Anda di halaman 1dari 44

Dinas Kesehatan

Kabupaten Banjar
Universal Health
Coverage (UHC)
• UHC berarti bahwa semua individu dan
masyarakat menerima layanan kesehatan yang
mereka butuhkan tanpa mengalami kesulitan
keuangan. Ini mencakup spektrum penuh dari
layanan kesehatan yang esensial dan
berkualitas, dari promosi kesehatan hingga
pencegahan, perawatan, rehabilitasi, dan
perawatan paliatif.
Universal Health Coverage (UHC)
• Universal Health Coverage merupakan sistem
penjaminan kesehatan yang memastikan semua
orang menerima pelayanan kesehatan yang mereka
butuhkan tanpa harus mengalami financial hardship.
• Financial hardship yang dimaksud ialah kesulitan
ekonomi karena adanya health shock ketika
seseorang jatuh sakit. Selain perlindungan resiko
keuangan, terdapat tiga dimensi yang menjadi
konsep penting dari cakupan Universal Health
Coverageyang saling melengkapi, yaitu sejauh mana
cakupan populasi yang terlindungi (breadth), sejauh
mana cakupan pelayanan kesehatan (depth), dan
tingkat cakupan keuangan dari paket bantuan direct
cost (height)
Universal Health Coverage (UHC)

• UHC tidak sebatas kuratif atau hospital based


melainkan juga seluruh upaya kesehatan mulai dari
promotif, preventif, kuratif, rehabilitative dan palliative
health.

• “UHC is not same as Social Health Insurance”


Dr. Ajay Tandon , Senior Economist, Health, Nutrician, and Population dan World Bank Indonesia Health Team.
• Deklarasi HAM PBB 1948 Pasal 25. (1) Setiap orang berhak atas
tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan
kesejahteraan.

• UUD 1945 Pasal 28 H yang


Universal berbunyi:

Health • 1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,


bertempat tinggal dan mendapalkan lingkungan hidup yang
Coverage baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan
• 2) Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan
(UHC) perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat
yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan.
• 3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermanfaat.
• Resolusi world health Assembly ke-58
tahun 2005 di Jenewa menginginkan
setiap negara mengembangkan universal
Universal health coverage
Health
• Universal health Coverage atau setelah
Coverage dialihbahasakan oleh Kementerian
(UHC) Kesehatan Indonesia dalam Renstra
Kemenkes 2015-2019 menjadi “Jaminan
Kesehatan Semesta” dan sudah mulai di
implementasikan di Indonesia sejak
penyelenggaraan program JKN pada
Januari 2014.
Diganti menjadi UU
Kesehatan Nomor
17 Tahun 2023

Diganti menjadi
Perpres 82 Tahun
2018 yang diganti
beberapa kali
trakhir Perpres 64
Tahun 2020
Perpres Terbaru
tentang Peta Jalan Jamsos
• Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2020-2024,
• Indonesia ditargetkan dapat mencapai
cakupan kepesertaan Universal Health
Coverage (UHC) sebanyak 274,36 juta
masyarakat atau sekitar 98% dari total
masyarakat Indonesia

