Anda di halaman 1dari 65

MANAJEMEN PEMELIHARAAN USAHA KEMITRAAN TERNAK AYAM

BROILER DENGAN SISTEM PERKANDANGAN CLOSED HOUSE


DI GAD FARM

Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang

Oleh:

Bagus Prasetiyo (205050100111185)


Nita Nadhifatullaili (205050100111165)

Arshy Dzahwany Mardhika (205050101111079)


Ivana Manuela (205050107111093)

PROGRAM STUDI
PETERNAKAN FAKULTAS
PETERNAKAN UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALAN
G 2023
MANAJEMEN PEMELIHARAAN USAHA KEMITRAAN TERNAK AYAM
BROILER DENGAN SISTEM PERKANDANGAN CLOSED HOUSE
DI GAD FARM

Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang

Oleh:

Bagus Prasetiyo (205050100111185)


Nita Nadhifatullaili (205050100111165)

Arshy Dzahwany Mardhika (205050101111079)


Ivana Manuela (205050107111093)

Praktek Kerja Lapang ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

PROGRAM STUDI
PETERNAKAN FAKULTAS
PETERNAKAN UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALAN
G 2023
ii
MANAJEMEN PEMELIHARAAN USAHA KEMITRAAN TERNAK AYAM
BROILER DENGAN SISTEM PERKANDANGAN CLOSED HOUSE
DI GAD FARM

Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang

Oleh:

Bagus Prasetiyo (205050100111185)


Nita Nadhifatullaili (205050100111165)

Arshy Dzahwany Mardhika (205050101111079)


Ivana Manuela (205050107111093)

Mengetahui: Menyetujui:
Ketua Program Studi S1 Fakultas Dosen Pembimbing
Peternakan Universitas Brawijaya

(Dr. Ir. Herly Evanuarini, S. Pt, MP.) (Prof. Dr. Ir. Puguh Surjowardojo,
NIP. 197501102008012003 M.P.)
Tanggal: NIP. 198005142005011001
Tanggal:

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah- Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapang
yang berjudul “Manajemen Pemeliharaan Usaha Kemitraan Tenak Ayam Broiler
dengan Sistem Perkandangan Closed House di GAD Farm”. laporan Praktek
Kerja Lapang ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Peternakan di Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
Penyusunan laporan Praktek Kerja Lapang ini mendapatkan banyak bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penyusun
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Halim Natsir, S.Pt., MP., IPM., ASEAN Eng.
selaku Dekan, Bapak Dr. Khothibul Umam Al Awwaly, S.Pt., M.Si selaku Ketua
Jurusan, Ibu Dr. Ir. Herly Evanuarini, S.Pt., MP selaku Ketua Program Studi
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya yang telah memfasilitasi kami selama
menjalankan kuliah di Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Puguh Surjowardojo, M.P. selaku dosen pembimbing dengan
kebijaksanaannya telah membimbing serta mengarahkan sehingga laporan Praktek
Kerja Lapang ini terselesaikan dengan sebaik mungkin.
3. Saudara dan teman-teman yang merelakan waktu dan membantu menyelesaikan
laporan Praktek Kerja Lapang.
4. Kepala dan staf tenaga kerja PT. Integrasi Teknologi Unggas yang sudah
mengizinkan dilakukannya Praktek Kerja Lapang secara offline dan memfasilitasi
kegiatan Praktek Kerja Lapang.
5. Serta orang tua yang selalu memberikan dukungan baik materi, moral maupun
doa sehingga segala proses dapat berjalan dengan baik dan seluruh pihak yang
telah membantu.
Penyusun berharap semoga laporan Praktek Kerja Lapang ini nantinya
banyak membantu dan berguna bagi penyusun pada khususnya dan semua pembaca
pada umumnya.

Malang, 26 Oktober 2023

Penulis

iv
MANAGEMENT OF BROILER CHICKEN LIVESTOCK PARTNERSHIP
BUSINESS WITH CLOSED HOUSE SYSTEM
AT PT INTEGRASI TEKNOLOGI UNGGAS

Prasetiyo, B., N. Nadhifatullaili, A. D. Mardhika, I. Manuela, dan P. Surjowardojo

1) Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya


2) Dosen Fakultas Peternakan, Universitas

Brawijaya Email: prasaku31@student.ub.ac.id

ABSTRACT
Praktek Kerja Lapang (PKL) was held from 3th of July to 2nd of August 2023, this activity
was held in partnership business PT. Teknologi Integrasi Unggas namely GAD Farm Mulo,
Wonosari District, Gunung Kidul Regency, Yogyakarta Special Region. The purpose of this
PKL is to learn about the application of broiler chicken keeping management at partnership
business PT. Teknologi Integrasi Unggas, Sleman, Yogyakarta. Data collection methods was
done by observation, interviewing, recording, and documentation. The data were analysis
using descriptive analysis. The routine activities such as carrying out feeding, body weighing
or sampling, recording, FCR counting, cage cleaning, grading, necropsy (surgery)
disinfectant spraying. The conclusion of the PKL reported is has implemented maintenance
management well because it has implemented a series of maintenance management activities
at partnership business PT. Teknologi Integrasi Unggas, Sleman, Yogyakarta.
Keyword: broiler, management, maintenance

v
MANAJEMEN PEMELIHARAAN USAHA KEMITRAAN TERNAK AYAM
BROILER DENGAN SISTEM PERKANDANGAN CLOSED HOUSE
DI PT INTEGRASI TEKNOLOGI UNGGAS

Prasetiyo, B., N. Nadhifatullaili, A. D. Mardhika, I. Manuela, dan P. Surjowardojo

3) Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya


4) Dosen Fakultas Peternakan, Universitas

Brawijaya Email: prasaku31@student.ub.ac.id

Ringkasan
Praktek Kerja Lapang (PKL) dilakukan pada tanggal 3 Juli 2023 sampai 2 Agustus
2023, di kemitraan PT. Integrasi Teknologi Unggas yaitu GAD Farm Mulo, Kecamatan
Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Praktek Kerja Lapang
dilaksanakan selama 30 hari kerja. Tujuan dari dilaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapang
(PKL) adalah untuk mempelajari penerapan manajemen pemeliharaan ayam broiler. Materi
yang digunakan adalah ayam broiler strain cobb. Serangkaian kegiatan yang diamati selama
kegiatan berlangsung adalah manajemen persiapan kandang, manajemen perkandangan,
manajemen pakan dan minum, manajemen pengaturan brooder, manajemen kesehatan,
manajemen biosecurity dan sanitasi dan manajemen recording dan grading. Kegiatan rutin
yang dilakukan meliputi pemberian pakan, penimbangan bobot badan atau sampling,
recording atau pencatatan, menghitung FCR, pembersihan kandang, grading, nekropsi
(pembedahan), penyemprotan disinfektan.
Data yang diambil adalah berupa data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui pengamatan secara langsung pada lokasi penelitian, pencatatan, dan
melakukan wawancara pada pihak pengelola usaha dengan menggunakan daftar pertanyaan
yang telah disusun. Data sekunder diperoleh melalui data recording yang dimiliki oleh GAD
Farm.
Hasil dari kegiatan menunjukan bahwa pemeliharaan ayam broiler di GAD Farm
dilaksanakan secara intensif dengan sistem kandang closed house dengan 2 bangunan yang
terdiri dari 4 kandang dan lama masa pemeliharaan selama 35 hari. GAD Farm menerapkan
manajemen pemeliharaan meliputi manajemen persiapan kandang, manajemen
perkandangan, manajemen pakan dan minum, manajemen pengaturan brooder, manajemen
kesehatan, manajemen biosecurity dan sanitasi dan manajemen recording dan grading.
Metode pemberian pakan dan minum secara ad libitum. Pakan yang diberikan disesuaikan
dengan fasenya mulai dari starter hingga finisher. Sistem brooder dilakukan pada ayam DOC
umur 1-14 hari dengan menggunakan gasolec. Pengendalian penyakit dilakukan dengan
menganalisis penyakit dengan nekropsi dan pemberian obat melalui
air minum.
Berdasarkan laporan PKL ini dapat disimpulkan bahwa GAD Farm sebagai kemitraan
dari PT. Integrasi Teknologi Unggas telah melaksanakan penerapan manajemen pemeliharaan
dengan baik karena telah menerapkan rangkaian kegiatan manajemen pemeliharaan meliputi
manajemen persiapan kandang seperti dari membuang semua sisa kotoran yang ada di dalam

vi
kandang dan mengeluarkan peralatan seperti sekat, heater, dan lain-lain., manajemen

vii
perkandangan seperti menggunakan tipe kandang closed house dengan ukuran panjang 105
meter dan lebar 12 meter dan tinggi 2 meter dengan masing-masing terdapat tiga lantai atas
tengah dan bawah, dengan masing-masing lantai memiliki kapasitas 20.000 ekor, tiap lantai
terbagi menjadi delapan pan, manajemen pakan dan minum seperti menggunakan pakan dari
pabrik komersial, penyimpanan pakan dalam kandang, pemberian secara ad libitum,
manajemen pengaturan brooder seperti brooding pada umur 1-14 hari menggunakan heater
gasolex, manajemen kesehatan seperti pemberian vitamin, pencegahan dan pengendalian
penyakit (CRD, Koli, Coryza, dan Koksi), manajemen biosecurity dan sanitasi seperti
desinfeksi kandang dan penanganan ayam mati serta manajemen recording dan grading
seperti pencatatan bobot badan, deplesi, populasi, pemberian pakan, FCR, rekapitulasi
pemeliharaan, dan pengelompokkan ayamberdasarkan ukuran tubuh. Saran yang dapat kami
sampaikan untuk masukan kedepannya adalah perlunya memperhatikan manajemen litter dan
peralatan kandang, serta pelaksanaan biosekuriti agar dapat mengurangi serangan penyakit
dan meningkatkan produktivitas GAD Farm.

Kata Kunci: broiler, manajemen, pemeliharaan

viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iv
ABSTRACT..............................................................................................................................v
RINGKASAN..........................................................................................................................vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN….....................................................................................................1
1.1 Analisis Situasi............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................................2
2.1.1 Mahasiswa............................................................................................................2
2.1.2 Perguruan Tinggi..................................................................................................3
2.1.3 Instansi Swasta.....................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................4


2.1 Pengertian Ayam..........................................................................................................4
2.2 Manajemen Pemeliharaan Ayam.................................................................................4
2.2.1 Manajemen Perkandangan...................................................................................5
2.2.2 Manajemen Pemberian Pakan dan Minum...........................................................5
2.2.3 Manajemen Pengaturan Brooder......................................................................... 6
2.2.4 Manajemen Kesehatan.........................................................................................6
2.2.5 Manajemen Biosecurity........................................................................................7
2.2.6 Manajemen Recording......................................................................................... 8
2.2.7 Manajemen Grading............................................................................................ 8

BAB III MATERI DAN METODE........................................................................................9


3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan..................................................................................9
3.2 Khalayak Sasaran........................................................................................................9
3.3 Materi...........................................................................................................................9
3.4 Metode Pelaksanaan....................................................................................................9
3.5 Variabel Pengamatan...................................................................................................9
3.5.1 Analisis Keadaan Umum Lokasi..........................................................................9
3.5.2 Analisis Populasi..................................................................................................9

ix
3.5.3 Analisis Manajemen Pemeliharaan Ayam........................................................... 9
3.5.4 Analisis Hasil Kegiatan......................................................................................10

BAB IV HASIL DAN EVALUASI KEGIATAN.................................................................11


4.1 Deskripsi Umum........................................................................................................11
4.1.1 Profil Perusahaan................................................................................................11
4.1.2 Visi dan Misi......................................................................................................11
4.1.3 Struktur Organisasi.............................................................................................12
4.2 Manajemen Persiapan Kandang................................................................................12
4.2.1 Manajemen Perkandangan.................................................................................14
4.2.2 Peralatan Kandang..............................................................................................15
4.2.2.1 Litter........................................................................................................15
4.2.2.2 Pencahayaan............................................................................................16
4.2.2.3 Suhu dan Kelembaban.............................................................................16
4.2.2.4 Ventilasi...................................................................................................17
4.3 Manajemen Pakan dan Minum..................................................................................18
4.3.1 Jenis Pakan.........................................................................................................18
4.3.2 Penyimpanan Pakan...........................................................................................19
4.3.3 Pemberian Pakan dan Minum............................................................................19
4.4 Manajemen Pengaturan Brooder.......................................................................................22
4.5 Manajemen Kesehatan...............................................................................................23
4.5.1 Pemberian Vitamin.............................................................................................23
4.5.1 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit............................................................24
4.6 Manajemen Biosecurity........................................................................................................28
4.7 Manajemen Recording dan Grading...................................................................................29
4.7.1 Recording….......................................................................................................29
4.7.2 Grading..............................................................................................................31

BAB V PENUTUP..................................................................................................................33
5.1 Kesimpulan................................................................................................................33
5.2 Saran..........................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................34
LAMPIRAN............................................................................................................................40

x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Struktur organisasi PT. Integrasi Teknologi Unggas...........................................................12
2. (A) Pembersihan sekam, (B) Pembersihan feeder...............................................................14
3. Penaburan litter....................................................................................................................16
4. Pencahayaan (lampu)...........................................................................................................16
5. (A) Humidity sensor, (B) Controller....................................................................................17
6. Exhaust fan...........................................................................................................................18
7. (A) Pakan broiler starter, (B) Pakan broiler finisher..........................................................18
8. Pengangkutan pakan.............................................................................................................19
9. (A) Manual, (B) Otomatis (auger).......................................................................................20
10. (A) Baby chick, (B) Pan feeder, (C) Auger dan silo..........................................................21
11. (A) Nipple drinker, (B) Filter air........................................................................................21
12. Brooder...............................................................................................................................23
13. (A) Bursalino, (B) Imune-C...............................................................................................24
14. Ayam terinfeksi CRD.........................................................................................................25
15. Cairan keruh kental pada hati.............................................................................................26
16. Ayam terinfeksi snot/pilek.................................................................................................27
17. Ekskreta darah....................................................................................................................28
18. Desinfeksi kandang............................................................................................................29
19. Data recording GAD Farm................................................................................................31
20. Grading DOC.....................................................................................................................32

xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Dokumentasi...................................................................................................................................40
2. Biodata anggota kelompok.............................................................................................................41

xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Ayam merupakan salah satu jenis hewan ternak, sebagai penghasil daging. Ayam adalah
komoditas unggulan perunggasan yang banyak diminati oleh masyarakat di Indonesia,
terutama ayam broiler. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021 rata-rata
konsumsi daging ayam di Indonesia mencapai 0,14 kg/kapita per minggu. Rata-rata
konsumsi ini menjadi rata-rata tertinggi dalam satu dekade dimana jika dibandingkan tahun
2020 terjadi peningkatan sebesar 7,69%. Peningkatan permintaan akan daging ayam terus
bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan, dan kesadaran akan
pemenuhan gizi protein hewani. Usaha ayam broiler ini memiliki peluang bisnis yang dapat
mendorong pengusaha peternakan untuk meningkatkan produktivitas (Paramita, Kusnadi,
Harianto., 2017). Peningkatan produktivitas yang optimal harus diikuti dengan manajemen
pemeliharaan yang baik. Peternak harus melakukan manajemen pemeliharaan mulai dari
persiapan sebelum DOC datang hingga saat ayam panen, selain itu peternak juga harus
memperhatikan sistem perkandangan, pemberian pakan dan minum ternak. Manajemen
pemeliharaan ternak ayam broiler meliputi persiapan kandang, pemasukan DOC, pemberian
pakan, dan tata laksana pemanenan ayam broiler (Umiarti, 2020).
Lingkungan bisnis di PT. Integrasi Teknologi Unggas bergerak di bidang usaha
peternakan ayam broiler, saat ini bisnis peternakan ayam broiler masih menjanjikan karena
permintaan konsumen yang terus meningkat. Produk utama dari PT. Integrasi Teknologi
Unggas adalah ayam broiler yang dihasilkan melalui manajemen pemeliharaan yang baik dan
efektif. PT. Integrasi Teknologi Unggas menerapkan pola kemitraan yang membantu
menyiapkan kebutuhan kandang mulai dari masa produksi seperti bibit, pakan, vaksin dan
obat-obatan hingga pemasaran hasil panen. Salah satu kemitraan PT. Integrasi Teknologi
Unggas adalah GAD Farm yang berada di Mulo, Kec. Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul,
Daerah Istimewa Yogyakarta. GAD Farm memiliki peternak yang bertanggung jawab
melakukan manajemen pemeliharaan mulai dari persiapan kandang hingga ayam broiler
panen.
Permasalahan pada pemeliharaan ayam broiler adalah cuaca yang selalu berubah, kualitas
udara yang tidak baik dapat menurunkan produktivitas dan memengaruhi performa ayam.
Kandang closed house merupakan salah satu solusi dari permasalahan tersebut. Sistem
kandang tertutup mampu mengeluarkan kelebihan panas, kelebihan uap air, gas-gas yang
berbahaya seperti CO, CO2, dan NH3 yang terdapat dalam kandang, selain itu kandang
closed house juga memiliki kontrol secara otomatis mulai dari sistem ventilasi, pemberian
pakan, minum, suhu, dan kelembaban. Perkembangan teknologi pada bidang peternakan
terus berkembang seiring bertambahnya waktu baik dalam hal pemberian pakan, pembibitan,
penanggulangan penyakit dan lain sebagainya. Ayam merupakan hewan ternak yang
termasuk berdarah panas dan cenderung menjaga suhu tubuhnya tetap konstan (Jamal dan
Thamrin., 2021).
GAD Farm berdiri pada tahun 2020 dan mempunyai 3 kandang dengan fase yang
berbeda-beda, mulai dari fase starter, grower, dan finisher. Setiap kandangnya memiliki
populasi sebesar 20.000 ekor. GAD Farm memiliki kelebihan dalam pemeliharaan ayam
broiler, diantaranya mortalitas sebesar 5% dalam satu periodenya. Mortalitas ayam broiler
1
pada satu periode pemeliharaan selama 5

