bangsa yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak menjadi satu bangsa (Howard Wrigins 1996) • Usaha atau proses untuk memersatukan perbedaan yang ada pada suatu negara-bangsa Realitas Indonesia
• Pluralitas dan Kemajemukan Indonesia
• Bangsa paling artifisial (Ben Anderson) (memersatukan berbagai macam perbedaan untuk menjadi bangsa Indonesia-civic nasionalism)
• Potensi konflik (SARA)
Faktor Pendorong
• Pembentukan bangsa (lebih dari sekadar political
independence, le desir d’etre ensemble, Schiksalsgemeinschaft erwachsene Charaktergemeinschaft – Soekarno, Pidato BPUPKI 1 Juni 1945)
• Sumpah Pemuda 1928
• Nasionalisme – Cinta Tanah Air • Rela Berkorban – Patriotisme • Konsensus bersama -> Proklamasi, Pancasila, UUD 1945, Bendera Indonesia, Lagu kebangsaan, Bahasa dan budaya Nation dan Nasionalisme Fenomena historis umum (tapi tidak universal – tergantung kondisi tiap negara)
Dari “negara-wangsa” ke “negara-bangsa”
Perluasan dan/atau transformasi loyalitas
Dari loyalitas (semata-mata) kepada penguasa
(raja, kaisar, dsb.) ke loyalitas kepada teritori dan penduduknya.
* Ada proses ‘abstraksi’ (dan depersonalisasi)
loyalitas, karena itu dihadirkanlah simbol-simbol: bendera, lagu, dsb., yang dimanifestasikan dalam berbagai ‘event’. Problem Definisi
Tidak ada kesepakatan pasti tentang
faktor-faktor “subyektif” dan “obyektif” yang menandai/membentuk suatu komunitas sedemikian rupa sehingga komunitas itu layak disebut “nation” (bangsa); dan/atau tiadanya kesepakatan tentang hubungan antara nasion/nasionalisme dan etnisitas, serta hubungan antara nation/nasionalisme dan negara. Ernest Renan
“A nation is a soul, a spiritual
principle; a grand solidarity”
(bangsa adalah suatu jiwa,
suatu azas rohaniah, suatu solidaritas dalam skala luas [tetapi bukannya tanpa batas]) – dibentuk oleh kesadaran akan kesamaan warisan sejarah dan kesamaan kehendak untuk hidup bersama. Warisan sejarah – entah kejayaan atau penderitaan. Penderitaan terkadang lebih bermakna sebagai pembangkit “kesediaan untuk berkorban” -- basis solidaritas ( a moral conscience).
“A nation is not eternal” (nasion itu tidak
abadi) – ada masa awal, ada masa akhir. “Bangsa” akan berakhir – karena keberadaannya tidak dibutuhkan lagi, yaitu bila dunia telah menyaksikan “only one law and only one master”. Tidak ada korelasi penuh atau hubungan yang niscaya antara pembentukan sebuah “nation” dengan kesamaan etnis/budaya/bahasa.
* Artinya, kesamaan etnis/budaya/bahasa tidak
dengan sendirinya mendasari pembentukan sebuah “nation”; sebaliknya, perbedaan etnis/budaya/bahasa tidak selalu menghalangi pembentukan sebuah “nation”. Konteks Historis Nation, State dan Nasionalisme
Mengapa “nation” dan “state” sering
digunakan secara bergantian dan keduanya dianggap nyaris sinonim?
Revolusi Prancis --- dari L’ètat c’est
moi (Negara adalah aku-si raja/penguasa) ke L’ètat c’est le peuple (negara adalah rakyat [?]) - -- “state” (seharusnya) menjadi pengejawantahan/pelayan kepentingan publik – awal proses saling identiknya antara ‘state’ dan ‘nation’. Nationalism --- loyalitas kepada ‘nation’, mudah berbelok menjadi loyalitas kepada ‘state’. “Nasionalisme adalah manifetasi kesadaran berbangsa dan bernegara. Dapat diartikan sebagai paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negaranya sendiri,” Slamet Muljana.
“Doktrin dan gerakan ideologis
sehingga anggota bangsa bertekad membentuk bangsa aktual dan potensial,” Anthony D. Smith. “Prinsip nasionalisme memiliki wujud prestasi yang diperlukan untuk menjadi sumber inspirasi dan kebanggaan bagi warga negara. Dalam komunikasi politik, konsep nasionalisme diterjemahkan melalui simbol- simbol sehingga imaji yang lebih kongkrit mudah dipopulerkan ke masyarakat,” Sartono Kartodirdjo.
Salah satu contoh: Kekuatan olahraga, mengembangkan
iptek, persebaran budaya merupakan simbol dari eksistensi bangsa dalam kejuaraan maupun pertandingan internasional yang dapat dijadikan sebagai salah satu wujud nasionalisme Patriotisme Patriot” dan “isme” (bahasa Indonesia)’ yang berarti sifat kepahlawanan atau jiwa kepahlawanan Bersumber pada rasa cinta tanah air
“Patriotism” (bahasa Inggris), yang berarti sikap
gagah berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara Perwujudan sikap patriotisme Masa Darurat (Perang) mengangkat senjata, ikut berperang secara fisik melawan penjajah, menjadi petugas dapur umum, petugas logistik, menolong yang terluka, dsb.
Masa Damai menegakkan hukum dan kebenaran,
memajukan pendidikan, memberantas kebodohan dan kemiskinan, meningkatkan kemampuan diri secara optimal, memelihara persaudaraan dan persatuan, dsb. Strategi Mewujudkan Integrasi
• Akulturasi • Asimilasi • Pluralisme, Multikulturalisme dan Kebhinnekaan