat ini masih menjadi salah satu bahan perbincangan publik yang tiada habisnya apalagi jika
terjadi pada usia remaja.

Dari hasil Survey Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun
2017, setiap tahun ada sekitar 15 juta remaja yang berusia 15-25 tahun melahirkan dan 20% dari
sekitar 2,5 juta kasus KTD dan aborsi di Indonesia yang dilakukan oleh remaja. Hal ini
membuktikan bahwa kasus KTD yang ada di Indonesia paling banyak menimpa kaum remaja.

Sebagian kaum remaja yang mengalami KTD akan mengambil jalan pintas dengan aborsi, lalu sebagian
dari sisanya memilih melahirkan bayi dalam kandungannya dan menikah dengan ayah biologis dari
janin tersebut.

Namun dengan adanya kasus KTD yang menimpa remaja, masalah yang hingga saat ini masih menjadi
PR bagi para bidan dan juga tenaga kesehatan adalah kurangnya kesadaran para ibu hamil ini untuk
memeriksakan kehamilannya. Hal ini dapat dipengaruhi karena kurangnya pengetahuan dan wawasan
remaja mengenai kehamilan, dan juga karena mereka malu sehingga menyembunyikan kehamilannya
dan tidak memeriksakannya sama sekali.

Pemeriksaan kehamilan atau ANC terpadu merupakan Pelayanan antenatal komprehensif dan
berkualitas yang diberikan kepada ibu hamil dengan tujuan kehamilan yang sehat, bersalin dengan
selamat, dan melahirkan bayi yang sehat. Melakukan pemeriksaan ANC terpadu ini adalah hal yang
wajib dilakukan oleh seorang perempuan ketika sedang hamil. Pemeriksaan ANC terpadu ini alangkah
baiknya dilakukan dari trimester 1 atau 12 minggu pertama kehamilan. Hal ini dikarenakan proses
berkembangnya janin yang paling berpengaruh pada pertumbuhan otak, organ, dan sistem yang
lainnya terjadi pada trimester ini. Sehingga harapannya jika pemeriksaan dilakukan pada trimester
awal dapat mendeteksi sedari dini keadaan janin yang ada di kandungan ibu dan juga apabila ada
kelainan pada janin tersebut.
rata-rata, para remaja yang mengalami KTD baru berani memeriksakan kehamilannya pada usia
kehamilan di atas 20 minggu. Dan tak jarang dari mereka yang melakukan pemeriksaan tersebut
karena paksaan dari orang tua dan bukan dari kehendak remaja itu sendiri. Peran seorang bidan
sangat penting dalam kasus seperti ini. Peran bidan diantaranya:
Bidan harus mampu menempatkan dirinya sebagai seorang yang netral dan tidak menghakimi remaja
tersebut atas kehamilannya.
Bidan harus selalu memberikan komunikasi, konseling, dan juga informasi (KIE) yang mengenai
kehamilan yang mungkin belum diketahui oleh remaja tersebut.
Bidan harus meyakinkan, memastikan, dan menguatkan remaja tersebut melalui komunikasi
konseling agar dengan kuat hati bersedia menerima kehamilan tersebut dan bersedia merawat
kehamilannya.
Bidan harus memastikan remaja tersebut mendapatkan pemeriksaan yang seharusnya didapatkan
oleh ibu hamil tanpa adanya diskriminasi dan perbedaan perlakuan.
Bidan memegang peran yang sangat penting dalam kasus Kehamilan Tidak
Diinginkan (KTD), terutama ketika melibatkan remaja. Berikut adalah beberapa
peran bidan dalam memberikan layanan terkait KTD:

1.

Netral dan Tidak Menghakimi: Bidan harus mampu menempatkan dirinya


sebagai seorang yang netral dan tidak menghakimi remaja tersebut atas
kehamilannya. Ini penting agar remaja merasa didengar dan terbuka untuk
berbicara tentang situasi mereka1.

2.
3.

Komunikasi dan Konseling: Bidan harus selalu memberikan komunikasi,


konseling, dan informasi (KIE) yang mengenai kehamilan yang mungkin
belum diketahui oleh remaja tersebut. Dengan memberikan penjelasan yang
jelas dan mendukung, bidan dapat membantu remaja memahami pilihan dan
konsekuensi yang ada1.

4.
5.

Edukasi tentang Kehamilan: Bidan dapat memberikan edukasi tentang


kehamilan, termasuk tanda-tanda kehamilan, perawatan prenatal, dan
persiapan untuk melahirkan. Ini membantu remaja memahami apa yang akan
terjadi selama kehamilan dan bagaimana merawat diri mereka dengan baik1.

6.
7.

Pencegahan KTD: Bidan juga memiliki peran dalam pencegahan KTD.


Dengan memberikan informasi tentang kontrasepsi dan metode pengendalian
kelahiran, bidan dapat membantu remaja membuat keputusan yang bijaksana
terkait seksualitas dan kehamilan2.

8.

Ingatlah bahwa peran bidan bukan hanya dalam kasus KTD, tetapi juga dalam
berbagai aspek pelayanan kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana3. Semua ini bertujuan untuk mendukung kesejahteraan remaja
dan masyarakat secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai