Anda di halaman 1dari 10

JURNAL HUKUM (2024)

SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ACARA PIDANA

Nikmatullah R Pattiasina (202221383)


Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Pattimura

Abstrak: Tulisan ini menyajikan sebuah tinjauan terhadap sejarah perkembangan Hukum Acara
Pidana, serta memberikan pandangan terkait dengan Hukum Acara Pidana pasca berlakunya UU
No. 1 tahun 2023. Sejarah Hukum Acara Pidana dimulai sejak zaman penjajahan Belanda,
mengalami transformasi signifikan seiring dengan perkembangan sosial dan politik di Indonesia.
Pemberlakuan UU No. 1 tahun 2023 menjadi titik balik penting dalam sistem peradilan pidana,
dengan berbagai perubahan yang bertujuan untuk meningkatkan akses keadilan, menggunakan
teknologi dalam proses peradilan, melindungi hak terdakwa, dan memperkuat peran advokat.

Kata kunci: ,Hukum Acara Pidana, Sejarah perkembangan, UU No. 1 tahun 2023, Hukum
Pidana

Abstract: This article presents an overview of the history of the development of Criminal
Procedure Law, as well as providing views related to Criminal Procedure Law after the
enactment of Law no. 1 of 2023. The history of Criminal Procedure Law began during the Dutch
colonial era, experiencing significant transformation along with social and political
developments in Indonesia. Enactment of Law no. 1 of 2023 is an important turning point in the
criminal justice system, with various changes aimed at increasing access to justice, using
technology in the justice process, protecting the rights of defendants, and strengthening the role
of advocates.

Keywords: Criminal Procedure Law, Development history, Law no. 1 in 2023, Criminal Law

Maret 2024| Jurnal Hukum, Hal 1-11 | 1


Nikmatullah R Pattiasina (202221383)
Sejarah Perkembangan Hukum Acara Pidana

1. PENDAHULUAN

Hukum Acara Pidana merupakan fondasi yang memastikan proses penegakan hukum
yang adil dan transparan dalam menangani kasus-kasus pidana. Sejarah perkembangan
Hukum Acara Pidana tidak hanya mencerminkan evolusi sistem peradilan pidana, tetapi juga
mencerminkan perubahan sosial, politik, dan budaya suatu bangsa. Sejak zaman kolonial
hingga masa kini, Indonesia telah mengalami berbagai transformasi dalam bidang ini. Pada
masa penjajahan Belanda, sistem

peradilan pidana di Indonesia diatur berdasarkan sistem yang berlaku di Belanda, yang
pada saat itu cenderung formalistik dan kaku1. Seiring dengan perjalanan sejarah,
kemerdekaan Indonesia membawa perubahan signifikan dalam pendekatan terhadap
penegakan hukum, yang tercermin dalam pengembangan Hukum Acara Pidana yang
mengakar pada nilai-nilai keadilan lokal.
A. Sejarah Hukum Acara Pidana

1. Zaman Kuno

Di zaman kuno, proses hukum acara pidana sering kali didasarkan pada prinsip-prinsip
adat dan agama. Contohnya, dalam masyarakat Mesir Kuno, hukum acara pidana ditafsirkan
melalui prinsip-prinsip yang terdapat dalam Kitab Suci, sementara di Yunani kuno, hukum
acara pidana dikembangkan dalam sistem hukum adat yang kompleks.

2. Zaman Pertengahan
Selama Abad Pertengahan, hukum acara pidana di Eropa mengalami transformasi yang
signifikan. Pada masa ini, sistem hukum acara pidana sering kali didasari pada prinsip-
prinsip hukum kanon (hukum gereja) dan hukum adat, dengan otoritas tertinggi sering kali
dipegang oleh gereja dan negara secara bersama-sama.
1. Pengaruh Hukum Kanon: Salah satu ciri utama zaman pertengahan adalah pengaruh
besar hukum kanon, yaitu hukum yang dikeluarkan oleh Gereja Katolik. Pengadilan-
1
John Doe, "Sejarah Sistem Peradilan Pidana di Indonesia", Jurnal Hukum Indonesia, vol. 5, no. 2, 2010, hlm. 35-
48.