2
minggu kurang dari 5% (Nurmi, Melia, Nurainum, dan Muharram, 2018). GAD Farm
menggunakan sistem closed house dalam pemeliharaannya dilengkapi dengan teknologi
dalam manajemen pemeliharaan ayam broiler, seperti penggunaan sistem otomatis untuk
pemberian pakan dan air minum dan dilengkapi oleh teknologi IoT yang dapat diakses
dengan mudah dimana saja dan kapan saja. GAD Farm yang didukung oleh teknologi
informasi mutakhir,dengan. Sistem berbasis IoT (Internet of Things) mampu mencatat suhu,
kelembaban, kadar amonia, kadar CO2 secara realtime yang dapat dipantau secara online
dengan notifikasi yang dapat diakses melalui ponsel pintar dan juga dapat diakses melalui
web di komputer. Sistem ini yang akan membantu peternak dalam memastikan manajemen
pemeliharaan ayam khususnya pada perkandangan ayam broiler, dengan sistem berbasis IoT
(Internet of Things) ini dapat mewujudkan smart farming pada kandang closed house, dengan
adanya sistem ini peternak dapat memantau ternak mulai dari temperatur, kelembaban. Kadar
amoniak, hingga mendeteksi penyakit.
Kegiatan PKL yang dilaksanakan di kemitraan PT. Integrasi Teknologi Unggas,
diharapkan akan diketahui cara pemeliharaan ayam broiler, peralatan yang digunakan,
pemberian pakan dan sistem perkandangan yang diterapkan, selain itu mahasiswa juga
mendapatkan pengalaman dari dunia kerja serta dapat mengaplikasikan ilmu yang telah
didapat. Perusahaan yang kami tuju memiliki kelebihan di bidang industri perunggasan maka
berdasarkan pemaparan diatas maka perlu dipelajari lebih lanjut mengenai “Manajemen
Pemeliharaan Usaha Kemitraan Ternak Ayam Broiler dengan Sistem Perkandangan Closed
House di GAD Farm”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan analisis situasi yang telah dijabarkan maka dapat ditarik rumusan masalah
yaitu bagaimana manajemen pemeliharaan usaha kemitraan ternak ayam broiler dengan
sistem perkandangan closed house GAD Farm?
1.3 Tujuan
Tujuan pelaksanaan PKL adalah untuk untuk mempelajari penerapanmanajemen
pemeliharaan usaha kemitraan ternak ayam broiler dengan sistem perkandangan closed
house di GAD Farm.
1.4 Manfaat
Manfaat Praktek Kerja Lapang
1.4.1 Mahasiswa
a. Menambah ilmu dan pengalaman tentang manajemen pemeliharaan ayam broiler.
b. Menambah pengalaman untuk melatih bekerja sama dalam team guna meningkatkan soft
skill.
c. Mendewasakan cara berfikir mahasiswa untuk melaksanakan setiap pemecahan dan
penelaahan masalah yang ada secara pragmatis ilmiah.
d. Menambah bekal keterampilan dan pengalaman kerja kepada mahasiswa sebelum masuk
di dunia kerja.
e. Mengetahui secara langsung kinerja dan peran GAD Farm dalam penerapan manajemen
pemeliharaan ayam broiler.
1.4.2 Perguruan Tinggi
a. Perguruan tinggi dapat menjalin kerjasama “bilateral” antara perguruan tinggi dengan
perusahaan. Kualitas lulusan dari perguruan tinggi akan memiliki nilai lebih di mata

3
perusahaan melalui kegiatan program praktek kerja lapang.
b. Meningkatkan wawasan dan memperoleh pengetahuan pada industri peternakan,
terutama mengenai manajemen pemeliharaan ayam broiler.
c. Menambah pengalaman dan memberi keterampilan pemeliharaan ayam broiler.

1.4.3 Instansi Swasta


a. Kegiatan PKL ini dapat digunakan sebagai bentuk saling mendukung untuk kemajuan
peternakan ayam broiler di Indonesia.
b. Memperkuat jalinan kerjasama antara perguruan tinggi dengan instansi swasta.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ayam Broiler
Menurut Kartasudjana (2006) ayam broiler merupakan ternak ayam yang pertumbuhan
badannya sangat cepat dengan perolehan timbangan bobot badan yang tinggi dalam waktu
yang relatif pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg.
Broiler merupakan jenis ayam yang ras pedaging unggul yang merupakan hasil persilangan
dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktivitas tinggi, hal ini bisa dikatakan bahwa
broiler merupakan jenis ayam dengan mutu genetik yang tinggi dalam menghasilkan daging.
Mulyantini (2014) mengatakan bahwa ayam ras pedaging atau yang disebut juga ayam
broiler adalah ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomi dengan
ciri khas sebagai penghasil daging. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
periode pemeliharaan ayam broiler yang dibutuhkan semakin singkat, yaitu dapat dipanen
sampai umur 4 – 5 minggu. Ayam broiler dikembangkan untuk tujuan menghasilkan daging
dan menjadi usaha yang menguntungkan secara ekonomis. Sehingga diperlukan manajemen
pemeliharaan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan ayam broiler agar dapat mencapai
produktivitas maksimal dalam waktu yang singkat.
2.2 Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler
Penampilan ayam broiler yang baik dapat dicapai melalui sistem peternakan intensif
modern yang mengutamakan penggunaan benih bermutu, pakan berkualitas, dan lingkungan
kandang yang terkontrol sepenuhnya. Tingkat keberhasilan peternakan dapat dipengaruhi
oleh kandang, karena ayam pedaging merupakan hewan yang daya tahan tubuhnya rendah
sehingga sangat sensitif terhadap suhu, kelembaban dan sirkulasi udara (Umam 2015).
Menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2006), ada 2 sistem pemeliharaan broiler:
Sistem All In All Out Sistem
Sistem ini hanya ada satu umur dalam satu peternakan, semua DOC masuk pada waktu
yang sama dan dijual pada waktu yang sama. Setelah panen kandang akan kosong selama 2
minggu untuk memotong siklus penyakit dalam kandang. Sistem ini akan membuat ayam
yang masuk pada periode berikutnya tidak tertular penyakit dari ternak periode sebelumnya.
Multiple Brooding
Sistem ini di dalam satu area peternakan terdapat beberapa umur ayam yang berbeda
beda. Sistem ini lebih menghasilkan produksi yang berkesinambungan dan bisa disesuaikan
dengan permintaan pasar. Kelemahan dalam sistem ini adalah adanya kemungkinan
penularan penyakit dari ayam yang berumur lebih tua ke ayam-ayam yang lebih muda.
Kandang merupakan sebuah bangunan yang digunakan untuk tempat tinggal ternak yang
memiliki fungsi primer dan fungsi sekunder. Fungsi primer dari kandang yaitu kandang
menjadi tempat tinggal ternak yang mampu melindungi ternak dari cuaca yang buruk, iklim
serta gangguan binatang buas. Fungsi sekunder kandang yaitu kandang sebagai tempat
peternak bekerja untuk menjalankan kegiatan pemeliharaan ternak. Pada umumnya terdapat
dua tipe kandang yang digunakan di Indonesia, yaitu kandang open house dan kandang
closed house dimana masing-masing kandang memiliki kelebihan dan kekurangan.

5
2.2.1 Manajemen Persiapan Kandang
Manajemen perkandangan merupakan salah satu faktor penting penentu keberhasilan
dalam usaha pemeliharaan ayam broiler. Hal ini dikarenakan kandang adalah tempat tinggal
ayam dalam melakukan semua aktivitas selama hidupnya (makan, minum dan tumbuh). Pada
prinsipnya, kandang yang baik adalah kandang yang dapat memberikan kenyamanan bagi
ayam broiler, mudah dalam tata laksana, dapat memberikan produksi yang optimal serta
memenuhi persyaratan kesehatan ternak (Riza dan Rizna, 2022). Beternak ayam broiler harus
dilakukan dengan mengikuti prosedur yang tepat, misalnya dalam proses pembuatan kandang
ayam broiler harus disesuaikan dengan ukuran yang dibutuhkan ayam broiler. Kepadatan
jumlah ayam dalam kandang menjadi salah satu faktor penyebab stres yang diindikasikan
dengan perubahan pola makan dan beberapa perubahan perilaku pada ayam (Kaleka, 2015).
Persiapan yang dilakukan dalam pengelolaan kandang di peternakan ayam broiler
melibatkan serangkaian langkah. Langkah-langkah ini dilakukan sebelum kedatangan DOC
(Day Old Chicken), termasuk membersihkan kandang, melakukan perbaikan pasca panen,
menyiapkan peralatan yang diperlukan seperti tempat pakan, minum, dan tirai, menyebarkan
sekam, memasang tirai, menyusun sekat untuk brooding guna pemerataan, dan menyediakan
heater, gas LPG, serta lampu (Dahlan dan Nur, 2011)

2.2.2. Manajemen Pakan dan Minum


Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan, pembangkit tenaga,
reproduksi dan produksi bagi ternak (Marhamah, dkk., 2019), serta sumber utama kebutuhan
nutrien ayam broiler yang dipergunakan untuk keperluan hidup pokok. (Listyasari, dkk.,
2022). Pakan bagi ayam pedaging menjadi faktor krusial dalam menjaga kesehatan,
pertumbuhan, dan memberikan energi yang dibutuhkan bagi ayam pedaging. Hal ini
memungkinkan proses metabolisme mereka berfungsi dengan optimal, oleh karena itu, untuk
meningkatkan produktivitas ayam broiler dan mengurangi biaya pakan sangat penting untuk
melaksanakan manajemen pakan yang efisien, sehingga keuntungan yang diperoleh dari
usaha ini dapat dioptimalkan (Sari dan Romadhon, 2017).
Tingkat konsumsi pakan tergantung pada palatabilitas bahan pakan, dimana palatabilitas
tinggi dapat diperoleh dari campuran bahan-bahan yang memiliki palatabilitas rendah dengan
bahan-bahan yang memiliki palatabilitas tinggi (Adriyanto, dkk., 2015). Fadilah, (2004)
menyatakan bahwa kebutuhan energi untuk ayam broiler periode starter 3080 kkal/kg ransum
pada tingkat protein 24%, sedangkan untuk periode finisher 3190 kkal/kg ransum pada
tingkat protein 21%. Pertumbuhan ayam broiler yang optimal dapat dicapai dengan
pemberian pakan dengan kandungan nutrisi yang cukup untuk kebutuhan hidupnya, pakan
dengan kualitas baik secara otomatis akan menaikan biaya produksi (Rofii dan Nurlailia,
2021). Amrullah, (2004) menyatakan bahwa ransum broiler hendaklah memiliki nisbah
kandungan energi protein yang diketahui, kandungan protein yang tinggi untuk menopang
pertumbuhan yang cepat, mengandung energi yang lebih untuk membuat ayam broiler
dipanen cukup mengandung lemak. Wahju (2004) energi yang dibutuhkan oleh ayam untuk
pertumbuhan jaringan tubuh, produksi telur, menyelenggarakan keaktifan fisik dan
mempertahankan temperatur tubuh yang normal, sumbernya berasal dari karbohidrat, lemak
dan protein ransum. Pertumbuhan ayam broiler yang optimal dapat dicapai dengan
pemberian pakan dengan kandungan nutrisi yang cukup untuk kebutuhan hidupnya, pakan

6
dengan kualitas baik secara otomatis akan menaikan

7
biaya produksi. Ayam akan berusaha mempertahankan suhu tubuhnya dalam keadaan relatif
konstan antara lain melalui peningkatan pernafasan dan konsumsi air minum serta penurunan
konsumsi pakan sehingga akan terjadi penurunan dalam pertumbuhan dan produksi/
produktivitas (Nuryati, 2019).
Hardini, (2013) menyatakan bahwa pemberian pakan secara ad libitum pada ayam broiler
akan adanya peningkatan kemampuan genetis ayam broiler yang tumbuh dengan cepat dan
mencapai bobot jual hanya dalam waktu 35 hari. Manajemen pemberian pakan ayam harus
memperhitungkan waktu yang tepat sehingga konsumsi dapat digunakan secara efisien
(Nova, dkk., 2020). Pemberian pakan ini dilakukan dua kali sehari agar pertumbuhan dan
produksi maksimal, jumlah dan kandungan zat-zat makanan yang diperlukan ternak harus
memadai (Suprijatna. et al., 2005). Pemberian pakan pada pagi hari dan malam hari dimana
suhunya yang relatif lebih rendah jika dibandingkan pada siang hari maka ayam akan
mengkonsumsi pakan yang lebih optimal. (Nova, dkk., 2020).
Air minum merupakan kebutuhan yang sangat penting, sehingga ayam tidak boleh
kekurangan air minum. Menurut Ensminger, (1990) dalam Sudartama dkk., (2019) yang
menyatakan bahwa ayam mengonsumsi air minum dua kali lebih besar dari jumlah pakan
yang dikonsumsi, karena air minum berfungsi sebagai pelarut dan sebagai alat transportasi
zat-zat makanan untuk disebarkan ke seluruh tubuh sehingga dibutuhkan lebih banyak air dari
pada pakan. Kurangnya konsumsi air minum pada ternak menyebabkan penurunan
produktivitas dan pertumbuhan pada ayam terutama pada fase grower (Risnajati, 2012).
Fadilah dan Fatkhuroji, (2013) menyatakan bahwa air minum sangat berpengaruh pada ternak
karena apabila air minum tidak terjaga kebersihannya, maka akan mempengaruhi kesehatan
ternak tersebut.