• Dituangkan dalam Peraturan Presiden


(Perpres) Nomor 36 Tahun 2023 tentang
Peta Jalan Jaminan Sosial 2023-2024 di
mana terget kepesertaan program JKN
pada tahun 2023 menurut segmen PBI
harus mencapai 111 juta peserta dan non
PBI sebanyak 141,45 juta.
• Sementara pada tahun 2024 peserta PBI
harus mencapai 113 juta peserta dan non
PBI mencapai 161,36 juta peserta
Rata-Rata Skor Faktor Penghambat
Berdasarkan Alasan Tidak Bergabung Dalam
Kepesertaan JKN BPJS Kesehatan
Persentase Alasan Tidak Bergabung
Dalam Kepesertaan JKN BPJS Kesehatan
Catatan Atas Pandangan Masyarakat Kab. Banjar ttg
JKN BPJS Kesehatan…………
• Penghasilan yang tidak menentu menyebabkan masyarakat
tidak mampu membayar iuran BPJS.
• Tidak mengalami penyakit kronis dan menahun menyebabkan
masyarakat merasa tidak membutuhkan BPJS.
• Pengobatan alternatif dinilai lebih cepat dan efektif
dibandingkan pengobatan di faskes.
• Responden jarang berobat, sehingga mereka menilai untuk
membayar iuran per bulan dengan keadaan mereka yang
tidak sering berobat dirasa merugikan mereka untuk
membayar iuran perbulan.
• Beberapa responden tidak mengetahui bahwa mereka
terdaftar di BPJS (kec. Telaga Bauntung)
• Fasilitas dan kesigapan tenaga dipandang baik oleh mayoritas
responden;
• Sosialisasi Program JKN masih kurang dan belum tepat
sasaran.
Sosialisasi Tidak Tepat Sasaran…
Pengetahuan masyarakat terhadap JKN memiliki pengaruh negatif. Hal ini dapat berarti
dua hal, dimana pertama masyarakat mungkin masih memiliki pemahaman yang rendah
terhadap skema JKN baik dalam skema mandiri, PBI APBN, maupun PBI APBD. Sementara
di sisi lain, pemahaman terhadap JKN mungkin dianggap salah oleh masyarakat sehingga
memiliki pengaruh yang negatif.

Rendahnya pemahaman masyarakat tentang JKN diantaranya disebabkan oleh sosialisasi


yang tidak tepat sasaran karena 83% responden menyatakan mereka sulit memperoleh
informasi dan administrasi JKN BPJS Kesehatan. Selain itu responden menyatakan jarang
ada sosialisasi ditingkat desa (86%), ditingkat kecamatan (93%), dan di instansi dan dinas
terkait (94%). Ini menjadikan faktor rendahnya sosialisasi/sosialisasi tidak tepat sasaran
menempati frekuensi tertinggi (21%) dibandingkan dengan alasan-alasan lainnya.
Pendapatan bulanan dan jumlah anggota
keluarga yang ditanggung juga menjadi
penghambat bagi masyarakat untuk menjadi
peserta JKN BPJS Kesehatan.

Semakin banyak anggota keluarga yang


harus ditanggung dalam program asuransi,
semakin tinggi biaya premi yang harus
dibayarkan.

Jika seorang individu memiliki keluarga yang


besar, biaya premi akan lebih tinggi
dibandingkan dengan individu yang hanya
bertanggung jawab atas diri sendiri.

Hal ini dapat menjadi hambatan bagi mereka


yang memiliki anggota keluarga yang banyak
atau memiliki tanggungan finansial lainnya.
Kabupaten Banjar memiliki area yang luas, Namun
masih terdapat 34% responden yang menyatakan
kesulitan menjangkau layanan kesehatan karena
akses yang jauh.

Selain itu, pengalaman dengan pelayanan kesehatan


setempat yang pernah dirasakan masyarakat dapat
berdampak dalam pengambilan keputusan. Penilaian
masyarakat akan pengalamannya menyakatan 34% dari sisi
waktu proses pemeriksaan kesehatan di FKTP tidak reliabel,
28% menyatakan pelayanan tidak memuaskan, kurang
memadai dan petugas kurang responsif dalam melayani.
Pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan untuk menciptakan dan
menumbuhkan kapasitas dan pengetahuan masyarakat akan
Kesehatan sehingga menjadi lebih baik

• 78% responden menyatakan tidak sering berobat


ke pelayanan Kesehatan;
• 24% responden yang mengalami sakit tidak
mencari bantuan medis;
• 57% mempercayai pengobatan alternatif dan
merasa akses pada layanan tersebut mudah;
• 53% menyatakan mereka dapat sembuh dengan
cepat jika berobat ke alternatif.
PERLUNYA PARTISIPASI
TOKOH KEAGAMAAN

