Pengolahan Biologi - 1
Pengolahan Biologi - 1
Pengolahan tahap kedua merupakan pengolahan yang ditujukan untuk menyisihkan atau mendegradasi material organik
karbon yang terkandung di dalam air limbah domestik. Pada tahap ini, pengolahan dilakukan dengan menggunakan
metode pengolahan biologi. Pengolahan air limbah domestik secara biologi merupakan pengolahan yang memanfaatkan
mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik yang terkandung dalam air limbah sehingga menjadi senyawa
kimia sederhana dan mineral yang siap dan aman dibuang ke lingkungan. Pengolahan biologi melibatkan pertumbuhan
mikroorganisme aktif yang kontak dengan air limbah domestik sehingga mikroorganisme tersebut bisa mengkonsumsi
organik karbon sebagai makanan. Secara umum, skematik pengolahan tahap kedua dapat diilustrasikan pada skematik
Gambar 4-1 berikut ini.
Pengolahan Pengolahan Tahap Ketiga
Pengolahan Tahap Kedua
Tahap Pertama (Jika Diperlukan)
Resirkulasi Lumpur
(Jika Ada)
Menuju ke
Pengolahan Lumpur
Berdasarkan kebutuhan oksigennya, pengolahan biologi dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok yakni anaerob, aerob,
dan kombinasi anaerob-aerob. Dalam pengolahan tahap kedua terdapat unit pengolahan pengendapan kedua (secondary
sedimentation) yang berfungsi untuk mengendapkan padatan atau bioflok yang terbentuk khususnya jika menggunakan
metode pengolahan biologi secara aerob. Keberadaan unit pengolahan pendendapan kedua sangat tergantung pada jenis
teknologi yang dipilih pada pengolahan secara biologi.
Selain itu, berdasarkan media pertumbuhan mikroorganisme, sistem pengolahan biologi dapat dikategorikan menjadi dua
yakni sistem terlekat (attached growth microbe) dan sistem tersuspensi (suspended growth microbe). Sistem terlekat
merupakan sistem pengolahan biologi dengan memanfaatkan pertumbuhan mikroorganisme dipermukaan media seperti
cakram pada rotating biological contactor, bioball/batu pada trickling filter, MBBR, dan lain-lain. Sistem berikutnya yakni
sistem tersuspensi yang dilakukan dengan memanfaatkan mikroorganisme yang tumbuh di dalam air limbah domestik
(tersuspensi).
KOLAM ANAEROBIK
UPFLOW ANAEROBIC
SLUDGE BLANKET (UASB)
ANAEROBIK
KOLAM AERASI
Sequencing Batch
Reactor
AEROBIK
ROTATING BIOLOGICAL
CONTACTOR (RBC)
TRICKLING FILTER
SISTEM TERLEKAT
(ATTACHED GROWTH)
AEROB FILTER
MOVING BED
BIOREACTOR (MBBR)
SISTEM TERSUSPENSI
(SUSPENDED GROWTH) Gambar 4-2. Alternatif Teknologi Pengolahan
Biologi
Kombinasi
SISTEM TERLEKAT
(ATTACHED GROWTH)
inlet Outlet
KOLAM ANAEROBIK
inlet Outlet
KOLAM ANAEROBIK KOLAM FAKULTATIF
inlet Outlet
KOLAM ANAEROBIK KOLAM FAKULTATIF KOLAM MATURASI
(Mara, 2003). Desain yang tepat, sesuai dengan kriteria desain dan lingkungan yang tepat, dapat menyisihkan BOD hingga >60%
pada temperatur 20oC. Pada kondisi konsentrasi BOD kurang dari 300 mg/L, waktu tinggal kolam anaerobik relatif singkat, yakni 1
hari pada temperatur 20oC (Mara, 2003). Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sistem kolam anaerobik cukup efektif dan efisien
untuk dapat bekerja dengan baik karena tidak terganggu dengan perubahan temperatur yang signifikan seperti yang terjadi pada
daerah subtropis. Selain itu, posisi Indonesia yang berada di daerah tropis juga memberikan kesempatan kepada sistem kolam
maturasi untuk bekerja dengan baik karena penyinaran matahari yang lebih lama jika dibandingkan dengan daerah subtropis.
Pada kolam anaerobik, pengendapan padatan terjadi, terakumulasi, dan terdegradasi (digesting) di dasar kolam. Akumulasi
lumpur tersebut memerlukan penyedotan secara regular. Menurun Mara (2003), penyedotan endapan lumpur pada kolam
anaerobik dapat dilakukan setiap 1 hingga 3 tahun. Pembentukan scum juga berpotensi terjadi sehingga dapat membuat
lapisan di atas permukaan kolam yang turut membantu menjaga kondisi anaerob di dalam kolam.
Tabel 4-2. Nilai Volumentrik Beban BOD dan Persentase Penyisihan BOD di Kolam Anaerobik pada Berbagai Temperatur
Tabel 4-3. Hubungan Waktu Detensi, Volumentrik Beban BOD, dan Persen Penyisihan BOD
b. Hitung faktor penyisihan COD/BOD. Faktor penyisihan BOD dapat dilihat pada Gambar 4-9. Konsentrasi BOD5
ke komparteman selanjutnya (area sekat) dapat dihitung dengan mengalikan BOD influen dengan faktor
penyisihan BOD.
c. Hitung rasio COD/BOD setelah melalui area pengendapan.
Gambar 4-7. Faktor Efisiensi Penyisihan COD terhadap Suhu dalam Reaktor Anaerobik
Sumber: DEWATS, Ulrich et al, 2009
Gambar 4-8. Faktor Efisiensi Penyisihan BOD terhadap Konsentrasi BOD influen
Sumber: DEWATS, Ulrich et al, 2009
Pengolahan Tahap Kedua: Pengolahan Biologi 51
Gambar 4-9. Faktor Efisiensi Penyisihan BOD terhadap Beban Organik BOD
Sumber: DEWATS, Ulrich et al, 2009
Gambar 4-10. Persentase Efisiensi Penyisihan BOD terhadap Waktu Tinggal Hidraulik pada unit Anaerobic Baffled Reactor
Sumber: Ulrich et al, 2009
V
HRT pada area sekat, HRT =
Qpeak/105%
D. Kecepatan Upflow
tinggi reaktor (m)
Kecepatan Upflow = Hydraulic Retention Time (jam)
Catatan: Kecepatan upflow tidak boleh melebihi 0,7 m/jam (Lettinga dan hulshoff Pol, 1991).