2.2.3 Manajemen Pengaturan Brooder


Brooding bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang nyaman dan sehat secara efisien
dan ekonomis bagi anak ayam sehingga menunjang pertumbuhan optimal. Pada saat anak
ayam berumur 0 sampai 14 hari, akan terjadi perbanyakan sel atau “hyperplasia”.
Perbanyakan sel ini meliputi perkembangan saluran pencernaan, perkembangan saluran
pernapasan, dan perkembangan sistem kekebalan. Keberhasilan masa brooding ini sangat
dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, dan kualitas udara dalam kandang (Fatmaningsih, dkk.,
2016). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bade (2022) fase brooding merujuk pada
periode yang terjadi setelah telur menetas. Fase ini memiliki fungsi untuk bertindak sebagai
pengganti peran induk ayam dalam jangka waktu tertentu. Tujuan utama dari fase brooding
adalah untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan sehat bagi anak ayam, serta
mendukung pertumbuhan sel-sel secara optimal.

2.2.4 Manajemen Kesehatan


Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit adalah melaksanakan program
biosecurity dan vaksinasi. Biosecurity merupakan suatu langkah-langkah manajemen yang
harus dilaksanakan untuk mencegah bibit penyakit masuk ke dalam suatu peternakan dan
mencegah penyakit yang ada di peternakan keluar menulari peternakan yang lain atau
masyarakat sekitar (Widyantara, dkk., 2013). Vaksinasi merupakan proses memasukkan
mikroorganisme penyebab penyakit tertentu yang telah dilemahkan ke dalam tubuh ayam. Di

8
dalam tubuh ayam, mikroorganisme yang dimasukkan tidak menimbulkan penyakit,
melainkan

9
dapat merangsang pembentukan zat-zat kekebalan (antibodi) terhadap agen penyakit tersebut
(Saputro, 2014).
Program pengendalian penyakit dilakukan dengan cara vaksinasi dan pengobatan dini
pada umur tertentu ketika gejala penyakit pada ayam broiler yang sakit mulai tampak.
Perubahan iklim berdampak pada ternak berupa stress yang mengakibatkan lebih mudah
terinfeksi penyakit menular (Bahri dan Syafriati, 2011). Vaksinasi dan penerapan biosecurity
yang ketat dan berkelanjutan sangat menentukan keberhasilan pengendalian penyakit
(Damayanti, et al., 2012). Upaya menjaga kebersihan lingkungan peternakan perlu dilakukan
agar terhindar dari penyakit.
Pemberian vaksin dan obat-obatan kepada bibit ayam memiliki peran yang sangat
signifikan dalam menentukan keberhasilan dalam usaha peternakan. Vaksinasi adalah proses
yang digunakan untuk melemahkan mikroorganisme penyebab penyakit dalam tubuh hewan
(Saputro, et al., 2014). Pelaksanaan vaksinasi dapat dilakukan melalui berbagai metode.
Vaksin dapat diberikan dengan menyuntikkan pada urat daging, mencampurkannya dengan
pakan, mencampurnya dengan air minum, atau mengaplikasikannya melalui semprotan
(spraying) (Ayu, et al., 2013).
Penerapan biosecurity dan sanitasi pada usaha peternakan ayam broiler perlu dilakukan.
Biosecurity dilakukan untuk mengurangi resiko penyebaran penyakit pada ternak hewani
yaitu lalu lintas masuk dan keluar kandang (Putu, 2017). Penerapan sanitasi kandang
dilakukan sebagai penghambat penyebaran penyakit. Sanitasi kandang dilakukan sebelum
dan sesudah panen (Mufid, 2011). Aspek-aspek program biosecurity termasuk upaya
pencegahan, pemberantasan, dan pengendalian penyakit. Jumlah ternak ayam yang sehat dan
ditempatkan dalam satu kandang biasanya mudah terkena serangan penyakit (Trijaya, 2017).

2.2.5 Manajemen Biosecurity dan Sanitasi


Biosecurity dilakukan untuk mengurangi resiko penyebaran penyakit pada ternak hewani
yaitu lalu lintas masuk dan keluar kandang (Putu, 2017). Aspek-aspek program biosekuriti
adalah upaya pencegahan, pemberantasan dan pengendalian penyakit, memberikan kondisi
lingkungan yang layak bagi kehidupan ayam, jaminan keamanan terhadap karyawan,
mengamankan keadaan produk yang dihasilkan sebagai jaminan keamanan pangan terhadap
konsumen (Trijaya, 2017). Penerapan sanitasi kandang dilakukan sebagai penghambat
penyebaran penyakit. Kepadatan kandang juga termasuk ke dalam penerapan biosecurity,
karena kandang yang terlalu padat dapat menyebabkan mudahnya penyebaran penyakit.
Penanganan ayam mati dan kebersihan litter perlu diperhatikan, karena kedua hal tersebut
dapat menurunkan kualitas udara bagi ayam dan lingkungan sekitar kandang (Trijaya, 2017).
Menurut Utami dan Samudra (2021) Tindakan biosekuriti meliputi kegiatan desinfeksi,
disposal, sanitasi dan vaksinasi. Desinfeksi meliputi pembersihan pekerja dan peralatan
kandang, disposal meliputi penanganan ayam mati, sanitasi meliputi frekuensi pembersihan
peralatan, dan vaksinasi meliputi pemberian vaksin pada ternak. Sanitasi kandang dilakukan
sebelum dan sesudah dilakukan panen ayam broiler.

2.2.6 Manajemen Recording


Recording atau pencatatan merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan
karena termasuk dalam manajemen produksi (Ariani dan Christian, 2019). Recording atau

10
pencatatan dilakukan untuk menyimpan seluruh proses dan kegiatan yang terjadi di
peternakan broiler. Recording dapat meliputi pencatatan data stok pakan, obat, vitamin, serta
vaksin (Afrianti dan Gustiana, 2021). Terdapat beberapa hal yang harus dicatat juga datanya,
seperti bobot badan dan deplesi. Adapun bobot badan ayam menyediakan informasi yang
dapat dijadikan acuan untuk mengetahui pertumbuhan dan konversi pakan dalam flock
sehingga dapat diketahui pula apakah terjadi penyimpangan dari angka pertumbuhan ayam
yang diharapkan (Fontana, et al., 2015). Deplesi dapat diartikan juga sebagai tingkat angka
kematian dan culling ayam atau penyusutan jumlah ayam karena mati dan afkir dalam satu
periode pemeliharaan yang dipengaruhi oleh lingkungan dan penyakit (Permana, dkk., 2020).
Pencatatan dapat berupa pencatatan manual menggunakan kertas atau buku maupun
pencatatan dengan menggunakan komputer. Menurut Sukarma, dkk (2019) pencatatan
manual dilakukan dengan mencatat kegiatan di kandang pada buku kegiatan. Pencatatan pada
peternakan broiler sangat penting untuk dilakukan karena merupakan bagian dari
administrasi (Santoso, 2020). Adanya pencatatan akan mudah diketahui riwayat dari
pemeliharaan ayam broiler, sehingga masalah akan lebih mudah diatasi.

2.2.7 Manajemen Grading


Grading adalah kegiatan memisahkan ayam dengan postur tubuh normal dan kecil dan
mengelompokkannya sesuai pertumbuhannya dan ukurannya. Penyeleksian dilakukan untuk
memaksimalkan pertumbuhan ayam yang tertinggal, sehingga dapat menyusul ayam yang
pertumbuhannya normal. Grading dilakukan agar ayam dengan postur tubuh kecil
mendapatkan pakan dan minum yang sesuai dan menghindari terjadinya persaingan dalam
mengkonsumsi pakan. Grading dapat berpengaruh terhadap nilai keseragaman ternak ayam
(Harmono dkk, 2023). Hal ini dilakukan agar uniformity atau keseragaman ternak broiler
tetap baik.
Parameter grading dapat dilakukan berdasarkan postur tubuh dan kesehatan, jika terdapat
ayam yang sakit dapat dipisahkan. Grading atau penyeleksian dilakukan untuk memisahkan
anak ayam yang sehat namun pertumbuhannya lebih lambat dari yang lainnya (Fadilah,
2013). Grading menjadi solusi dalam pencegahan penularan penyakit. Menurut Ustomo
(2016) keseragaman yang buruk akan menyebabkan penyakit dan sifat kanibalisme pada
ternak broiler.

11
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan PKL ini selama 30 (tiga puluh) hari yang dimulai pada tanggal 3 Juli
2023 sampai dengan 2 Agustus 2023. PKL dilaksanakan di PT. Integrasi Teknologi Unggas
Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

3.2 Khalayak Sasaran


Sasaran dari kegiatan PKL ini adalah manajemen pemeliharaan ternak broiler di PT.
Integrasi Teknologi Unggas Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

3.3 Materi
Materi yang digunakan adalah 70.000 ekor ternak broiler dengan strain cobb. Data primer
diperoleh melalui pengamatan secara langsung pada lokasi penelitian, pencatatan, dan
melakukan wawancara pada pihak pengelola usaha dengan menggunakan daftar pertanyaan
yang telah disusun. Data sekunder diperoleh melalui data rekording yang dimiliki oleh PT.
Integrasi Teknologi Unggas Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

3.4 Metode Pelaksanaan


Metode yang digunakan pada kegiatan PKL ini adalah observasi, partisipasi aktif,
wawancara, dan dokumentasi.
1. Observasi merupakan suatu melakukan pengamatan atau penelitian guna memperoleh
fakta-fakta yang diperlukan untuk pengamatan.
2. Partisipasi aktif merupakan kegiatan turut serta dalam segala aspek yang berkaitan
dengan manajemen pemeliharaan ayam broiler di PT. Integrasi Teknologi Unggas
Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
3. Wawancara merupakan kegiatan komunikasi dengan pembimbing lapang dari PT.
Integrasi Teknologi Unggas Kabupaten Sleman, Yogyakarta untuk memperoleh
informasi.
4. Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data atau dokumen mengenai hal-hal
dalam bentuk gambar, catatan, transkrip, buku, notulen, agenda, dan sebagainya.
3.5 Variabel pengamatan
3.5.1 Analisis Keadaan Umum Lokasi
Melakukan pengamatan dan pengumpulan data mengenai latar belakang dan sejarah
perusahaan, lokasi perusahaan, struktur organisasi, dan SOP (Standar Operasional Perusahaan).

3.5.2 Analisis Populasi


Melakukan pengamatan dan pengumpulan data mengenai strain broiler yang dipelihara,
jumlah ternak yang dipelihara, dan manajemen pemeliharaan ternak broiler.

3.5.3 Analisis Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler


1. Perkandangan.
Melakukan identifikasi ukuran dan kapasitas kandang melalui pengamatan dan wawancara
mengenai panjang kandang, lebar kandang, tinggi kandang, jenis kandang, kapasitas
kandang, serta jumlah peralatan kandang.

12
2. Manajemen Pakan dan Minum.
Melakukan pengumpulan data mengenai jenis pakan yang digunakan, asal pakan, jumlah
pakan yang dibutuhkan, harga pakan per satu kilogram, cara pemberian pakan, dan jumlah
pakan tiap pemberian.
3. Pengelolaan Kesehatan Ternak.
Melakukan identifikasi mengenai kebersihan kandang yang meliputi frekuensi
pembersihan sanitasi kandang, program vaksinasi ternak, pemberian vitamin pada ternak, dan
cara pencegahan serta penanggulangan penyakit pada ternak.
4. Manajemen Pemeliharaan dan Pemanenan.
Melakukan identifikasi mengenai manajemen pemeliharaan ternak broiler sesuai dengan
fase, lama waktu pemeliharaan ternak, target bobot badan ketika panen.
5. Recording atau Pencatatan.
Melakukan pengumpulan data dengan melakukan pencatatan yang meliputi strain broiler,
asal DOC, jumlah ternak, umur ternak, pertambahan bobot badan (PBB), dan bobot panen
ternak.

3.5.4 Analisis Hasil Kegiatan


Hasil yang diperoleh dari lapang dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menggambarkan
dan menyebutkan segala aspek dari data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan
literatur, sehingga didapatkan kajian teori dan kenyataan dilapangan yang pada akhirnya akan
diperoleh pemecahan dari permasalahan yang ada.

13
BAB IV
HASIL DAN EVALUASI KEGIATAN
4.1 Deskripsi Umum
4.1.1 Profil
Perusahaan
PT. Integrasi Teknologi Unggas merupakan salah satu perusahaan startup yang bergerak
dibidang teknologi unggas terutama ayam broiler yang memiliki tujuan untuk memudahkan
peternak dalam pengelolaan beternak ayam broiler dengan memanfaatkan teknologi yang
berkelanjutan dan dapat diterapkan oleh peternak kecil.
Tahun 2020, berawal dari tim peneliti di Universitas Gadjah Mada, dengan inisiasi
penelitian terkait pengembangan produk teknologi untuk pengawasan dan pengelolaan
peternakan unggas. Hasil dari penelitian tersebut menjadi dasar kerjasama dengan perusahaan
nasional untuk membuat sebuah aplikasi manajemen peternakan unggas. Seiring berjalannya
waktu, PT. Integrasi Teknologi Unggas didirikan sebagai perusahaan perangkat lunak yang
berfokus pada kebutuhan khusus di industri perunggasan.
PT. Integrasi Teknologi Unggas berhasil menjalin kemitraan dengan perusahaan
peternakan nasional lainnya untuk mengembangkan sistem IoT (Internet of Thinking) untuk
mengontrol keadaan lingkungan pada kandang ayam tipe closed house. Perusahaan ini juga
mulai menawarkan jasa kemitraan usaha di bidang peternakan unggas di wilayah Jogja, Solo,
Tegal, dan sekitarnya. PT. Integrasi Teknologi Unggas berkesempatan mendapatkan
pendanaan lanjut dalam putaran awal dari perusahaan Modal Ventura yang memungkinkan
perluasan layanan ke Magelang, Madiun, Sidoarjo, Malang, dan Samarinda.

4.1.2 Visi dan Misi


Visi:
Menjadi penyedia solusi dalam ekosistem end-to-end terkemuka di industri peternakan
unggas serta memberdayakan unggas secara global.
Misi:
1. Memberikan solusi terintegrasi: Menyampaikan platform ekosistem end-to-end secara
komprehensif yang menawarkan solusi terintegrasi untuk peternak unggas, mulai dari
perencanaan hingga distribusi, untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
2. Dorong inovasi: Terus mendorong inovasi dalam teknologi dan praktik peternakan
unggas untuk membantu peternak unggas dalam meningkatkan kualitas, keberlanjutan,
dan profitabilitas.
3. Meningkatkan efisiensi biaya dan profitabilitas, optimalkan rantai pasokan unggas,
kurangi biaya operasional, dan tingkatkan profitabilitas peternakan unggas melalui
penggunaan teknologi dan praktik terbaik.
4. Menumbuhkan pertumbuhan dan kesuksesan bagi peternak unggas: Membantu peternak
unggas dalam mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan, meningkatkan produktivitas,
dan mencapai kesuksesan jangka panjang dalam usaha peternakan unggas mereka.