Dikenal sebagai kabupaten yang religi, kota serambi


mekkah dan kota santri, peran ulama sangat central
terlibat dalam memberikan berbagai pemahaman
keagamaan dan menjaga kesehatan, terlebih ibadah
membutuhkan fisik yang kuat.
Kendati demikian 82% responden menyatakan
ulama tidak berperan membantu penyebarluasan
informasi BPJS Kesehatan dan 68% tokoh
masyarakat, keadaan ini mengkhawatirkan
mengingat ulama merupakan sosok karismatik dan
memiliki posisi strategis di Kabupaten Banjar.
Keterlibatan Baznas Kab. Banjar dalam membantu pembiayaannya secara kolektif
dapat dijadikan langkah awal mensukseskan pencapaian cakupan kesertaan BPJS
Kesehatan, dimulai dengan menunjukkan kesertaan diri dalam program BPJS
Kesehatan sekaligus menyebarluaskan informasi tentang MUI tidak pernah
mengeluarkan fatwa haram, bahkan MUI telah dilibatkan sejak awal penyusunan
program Jaminan Kesehatan Nasional.
Rencana Kerja
Ke masyarakat
• Sosialisasi langsung dan tidak langsung berkaitan dengan program JKN
• Memberikan pelayanan terbaik bagi peserta di seluruh level Fasyankes
Dinkes dan Lintas Sektor
• Penganggaran premi PBPU dan BP Pemda bertahap sesuai kemampuan
• Kerjasama lintas program di dinkes untuk kasus ODGJ, Penyakit Kronis, HIV, TB dan penyakit yang
memerlukan biaya besar agar dapat diarahkan mendaftar (mandiri) atau didaftarkan menjadi
peserta BPJS (pemerintah) bila tidak mampu
• Koordinasi ke Disdukcapil berkaitan dengan NIK
• Koordinasi ke Dinsos untuk data kemiskinan dan pengaduan (SLRT)
• Koordinasi ke Kecamatan untuk data masyarakat
• Koordinasi PMD dan Desa untuk penganggaran dana desa untuk premi JKN masyarakatnya
• Koordinasi ke DPM PTSP untuk persyaratan usaha adalah pekerjanya didaftarkan menjadi peserta
BPJS segmen PPU
• Koordinasi ke Disnakertrans untuk data base data-data yang berhubungan dengan BPJS
Ke Pemangku kebijakan
• Advokasi penganggaran untuk segmen PBPU dan BP Pemda (PBI APBD)

Ke BPJS Kesehatan
• Koordinasi kepesertaan
• Advokasi penyederhanaan birokrasi Pendaftaran dan syarat-syarat pelayanan
• Advokasi hak akses data base ke BPJS khususnya di Kabupaten sebagai salah satu dasar kebijakan
Monday, February 1, 20XX Sample Footer Text 32
• Dari total : 570.347
Perhitungan • Target 95% adalah sebanyak : 541.830 jiwa
UHC 2023 • Anggaran yang tersedia bisa mendaftarkan
sebanyak 181.334 jiwa pada bulan desember,
• Dikurangi data existing PBI APBN (aktif)
sebanyak 61.470 jiwa
• Maka target kita mendaftarkan adalah sebanyak
119.864 jiwa

33
Kabupaten
Banjar ??
Tidak Aktif
• PBI APBD : 14.548 ribu
jiwa
• PBI APBN : 32.837
• BP : 1.356
• PBPU (mandiri) : 57.583
• PPU badan usaha :
18.438
• PPU Pegawai
Pemerintah : 3.191
Tugas • Masalah :
• Validasi Data dan NIK, Belum tersosialisasi JKN
2024 dengan massif ke masyarakat, Data Non Aktif Yang
sangat banyak

Solusi
• Cleaning Data disemua dinas khususnya
pemerintahan desa
• Verifikasi dan Validasi Data Peserta
• Koordinasi dan Konsolidasi intensif di semua
stakeholder
• Memperbaiki pelayanan administratif
• Memperbaiki pelayanan Kesehatan
44

Anda mungkin juga menyukai