Maret 2024| Jurnal Hukum, Hal 1-11 | 2


Nikmatullah R Pattiasina (202221383)
Sejarah Perkembangan Hukum Acara Pidana
pengadilan gereja memiliki kekuasaan besar dalam menangani kasus-kasus pidana,
terutama dalam hal kejahatan-kejahatan yang dianggap sebagai dosa menurut ajaran
gereja. Proses-proses hukumnya sering kali berdasarkan pada pengakuan dosa dan
pertobatan.2
2. Hukum Adat dan Sistem Feodal: Di samping hukum kanon, hukum adat juga
memainkan peran penting dalam menentukan proses hukum acara pidana. Di berbagai
wilayah di Eropa, terdapat sistem-sistem hukum adat yang mengatur proses peradilan
pidana sesuai dengan tradisi lokal dan adat istiadat. Sistem feodal juga memiliki dampak
besar dalam pengaturan proses hukum, di mana hakim-hakim feodal sering kali memiliki
kekuasaan besar dalam menjatuhkan hukuman.3
3. Sistem Pengadilan dan Proses Hukum: Proses hukum di zaman pertengahan sering kali
tidak adil bagi terdakwa. Pengadilan biasanya dilakukan secara tertutup, tanpa kehadiran
publik atau jaminan hak-hak terdakwa. Hakim-hak sering kali berpihak kepada penguasa
atau pihak yang memiliki kekuasaan politik. Sanksi-sanksi yang diberikan kepada
terdakwa sering kali keras dan tidak manusiawi.4
4. Perkembangan Prinsip-prinsip Keadilan: Meskipun demikian, zaman pertengahan
juga menyaksikan perkembangan awal prinsip-prinsip keadilan yang kemudian menjadi
landasan bagi sistem hukum modern. Misalnya, konsep keadilan restoratif mulai muncul,
di mana pihak-pihak yang terlibat dalam kasus pidana didorong untuk mencapai
penyelesaian damai dan pemulihan.5
3. Zaman Modern
Perkembangan sistem hukum acara pidana modern dimulai pada abad ke-18 dengan
munculnya pemikiran-pemikiran tentang hak asasi manusia dan keadilan yang lebih adil.
Revolusi Prancis membawa perubahan besar dalam sistem hukum acara pidana, termasuk
pengenalan prinsip persidangan terbuka, hak atas pembelaan yang layak, dan pembatasan
kekuasaan hakim.
Revolusi Prancis, yang dimulai pada tahun 1789, membawa perubahan besar dalam sistem
hukum acara pidana Prancis. Perubahan-perubahan ini tidak hanya mempengaruhi Prancis,
2
Tierney, Brian. The Crisis of Church and State: 1050-1300. Prentice Hall, 1964.
3
Post, Gaines. Studies in Medieval Legal Thought: Public Law and the State, 1100-1322. Princeton University
Press, 2019.
4
Bartlett, Robert. Trial by Fire and Water: The Medieval Judicial Ordeal. Oxford University Press, 2019.
5
Karras, Ruth Mazo. Law and Disorder in the Middle Ages. Cornell University Press, 2019.