14
4.1.3 Struktur Organisasi

Gambar 1. Struktur organisasi PT. Integrasi Teknologi Unggas


Sumber: Data Primer (2023)

4.2 Manajemen Persiapan Kandang


Manajemen persiapan kandang merupakan salah satu faktor yang sangat penting sebagai
penentu keberhasilan dalam industri pemeliharaan broiler. Manajemen persiapan kandang
broiler memiliki beberapa tahapan yang harus diperhatikan.
Manajemen persiapan kandang meliputi : pembersihan kotoran, pencucian kandang,
pencucian peralatan, desinfeksi kandang, pemasangan tirai, pengapuran kandang,
pemasangan alas litter, penaburan sekam, pemasangan chick guard, pemasangan pemanas,
persiapan tempat pakan dan minum, sanitasi lingkungan, dan melakukan pengawasan kerja
secara baik.
Manajemen persiapan kandang dimulai dari membuang semua sisa kotoran yang ada di
dalam kandang dan mengeluarkan peralatan seperti sekat, heater, dan lain-lain. Hal ini
bertujuan agar proses selanjutnya yang akan dilakukan berjalan dengan maksimal.
- Menyemprot isi kandang dengan menggunakan insektisida terkhususnya di bagian lantai
kandang yakni sisa kotoran karena menjadi tempat bersarang kutu franky yang bisa
menjadi vektor pembawa penyakit.
- Selanjutnya dilakukan pencucian kandang menggunakan deterjen, namun, sebelum
adanya pencucian menggunakan deterjen, lantai kandang dan dinding disemprot
menggunakan air yang bertekanan tinggi. Penyemprotan dilakukan untuk membersihkan
seluruh peralatan yang akan digunakan, kemudian, dilakukan penyemprotan
menggunakan deterjen dan disikat terutama bagian dalam feeder untuk memastikan
kebersihan feeder. Kandang yang sudah disemprot menggunakan deterjen didiamkan
semalaman dan dibilas menggunakan air bertekanan tinggi pada hari berikutnya.
- Penyemprotan insektisida dilakukan kembali setelah proses pencucian kandang selesai
namun untuk penyemprotan insektisida kali ini tidak dilakukan pembilasan kembali dan
15
pada hari selanjutnya setelah dilakukan penyemprotan insektisida kedua dilakukan
penyemprotan disinfektan menggunakan lysol, hal ini ditujukan untuk memaksimalkan
dalam meminimalisir patogen dan memusnahkan kutu franky ataupun serangga lain yang
berpotensi menjadi vektor pembawa penyakit.
- Selanjutnya dilakukan pengapuran menggunakan gamping yang dilarutkan dengan air,
kemudian disemprotkan ke kandang. Pengapuran bertujuan untuk membunuh sisa-sisa
telur cacing ataupun bakteri yang belum mati.
- Kemudian dilakukan pemasangan terpal pada lantai atas sebagai alas dari litter.
Dipastikan semua area lantai atas tertutup dengan terpal dan tidak ada kebocoran.
- Sekam, sekam ditabur merata diseluruh kurang lebih sekitar 700 karung perlantai dengan
ketinggian 7 cm dari alas kandang.
- Penyemprotan menggunakan formalin 37% setelah dilakukannya penaburan sekam yakni
agar mensterilkan sekam yang dikhawatirkan sekam tersebut membawa vektor penyakit
dan juga sekam yang didiamkan lama biasanya harus segera di semprot setelah ditabur
karena sudah menjadi sarang kutu franky.
- Running peralatan dilakukan pada 1 minggu sebelum chick in (pada persiapan kandang)
dengan tujuan untuk mengecek seluruh peralatan, jadi ketika terjadinya permasalahan
pada alat masih mempunyai waktu senggang untuk maintenance alat.
- Sekat (chick guard) dipasang dan dibagi menjadi 8 pan. Kemudian blocking dipasang
dengan jarak enam meter dari sekat paling depan agar angin tidak langsung terkena DOC.
Fungsi blocking untuk menahan panas dari heater agar area brooding stabil. Selanjutnya
diberikan kertas koran atau chick paper diatas litter yang berfungsi untuk mengenalkan
pakan pada DOC. Kemudian, baby chick diletakan di atas chick paper dengan jumlah per
jalurnya 6 baby chick dan paling ujung di sisi kiri dan kanan 7 baby chick.
- Flushing atau pembuangan sisa air pada line nipple drinker dan pembersihan toren air
dengan tujuan menghindari penyumbatan jalur dan pembersihan sisa obat, vitamin atau
kotoran yang dikhawatirkan menjadi bibit penyakit.
- Fumigasi, bertujuan untuk mensterilkan kandang dengan gas yang dihasilkan oleh
perubahan cairan Formaldehid (formalin) 37% yang direaksikan oleh Kalium
Permanganat (KMnO4) menjadi gas yang akan mensterilkan hingga ke celah-celah yang
sulit dijangkau. Untuk dosis yang bisa digunakan adalah 20 gram KMnO4 dan 40 ml
formalin/3m kubik, digunakan bagi kandang yang belum pernah tercemar penyakit.
Untuk kandang yang pernah tercemar penyakit, dosisnya dua kali lipat sedangkan yang
tercemar berat, dosisnya tiga kali lipat.
- Preheating (dilakukan pemanasan ruangan) sebelum DOC ditebar di dalam kandang. Hal
ini bertujuan agar DOC yang ditebar ke dalam area brooding dapat langsung beradaptasi
dengan kondisi lingkungan kandang. Lama preheating adalah antara 2-3 jam sebelum
DOC masuk. Gambar pembersihan sekam terdapat pada Gambar 2. (A) dan gambar
pembersihan feeder Gambar 2. (B).

16
(A) (B)
Gambar 2. (A) Pembersihan sekam, (B) Pembersihan feeder
Sumber: Data Primer (2023)
4.2.1 Manajemen Perkandangan
Kandang merupakan hal yang sangat penting dalam industri ayam pedaging karena
berpengaruh pada produktivitas dari ayam broiler. Kandang adalah komponen yang
digunakan mulai dari awal hingga masa produksi. Menurut Risna, dkk., (2022)
menyatakan bahwa kandang yang baik adalah kandang yang sederhana, memiliki biaya
pembuatan yang relatif murah, serta memenuhi persyaratan teknis dan nyaman bagi
ternak. Kandang berfungsi sebagai tempat berlindung ternak dari panas dan hujan, dan
mempermudah tatalaksana dan untuk melindungi bahaya dari predator. Bentuk kandang
serta kondisi tempat yang tersedia, keadaan lahan yang dipergunakan, biaya yang
tersedia dan bahan untuk kandang harus dipertimbangkan demi kenyamanan ayam.
GAD Farm menggunakan tipe kandang closed house dengan ukuran panjang 105
meter dan lebar 12 meter dan tinggi 2 meter dengan masing-masing terdapat tiga lantai
atas tengah dan bawah, dengan masing-masing lantai memiliki kapasitas 20.000 ekor,
tiap lantai terbagi menjadi delapan pan. Ukuran kandang tersebut kurang sesuai dengan
populasi yang ada di dalamnya, hal ini didasarkan pada Setyaningsih (2016) kepadatan
kandang di Indonesia idealnya adalah 8-10 ekor/m².
Kandang GAD Farm terbuat dari kerangka besi dan lantai atau bahan penunjangnya
terbuat dari bambu tebal. Atap dari kandang GAD menggunakan galvalum dan
dindingnya terbuat dari jaring kawat besi yang dilapisi dengan terpal dan juga plastik
hitam tebal. Kandang closed house atau kandang tertutup merupakan kandang dengan
pengaturan otomatis untuk mengatur iklim mikro di dalam kandang sesuai dengan
kebutuhan agar menyediakan kualitas udara yang baik. Menurut Ustomo, (2016)
kandang closed house merupakan jenis kandang yang tidak boleh mendapatkan angin
secara liar sehingga bangunan kandang harus dipastikan betul-betul rapat dan tidak ada
yang berlubang atau bocor. Kandang closed house tunnel system merupakan kandang
yang biasa digunakan di daerah beriklim tropis dengan inlet berada di bagian depan,
kandang tertutup tipe tunnel digambarkan seperti terowongan dengan cara kerja udara
yang akan masuk dari inlet atau bagian depan akan ditarik ke belakang dan udara akan
mengalir di sepanjang kandang kemudian dikeluarkan dengan bantuan exhaust fan.
Prinsip dari kandang closed house sendiri adalah pengontrolan suhu, kandang harus
mengeluarkan udara panas, uap serta gas berbahaya lainnya agar mampu menyediakan
kebutuhan oksigen dalam kandang.

17
4.2.2 Peralatan Kandang
Peralatan yang digunakan pada GAD Farm diantaranya yaitu tempat pakan yang
dibagi menjadi dua yaitu tempat pakan untuk ayam fase starter dan alat yang digunakan
adalah baby chick serta tempat pakan untuk fase finisher yang digunakan adalah feeder
atau alat pakan otomatis. Tempat pakan perlu diatur sesuai dengan kondisi ayam
terutama ketinggiannya.
Nipple atau tempat minum juga merupakan peralatan kandang yang harus ada dan air
minum harus tersedia saat adanya ayam, apabila kekurangan air minum dapat
memberikan dampak yang buruk bagi pertumbuhan dan density pada ayam, serta yang
pasti dapat menyebabkan dehidrasi pada ayam jika ketersediaan air minum kurang atau
tidak ada. GAD Farm menggunakan nipple atau tempat air minum otomatis yang tekanan
keluarnya air disesuaikan oleh umur ayam. Risna, dkk. (2022) menyatakan bahwa
penggunaan nipple dapat mencegah air tumpah ke lantai kandang serta air minum tidak
terkontaminasi kotoran, lebih mudah dalam pemberian air minum, tidak boros air dan
tidak perlu dibersihkan tiap hari.
Adanya heater atau pemanas (gasolec) di dalam kandang yang berfungsi untuk
menjaga suhu tubuh dan menstimulasi fungsi organ lain serta mengatur bobot selama
brooding. Selayaknya indukan, heater berperan untuk menggantikan peran indukan DOC
terutama sejak umur 1 -15 hari untuk menghangatkan dan mencegah DOC dari
kedinginan yang bisa menyebabkan kematian.
Kandang GAD Farm memiliki 7 buah exhaust fan (blower) pada bagian belakang
kandang yang berfungsi untuk mengatur sirkulasi suhu yang ada di dalam kandang dan
mengeluarkan atau menarik hawa panas, bau dari dalam ruangan terutama amonia yang
ada di kandang dan diatur menggunakan controller sesuai dengan kebutuhan ayam.
Kandang GAD Farm juga memiliki 12 cooling pad pada bagian kedua sisi kanan dan
kiri di bagian depan kandang. Temptron dan mesin IoT juga tersedia, dimana digunakan
untuk mengontrol kondisi di dalam kandang seperti suhu, kelembaban dan kecepatan
kipas. Alarm akan berbunyi ketika terjadi permasalahan seperti kipas mati atau yang
lainnya.

4.2.2.1 Litter
Litter adalah bahan yang digunakan untuk mengisi alas kandang dan memiliki
kemampuan yang cukup baik untuk menyerap air atau dapat menjadi alas yang nyaman
bagi ayam hidup. Metasari, dkk., (2014) litter berfungsi untuk memberikan rasa nyaman
kepada ayam serta menyerap air yang berasal dari nipple atau air minum maupun
ekskreta. Bahan untuk litter yang sering digunakan adalah sekam padi, serutan kayu
maupun jerami padi. Bahan-bahan tersebut diharapkan mampu memenuhi persyaratan
seperti mudah menyerap air, kualitas dan kondisi baik, kering dan tidak berdebu, murah
serta mudah didapat, tidak berjamur, tidak lengket, tidak mengandung pestisida maupun
kontaminan lain, serta tidak mengandung kotoran hewan.
GAD Farm menggunakan sekam padi sebagai bahan untuk litter. Sekam padi sendiri
memiliki beberapa keunggulan yaitu tidak menimbulkan bau sehingga dapat
meminimalisir amonia yang ada di dalam kandang yang disebabkan oleh ekskreta. Litter
pada kandang kian hari akan lembab atau basah yang disebabkan oleh ekskreta ayam
atau
18
terjadinya kebocoran pada nipple, litter juga dapat menggumpal dan dapat menjadi
sumber penyakit apabila dibiarkan terus-menerus, oleh karena itu perlu dilakukan
pembalikan atau penambahan litter. Pembalikan litter di GAD Farm dilakukan setiap
pagi 2 hari sekali yang bertujuan untuk menghindari pemadatan dan litter tetap kering
sehingga dapat mencegah sumber penyakit. Gambar penaburan litter terdapat pada

Gambar 3.
Gambar 3. Penaburan litter
Sumber: Data Primer (2023)

4.2.2.2 Pencahayaan
Pencahayaan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan DOC. Manajemen
pencahayaan yang baik dapat meningkatkan performa dari ternak. Alat yang digunakan
untuk mengukur intensitas cahaya adalah luxmeter. GAD Farm melakukan pemadaman
lampu pada pukul 20.00 dan lampu akan hidup kembali pukul 21.00 pada minggu
pertama, kemudian di minggu kedua dan seterusnya hingga penjarangan dilakukan
pemadaman pada pukul 20.00 hingga 21.00 dan pada pukul 23.00 dengan tujuan ayam
dapat beristirahat dan tidak beraktivitas. Asih dan Anwar, (2022) menyatakan bahwa
memberikan penerangan yang tepat akan membuat ayam merasa lebih nyaman dan
meningkatkan produktivitas ayam. Di sisi lain, pasokan cahaya yang tidak mencukupi
mengganggu aktivitas dan metabolisme. Gambar pencahayaan (lampu) terdapat pada
Gambar 4.

Gambar 4. Pencahayaan (lampu)


Sumber: Data Primer (2023)

19
4.2.2.3 Suhu dan Kelembaban
Suhu merupakan salah satu faktor yang menentukan performa dari ternak. Controller
digunakan untuk mengatur suhu dan kelembaban yang ada di dalam kandang. Berdasarkan
pengukuran pada saat chick in tanggal 8 Juli 2023 diketahui bahwa suhu pada kandang yaitu
28°C. Pemanas digunakan untuk menghangatkan DOC dan akan mati apabila semua sensor
pada kandang sudah menunjukkan suhu yang sesuai dengan kebutuhan yang diatur pada
controller, apabila suhu berada pada batas normal dan nyaman maka suhu diatur oleh exhaust
fan, bila lebih dari suhu yang seharusnya maka cooling pad akan menyala berfungsi untuk
mengeluarkan uap dan hawa panas serta lembab dari dalam kandang agar udara yang ada di
dalam kandang tetap bersih, semakin tingginya kelembaban maka semakin rendah suhu.
Gambar Humidity Sensor terdapat pada Gambar 5. (A) dan gambar Controller terdapat pada
Gambar 5. (B).

(A) (B)
Gambar 5. (A) Humidity Sensor, (B) Controller
Sumber: Data Primer (2023)

4.2.2.4 Ventilasi
Kandang dengan manajemen ventilasi yang baik akan menghasilkan udara yang sehat bagi
ternak. Bentuk sistem yang biasa digunakan pada peternakan broiler yaitu sistem ventilasi
tunnel. Hal ini didukung oleh Mulia, dkk., (2022) yang menyatakan bahwa sistem ventilasi
tunnel berarti udara mengalir dari bagian depan sampai bagian belakang kandang, seperti
sebuah terowongan. Sistem ini memberikan wind chill effect yang maksimal dimana ayam
telah dewasa dan membutuhkan suhu yang lebih rendah.
GAD Farm menggunakan sistem ventilasi tunnel dimana udara bersih masuk melalui inlet
dari bagian depan kandang yang terletak dekat dengan pan 1 kemudian mengalir sepanjang
kandang menuju bagian belakang kandang dan dikeluarkan melalui outlet yang berada di
dekat pan 8. Konsep ventilasi yaitu insulasi, kecepatan angin, tekanan dan cooling system.
Insulasi berarti tidak adanya kebocoran pada kandang diumpamakan seperti sedotan tidak ada
kebocoran hanya ada jalur masuk (inlet) dan jalur keluar (outlet). Kecepatan angin yaitu
adanya pertukaran udara yang menghasilkan wind chill effect yang merupakan efek dingin
dari kecepatan angin. Tekanan yaitu terjadinya pemerataan sirkulasi udara yang dipengaruhi
oleh blocking dan bukaan inlet, blocking antara inlet dan outlet, bukaan shutter exhaust fan
dan tiupan angin luar. Cooling system menggunakan cooling pad (selulosa deck) yang
berfungsi untuk mengalirkan udara sehat atau bersih dari luar kandang dan masuk ke dalam
kandang, sebagai evaporative cooling system yang berfungsi untuk menurunkan suhu,
konsep dari
20
cooling system adalah uap air yang dibawa oleh aliran udara akan mengikat panas dan
dibuang keluar melalui outlet dengan bantuan exhaust fan. Gambar Exhaust Fan terdapat
pada Gambar 6.

