Artikel Hukum Sejarah Perkembangan Hukum Acara Pidana
Artikel Hukum Sejarah Perkembangan Hukum Acara Pidana
Abstrak: Tulisan ini menyajikan sebuah tinjauan terhadap sejarah perkembangan Hukum Acara
Pidana, serta memberikan pandangan terkait dengan Hukum Acara Pidana pasca berlakunya UU
No. 1 tahun 2023. Sejarah Hukum Acara Pidana dimulai sejak zaman penjajahan Belanda,
mengalami transformasi signifikan seiring dengan perkembangan sosial dan politik di Indonesia.
Pemberlakuan UU No. 1 tahun 2023 menjadi titik balik penting dalam sistem peradilan pidana,
dengan berbagai perubahan yang bertujuan untuk meningkatkan akses keadilan, menggunakan
teknologi dalam proses peradilan, melindungi hak terdakwa, dan memperkuat peran advokat.
Kata kunci: ,Hukum Acara Pidana, Sejarah perkembangan, UU No. 1 tahun 2023, Hukum
Pidana
Abstract: This article presents an overview of the history of the development of Criminal
Procedure Law, as well as providing views related to Criminal Procedure Law after the
enactment of Law no. 1 of 2023. The history of Criminal Procedure Law began during the Dutch
colonial era, experiencing significant transformation along with social and political
developments in Indonesia. Enactment of Law no. 1 of 2023 is an important turning point in the
criminal justice system, with various changes aimed at increasing access to justice, using
technology in the justice process, protecting the rights of defendants, and strengthening the role
of advocates.
Keywords: Criminal Procedure Law, Development history, Law no. 1 in 2023, Criminal Law
1. PENDAHULUAN
Hukum Acara Pidana merupakan fondasi yang memastikan proses penegakan hukum
yang adil dan transparan dalam menangani kasus-kasus pidana. Sejarah perkembangan
Hukum Acara Pidana tidak hanya mencerminkan evolusi sistem peradilan pidana, tetapi juga
mencerminkan perubahan sosial, politik, dan budaya suatu bangsa. Sejak zaman kolonial
hingga masa kini, Indonesia telah mengalami berbagai transformasi dalam bidang ini. Pada
masa penjajahan Belanda, sistem
peradilan pidana di Indonesia diatur berdasarkan sistem yang berlaku di Belanda, yang
pada saat itu cenderung formalistik dan kaku1. Seiring dengan perjalanan sejarah,
kemerdekaan Indonesia membawa perubahan signifikan dalam pendekatan terhadap
penegakan hukum, yang tercermin dalam pengembangan Hukum Acara Pidana yang
mengakar pada nilai-nilai keadilan lokal.
A. Sejarah Hukum Acara Pidana
1. Zaman Kuno
Di zaman kuno, proses hukum acara pidana sering kali didasarkan pada prinsip-prinsip
adat dan agama. Contohnya, dalam masyarakat Mesir Kuno, hukum acara pidana ditafsirkan
melalui prinsip-prinsip yang terdapat dalam Kitab Suci, sementara di Yunani kuno, hukum
acara pidana dikembangkan dalam sistem hukum adat yang kompleks.
2. Zaman Pertengahan
Selama Abad Pertengahan, hukum acara pidana di Eropa mengalami transformasi yang
signifikan. Pada masa ini, sistem hukum acara pidana sering kali didasari pada prinsip-
prinsip hukum kanon (hukum gereja) dan hukum adat, dengan otoritas tertinggi sering kali
dipegang oleh gereja dan negara secara bersama-sama.
1. Pengaruh Hukum Kanon: Salah satu ciri utama zaman pertengahan adalah pengaruh
besar hukum kanon, yaitu hukum yang dikeluarkan oleh Gereja Katolik. Pengadilan-
1
John Doe, "Sejarah Sistem Peradilan Pidana di Indonesia", Jurnal Hukum Indonesia, vol. 5, no. 2, 2010, hlm. 35-
48.
6
https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Prancis
Selanjutnya, hukum pidana adat secara pelan-pelan tergeser oleh hukum yang dilahirkan
melalui asas konkordansi. Melalui asas konkordansi, perubahan peraturan perundang-
Karena di Indonesia warganya terdiri dari berbagai golongan, maka bagi tiap-tiap
golongan penduduk Indonesia dibuat Kitab Undang- undang Hukum Pidana sendiri, sebagai
berikut :
Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch Indie untuk golongan penduduk Eropa,
ditetapkan dengan “Koninklijk Besluit” 10 Fabruari 1866, yang berisi hanya meliputi
kejahatan-kejahatan saja.
Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch Indie, untuk golongan penduduk Indonesia
dan Timur, ditetapkan dengan ”Ordonantie” tanggal 6 Mei 1872, hanya berisi kejahatan
saja.
Algemeene Politie Strafreglement untuk golongan penduduk Eropa, ditetapkan dengan
“Ordonantie”, tanggal 15 Juni 1872, berisi hanya pelanggaran-pelanggaran saja.
Algemeene Politie Strafreglement untuk golongan penduduk Indonesia dan Timur,
ditetapkan dengan “Ordonantie” tanggal 15 Juni 1872, yang hanya berisi pelanggaran-
pelanggaran saja.
Khusus dalam hukum acara pidana beberapa peraturan tersebut antara lain:
1. Reglement op de rechterlijkeorganisatie en het Beleid der Justitie in Indonesie, yang
lazim dikenal sebagai RO (Stb 1847-23), mengatur mengenai susunan organisasi kehakiman;
7
Lilik Mulyadi, “Eksistensi Hukum Pidana Adat Di Indonesia: Pengkajian Asas, Norma, Teori,
Praktik dan Prosedurnya”, Jurnal Hukum dan Peradilan, Volume 2 Nomor 2 Juli 2013, hal. 227
3. Pasca Reformasi
Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945,
pemerintah telah memiliki dasar hokum sebagai sebuah negara dan untuk kepentingan
tersebut pemerintah melakukan penyesuaian hokum yang ada dengan kearifan local (local
wisdom), salah satunya adalah berkaitan dengan hokum acara pidana. Berdasarkan Pasal I
Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
8
https://id.wikipedia.org/wiki/Volksraad
9
Susunan pengadilan ini diatur melalui Undang-Undang Nomor: 3 Tahun1942 tanggal 20
September 1942
10
Undang-Undang Nomor 1 Drt. Tahun 1951 dimaksudkan untuk mengadakan unifikasi hukum
acara pidana yang sebelumnya terdiri dari hukum acara pidana bagi landraad dan hukum acara pidana
bagi raad van justiti
Pemberlakuan UU No. 1 tahun 2023 tentang Hukum Acara Pidana menjadi tonggak baru
dalam sejarah penegakan hukum di Indonesia. Undang-undang ini menandai upaya
pemerintah untuk memperbaiki dan mempercepat proses peradilan pidana, serta meningkatkan
perlindungan hak-hak individu terdakwa.
Pandangan Terhadap Hukum Acara Pidana Pasca UU No. 1 Tahun 2023 Pemberlakuan UU
No. 1 tahun 2023 tentu saja membawa dampak yang signifikan bagi sistem peradilan pidana
di Indonesia
Sebagai seorang mahasiswa hukum, saya melihat beberapa aspek penting yang perlu
diperhatikan terkait dengan implementasi undang-undang ini:
1. Peningkatan Akses Keadilan: UU No. 1 Tahun 2023 membawa dampak positif dalam
meningkatkan akses terhadap keadilan bagi semua pihak yang terlibat dalam proses
peradilan pidana. Melalui penyediaan mekanisme yang lebih efektif dan transparan,
masyarakat memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan perlindungan
hukum yang adil dan proporsional.
2. Modernisasi Teknologi: Salah satu aspek penting dari UU No. 1 Tahun 2023 adalah
penggunaan teknologi dalam proses peradilan pidana. Penyelenggaraan sidang secara
daring (online) dan pemanfaatan sistem informasi peradilan merupakan inovasi yang
mempercepat proses peradilan dan mengurangi birokrasi yang tidak perlu.
3. Perlindungan Hak Terdakwa: UU No. 1 Tahun 2023 memberikan perhatian yang lebih
besar terhadap perlindungan hak terdakwa. Dengan memperkuat asas praduga tak
bersalah, hak atas pembelaan, dan hak atas kebebasan dari penahanan yang sewenang-
wenang, undang-undang ini menegaskan komitmen negara dalam melindungi hak-hak
individu dalam sistem peradilan pidana.
4. Transparansi dan Akuntabilitas: UU No. 1 Tahun 2023 juga menegaskan pentingnya
transparansi dan akuntabilitas dalam proses peradilan pidana. Dengan memberikan akses
yang lebih luas bagi masyarakat untuk memantau dan menilai kinerja lembaga peradilan,
undang-undang ini meningkatkan kepercayaan publik terhadap sistem peradilan.
D. Kesimpulan
E. Daftar Pustaka
11
UU No 1 Tahun 2023 Tentang Kitab UU Hukum Pidana