Anda di halaman 1dari 3

NAMA: NURNADIA PAUWAH

NPM: 01012111220

MK: ADR

Pada suatu hari, PT. ABC dan PT. XYZ melakukan kontrak kerja sama untuk membangun sebuah
gedung. Namun, dalam perjalanannya, terjadi sengketa antara kedua perusahaan tersebut. PT. ABC
merasa bahwa PT. XYZ telah melakukan wanprestasi dalam pelaksanaan kontrak.

PT. ABC kemudian mengajukan permohonan arbitrase kepada PT. XYZ. Dalam permohonan arbitrase
tersebut, PT. ABC meminta PT. XYZ untuk membayar ganti rugi sebesar Rp1 miliar.

Pembentukan Majelis Arbitrase

PT. ABC dan PT. XYZ tidak menyepakati jumlah arbiter. Oleh karena itu, majelis arbitrase terdiri dari
tiga arbiter.

Ketiga arbiter tersebut dipilih oleh PT. ABC, PT. XYZ, dan lembaga arbitrase. Pembentukan majelis
arbitrase selesai dalam waktu 30 hari.

Pemeriksaan Sengketa

Pemeriksaan sengketa arbitrase dimulai dengan pemanggilan para pihak untuk menghadiri sidang.
Dalam sidang tersebut, para pihak menyampaikan dalil-dalil dan bukti-bukti yang mendukung
tuntutannya.

Arbiter juga dapat meminta keterangan dari para pihak, saksi, atau saksi ahli. Pemeriksaan sengketa
arbitrase selesai dalam waktu 6 bulan.

Setelah pemeriksaan sengketa selesai, arbiter menjatuhkan putusan. Dalam putusannya, arbiter
menyatakan bahwa PT. XYZ telah melakukan wanprestasi dalam pelaksanaan kontrak. Oleh karena
itu, PT. XYZ diwajibkan membayar ganti rugi sebesar Rp1 miliar kepada PT. ABC.

Putusan arbitrase tersebut bersifat mengikat para pihak. PT. XYZ tidak dapat mengajukan banding
atau kasasi terhadap putusan tersebut.

PT. XYZ kemudian mengajukan permohonan eksekusi putusan arbitrase kepada pengadilan negeri.
Pengadilan negeri mengabulkan permohonan tersebut, sehingga putusan arbitrase dapat
dilaksanakan.

Penjelasan:

prosedur penyelesaian sengketa arbitrase dalam bentuk narasi tersebut sesuai dengan Pasal 27
sampai 50 UU Arbitrase.

Berikut adalah penjelasannya:

Permohonan Arbitrase
Pasal 28 UU Arbitrase menyebutkan bahwa permohonan arbitrase harus diajukan secara tertulis
dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing yang disepakati oleh para pihak. Permohonan arbitrase
harus memuat hal-hal yang telah disebutkan dalam bentuk narasi tersebut.

Pembentukan Majelis Arbitrase

Pasal 30 UU Arbitrase menyebutkan bahwa dalam hal para pihak tidak menyepakati jumlah arbiter,
maka majelis arbitrase terdiri dari tiga arbiter. Jika para pihak menyepakati jumlah arbiter, maka
majelis arbitrase terdiri dari satu atau tiga arbiter.

Pasal 31 UU Arbitrase menyebutkan bahwa arbiter atau majelis arbitrase dibentuk oleh para pihak.
Jika para pihak tidak dapat membentuk majelis arbitrase, maka majelis arbitrase dibentuk oleh
lembaga arbitrase.

Pembentukan majelis arbitrase dalam bentuk narasi tersebut sesuai dengan Pasal 30 dan 31 UU
Arbitrase.

Pemeriksaan Sengketa

Pasal 32 UU Arbitrase menyebutkan bahwa pemeriksaan sengketa arbitrase dilakukan oleh arbiter
atau majelis arbitrase. Pemeriksaan sengketa arbitrase meliputi:

Pembuktian oleh para pihak;

Pemeriksaan saksi atau saksi ahli;

Penyerahan kesimpulan oleh para pihak.

Pasal 33 UU Arbitrase menyebutkan bahwa para pihak wajib memberikan semua informasi dan
dokumen yang relevan dengan sengketa. Arbiter atau majelis arbitrase dapat meminta keterangan
dari para pihak, saksi, atau saksi ahli.

Pemeriksaan sengketa dalam bentuk narasi tersebut sesuai dengan Pasal 32 dan 33 UU Arbitrase.

Putusan Arbitrase

Pasal 34 UU Arbitrase menyebutkan bahwa putusan arbitrase harus dibuat secara tertulis dan
ditandatangani oleh arbiter atau majelis arbitrase. Putusan arbitrase harus memuat hal-hal yang
telah disebutkan dalam bentuk narasi tersebut.

Pasal 35 UU Arbitrase menyebutkan bahwa putusan arbitrase harus dijatuhkan dalam waktu paling
lama 30 hari terhitung sejak tanggal selesainya pemeriksaan sengketa.

Putusan arbitrase dalam bentuk narasi tersebut sesuai dengan Pasal 34 dan 35 UU Arbitrase.

Putusan Arbitrase yang Mengikat


Pasal 36 UU Arbitrase menyebutkan bahwa putusan arbitrase bersifat mengikat para pihak. Putusan
arbitrase dapat dieksekusi di Indonesia melalui pengadilan negeri.

Pasal 37 UU Arbitrase menyebutkan bahwa putusan arbitrase yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap dapat diajukan permohonan eksekusi kepada pengadilan negeri.

Putusan arbitrase yang mengikat dalam bentuk narasi tersebut sesuai dengan Pasal 36 dan 37 UU
Arbitrase.

Secara keseluruhan, prosedur penyelesaian sengketa arbitrase dalam bentuk narasi tersebut sesuai
dengan Pasal 27 sampai 50 UU Arbitrase.

Anda mungkin juga menyukai