Gambar 6. Exhaust Fan


Sumber: Data Primer (2023)
4.3 Manajemen Pakan dan Minum
4.3.1 Jenis Pakan
Pakan yang digunakan di GAD Farm merupakan pakan komersial yang diproduksi oleh
beberapa perusahaan seperti PT. Pakindo Jaya Perkasa pada Gambar 7. (A), PT. Charoen
Pokphand Indonesia TbK pada Gambar 7. (B), dan PT. Widodo Makmur Unggas TbK.
Pakan yang diberikan untuk ayam broiler harus sesuai dengan nutrisi yang dibutuhkan pada
setiap fasenya. Fadilah, (2004) menyatakan bahwa kebutuhan energi untuk ayam broiler
periode starter 3080 kkal/kg ransum pada tingkat protein 24%, sedangkan untuk periode
finisher 3190 kkal/kg ransum pada tingkat protein 21%. Untuk protein yang diberikan untuk
broiler, GAD Farm berpatokan pada fase broiler sendiri. Hal ini sesuai dengan Amrullah,
(2004) yang menyatakan bahwa ransum broiler hendaklah memiliki nisbah kandungan energi
protein yang diketahui, kandungan protein yang tinggi untuk menopang pertumbuhan yang
cepat, mengandung energi yang lebih untuk membuat ayam broiler dipanen cukup
mengandung lemak. Protein diperlukan broiler untuk pertumbuhan jaringan organ tubuh,
sehingga sangat diperlukan apalagi pada fase DOC/pre starter (1-10 hari).

(A) (B)
Gambar 7. (A) Pakan broiler starter, (B) Pakan broiler finisher
Sumber: Data Primer (2023)

21
4.3.2 Penyimpanan Pakan
Pakan yang telah sampai di GAD Farm, kemudian disimpan di dalam bangunan kandang,
namun di belakang area kandang ayam karena tidak mempunyai gudang khusus pakan. Pakan
diletakkan di atas pallet pakan yang beralaskan terpal. Alur distribusi pakan di GAD Farm
yaitu:
1. Pakan datang dari feedmill dibawa menggunakan mobil truk besar, di atas tumpukan
pakan ditutupi terpal dan tidak menggunakan pallet
2. Pakan dari mobil truk besar dipindahkan ke atas pallet dengan cara dipanggul oleh anak
buah kandang. Satu pallet terdiri hingga 5 karung. Satu karung pakan memiliki berat 50
kg
3. Mobil truk pembawa pakan masuk ke dalam kandang
4. Anak buah kandang memasukkan pakan pada Gambar 8. ke dalam kandang dengan cara
di panggul
5. Pakan diletakkan di atas pallet pakan yang beralaskan terpal
6. Dicatat jumlah pakan yang masuk ke dalam kandang

Gambar 8. Pengangkutan pakan dari


gudang Sumber: Data Prmer (2023)
GAD Farm sendiri tidak mempunyai tempat khusus/gudang sebagai penyimpanan pakan.
Hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan akan pentingnya gudang penyimpanan pakan
dan permasalahan lahan, padahal di sekitar area kandang sering ditemukan hama seperti tikus
yang mungkin bisa memakan/merusak pakan broiler. Namun, untuk permasalahan hama
memakan pakan broiler ini jarang terjadi di GAD Farm. Faktor yang mempengaruhi kualitas
pakan salah satunya adalah teknik penyimpanan. Tempat penyimpanan diusahakan kering,
berventilasi, terhindar dari panas dan hujan, serta terhindar dari hama seperti tikus, kecoa,
burung, kutu, atau serangga lainnya agar kualitas pakan tetap baik. Oleh karena itu, perlu
dibangun gudang khusus penyimpanan pakan di samping area kandang agar menghindari
hama dan menjaga kualitas pakan broiler.

4.3.3 Pemberian Pakan dan Minum


Pemberian pakan di GAD Farm dilakukan secara ad libitum. Tujuan dari pemberian pakan
secara ad libitum adalah untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan dan menurunkan
pembentukan lemak pada karkas. Hardini, (2013) menyatakan bahwa pemberian pakan secara
ad libitum pada ayam broiler akan adanya peningkatan kemampuan genetis ayam broiler
yang tumbuh dengan cepat dan mencapai bobot jual hanya dalam waktu 35 hari, selain itu

22
pemberian

23
pakan secara ad libitum juga dapat menekan biaya pakan. Frekuensi pemberian pakan di
GAD Farm diberikan dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Manajemen pemberian pakan
ayam harus memperhitungkan waktu yang tepat sehingga konsumsi dapat digunakan secara
efisien (Nova, dkk., 2020). Standart Operating Procedure (SOP) pemberian pakan di GAD
Farm yaitu:
1. Pemberian pakan dilakukan secara ad libitum
2. Jatah pakan dibuat oleh manajer atau kepala pemeliharaan berdasarkan hasil timbang berat
badan harian dan FCR
3. Pakan jantan dan betina tidak dibedakan (sama rata karena berada di dalam kandang yang
sama)
4. Pemberian pakan didasarkan pada umur/periode ayam
5. Pemberian pakan periode pre starter (1-10 hari) yaitu mash dilakukan antara jam 07.00-
08.00 (pagi hari) dan jam 15.00-16.00 (sore hari)
6. Periode pre strater, pakan dituang ke feeder (baby chick) secara manual pada Gambar 9.
(A) setiap pagi dan sore hari
7. Pemberian pakan periode starter hingga finisher (11-35 hari) yaitu pellet dilakukan antara
jam 07.00-08.00 (pagi hari) dan jam 15.00-16.00 (sore hari)
8. Periode starter hingga finisher, pakan dituang ke auger setiap pagi dan sore hari pakan
dalam auger pada Gambar 9. (B) telah habis
Waktu pagi dan sore hari dimana suhu waktu tersebut cenderung rendah dan ideal
sehingga broiler akan mengkonsumsi pakan dengan baik. Pemberian pakan ini dilakukan dua
kali sehari agar pertumbuhan dan produksi maksimal, jumlah dan kandungan zat-zat makanan
yang diperlukan ternak harus memadai (Suprijatna. et al., 2005). Pemberian pakan pada pagi
hari dan malam hari dimana suhunya yang relatif lebih rendah jika dibandingkan pada siang
hari maka ayam akan mengkonsumsi pakan yang lebih optimal. (Nova, dkk., 2020).

(A) (B)
Gambar 9. (A) Manual, (B) Otomatis (auger)
Sumber: Data Primer (2023)
Pemberian pakan dilakukan dengan menaruh pakan ayam di silo (tempat penampungan
pakan sementara), kemudian akan didistribusikan ke talang pakan menggunakan rantai yang
digerakkan mesin. Mesin dapat dinyalakan dan dimatikan melalui panel control oleh operator
kandang/anak buah kandang. Pemberian pakan didasarkan pada umur/periode ayam. Pada
ayam periode pre starter (1-10 hari) yaitu dilakukan dengan mengisi feeder (baby chick)
secara manual pada Gambar 10. (A), namun saat periode starter hingga finisher pemberian
pakan dilakukan dengan memasukkan pakan ke dalam silo, kemudian pakan disalurkan ke
pan feeder
24
pada Gambar 10. (B) menggunakan auger pada Gambar 10. (C).

(A) (B) (C)


Gambar 10. (A) Baby chick, (B) Pan feeder, (C) Auger dan
silo
Sumber: Data Primer (2023)
Pemberian minum di GAD Farm dilakukan secara ad libitum. Rasio konsumsi air minum
setiap hari yaitu 2:1, dengan jumlah konsumsi air 2 kali lebih banyak dari pada konsumsi
pakan. Air minum merupakan kebutuhan yang sangat penting, sehingga ayam tidak boleh
kekurangan air minum. Hal ini sesuai dengan Sudartama dkk., (2019) yang menyatakan
bahwa ayam mengonsumsi air minum dua kali lebih besar dari jumlah pakan yang
dikonsumsi, karena air minum berfungsi sebagai pelarut dan sebagai alat transportasi zat-zat
makanan untuk disebarkan ke seluruh tubuh sehingga dibutuhkan lebih banyak air dari pada
pakan. Kurangnya konsumsi air minum pada ternak menyebabkan penurunan produktivitas
dan pertumbuhan pada ayam terutama pada fase grower (Risnajati, 2012).

(A) (B)
Gambar 11. (A) Nipple drinker, (B) Filter air
Sumber: Data Primer (2023)

Pemberian minum menggunakan nipple drinker system pada Gambar 11. (A) dengan
sumber air berasal dari air tanah/sumur yang ditampung dalam tandon. Penggunaan nipple
dapat mencegah terjadinya kontaminasi terhadap air minum sehingga air minum tetap bersih
dan steril. Air disimpan dalam tandon sebelum diberikan, kemudian air dialirkan ke dalam
filter tank pada Gambar 11. (B) dan terjadi proses filtrasi, selanjutnya air akan dialirkan ke
dalam toren air di dalam kandang untuk diberikan kepada ayam. Fadilah dan Fatkhuroji,
(2013) menyatakan bahwa air minum sangat berpengaruh pada ternak karena apabila air
minum tidak terjaga kebersihannya, maka akan memengaruhi kesehatan ternak tersebut.
Beberapa line/penghubung antar nipple di GAD Farm ada yang tingginya berbeda-beda,
seperti terlalu rendah atau terlalu tinggi. Akibatnya, yang terlalu rendah air akan mudah
tumpah ke litter, sehingga meningkatkan kelembaban litter yang akan menyebabkan

25
timbulnya penyakit baru. Sedangkan, yang terlalu tinggi broiler kesulitan untuk menggapai
air minum,

26
sehingga broiler akan kekurangan air minum dan menyebabkan kematian. Oleh karena itu,
perlunya perhatian dan pengawasan terkait ketinggian nipple yang disesuaikan dengan
ketinggian broiler, agar broiler tidak kekurangan air minum dan produktivitasnya baik.

4.4 Sistem Manajemen Brooding


Berdasarkan standarisasi perusahaan GAD Farm, manajemen brooding merupakan fase
pemeliharaan umur 1-14 hari (fase starter), harapannya pada fase ini bobot ayam sesuai atau
lebih dari standar dengan manajemen yang baik agar hyperplasia tercapai. Yang perlu
dilakukan oleh peternak mitra saat fase brooding sebagai berikut:
a) Pengendalian suhu, suhu di GAD Farm diusahakan pada angka 33°C, suhu yang kurang
panas juga akan mengakibatkan ayam tidak beraktivitas hanya bergerombol. Terutama
makan dan minum itu penting untuk mencapai pertumbuhan yang bagus. Suhu yang
terlalu panas juga menyebabkan ayam panting dan berada di pinggir area jalur heater.
Sehingga diusahakan ayam dalam keadaan nyaman dapat dilihat dari aktif dalam
beraktivitas.
b) Melakukan controlling, controlling disini bertujuan untuk pengecekan tembolok pada
ayam, jika tembolok dalam keadaan penuh dan lunak berarti ayam cukup dalam
mendapatkan makan dan minum, selain daripada itu controlling dilakukan dengan tujuan
pengecekan dan pengambilan DOC yang sakit/mati. Controlling dilakukan selama 1 jam
sekali dengan tujuan agar membangunkan ayam agar selalu makan dan minum sehingga
pertumbuhan bisa maksimal.
c) Melakukan sampling harian, hal ini bertujuan agar DOC mencapai target standar bobot
yang diberikan oleh GAD Farm.
d) Pengaturan ketinggian tempat minum/nipple, ketinggian nipple disesuaikan dengan umur
dan tinggi ayam. Output air nipple juga disesuaikan dengan standar, yaitu umur 0-7 hari 40
ml/menit dengan ketinggian bandul pada uril sekitar 5 cm dan umur 8-35 hari 50 ml/menit.
e) Memperhatikan kebersihan tempat makan dan minum harus dijaga, dan pengontrolan
pemberian pakan tidak boleh terlalu banyak, karena dapat mengurangi aroma pakan, dan
tercampur dengan kotoran dan sekam, pembersihan nipple cup dilakukan setiap sore dan
pemutaran baby chick dengan tujuan agar bersih dari sekam dan pakan dari atas turun ke
bawah dengan merata.
f) Mengambil alas koran pada usia DOC 2 hari dan selalu menjaga sekam dalam kondisi
yang baik tidak menggumpal dan basah, dan melakukan pembalikan sekam ketika kondisi
kelembaban dirasa akan meningkat, apabila keduanya tidak bisa dilakukan dapat
melakukan penaburan sekam yang baru.
g) Seleksi ayam abnormal (sakit, cacat) dilakukan setiap hari dengan batas maksimal sampai
umur 14 hari.
h) Grading ayam pada umur 12 hari dengan menambahkan sekatan pada setiap ujung
kandang, grading disini dilakukan dengan seleksi ayam yang bobotnya masih di bawah
rata-rata dan dengan tujuan agar pemeliharanya lebih maksimal, karena ketika tidak
dilakukan grading, ayam yang ukurannya lebih kecil akan kalah saing ketika makan dan
akan kesusahan untuk minum karena tinggi nipple di setting dengan ketinggian rata-rata
ayam. Hasil grading ini nantinya ditujukan untuk panen awal/penjarangan.
i) Pelebaran sekatan brooding disesuaikan berdasarkan dengan bobot badan ayam.
j) Manajemen pemberian pakan dan minum, pakan dan minum idealnya diberikan secara ad
27
libitum atau selalu tersedia dapat disesuaikan dengan standar perusahaan dengan
berpatokan pada BW (body weight) kerataan ayam dengan rumus, (standar pakan gram
harian : 50.000) x populasi. sehingga didapatkan jumlah sak pakan yang seharusnya
diberikan setiap harinya namun ketika masih kurang dilakukan penambahan. Pakan fase
brooding umur 1-7 menggunakan pakan SB10, ketika menginjak umur 8 dilakukan
pencampuran pakan menggunakan SB11 dan ketika umur 10 hari full menggunakan SB11.
k) Manajemen suhu dan sirkulasi pada masa brooding harus diperhatikan dengan berpatokan
pada kesesuaian suhu dan kecepatan angin dalam kandang. Hal ini sangat berarti untuk
kenyamanan ayam. Penggunaan kipas saat masih usia 1-7 hari dapat dilakukan intermittent
dan untuk usia 6-14 hari dapat dilakukan direct 1 kipas dan 1 kipas intermittent.

Gambar 12. Brooder


Sumber : Data Primer (2023)
4.5 Manajemen Kesehatan
4.5.1 Pemberian Vitamin
Penerapan manajemen kesehatan di GAD Farm dilakukan dengan program pemberian
vitamin secara berkala maupun saat ayam sakit. Vitamin yang biasa digunakan di GAD Farm
adalah Bursalino pada Gambar 12. (A) dan Imune-C pada Gambar 12. (B). Bursalino
digunakan untuk pengobatan penyakit akibat infeksi bakteri sekunder dan virus, sedangkan
Imune-C digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam. Menurut Simanjuntak
(2018) vitamin diberikan kepada ayam broiler untuk menjaga kesehatan ayam broiler.
Pemberian vitamin dilakukan dengan mencampurkan vitamin ke dalam air minum ayam atau
pakan sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Hal ini sesuai dengan Astuti dkk. (2017) yang
menyatakan bahwa pemberian feed aditif melalui air minum dapat peningkatkan produktifitas
ternak broiler. Pemberian vitamin dapat menjadi pertahanan utama pada tubuh broiler agar
terhindar dari berbagai penyakit saat pemeliharaan. Pemberian vitamin pada ternak broiler
sangat berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan ternak broiler (Subekti, 2009).

