Anda di halaman 1dari 7

Prosiding Seminar Intelektual Muda #6, Rekayasa Lingkungan Terbangun Berbasis Teknologi Berkelanjutan ,

26 Agustus 2021, hal: 153-159, ISBN 978-623-91368-4-0, FTSP, Universitas Trisakti.


ANGGITA BERLIANA HANGGARA

PENERAPAN VENTILASI SILANG PADA RUANG UNIT KEGIATAN


MAHASISWA DI GEDUNG PUSGIWA, UNIVERSITAS INDONESIA

IMPLEMENTATION OF CROSS VENTILATION IN STUDENT


ACTIVITY UNIT ROOMS IN STUDENT ACTIVITY CENTER
BUILDING, UNIVERSITY OF INDONESIA

Anggita Berliana Hanggara1*, Agus Budi Purnomo2, Rita Walaretina3


1 ,2 ,3
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Trisakti, Jakarta
*e-mail: rita.walaretina@trisakti.ac.id

ABSTRAK
Pengoptimalan pengkondisian udara pada bangunan dikenal dengan pemanfaatan
pendinginan mekanik seperti AC (Air Conditioner). Tetapi berdasarkan penelitian, penggunaan
AC dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan boros energi. Dalam rangka meminimalisir
penggunaan energi, salah satu inovasi yang dapat dikemukakan untuk mengatasi permasalahan
tersebut yaitu dengan memanfaatkan pendingan pasif yang mengacu pada penerapan ventilasi
silang.
Penelitian ini menggunakan metode berupa deskriptif kualitatif melalui studi literatur dengan
menganalisis elemen-elemen di sekitar tapak yang berpotensi dalam menghasilkan desain yang
sesuai dengan penelitian. Dalam perancangan Pusat Kegiatan Mahasiswa (PUSGIWA) UI,
terdapat elemen-elemen yang dianalisis seperti letak Danau Mahoni, orientasi, vegetasi, dan
rasio bukaan jendela guna memaksimalkan ventilasi silang.
Temuan yang dihasilkan dari penelitian adalah dalam pengimplementasian ventilasi silang
pada Ruang Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di PUSGIWA UI dapat menghasilkan
kenyamanan termal dan penghematan energi. Kenyamanan termal yang dihasilkan dapat
membentuk suatu siklus penghawaan alami yang menjadi suatu respon desain terhadap suhu,
kelembaban udara, radiasi matahari, serta dampak terhadap kesehatan dan fisiologi penghuni.

Kata kunci : Ventilasi Silang, Ruang Unit Kegiatan Mahasiswa, PUSGIWA

ABSTRACT

Optimizing air conditioning in buildings is known as the use of mechanical cooling such as
AC (Air Conditioner). But based on research, the use of air conditioning can cause
environmental damage and waste energy. In order to minimize energy use, one of the innovations
that can be put forward to overcome these problems is by utilizing passive cooling which refers
to the application of cross ventilation.
This study uses a qualitative descriptive method through literature study by analyzing the
elements around the site that have the potential to produce designs that are in accordance with
the research. In designing the UI Student Activity Center (PUSGIWA), there are elements to be
analyzed such as the location of Mahogany Lake, orientation, vegetation, and window opening
ratios to maximize cross ventilation.
The findings from the research are that the implementation of cross ventilation in the Student
Activity Unit (UKM) Room at PUSGIWA UI can produce thermal comfort and energy savings.
The resulting thermal comfort can form a natural ventilation cycle which becomes a design
response to temperature, humidity, solar radiation, and the impact on the health and physiology
of the occupants.