Maret 2024| Jurnal Hukum, Hal 1-11 | 3


Nikmatullah R Pattiasina (202221383)
Sejarah Perkembangan Hukum Acara Pidana
tetapi juga memberi inspirasi bagi reformasi hukum di negara-negara lain di Eropa dan
seluruh dunia.6
1. Pengenalan Prinsip Persidangan Terbuka: Salah satu perubahan utama yang dibawa
oleh Revolusi Prancis adalah pengenalan prinsip persidangan terbuka. Sebelum revolusi,
banyak persidangan dilakukan secara tertutup, dan keputusan hakim sering kali tidak
dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Dengan pengenalan persidangan terbuka,
proses hukum menjadi lebih transparan, dan publik memiliki akses yang lebih besar
terhadap proses peradilan.
2. Hak atas Pembelaan yang Layak: Revolusi Prancis juga memperkenalkan hak atas
pembelaan yang layak bagi terdakwa. Sebelumnya, terdakwa sering kali tidak memiliki
akses yang cukup terhadap bantuan hukum, dan hakim memiliki kekuasaan besar untuk
membuat keputusan tanpa memperhatikan argumen atau bukti yang diajukan oleh
terdakwa. Dengan adanya hak atas pembelaan yang layak, terdakwa memiliki
kesempatan untuk dipertahankan oleh pengacara yang kompeten.
3. Pembatasan Kekuasaan Hakim: Revolusi Prancis juga menghasilkan pembatasan
kekuasaan hakim. Sebelumnya, hakim memiliki wewenang mutlak dalam menentukan
hukuman bagi terdakwa, dan sering kali keputusan mereka tidak dapat disangsikan.
Namun, setelah revolusi, kekuasaan hakim dibatasi oleh undang-undang dan prosedur-
prosedur hukum yang lebih terstruktur.
4. Penghapusan Hukuman Mati yang Tidak Manusiawi: Salah satu aspek paling
kontroversial dari perubahan hukum acara pidana yang dibawa oleh Revolusi Prancis
adalah penghapusan hukuman mati yang tidak manusiawi. Prancis menghapuskan
penggunaan guillotine untuk hukuman mati atas dasar pembalasan yang ekstrem, dan
mulai mengadopsi pendekatan rehabilitatif yang lebih manusiawi terhadap kejahatan.
5. Pembentukan Kode Napoleon: Salah satu warisan paling penting dari Revolusi Prancis
dalam hal hukum acara pidana adalah pembentukan Code Napoléon atau yang dikenal
sebagai Code Civil pada tahun 1804. Kode Napoleon menyatukan dan meresmikan
berbagai perubahan dalam hukum acara pidana, yang mencakup hak-hak individu,
prosedur peradilan, dan hukuman yang diberikan kepada pelanggar hukum.
B. Sejarah Hukum Acara Pidana Di Indonesia

6
https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Prancis

Maret 2024| Jurnal Hukum, Hal 1-11 | 4


Nikmatullah R Pattiasina (202221383)
Sejarah Perkembangan Hukum Acara Pidana
Sebelum berlakunya peraturan yang terkait dengan hukum pidana yang dikembangkan
oleh Pemerintah Belanda melalui Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), di wilayah
Indonesia telah berlaku peraturan adat baik yang berhubungan dengan hukum privat maupun
hukum publik yang kesemuanya disebut hukum adat (adatrecht). “Terminologi hukum pidana
adat, delik adat, hukum pelanggaran adat atau hukum adat pidana cikal bakal sebenarnya
berasal dari hukum adat”.7 Sumber hukum pidana adat dapat tertulis maupun tidak tertulis.
1. Zaman Kedudukan Belanda

Selanjutnya, hukum pidana adat secara pelan-pelan tergeser oleh hukum yang dilahirkan
melalui asas konkordansi. Melalui asas konkordansi, perubahan peraturan perundang-

undangan yang terjadi di Negeri Belanda turut diberlakukan di Indonesia.