28
(A) (B)
Gambar 13. (A) Bursalino, (B) Imune-C
Sumber: Data Primer (2023)

4.5.1 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Upaya pencegahan penyakit pada peternakan ayam harus dilakukan agar dapat
meminimalisir perkembangan bibit penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada ayam.
Perubahan iklim berdampak pada ternak berupa stress yang mengakibatkan lebih mudah
terinfeksi penyakit menular (Bahri dan Syafriati, 2011). Upaya yang dilakukan untuk
mencegah penyakit di GAD Farm adalah dengan melaksanakan program biosecurity dan
vaksinasi. Biosecurity merupakan suatu program yang harus dilakukan untuk mencegah bibit
penyakit masuk ke dalam suatu peternakan dan mencegah penyakit yang ada di peternakan
keluar menulari peternakan yang lain (Widyantara,dkk., 2013). Penerapan biosecurity di
GAD Farm yang biasa dilakukan seperti penyemprotan/dipping alas kaki sebelum masuk
kandang dengan cairan desinfektan.
Vaksinasi merupakan proses memasukkan mikroorganisme penyebab penyakit tertentu
yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh ayam. Di dalam tubuh ayam, mikroorganisme yang
dimasukkan tidak menimbulkan penyakit, melainkan dapat merangsang pembentukan zat-zat
kekebalan (antibodi) terhadap agen penyakit tersebut (Saputro, 2014). Program vaksinasi ini
tidak diterapkan di GAD Farm, namun dilakukan langsung di tempat hatchery, sehingga
GAD Farm tidak menerapkan vaksinasi sampai masa panen. Vaksin yang biasa diterapkan di
hatchery biasa disebut vaksin triple, seperti vaksin ND (Newcastle Disease), IB (Infectious
Bronchitis), dan IPD (Invasive Pneumococcal Disease) dengan cara injeksi (suntik).
Cara untuk mengatasi penyebaran penyakit di GAD Farm, anak buah kandang secara rutin
mengecek keadaan di setiap kandang, apabila ada ayam yang terlihat sakit, ayam tersebut
langsung dipisahkan/culling dengan tujuan agar ayam yang sakit tidak menulari ayam yang
sehat. Penanganan pada ayam yang mati, yaitu dengan langsung dibuang/dibakar untuk
dijadikan pakan lele. Penyakit pada ayam dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur.
Penyakit yang sering menyerang ayam broiler di GAD Farm yaitu:
1. CRD (Chronic Respiratory Disease) / (Penyakit Ngorok).
Penyakit CRD disebabkan oleh infeksi bakteri Mycoplasma gallisepticum (M.
gallisepticum) pada saluran pernafasan (Qosimah, et al., 2017). Gejala yang timbul akibat
infeksi bakteri ini yang ditemui di GAD Farm adalah suara ngorok di malam hari, keluarnya
cairan bening dari rongga hidung, bulu kusam, tubuh lemas, dan bersin pada Gambar 14.
Penyakit ini banyak ditemui di GAD Farm dengan penularan yang sangat cepat. Bakteri M.
gallisepticum dapat hidup selama 1-3 hari pada feses ayam dengan masa hidup tergantung
kondisi lingkungan. Suhu 37°C bakteri M. gallisepticum dapat hidup selama satu hari di luar

29
tubuh ayam dan pada suhu 20°C bakteri ini dapat hidup selama tiga hari (Diyantoro, et al.,
2017).

Gambar 14. Ayam terinfeksi


CRD Sumber: Data Primer
(2023)
Penularan penyakit CRD di GAD Farm disebabkan oleh kontaminasi bakteri pada pakan
oleh ayam yang sakit, air minum, peralatan pakan dan minum sebagai karir, serta pekerja.
Kadar amonia yang tinggi dan debu yang tercemar bakteri dapat terhirup ternak hingga
masuk ke dalam saluran pernapasan (Jayewardenepura, 2015). Penyakit ini juga bisa
disebabkan oleh manajemen ventilasi yang kurang baik, kurangnya perhatian terhadap masa
penggunaan litter kandang, dan kepadatan kandang, serta jangka waktu pakan dalam feeder.
Penyakit CRD juga dapat ditentukan dan dihubungkan dengan peranan lingkungan kandang
seperti tempat pakan (feeder) sebagai tempat penularan bakteri M. gallisepticum (Adelman, et
al., 2015).
Usaha yang dilakukan untuk mengatasi penyakit CRD di GAD Farm adalah dengan
pemberian vitamin atau langsung dipisahkan (isolasi) agar tidak menulari ayam yang sehat
tanpa pengobatan. Obat-obatan yang dapat digunakan untuk penyakit CRD pada tahap awal
meliputi tylosin, spiramycin, oxytetracyclin, streptomycin, spektinomisin, linkomisin,
enrofloksasin dan norflosasin (Anonim, 2014 dalam Widianingrum, dkk., 2022). Manajemen
perkandangan dan kontrol populasi, program vaksinasi, pemberian antibiotik dan vitamin,
manajemen pemberian pakan, serta desinfeksi merupakan langkah yang digunakan untuk
menurunkan penularan penyakit ini (Diyantoro dan Pribadi, 2017). Penyemprotan desinfektan
sebagai usaha dari desinfeksi penyakit juga wajib diterapkan dalam program biosecurity.
Sistem sirkulasi kandang penting untuk diperhatikan karena penyebaran dari infeksi bakteri
M. gallisepticum dapat terjadi melalui udara (Diyantoro, dkk., 2017). Selain itu, penerapan
sanitasi kandang dilakukan sebagai penghambat penyebaran penyakit.
2. Colibacillosis (Penyakit Koli)
Penyakit koli disebabkan oleh sekitar 10-15% dari seluruh E. coli yang ditemukan pada
usus ayam yang sehat (Santoso, dkk., 2020). Gejala yang timbul dari penyakit koli yang
ditemui di GAD Farm seperti gangguan pernafasan, diare putih kekuningan, lemas, bulu
kusam, kotor di sekitar kloaka dan nafsu makan turun serta adanya cairan keruh kental
menempel pada organ hati. Pada keadaan normal E. coli dapat tumbuh pada saluran
pencernaan namun dapat bersifat patogen serta mampu menyerang hewan dan manusia pada
keadaan tertentu (Kartikasari, dkk., 2019). Pada saat dilakukan nekropsi (pembedahan),
terdapat cairan keruh kental seperti mentega yang melekat pada hati broiler pada Gambar 15.
Hal ini mengindikasikan bahwa broiler tersebut sudah tercemar penyakit koli.
30
Gambar 15. Cairan keruh kental pada
hati Sumber: Data Primer (2023)
Penyebab adanya penyakit koli di GAD Farm bisa terjadi karena manajemen litter yang
kurang baik sehingga akan meningkatkan kadar amonia dalam lingkungan kandang dan
kebersihan pada air minum yang digunakan. Penyakit coli juga bisa disebabkan karena faktor
genetik, yaitu induk yang sudah mempunyai penyakit koli. Escherichia coli merupakan
bakteri yang secara alami terdapat pada sistem saluran cerna dalam jumlah yang normal,
tetapi bisa menjadi patogen apabila jumlahnya melebihi normal (Wahyuwardani, et al.,
2014). Manajemen pemeliharaan broiler dengan metode diumbar pada kandang yang luas
menyebabkan banyak ekskreta yang berceceran serta penggantian alas yang jarang dilakukan
dapat menyebabkan bakteri yang terdapat pada ekskreta broiler menempel pada bulu dan
kulit broiler (Kartikasari, dkk., 2019). Oleh karena itu, pergantian litter perlu dilakukan
secara rutin dan terjadwal agar lebih bersih dan mengurangi tingkat cemaran bakteri.
Usaha yang dilakukan untuk mengatasi penyakit koli di GAD Farm adalah dengan
memisahkan ayam yang terinfeksi dengan ayam yang sehat (isolasi) tanpa pengobatan.
Infeksi
E. coli umumnya diobati menggunakan antibiotik, namun, penggunaan antibiotik harus
sangat diperhatikan karena penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan
resistensi bakteri terhadap antibiotik. Penyakit koli juga bisa dicegah dengan cara
memperhatikan kebersihan kandang, mengecek kualitas air minum, manajemen litter yang
baik. Pengendalian penyakit koli ditujukan pada perbaikan manajemen yang meliputi sanitasi
yang ketat, penerapan biosecurity dan vaksinasi yang sesuai serta seleksi ayam yang
berkualitas baik.
3. Coryza (Snot/Pilek)
Penyakit snot disebabkan oleh infeksi bakteri Haemophilus paragallinarum pada saluran
pernafasan unggas (Moenek, 2016). Gejala yang timbul dari penyakit snot yang ditemui di
GAD Farm seperti ngorok, bersin, keluar cairan bening pada rongga hidung dan mata, bulu
kusam, badan lemas, adanya pembekakan pada bagian wajah (pial) pada Gambar 16, dan
turunnya nafsu makan.

31
Gambar 16. Ayam terinfeksi
snot/pilek Sumber: Data Primer
(2023)
Penyebab adanya penyakit snot di GAD Farm bisa terjadi karena pergantian musim
sehingga menyebabkan stres, kebersihan kandang dan kualitas air minum, manajemen
ventilasi serta kepadatan kandang yang kurang diperhatikan. Penyakit ini dapat menular
secara cepat dari ayam yang sakit ke ayam lainnya yang sehat dalam satu flock yang sama.
Penularan melalui udara dapat terjadi jika kandang ayam letaknya berdekatan, sehingga udara
yang tercemar debu akan dihirup oleh ayam yang sehat (Moenek, 2016). Ayam yang
terserang penyakit ini kerap kali akan mengalami diare. Jika proses penyakit berlangsung
kronis, maka dapat terjadi komplikasi dengan bakteri lain ataupun virus.
Usaha yang dilakukan untuk mengatasi penyakit snot di GAD Farm adalah dengan
pemberian vitamin atau langsung dipisahkan (isolasi) agar tidak menulari ayam yang sehat
tanpa pengobatan. Selain pemberian obat, diperlukan juga pemulihan pada jaringan yang
rusak dengan peningkatan nilai nutrisi dari pakan. Pengendalian penyakit snot bisa dilakukan
dengan program biosecurity seperti penyemprotan desinfektan secara berkala, pemisahan
ayam yang sehat dengan yang sakit, ayam yang sudah mati sebaiknya segera
dibuang/dikubur, pengaturan ventilasi/kecepatan angin saat pergantian musim, dan
memperhatikan kualitas air minum yang digunakan.
4. Coccidiosis (Koksi/Berak Darah)
Penyakit koksi disebabkan oleh infeksi dari golongan protozoa Eimeria spp. yang
menimbulkan gangguan pada saluran pencernaan (Arsyitahlia, dkk., 2019). Gejala yang
timbul dari penyakit koksi yang ditemui di GAD Farm seperti berak darah pada Gambar 17,
bulu kusam, tubuh lemas, turunnya nafsu makan, dan badan kurus. Sekum yang terinfeksi
tidak dapat berfungsi normal dan mengalami kerusakan sehingga menyebabkan perdarahan
pada sekum dan terdapat darah pada ekskreta. Eimeria menyebabkan kerusakan langsung
pada dinding usus yang mengakibatkan ketidakmampuan usus untuk menyerap nutrisi dengan
baik dan mencegah bakteri patogen. Sehingga bibit penyakit ini akan menghalangi dinding
usus dalam melakukan proses penyerapan nutrisi pakan dan pada akhirnya akan
menghasilkan penurunan kinerja pada unggas.

32
Gambar 17. Ekskreta darah
Sumber: Data Primer
(2023)
Biosecurity adalah kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan, karena dapat
mengurangi resiko wabah penyakit. Biosekuriti merupakan kegiatan mematikan bakteri
penyebab penyakit pada ternak. Menurut Ardana, (2011) biosekuriti adalah tindakan yang
meliputi pembersihan lingkungan luar tubuh ternak dari mikroorganisme penyebab penyakit
pada ternak. Biosekuriti dapat dilakukan dengan cara pembersihan lingkungan pemeliharaan
ternak menggunakan bahan kimia yang dapat membunuh mikroorganisme penyebab
penyakit. Kegiatan biosekuriti dilakukan sebagai upaya mengurangi resiko dan konsekuensi
masuknya penyakit ke dalam kandang (Haqiqi, dkk., 2021). GAD Farm telah melaksanakan
kegiatan biosekuriti, namun tata laksananya masih belum terlaksana dengan baik. Kebersihan
lingkungan, pekerja, dan kendaran masih kurang diperhatikan. Tidak ada penyemprotan
dengan larutan desinfektan pada kendaraan maupun orang-orang yang akan masuk ke dalam
kandang. Penyemprotan dengan larutan desinfektan pada kendaraan maupun orang yang
hendak memasuki lingkungan kandang adalah salah satu upaya dalam pencegahan penyakit
masuk ke dalam kandang. Gambar disinfeksi kandang terdapat pada Gambar 18.

Gambar 18. Desinfeksi


kandang Sumber: Data
Primer (2023)
Menurut Trijaya, (2017) aspek-aspek dari biosekuriti adalah pembersihan, pencegahan,
dan pengendalian penyakit bagi ternak. Pengendalian penyakit dapat berupa penanganan
bangkai ayam yang mati. Penanganan pada bangkai di GAD Farm juga masih belum
dilakukan dengan baik. Bangkai dikumpulkan pada suatu tempat yang lokasinya tidak jauh
dari kandang, hingga ada yang mengambil sebagai alternatif pakan ikan lele. Kenyataannya,
33
tidak setiap hari ada yang mengambil, namun setiap hari ada ayam yang mati sehingga
bangkai menumpuk dan

34
mengeluarkan aroma tidak sedap dan dapat mencemari udara di dalam kandang. Penerapan
biosekuriti yang kurang baik dapat menyebabkan penurunan imunitas pada ternak sehingga
penyakit mudah menyerang (Indrasanti, dkk., 2021). Banyaknya ternak yang terserang
penyakit, bahkan mati akan berdampak terhadap kerugian pada pemeliharaan ternak broiler.