Keywords: Cross Ventilation, Student Activity Unit Room, Student Activity Center

153
Prosiding Seminar Intelektual Muda #6, Rekayasa Lingkungan Terbangun Berbasis Teknologi Berkelanjutan ,
26 Agustus 2021, hal: 153-159, ISBN 978-623-91368-4-0, FTSP, Universitas Trisakti.
ANGGITA BERLIANA HANGGARA
A. PENDAHULUAN Pada umumnya bangunan yang dirancang
Ketergantungan pada penggunaan dengan menggunakan sistem ventilasi alami,
pendinginan mekanik seperti AC (Air memiliki beberapa keuntungan yang dapat
Conditioner) yang diterapkan dalam bangunan bersifat sustainable secara ekologis, hemat
memiliki keterkaitan terhadap tingkat kerusakan energi dan bebas perawatan (Etheridge, 2012).
lingkungan secara berkesinambungan. Secara
global, bangunan menyumbang 40% dari B. STUDI PUSTAKA
konsumsi energi pertahunnya yang sebagian B.1 Penghawaan Alami
besar energi tersebut dikeluarkan untuk
Siklus pergerakan udara disebabkan karena
konsumsi pendinginan mekanik seperti AC.
adanya perbedaan tekanan udara dari tekanan
Solusi yang dikemukakan untuk mengurangi
tinggi ke tekanan rendah atau suhu rendah ke
kerusakan lingkungan serta penghematan energi,
suhu tinggi. Pada umumnya penghawaan alami
dapat diterapkan dengan konsep pembangunan
dikenal sebagai ventilasi alami yang
energi hijau. (Geetha, 2012).
didefinisikan sebagai suatu proses pertukaran
Purwanto (2006) menyatakan bahwa
udara di dalam bangunan dan di luar bangunan
pembangunan di daerah iklim tropis harus
melalui perantara elemen terbuka, dimana
mampu merespon kondisi ilkim. Perancangan
sirkulasi tersebut mampu memberikan
bangunan di iklim tropis dapat menghasilkan
kenyamanan terhadap fisiologi manusia
suatu karakteristik desain yang mendatangkan
(Sudiarta, 2016).
siklus kenyamanan termal.
Gedung PUSGIWA UI memiliki potensi
B.2 Pendinginan Pasif
pada tapak dengan adanya elemen-elemen
Iklim Indonesia memiliki kelembaban udara
disekitar tapak seperti danau Mahoni dan
yang tinggi, sebagaimana yang dikemukakan
vegetasi yang dapat membantu mengoptimalkan
oleh Lechner (2000), bahwa kelembaban udara
suatu kinerja pergerakkan sirkulasi udara yang
yang tinggi dapat mempersulit proses evaporasi
baik pada bangunan.
pada kulit manusia dan mempersulit pelepasan
Penerapan perancangan dengan pendinginan
panas dari dalam tubuh. Hal ini menjadi salah
pasif (passive cooling) berupa sistem
satu pemicu terhadap perancangan bangunan
penghawaan alami pada bangunan di daerah
dalam memperhatikan penataan ruang agar dapat
tropis dapat menghasilkan suatu siklus
menghasilkan siklus pergerakkan aliran udara
kenyamanan termal (Forbes, 2007).
yang optimal (Putra, 2009).
Pendinginan pasif berupa ventilasi silang
merupakan suatu solusi untuk mengatasi suatu
B.3 Ventilasi
permasalahan penggunaan pendinginan mekanik Pada umumnya, ventilasi merupakan suatu
yang boros energi. Metode ventilasi silang ini proses pertukaran udara dari dalam ruang ke luar
dianggap efektif (Etheridge, 2012). ruang atau sebaliknya. Penerapan ventilasi
Penerapan ventilasi silang pada bangunan- memiliki beberapa manfaat untuk mewujudkan
bangunan di Universitas Indonesia didasarkan suatu kenyamanan termal di dalam ruang.
atas kriteria pemilihan rasio bukaan jendela. Ventilasi dapat berbentuk bukaan pada selubung
Dimensi terhadap disparitas ketinggian bukaan bangunan (infiltrasi udara) yang memudahkan
merupakan salah satu elemen penting pada adanya suatu aliran udara dari luar bangunan
selubung bangunan sebagai media pertukaran untuk didistribusikan ke dalam ruang melaui
udara pada dalam ruang dan luar ruang dan bukaan/jendela (Etheridge, 2012). Seperti pada
faktor orientasi bangunan terhadap arah angin, gambar 1.
serta vegetasi.

