Anda di halaman 1dari 3

Jam’ul Qur’an Peristiwa dibukukannya al quran

https://tafsiralquran.id/mengenal-55-nama-al-quran-beserta-alasan-penamaannya/

Al-Qur’anul karim merupakan wahyu Allah yang terakhir diturunkan kepada utusan terakhir kepada
umat terakhir. Tiada umat lagi setelahnya, tiada utusan setelahnya tiada pula wahyu setelah al-
qur’an. Selain menjadi yang terakhir, Al-quran juga merupakan penyempurna kitab-kitab
sebelumnya sekaligus menghapus “masa berlaku” ajaran nabi-nabi sebelum Rasulullah n.

Diantara nama-nama al-quran, kalamullah ini memiki nama “al-kariim” yang bermakna mulia.

Al-Qur’an diberi nama “al-Karim” karena terdapat sifat kemuliaan yang terkandung di
dalamnya. Sebagaimana dalam Q.S. al-Waqi’ah [56] ayat 77:

٧٧ – ‫ِاَّنٗه َلُقْر ٰا ٌن َك ِر ْيٌۙم‬


“dan (ini) sesungguhnya Al-Qur’an yang sangat mulia”

Diturunkan kepada rasul yang paling mulia, kita pun beruntung menjadi umat paling dimuliakan
mendapatkan kitab al-quran.

Secara terminology, al quran bermakna “bacaan” karena quran merupakan masdhar dari kata kerja
qara’a yaqrau. Sedangkan dari sudut pandang etimologi, al quran adalah kalamullah yang
diturunkan diturunkan kepada nabi Muhammad yang berlaku untuk keseluruhan umat pada saat itu
dan setelahnya melalui perantara malaikah Jibril.

Jikalau melihat perjalanan waktu, quran tidaklah turun secara satu waktu kepada rasulullah
melainkan turun secara berangsur-angsur bertepatan dengan peristiwa yang terjadi di masa
kenabian. Lain daripada itu, al-quran tidaklah langsung dibukukan seperti yang lazim kita temui
dewasa ini. al-quran melewati beberapa masa hingga menjadi seperti sekarang ini.

Pada Masa Rasulullah

Al quran turun secara berangsur di masa ini. Rasulullah menyampaikan kepada para shahabatnya
untuk menyebarkan ajaran yang Allah sampaikan. Al-quran dimasa ini terjaga di hati para shahabat
karena mereka menghapalnya bahkan Sebagiannya ada yang berinisiatif menuliskannya. Sedangkan
Zaid bin tsabit sebagai sekretaris Rasulullah diperintah oleh beliau untuk mencatatkannya.

Masa itu belum ada kertas seperti zaman sekarang, maka dari itu alquran ditulis dalam berbagai
media penulisan. Batu lempeng, tulang kering, kulit kering hingga dedaunan dan pelepah kurma
menjadi actor penting dibalik terjaganya alquran di masa ini.
Rasulullah sendiri bukan hanya menyampaikan wahyu ini melainkan beliau juga menyampaikan
kandungan ayat ayat yang diturunkan serta urutan-urutan suratnya karena al-quran turun tidak
berurutan dari al fatihah sampai annas tetapi turun berdasarkan peristiwa actual di masa itu.

Pada Masa Kekhalifahan Abu Bakr

Sepeninggal Rasulullah penjagaan Al quran masih dilakukan secara dihafal dari hati ke hati. Disebar
dari lisan ke lisan. Hingga pada peristiwa perang Yamamah, perang melawan kaum murtaddin
pimpinan gembong kemurtadan Musailamah al kadzdzab. Walaupun Allah memenangkan
pertempuran tersebut untuk kaum muslim, tetapi tetaplah korban dari pihak kaum muslim tidak
sedikit. Sedihnya banyak dari mereka adalah para penghafal kitabullah. Atas dasar itu, Umar bin
khattab mengusulkan kepada sang khallifah untuk mulai mengumpulkan al quran menjadi satu buku
yang utuh. Supaya generas muslim berikutnya tidak kehilangan pedoman hidup mereka.

Namun tidak mudah jalan bagi usulan Umar bin khattab, abu Bakr menolak usulan tersebut karena
hal tersebut tidak pernah sedikitpun diisyaratkan oleh rasulullah. Puji syukur bagi Allah, setelah
menyampaikan alasan-alasan dari umar bin khattab, abu bakr mengiyakan usulan tersebut.

Ditunjukklah sang sekretaris rasulullah, zaid bin tsabit sebagai pemimpin dalam proyek mulia ini.
dikumpulkanlah berbagai catatan yang tersebar di rumah-rumah shahabat kemudian dikumpulkan
pula para penghafal al quran yang tersisa untuk membantu me-validasi catatan yang tersisa
termasuk pula catatan yang ada pada Zaid bin tsabit.

Wal hasil, kinerja Zaid bin tsabit dan para shahabat lainnya berbuah manis, jadilah quran yang
lengkap dalam satu buku.

Abu bakr sebagai khalifah menjaga kitabullah ini hingga Allah memanggil beliau dari alam dunia ini.
Sepeninggal beliau, amanah penyimpanan al quran diwariskan kepada khalifah berikutnya, Umar bin
khattab hingga Allah memanggil beliau.

Masa Utsman Bin Affan

Ummul muminin Hafshah binti Umar ditunjuk sebagai penjaga Al quran sepeninggal ayahnya. Hingga
suatu Ketika Hudzaifah bin al Yamani bertemu dengan saudara muslim dari negri yang jauh dari
pusat kekhilafahan, didapati mereka menggunakan dialek yang berbeda dengan dialek Quraisy
sebagai keumuman dialek pembacaan al quran yang dikenal. Walaupun hal itu tidak dilarang oleh
Rasulullah, Hudzaifah memberi usul kepada sang khalifah untuk menyatukan dialek al quran menjadi
datu dialek saja. Dialek kaum Quraisy sebagaimana turunnya al quran. Agar tidak ada perselisihan
pada generasi berikutnya.

Utsman bin Affan mengiyakan usulan tersebut, lalu diambillah satu-satunya al quran yang ada pada
istri rasulullah untuk disalin. Zaid bin tsabit diberi kepercayaan lagi untuk mempimpin proyek
penyalinan al quran. Lalu diseragamkanlah al quran menjadi seperti yang kita kenal Sekarang yaitu
rasm Utsmani dinisbatkan kepada khalifah masa itu yaitu Utsman bin Affan.

Dibuatlah 6 salinan al quran yang kemudian disebarlah 5 salinan itu ke negara-negara muslim, satu
lagi untuk sang khalifah dan Salinan asli dikembalikan lagi kepada Hafsah binti umar. Pada masa ini,
tulisan pada al quran masihlah tanpa titik, waqaf, pemisah ayat, pemisah jus, waqaf, harakat, dan
tambahan tambahan lainnya. Mereka membaca berdasar hafalan mereka.
Seiring berjalannya waktu, islam yang semakin meluas beriringan pula dengan tersebarnya al quran
ke negri-negri muslim di seluruh dunia dengan satu kesaamaan isi daripada al quran. Tidak seperti
kitab-kitab lainnya yang satu dengan yang lainnya. Hal ini pun menjadi bukti kebenaran firman Allah
taala,

‫ِإَّن ا َن ْح ُن َنَّز ْلَن ا الِّذ ْك َر َو ِإَّن ا َلُه َلَح اِفُظ وَن‬

''Sesungguhnya, Kami-lah yang menurunkan Alquran dan Kami pula yang


menjaganya.''(QS. Al Hijr (15) ayat 9)

Anda mungkin juga menyukai