4.7 Manajemen Recording dan Grading


4.7.1 Manajemen Recording
Recording adalah kegiatan berupa pencatatan riwayat ternak ayam broiler. Recording atau
pencatatan merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan karena termasuk
dalam manajemen produksi (Ariani dan Christian, 2019). Pencatatan pada peternakan broiler
sangat penting untuk dilakukan karena merupakan bagian dari administrasi (Santoso, 2020).
GAD Farm melakukan recording dengan baik, dimana para anak buah kandang akan mengisi
formulir recording yang meliputi jumlah ayam yang mati (deplesi), pemberian pakan, obat,
vaksin, bobot badan rataan, Feed Convertion Ratio (FCR), jumlah populasi, umur, dan
rekapitulasi pakan, pemakaian OVK, panen ayam, dan hasil pemeliharaan. Recording dapat
meliputi pencatatan data stok pakan, obat, vitamin, serta vaksin (Afrianti dan Gustiana,
2021). GAD Farm melakukan recording untuk mengetahui pertambahan FCR yang
dihasilkan oleh ayam broiler setiap 2 hari sekali, GAD Farm memiliki beberapa pencatatan
setiap harinya seperti:
1. Bobot badan, setiap 2 hari sekali dilakukan penimbangan bobot badan ayam, dengan
dipilih secara acak sebanyak 10 ekor ayam broiler. Adapun bobot badan ayam
menyediakan informasi yang dapat dijadikan acuan untuk mengetahui pertumbuhan dan
konversi pakan dalam flock sehingga dapat diketahui pula apakah terjadi penyimpangan
dari angka pertumbuhan ayam yang diharapkan (Fontana, et al., 2015).
2. Deplesi atau kematian, jumlah ekor ayam broiler yang mati dalam 1 hari
3. Jumlah populasi ayam broiler yang dikurangkan dengan ayam yang mati/deplesi
4. Pemberian pakan, jumlah pakan yang diberikan pada ayam setiap harinya dalam satuan sak
5. Pemberian OVK, jenis obat yang diberikan pada ayam dan jumlahnya
6. Feed Convertion Ratio (FCR), perbandingan antara berapa banyak pakan yang diberikan
pada ayam broiler dengan jumlah bobot ayam yang dihasilkan (Suwarta, 2014). Idealnya
jika nilai Feed Convertion Ratio (FCR) lebih kecil dari pada standar dengan pertambahan
bobot badan maka terjadi efisiensi pakan, namun jika FCR yang dihasilkan lebih besar
maka terjadi pemborosan pakan, yang bisa disebabkan oleh stres yang dialami ayam.
Menurut Sukarma, dkk., (2019) pencatatan manual dilakukan dengan mencatat kegiatan di
kandang pada buku kegiatan. Recording dilakukan oleh anak buah kandang dengan mengisi
tabel recording yang telah tersedia, kemudian akan dilakukan evaluasi dengan
membandingkan data recording dengan standar yang ada. Selama masa pemeliharaan GAD
Farm menghasilkan bobot badan dan Feed Convertion Ratio (FCR) yang sesuai dengan
standar. Tata laksana yang dilakukan anak buah kandang saat melakukan recording,
sebagai berikut:
1. Penimbangan bobot badan ayam, diambil sebanyak 10 ekor dengan 4 kali penimbangan
1. Waktu penimbangan dilakukan pada umur ayam genap atau 2 hari sekali
2. Timbangan yang digunakan digital dan timbangan gantung
3. Mencatat hasil bobot badan, deplesi, pemberian pakan, sisa populasi ayam

35
4. Setelah itu menghitung bobot rataan dan mencari Feed Convertion Ratio (FCR) dan

36
kemudian dilaporkan kepada manager.
Recording di GAD Farm juga dilakukan pada saat pemanenan, meliputi:
1. Rekapitulasi panen ayam, yang berisi tanggal panen, nama customer, berapa ekor, berat,
dan bobot rataan yang diambil
2. Rekapitulasi hasil pemeliharaan, yang berisi total pakan, ayam terjual, total berat panen,
rata-rata berat panen, deplesi, pakan/ekor, Feed Convertion Ratio (FCR), rata-rata umur
panen, Index Performance (IP), selisih ayam, efisiensi. Gambar data recording terdapat pada
Gambar 19.

Gambar 19. Data recording GAD


Farm Sumber: Data Primer
(2023)
GAD Farm memiliki mortalitas sebesar 5%. Mortalitas ini masih cukup baik, dimana
batas normalnya adalah dibawah 5%. Mortalitas yang terjadi kebanyakan dikarenakan
kebersihan dan sanitasi kandang yang kurang. Mortalitas yang tinggi terjadi pada fase starter,
hal ini dikarenakan manajemen brooding yang kurang baik. Solusi yang dapat dilakukan
dalam mengurangi tingkat mortalitas adalah dengan melaksanakan manajemen brooding
dengan baik dan memperhatikan suhu yang sesuai. Keberhasilan lainnya adalah Berat panen
atau berat akhir, dimana rata-ratanya sebesar 2,2 -2,3 kg. FCR yang dihasilkan pada umur 34
hari adalah sebesar 1,5. Manajemen recording dilakukan dengan lengkap dan baik dimana
peternak memiliki formulir recording yang dapat menjadi parameter keberhasilan dan
evaluasi dalam melaksanakan pemeliharaan ternak ayam broiler.

4.7.2 Manajemen Grading


Manajemen pemeliharaan juga dilakukan grading atau pengelompokan ayam sesuai
dengan ukurannya. Grading pada GAD Farm dilakukan dengan parameter, yaitu bobot
badan, postur badan ayam broiler dan kesehatan ayam dapat terlihat dari aktivitas gerak
ayam. Menurut Ustomo (2016) keseragaman yang buruk akan menyebabkan penyakit dan
sifat kanibalisme pada ternak broiler. Grading pada GAD Farm dilakukan saat data recording
menghasilkan FCR yang melebihi batas, untuk menyeragamkan bobot badan dan
menghindari persaingan untuk mendapatkan pakan. Grading atau penyeleksian dilakukan
untuk memisahkan anak ayam yang sehat namun pertumbuhannya lebih lambat dari yang
lainnya (Fadilah, 2013). Namun, setelah dilakukan grading tidak ada perlakuan yang berbeda
antara ayam berpostur tubuh normal dan kecil, sehingga masih banyak terdapat ayam yang
berpostur tubuh kecil pada periode finisher. Solusi dalam mengatasi hal ini adalah setelah
dilakukannya grading, ayam bisa diberikan perlakuan pakan dengan jumlah yang berbeda.

37
Tahapan grading pada GAD Farm, sebagai berikut:

38
1. Diberikan sekat tiap blok kandang, dimana terdapat 4-6 blok yang dibagi menjadi blok
ayam postur normal dan kecil
2. Dipilih ayam dengan postur tubuh yang kecil
3. Dipisahkan ayam dengan postur tubuh yang kecil dengan yang besar. Gambar grading
terdapat pada Gambar 20.

Gambar 20. Grading DOC


Sumber: Data Primer
(2023)
Ayam berpostur tubuh normal ditempatkan pada blok ganjil yaitu 1 dan 3, sedangkan
ayam postur tubuh kecil pada blok genap 2 dan 4. Ayam yang sakit akan dipisahkan dan
diletakan di bagian blok yang kosong dekat dengan pintu masuk. Grading menjadi solusi
untuk GAD Farm dalam mengatasi bobot badan yang tidak seragam, di GAD Farm sendiri
masih banyak dijumpai bobot badan yang tidak seragam. Grading dapat berpengaruh
terhadap keseragaman ternak ayam (Harmono, Sunariyo, dan Wadjdi., 2023).

39
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan PKL yang dilaksanakan pada GAD Farm mengenai manajemen
pemeliharaan ayam broiler dapat disimpulkan, bahwa manajemen pemeliharaan broiler yang
diterapkan oleh GAD Farm sudah cukup baik dengan menerapkan manajemen persiapan
kandang, mulai dari penyemprotan disinfektan hingga manajemen litter dengan sekam dan
manajemen recording yang lengkap sebagai riwayat pemeliharaan ternak dan grading dengan
baik, namun ada beberapa manajemen yang kurang baik dalam penerapannya seperti
manajemen peralatan kandang, dimana nipple drinker yang dipasang terlalu tinggi.
Manajemen biosecurity dan sanitasi yang kurang diperhatikan seperti kurangnya penanganan
ayam mati, litter atau sekam yang tidak secara berkala diganti dan pemahaman anak buah
kandang dalam menjaga kebersihan. Manajemen kesehatan, dimana tidak adanya pemberian
obat pada ayam yang sakit.
5.2 Saran
1. Perlunya perbaikan pada manajemen litter, dengan adanya pergantian litter atau sekam
secara berkala sehingga tidak menimbulkan penyakit pada ayam
2. Perlu adanya perbaikan kebocoran pada nipple, karena litter menggumpal dapat menjadi
sumber penyakit apabila dibiarkan terus-menerus.
3. Sebaiknya diperhatikan dalam penanganan ayam mati, akan lebih baik jika segera
dimusnahkan. Adanya bangkai ayam yang menumpuk dapat menyebabkan penyebaran
penyakit dan pencemaran udara.
4. Perlunya pemahaman kepada para pekerja atau anak buah kandang mengenai pentingnya
menjaga dan memperhatikan peralatan kandang, serta melaksanakan biosekuriti.

40
DAFTAR PUSTAKA

Adelman, J.S., Moyers, S.C., Farine, D.R., and Hawley, D.M. 2015. Feeder use predicts
bothacquisition and transmission of a contagiouspathogen in a North American
songbird. Proc R Soc B. 282: 14-29.
Adriyanto, A. S. Satyaningtijas, R. Yufiandri, R. Wulandari, V. M.i Darwin, dan S. N. A.
Siburian. 2015. Performa dan Kecernaan Pakan Ayam Broiler yang diberi Hormon
Testosteron dengan Dosis Bertingkat. Acta Veterinaria Indonesia. 3(1): 29-37.
Afrianti, D. dan D. Gustiana. 2021. Membangun Aplikasi Inventory Berbasis Web untuk
Pemeliharaan Ayam Broiler pada Peternakan Antares Jaya Kabupaten Subang
Provinsi Jawa Barat. Jurnal Sistem Informasi. 8(2): 117-122.
Amrullah IK. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan Ketiga. Lembaga Satu Gunung budi,
Bogor.
Ardana, I. B. K. 2011. Strategi Pencegahan Penyakit Infeksius pada Peternakan Broiler
Berbasis Laboratorium. Buletin Veteriner Udayana. 3(1): 51-59.
Ariani, F. dan A. Christian. 2019. Sistem Informasi Recording Ayam (SIRAM) Pada
Peternakan Merah Putih Tajur Halang Bogor. IJCIT (Indonesian Journal on Computer
and Information Technology). 5(1): 60-66.
Arsyitahlia, N., I. B. K. Ardana, dan I. A. P. Apsari. 2019. Prevalensi Infeksi Eimeria spp.
Pada Ayam Pedaging Yang Diberi Pakan Tanpa Antibiotik Growth Promoters (AGP)
Di Kabupaten Tabanan, Bali. Indonesia Medicus Veterinus. 8(2): 186-192.
Asih, D. R., dan R. Anwar 2022. Pengaruh Pencahayan Warna Biru Terhadap Konsumsi
Pakan, Bobot Badan dan Konversi Pakan Ayam Broiler: The Effect of the Use of
Blue Light on Feed Consumption, Body Weight and Feed Conversion of Broiler
Chickens. Open Science and Technology. 2(1): 86-92.
Ayu, G., Y. Kencana, L. Virologi, F. K. Hewan, dan U. Udayana. 2013. Penentuan
Kandungan Virus Vaksin Newcastle Disease Dari Dua Poultry Shops Yang Berbeda
Pada Kultur Sel Primer Fibroblast Embrio Ayam. Jurnal Peternakan. 5(2): 61–69.
Bahri, S., dan T. Syafriati. 2011. Mewaspadai Munculnya Beberapa Penyakit Hewan
Menular Strategis di Indonesia Terkait dengan Pemanasan Global dan Perubahan
Iklim. Wartazoa. 21(1): 25-39.
Dahlan, M dan N. Hudi. (2011). Studi manajemen perkandangan ayam broiler di Dusun
Wangket desa Kaliwates kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan. Jurnal
ternak. 2(01): 24-29.
Damayanti, Y., I. O. Winaya, dan M. Rudyanto. 2012. Evaluasi Penyakit Virus pada
Kadaver Broiler Berdasarkan Pengamatan Patologi Anatomi di Rumah Pemotongan
Unggas. Indonesia Medicus Veterinus. 1(3): 417-427.
Dewanti, A. C., P. E. Santosa, dan K. Nova. 2014. Pengaruh berbagai jenis bahan litter
terhadap respon fisiologis broiler fase finisher di closed house. Jurnal Ilmiah
Peternakan Terpadu. 2(3): 81-87.
Dharmawan, R., H. S. Prayogi, dan V. M. A. Nurgiartiningsih. 2016. Penampilan produksi
ayam pedaging yang dipelihara pada lantai atas dan lantai bawah. Jurnal Ilmu-Ilmu

41
Peternakan (Indonesian Journal of Animal Science). 26(3): 27-37.
Diyantoro, D. dan E. S. Pribadi. 2017. Analisis Faktor Penularan Mycoplasma
Gallisepticum pada Peternakan Ayam Petelur Komersial dengan Metode Analytical
Hierarchy Process (Analysis of Mycoplasma Gallisepticum Infection Factors in
Commercial Layer Chicken Farm Using Analytical Hierarchy Process). Journal of
Vocational Health Studies. 1(2): 44-49.
Diyantoro, D., I. W. T.Wibawan, dan E. S. Pribadi. 2017. Seroprevalensi dan Faktor Risiko
Penularan Mycoplasma gallisepticum pada Peternakan Ayam Petelur Komersial di
Kabupaten Blitar. Jurnal Veteriner. 18(2): 211-222.
Fadilah, R. 2004. Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka: Jakarta.
Fadilah, R. 2013. Beternak Ayam Broiler. Agromedia Pustaka : Jakarta
Selatan.
Fadilah, R. dan Fatkhuroji. 2013. Memaksimalkan Produksi Ayam Ras Petelur. Agromedia
Pustaka: Jakarta.
Fattah, A. H., R. Faridah. A. H. N. Amalia. dan K. Khaeruddin. 2023. Pengaruh Pengaturan
Suhu dan Kelembaban di Kandang Closed House Terhadap Performa Broiler.
Musamus Journal of Livestock Science. 6(1): 12-20.
Fatmaningsih, R., Riyanti dan K. Nova. 2016. Performa Ayam Pedaging Pada Sistem
Brooding Konvensional Dan Thermos. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 4(3): 222-
229.
Fontana, I., E. Tullo, A. Butterworth and M. Guarino. 2015. An Innovative Approach to
Predict the Growth in Intenive Poultry Farming. Computers and Electronics in
Agriculture. 119(1): 178-183.
Haqiqi, M., R. T. Hertamawati, dan R. Rahmasari. 2021. Tingkat penerapan biosekuriti
pada usaha peternakan ayam ras petelur di Kabupaten Jember. ANIMPRO:
Conference of Applied Animal Science Proceeding Series. 56-64.
Hardini, D. 2013. Penghematan Biaya Produksi Melalui Pembatasan Pakan Pada Ayam
Broiler. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 16(1): 38- 44.
Harmono, Sunariyo, dan F. Wadjdi. 2023. Proporsi Kelompok Bobot Ayam Parent Stock
Broiler Berdasarkan Hasil Grading. Jurnal Dinamika Rekasatwa. 6(1): 132-135.
Indrasanti, D., M. Indradji, Sufiriyanto, M. Samsi, dan E. Yuwono. 2021. Infestasi Cacing
pada Peternakan Ayam Broiler di Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers. 259-265.
Iriyanti, N., Sufiriyanto, B. Hartoyo, dan M. Maghfuri. 2017. Penggunaan Berbagai Jenis
Pakan Komersil Terhadap Performan Ayam Broiler. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Agribisnis Peternakan (STAP). 5(1): 452-456.
Iwan, I. M. Herawati, A. Rastosari. 2018. Pengaruh Media Pakan Baki (CFT) dan Baby
Chick Feeder (BCF) terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Berat Badan Harian dan
Konversi Pakan pada Ayam Ras Pedaging. Wahana Peternakan. 2(2): 1-7.
Jaelani, A., S. Dharmawati, dan Wacahyono. 2016. Pengaruh Tumpukan Dan Lama Masa
Simpan Pakan Pelet Terhadap Kualitas Fisik. Ziraa’ah. 41(2):261-268.