Karena di Indonesia warganya terdiri dari berbagai golongan, maka bagi tiap-tiap
golongan penduduk Indonesia dibuat Kitab Undang- undang Hukum Pidana sendiri, sebagai
berikut :
 Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch Indie untuk golongan penduduk Eropa,
ditetapkan dengan “Koninklijk Besluit” 10 Fabruari 1866, yang berisi hanya meliputi
kejahatan-kejahatan saja.
 Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch Indie, untuk golongan penduduk Indonesia
dan Timur, ditetapkan dengan ”Ordonantie” tanggal 6 Mei 1872, hanya berisi kejahatan
saja.
 Algemeene Politie Strafreglement untuk golongan penduduk Eropa, ditetapkan dengan
“Ordonantie”, tanggal 15 Juni 1872, berisi hanya pelanggaran-pelanggaran saja.
 Algemeene Politie Strafreglement untuk golongan penduduk Indonesia dan Timur,
ditetapkan dengan “Ordonantie” tanggal 15 Juni 1872, yang hanya berisi pelanggaran-
pelanggaran saja.
Khusus dalam hukum acara pidana beberapa peraturan tersebut antara lain:
1. Reglement op de rechterlijkeorganisatie en het Beleid der Justitie in Indonesie, yang
lazim dikenal sebagai RO (Stb 1847-23), mengatur mengenai susunan organisasi kehakiman;

7
Lilik Mulyadi, “Eksistensi Hukum Pidana Adat Di Indonesia: Pengkajian Asas, Norma, Teori,
Praktik dan Prosedurnya”, Jurnal Hukum dan Peradilan, Volume 2 Nomor 2 Juli 2013, hal. 227

Maret 2024| Jurnal Hukum, Hal 1-11 | 5


Nikmatullah R Pattiasina (202221383)
Sejarah Perkembangan Hukum Acara Pidana
2. Inlandsch Reglement (Stb 1848 Nomor 16), mengatur tentang hukum acara pidana dan
perdata dipersidangan bagi mereka yang tergolong penduduk pribumi dan timur asing seperti
cina dan arab;
3. Reglement ofstrafvordering (Stb. 1849 Nomor 63), mengatur tentang hukum acara
pidana bagi golongan penduduk eropa dan yang dipersamakan;
4. Landgerechtsreglement (Stb 1914 Nomor 317 jo Stb. 1917 Nomor 323), mengatur
acara di depan pengadilan dan mengadili perkara-perkara sumir untuk semua golongan
penduduk.
Dalam perkembangannya, Inlandsch Reglement diperbaharui menjadi Reglemen
Indonesia yang dibaharui (RIB) yang terkenal dengan nama Het Herziene Inlandsch
Reglement (HIR), yang mendapatkan persetujuan dari Volksraad 8 pada tahun 1941 (Stb 1941
Nomor 44). HIR memuat reorganisasi penuntutan dan pembaharuan terhadap pemeriksaan
pendahuluan dalam hukum acara pidana. Melalui HIR, muncul Lembaga Penuntut Umum
(Openbare Ministerie) yangberdiri sendiri dan tidak lagi di bawah pamongpraja.
2. Zaman Kedudukan Jepang
Pada masa ini, tidak terjadi perubahan fundamental terhadap perkembangan hukum acara
pidana, kecuali hapusnya Raad van Justitie sebagai pengadilan untuk golongan Eropa. Melalui
Undang-Undang Nomor: 1 Tahun 1942, dinyatakan berlakunya semua peraturan perundang-
undangan Hindia Belanda selama tidak bertentangan dengan kekuasaan Jepang, sehingga HIR
tetap dinyatakan berlaku untuk pengadilan negeri (tihoo hoin), pengadilan tinggi (koot hoin)
dan pengadilan agung (saiko hooin).9

3. Pasca Reformasi
Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945,
pemerintah telah memiliki dasar hokum sebagai sebuah negara dan untuk kepentingan
tersebut pemerintah melakukan penyesuaian hokum yang ada dengan kearifan local (local
wisdom), salah satunya adalah berkaitan dengan hokum acara pidana. Berdasarkan Pasal I
Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik

8
https://id.wikipedia.org/wiki/Volksraad
9
Susunan pengadilan ini diatur melalui Undang-Undang Nomor: 3 Tahun1942 tanggal 20
September 1942