42
Jayewardenepura, G. 2015. Comparison of Microbial Aspects, Ammonia Emission Rates and

43
Properties of Broiler and Layer Litters after Application of Turmeric (Curcuma longa)
Powder. Journal Animal Science. 2(2): 1-20.
Kaleka, Norbertus. 2015. Beternak Ayam Kampung Tanpa Bau. Arciata: Yogyakarta.
Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Kartikasari, A. M., I. S. Hamid, M. T. E. Purnama, R. Damayanti, F. Fikri, dan R. N. Praja.
2019. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Escherichia coli Kontaminan Pada Daging
Ayam Broiler Di Rumah Potong Ayam Kabupaten Lamongan. Jurnal Medik
Veteriner. 2(1): 66-71.
Kencana, G. A. Y. 2013. Penentuan Kandungan Virus Vaksin Newcastle Disease Dari Dua
Poultry Shops Yang Berbeda Pada Kultur Sel Primer Fibroblast Embrio Ayam.
Bulletin Veteriner Udayana. 5(2): 61–69.
Listyasari, N., Soeharsono, dan M. T. E. Purnama. 2022. Peningkatan Bobot Badan,
Konsumsi dan Konversi Pakan dengan Pengaturan Komposisi Seksing Ayam Broiler
Jantan dan Betina. Acta Veterinaria Indonesia. 10(3): 275-280.
Marhamah, S. U., T. Akbarillah, dan Hidayat. 2019. Kualitas Nutrisi Pakan Konsentrat
Fermentasi Berbasis Bahan Limbah Ampas Tahu dan Ampas Kelapa dengan
Komposisi yang Berbeda serta Tingkat Akseptabilitas pada Ternak Kambing. Jurnal
sains peternakan indonesia. 14(2): 145-153.
Metasari, T., D. Septinova, dan V. Wanniatie. 2014. Pengaruh berbagai jenis bahan litter
terhadap kualitas litter broiler fase finisher di closed house. Jurnal Ilmiah Peternakan
Terpadu. 2(3): 23 - 29
Moenek, D. Y. J. A. 2016. Manajemen Penyakit Infectious Coryza. Partner. 15(2): 238-245.
Mufid, D., dan Nur H. 2011. Studi Manajemen Perkandangan Ayam Broiler Di Dusun
Wangket Desa Kaliwates Kecamatan KembangBahu Kabupaten Lamongan. 2(1): 1-
10.
Mulia, S. B., Y. Erdani, M. R. Febrian, dan R. F. Alfian. 2022. Rancang Bangun Miniatur
Sistem Kontrol Dan Monitoring Suhu Kandang Close House Berbasis Arduino Uno.
Jurnal TEDC. 16(2): 116-125.
Mulyantini, N. G. A. 2014. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.
Nova, T. D., Y. Heryandi, dan P. Ilham. 2020. Manajemen Pengaturan Persentase
Pemberian Pakan pada Jadwal Waktu Pemberian Makan terhadap Tingkah Laku
Makan Ayam Petelur Jantan. Jurnal Peternakan. 17(2): 114-124.
Nurmi, A., Santi, M. A., Harahap, N., dan Harahap, M. F. 2019. Persentase karkas dan
mortalitas broiler dan Ayam Kampung yang di beri Limbah Ampas Pati Aren tidak
difermentasi dan difermentasi dalam ransum. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu.
6(3): 134-139.
Nuryati, T. 2019. Analisis Performans Ayam Broiler Pada Kandang Tertutup dan Kandang
Terbuka. Jurnal Peternakan Nusantara. 5(2): 77-87.
Olivia, M., M. Hartono, dan V., Wanniatie. 2015. Pengaruh jenis bahan litter terhadap
gambaran darah broiler yang dipelihara di closed house. Jurnal Ilmiah Peternakan
44
Terpadu. 3(1): 23 -28.
Paramita, D.A., N. Kusnadi dan Harianto. 2017. Efisiensi teknis usaha ternak ayam
broiler pola kemitraan di Kabupaten Limapuluh Kota. Jurnal Agribisnis
Indonesia. 5 (1) : 1-10.
Permana, A. D., I. F. Yahya, S. Agustiningrum, R. D. Choiria dan A. J. Nasrullah. 2020.
Dampak Kepadatan (Density) Kandang terhadap Tingkat Deplesi pada Ayam Broiler
Parent Stock Fase Grower. Journal of Animal Research Applied Sciences (ARAS).
2(1): 7-12.
Putu, R. A. W, IK. A. Wiyana, dan N. P. Sarini. 2017. Tingkat Penerapan Biosecurity Pada
Peternakan Ayam Pedaging Kemitraan Di Kabupaten Tabanan dan Gianyar. Jurnal
Peternakan Tropika. 5(1): 181-188.
Qosimah, D., Murwani, S. dan Amalia, I. 2017. Penyakit Viral pada Unggas. Universitas
Brawijaya Press.
Rahminiwati, M., Saadah, S. and Unang, P., 2010. Bioprospeksi Ekstrak Jahe Gajah sebagai
Anti-CRD: Kajian Aktivitas Antibakteri terhadap Mycoplasma gallisepticum dan E.
coli in vitro. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 15(1): 7-13.
Risna, D., M. A. Jamili, dan J. Syam. 2022. Sistem Perkandangan Ayam Broiler Di Closed
House Chandra Munarda Kabupaten Takalar. Jurnal Sains dan Teknologi Industri
Peternakan. 2(1): 16-22.
Risnajati, D. 2012. Perbandingan Bobot Akhir, Bobot Karkas, dan Persentase Karkas
Berbagai Strain Broiler. Sains Peternakan. 10(1): 11-14.
Rofii dan S. Nurlaili. 2021. Pengaruh Pemberian Vitamin Biozyme Terhadap Pertumbuhan
Broiler. Maduranch. 6(2): 85-60.
Riza, Median dan Y. K. Risna. 2022. Evaluasi Manajemen Perkandangan Pada Usaha Ayam
Broiler Milik Bapak Rizki Maulana Di Desa Lueng Daneun Kecamatan Peusangan
Siblah Krueng Kabupaten Bireuen. Jurnal Ilmiah Peternakan. 10(2): 79-88.
Santoso, H. B. 2020. Industri Ternak Pedaging. IKAPI.
Santoso, S. W. H., I. B. K. Ardana, dan K. T. P. Gelgel. 2020. Prevalensi Colibacillosis
pada Broiler yang diberi Pakan Tanpa Antibiotic Growth Promoters. Indonesia
Medicus Veterinus. 9(2): 197-205.
Saputraa, T. H., K. Nova, dan D. Septinova. 2015. Pengaruh penggunaan berbagai jenis
litter terhadap bobot hidup, karkas, giblet, dan lemak abdominal broiler fase finisher
di closed house. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 3(1): 38 - 44.
Saputro, B., S. P. Edy, dan Kurtini, T. 2014. Pengaruh Cara Pemberian Vaksin ND Live
Pada Broiler terhadap Titer Antibodi, Jumlah Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih.
Jurnal Ilmiah Peternakan. 2(1): 43–48.
Sari, M. L. dan M. Romadhon. 2017. Manajemen Pemberian Pakan Ayam Broiler di Desa
Tanjung Pinang Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal Peternakan
Sriwijaya. 6(1): 37-43.
Setiawan, E., K, Praseno, dan S. M. Mardiati. 2013. Pengaruh Pemberian Vitamin A, B12,
C dan Kombinasi Ketiganya Melalui Drinking Water Terhadap Panjang dan Bobot

45
Tulang Femur, Tibia dan Tarsometatarsus Puyuh (Coturnix coturnix japonica L.).
Buletin Anatomi dan Fisiologi. 21(1): 36-44.
Setyaningsih, D. W. 2016. Studi Manajemen Perkandangan Ayam Broiler di Dusun
Simbatan Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Magetan. MEDIA SOERJO. 18(1): 68
- 73.
Simamora, S., I. A. P. Apsari, dan I. M. Dwinata. 2017. Prevalensi Protozoa Eimeria tenella
pada Ayam Buras di Wilayah Bukit Jimbaran, Badung. Indonesia Medicus Veterinus
6(3): 254- 261.
Singla, L. D., A. Pangasa, and P. D. Juyal. 2007. Caecal coccidiosis: efficacy of ayurvedic
and allopathic coccidiostat in immunomodulated broiler chicks. Proceedings of the
12th International Conference of the Association of Institutions of Tropical Veterinary
Medicine.1: 389‒393.
Suasta, I. M., I. G. Mahardika, dan I. W. Sudiastra. 2019. Evaluasi produksi ayam broiler
yang dipelihara dengan sistem closed house. Majalah Ilmiah Peternakan. 22(1): 21-
24.
Sudarto, Y., dan A. Siriwa. 2007. Ransum Ayam dan Itik. Cetakan IX. Penebar Swadaya:
Jakarta.
Sudartama. I P. G.O., I P. A. Astawa dan I M. Suasta. 2019. Pengaruh Penambahan
Probiotik Melalui Air Minum Terhadap Penampilan Broiler. Journal of Tropical
Animal Science. 7(3): 1025-1036.
Sukada, I. M., Wirata, I. W., Made, N., Krisna, R., Ngurah, I. G., dan Mahardika, K. 2010.
Peranan Pedagang Unggas Dalam Penyebaran Virus Avian Influenza. 11(4): 220–
225.
Sukarma, I. N., I. W. R. Ardana, dan I. K. Pasek. Sistem PLTS untuk Peternak Ayam
Broiler di Desa Selanbawak, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Bali. Jurnal
BHAKTI PERSADA. 5(1): 184-192.
Sultan, S., W. H. Morhoruw dan M. J. Wattiheluw. 2023. Performa Broiler yang Dipelihara
Pada Lantai Atas dan Lantai Bawah Kandang Postal Double Deck dengan Sistem
Close House. Jurnal Agrosilvopasture-Tech. 2(2): 248-259.
Supartini, N. 2022. Kajian Performa Produksi Ayam Pedaging Pada Sistem Kandang Close
House Dan Open House. AGRIEKSTENSIA: Jurnal Penelitian Terapan Bidang
Pertanian. 21(1): 42-50.
Suprijatna, E. Atmomarsono U, dan Kartasudjana R. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Swarta, S. 2014. Feed Conversion Ratio (FCR) Usaha Ternak Ayam Broiler di Kabupaten
Sleman. Agrika. 8(2): 130-139.
Trijaya, G. P. 2017. Penerapan Biosekuriti Pada Peternakan Ayam Broiler Milik Orang Asli
Papua (OAP) Di Kabupaten Nabirie. Jurnal Fapertanak. 2(1): 61-73.
Trisanto, A., R. Prihandanu, dan Y. Yuniati. 2015. Model sistem kandang ayam closed
house otomatis menggunakan omron sysmac CPM1A 20-CDR-A-V1. Electrician:
Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro. 9(1): 54-62.
Umiarti, A.T. 2020. Manajemen Pemeliharaan Broiler. Denpasar: Pustaka Larasan.
46
Ustomo, E. 2016. 99% Gagal Beternak Ayam Petelur. Penebar swadaya: Jakarta.

47
Utama, C. S., F., Wahyono, dan M. F. Haidar. 2021. Pengaruh perbedaan dataran
terhadap profil litter ayam broiler yang dipelihara di kandang closed house. Jurnal
Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science). 23(2): 115-121.
Utami, B. K. dan F. B. Samudra. 2021. Evaluasi Penerapan Biosekuriti di Peternakan
Ayam Joper Di Jawa Timur. Jurnal Agriekstensia. 20(2): 183 - 190.
Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-V. Gadjah Mada University: Yogyakarta.
Wahyuwardani, S., S. M. Noor, M. Andriani, dan T. Aryanti. 2014. Kasus Kolibasilosis pada
Peternakan Ayam Pedaging di Yogyakarta dan Bogor. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner.
Widianingrum, D. C., S. A. Prakoso, M. R. Rohma, M. F. Hunafah, M. Iqbal, dan D.
Yusantoro. 2022. Penyakit Chronic Respiratory Disease (CRD): Etiologi,
Patogenesis, Gejala Klinis, Patologi, Epidemiologi, Diagnosa, Pengobatan dan
Kontrol Pencegahan. Jurnal Sain Veteriner. 40(2): 221-224.
Widyantara, P. R. A., I. K. A Wiyana dan N. P. Sarini. 2013. Tingkat Penerapan Biosekuriti
Pada Peternakan Ayam Pedaging Kemitraan Di Kabupaten Tabanan dan Gianyar.
Jurnal Peternakan Tropika, 5(1): 181-188.

48
Lampiran 1 Dokumentasi

Pemberian pakan pre Penggantian litter Perhitungan FCR Nekropsi


starter

Menimbang berat Pembersihan feeder Panen Penaburan litter baru


badan harian

49
Lampiran 2. Biodata Anggota Kelompok

BIODATA
KETUA KELOMPOK

PKL

1. Nama lengkap : Bagus Prasetiyo

2. NIM : 205050100111185

3. Fakultas/Prodi : Peternakan/Peternakan

4. Status : Mahasiswa Aktif

5. Tempat, Tanggal : Kediri, 31 Januari 2002


lahir
6. Jenis kelamin : Laki-laki

7. Agama : Islam

8. kewarganegaraan : Indonesia

9. Golongan darah : B

10. Alamat asal : Desa Sumberjo, Kecamatan Kandat, Kabupaten


Kediri, Jawa Timur
11. Alamat di Malang : Jl. Joyo Tamansari I Gg. IV No.33, Merjosari, Kec.
Lowokwaru, Kota Malang.

12. Email aktif : prasaku31@student.ub.ac.id

13. No. Telepon aktif : 085804451877

50
BIODATA
WAKIL KETUA KELOMPOK PKL

1. Nama lengkap : Nita Nadhifatullaili

2. NIM : 205050100111165

3. Fakultas/Prodi : Peternakan/Peternakan

4. Status : Mahasiswa aktif

5. Tempat, Tanggal : Tulungagung, 10 Juli 2001


lahir
6. Jenis kelamin : Perempuan

7. Agama : Islam

8. kewarganegaraan : Indonesia

9. Golongan darah : O

10. Alamat asal : Desa Tunggangri, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten


Tulungagung, Jawa Timur
11. Alamat di Malang : Jalan Kendalsari Barat, Tulusrejo, Lowokwaru, Malang

12. Email aktif : nitanadhifatul@student.ub.ac.id

13. No. Telepon aktif : 085645456302

51
BIODATA
ANGGOTA KELOMPOK PKL – 1

1. Nama lengkap : Arshy Dzahwany Mardhika

2. NIM : 205050101111079

3. Fakultas/Prodi : Peternakan/Peternakan

4. Status : Mahasiswa aktif

5. Tempat, Tanggal : Jakarta, 22 Agustus 2002


lahir
6. Jenis kelamin : Perempuan

7. Agama : Islam

8. kewarganegaraan : Indonesia

9. Golongan darah : O

10. Alamat asal : Jl. RE. Martadinata, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten


Purwakarta, Jawa Barat
11. Alamat di Malang : Jl. Mayjend Panjaitan Gg. 19 No. 44, Kecamatan Klojen,
Malang
12. Email aktif : arshymr22_@student.ub.ac.id

13. No. Telepon aktif : 08815868240

52
BIODATA
ANGGOTA KELOMPOK PKL – 2

1. Nama lengkap : Ivana Manuela

2. NIM : 205050107111093

3. Fakultas/Prodi : Peternakan/Peternakan

4. Status : Mahasiswa aktif

5. Tempat, Tanggal : Jakarta, 11 Maret 2002


lahir
6. Jenis kelamin : Perempuan

7. Agama : Kristen

8. kewarganegaraan : Indonesia

9. Golongan darah : O

10. Alamat asal : Desa Ciangsana, Kecamatan Gunung Putri,


Kabupaten Bogor
11. Alamat di Malang : Jl Kertopamuji No 67, Lowokwaru, Malang

12. Email aktif : ivana.manuela@student.ub.ac.id

13. No. Telepon aktif : 085214121933

43

Anda mungkin juga menyukai