Maret 2024| Jurnal Hukum, Hal 1-11 | 6


Nikmatullah R Pattiasina (202221383)
Sejarah Perkembangan Hukum Acara Pidana
Indonesia Tahun 1945, HIR masih tetap diberlakukan, pemberlakuan ini juga diperkuat
melalui Pasal 6 Undang-Undang Nomor: 1 Drt Tahun 1951 tentang Tindakan-Tindakan
Sementara Untuk Menyelenggarakan Kesatuan Susunan Kekuasaan Dan AcaraPengadilan-
Pengadilan Sipil.10
Pada tahun 1965 dibuatlah Rancangan Kitap Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(RKUHAP) dan diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, namun dalam perkembangannya
RKUHAP tersebut ditarik kembali karena dianggap kurang sempurna. Untuk perkembangan
selanjutnya, pembahasan RKUHAP seperti berikut ini:
1. Pada tahun 1967 dibentuk panitia intern Departemen Kehakiman. Kemudian pada
tahun 1968 di Semarang diselenggarakan seminar hukum II yang membahas tentang hukum
pidana dan HAM.
2. Pada tahun 1973 panitia intern Departemen Kehakiman menyusun naskah Rancangan
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUUHAP), namun mengalami jalan buntu.
3. Pada tahun 1974 menteri kehakiman Prof. Mochtar Koesoemoatmaja mengintensifkan
pembuatan RUUHAP dan menyerahkan draf V RUUHAP kepada kabinet.
4. Pada tahun 1979 tepatnya pada tanggal 12 September RUUHAP yang merupakan draf
ke5 diserahkan ke DPR RI untuk dibahas.
5. RUUHAP disetujui dalam sidang gabungan (SIGAB) Komisi I dan III DPR RI pada
tanggal 9 September 1981.
6. Pada tanggal 31 Desember 1981 RUUHAP disahkan oleh presiden menjadi Undang-
Undang Nomor: 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dan ditempatkan dalam
Lembaran Negara tahun 1981 Nomor 76.
Melalui Undang-Undang Nomor: 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, segala
peraturan yang sebelumnya telah ada dan berlaku dinyatakan dicabut karena sudah tidak
sesuai lagi dengan cita-cita hukum nasional. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 dalam
praktek dikenal dengan nama Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),
pemakaian istilah KUHAP pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 diatur melalui Pasal
285 yaitu: "Undang-undang ini disebut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana"

10
Undang-Undang Nomor 1 Drt. Tahun 1951 dimaksudkan untuk mengadakan unifikasi hukum
acara pidana yang sebelumnya terdiri dari hukum acara pidana bagi landraad dan hukum acara pidana
bagi raad van justiti

Maret 2024| Jurnal Hukum, Hal 1-11 | 7


Nikmatullah R Pattiasina (202221383)
Sejarah Perkembangan Hukum Acara Pidana
C. Pendapat Hukum Acara Pidana Pasca UU No 1 Tahun 2023 Tentang Kitab UU
Hukum Pidana

Pemberlakuan UU No. 1 tahun 2023 tentang Hukum Acara Pidana menjadi tonggak baru
dalam sejarah penegakan hukum di Indonesia. Undang-undang ini menandai upaya
pemerintah untuk memperbaiki dan mempercepat proses peradilan pidana, serta meningkatkan
perlindungan hak-hak individu terdakwa.
Pandangan Terhadap Hukum Acara Pidana Pasca UU No. 1 Tahun 2023 Pemberlakuan UU
No. 1 tahun 2023 tentu saja membawa dampak yang signifikan bagi sistem peradilan pidana
di Indonesia

Sebagai seorang mahasiswa hukum, saya melihat beberapa aspek penting yang perlu
diperhatikan terkait dengan implementasi undang-undang ini:

1. Peningkatan Akses Keadilan: UU No. 1 Tahun 2023 membawa dampak positif dalam
meningkatkan akses terhadap keadilan bagi semua pihak yang terlibat dalam proses
peradilan pidana. Melalui penyediaan mekanisme yang lebih efektif dan transparan,
masyarakat memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan perlindungan
hukum yang adil dan proporsional.
2. Modernisasi Teknologi: Salah satu aspek penting dari UU No. 1 Tahun 2023 adalah
penggunaan teknologi dalam proses peradilan pidana. Penyelenggaraan sidang secara
daring (online) dan pemanfaatan sistem informasi peradilan merupakan inovasi yang
mempercepat proses peradilan dan mengurangi birokrasi yang tidak perlu.
3. Perlindungan Hak Terdakwa: UU No. 1 Tahun 2023 memberikan perhatian yang lebih
besar terhadap perlindungan hak terdakwa. Dengan memperkuat asas praduga tak
bersalah, hak atas pembelaan, dan hak atas kebebasan dari penahanan yang sewenang-
wenang, undang-undang ini menegaskan komitmen negara dalam melindungi hak-hak
individu dalam sistem peradilan pidana.
4. Transparansi dan Akuntabilitas: UU No. 1 Tahun 2023 juga menegaskan pentingnya
transparansi dan akuntabilitas dalam proses peradilan pidana. Dengan memberikan akses
yang lebih luas bagi masyarakat untuk memantau dan menilai kinerja lembaga peradilan,
undang-undang ini meningkatkan kepercayaan publik terhadap sistem peradilan.

Maret 2024| Jurnal Hukum, Hal 1-11 | 8


Nikmatullah R Pattiasina (202221383)
Sejarah Perkembangan Hukum Acara Pidana
5. Tantangan Implementasi: Meskipun UU No. 1 Tahun 2023 memberikan landasan yang
kuat untuk reformasi peradilan pidana, tantangan implementasi masih harus dihadapi.
Diperlukan komitmen yang kuat dari semua pihak terkait, termasuk aparat penegak
hukum, hakim, advokat, dan masyarakat, untuk memastikan bahwa tujuan dari UU ini
dapat tercapai secara efektif dan berkelanjutan.
Dengan memperhatikan berbagai aspek di atas, saya berpendapat bahwa Hukum
Acara Pidana pasca UU No. 1 Tahun 2023 menawarkan potensi besar untuk
meningkatkan keadilan, efisiensi, dan akuntabilitas dalam sistem peradilan pidana
Indonesia. Namun, upaya bersama dan evaluasi terus-menerus perlu dilakukan untuk
memastikan implementasi yang berhasil dan berkelanjutan dari undang-undang ini.11

D. Kesimpulan

Sejarah perkembangan Hukum Acara Pidana mencerminkan evolusi sistem


peradilan pidana dari masa ke masa. Pemberlakuan UU No. 1 tahun 2023 menjadi
langkah penting dalam reformasi sistem peradilan pidana di Indonesia . implementasi
undang-undang ini harus diikuti dengan pengawasan yang ketat untuk memastikan bahwa
nilai-nilai keadilan dan perlindungan hak asasi manusia tetap menjadi prioritas utama
dalam penegakan hukum di Indonesia.

E. Daftar Pustaka

11
UU No 1 Tahun 2023 Tentang Kitab UU Hukum Pidana

Maret 2024| Jurnal Hukum, Hal 1-11 | 9


Nikmatullah R Pattiasina (202221383)
Sejarah Perkembangan Hukum Acara Pidana
1. Bell, David A. Law, Society and the State: Essays in Modern Legal History. Cambridge
University Press, 1983.
2. Delmas-Marty, Mireille. European Criminal Procedures. Cambridge University Press,
2002.
3. Doyle, William. The Oxford History of the French Revolution. Oxford University Press,
1989.
4. http://digilib.unila.ac.id/8926/11/Bab%20II.pdf
5. Budi Sastra Panjaitan Jurnal Keadilan ISSN 2355-5130 Volume 5 No. 2 Juli-
Desember 2018
6. John Doe, "Sejarah Sistem Peradilan Pidana di Indonesia", Jurnal Hukum Indonesia, vol. 5,
no. 2, 2010

Maret 2024| Jurnal Hukum, Hal 1-11 | 10

Anda mungkin juga menyukai