154
Prosiding Seminar Intelektual Muda #6, Rekayasa Lingkungan Terbangun Berbasis Teknologi Berkelanjutan ,
26 Agustus 2021, hal: 153-159, ISBN 978-623-91368-4-0, FTSP, Universitas Trisakti.
ANGGITA BERLIANA HANGGARA
B.4 Ventilasi Silang sebagai Bentuk Efektif
dan Efisiensi pada Bangunan

Ventilasi silang merupakan salah satu bentuk


metode pendinginan pasif yang diterapkan
dalam bangunan. Penerapan ventilasi silang
pada bangunan dapat menciptakan adanya suatu
perbedaan tekanan antara bukaan inlet dan outlet
di atap ruang (Fahmi dkk, 2017).

Gambar 1. Penerapan Ventilasi Alami pada C. METODE


Bangunan
(Sumber: Etheridge, 2012) Studi penelitian terkait penerapan ventilasi
silang menggunakan metode penelitian kualitatif
Ventilasi alami memiliki sistem efektif dan deskriptif melalui studi literatur dengan melihat
efisiensi dalam hal perancangan bangunan, contoh-contoh. Dengan menganalisis elemen-
seperti hemat biaya, serta dapat memberikan elemen di sekitar lingkungan tapak seperti
keuntungan terhadap sistem berkelanjutan orientasi, letak danau Mahoni, vegetasi,
(sustainablility) dan bebas perawatan. Penerapan bangunan eksisting dan sebagainya.
ventilasi alami dapat dilakukan dengan beberapa
metode perancangan, di antaranya: D. HASIL STUDI/PEMBAHASAN
a. Single-side Ventilation (Ventilasi Satu Sisi)
Penerapan ventilasi silang pada Gedung
Perancangan pada metode ventilasi satu
sisi dalam ruang yang menerapkan PUSGIWA UI dipengaruhi oleh: orientasi,
bukaan/jendela dengan ukuran dan massa dan bentuk bangunan, vegetasi serta
ketinggian yang sama pada setiap sisi ruang ukuran bukaan (inlet - outlet) pada bangunan.
dalam penataannya. Berdasarkan analisis, D.1 Orientasi
metode bukaan ventilasi satu sisi dianggap Orientasi bangunan menjadi salah satu
kurang efisien karena tidak adanya udara
faktor yang mempengaruhi pola aliran udara di
yang tertampung dalam ruang (udara masuk
sama dengan udara keluar). sekitar bangunan. Pada tahun 1980, Evans
b. Cross Flow Ventilation (Ventilasi Silang) meneliti mengenai pergerakkan sirkulasi udara
Perancangan pada metode ventilasi silang yang menerpa sisi bangunan menyebabkan
dapat menghasilkan sirkulasi udara yang baik timbulnya fluktuasi pada tekanan udara, di
dalam ruangan, karena dapat menampung mana tekanan udara menjadi lebih rendah yang
volume udara dari luar ruang ke dalam ruang. disebut sebagai wind shadow (Putra, 2009).
c. Stack Ventilation Seperti pada gambar 2.
Perancangan pada metode ini
menghasilkan siklus yang dikenal dengan
stack effect yang mengakibatkan terjadinya
pertukaran udara pada saat adanya perbedaan
tekanan udara dalam ruang.
d. Top-down Ventilation
Pada metode ini biasa digunakan pada
bangunan tinggi, di mana terjadi pergerakkan
udara dari atas permukaan atap ke bagian Gambar 2. Wind Shadow di Sekitar Bangunan
bawah bangunan. (Sumber: Moore, 1993)

Gedung PUSGIWA UI memiliki eksisting


dengan orientasi ke arah Barat dan Timur.
Potensi danau Mahoni dan vegetasi yang berada

155
Prosiding Seminar Intelektual Muda #6, Rekayasa Lingkungan Terbangun Berbasis Teknologi Berkelanjutan ,
26 Agustus 2021, hal: 153-159, ISBN 978-623-91368-4-0, FTSP, Universitas Trisakti.
ANGGITA BERLIANA HANGGARA
di sekitar tapak secara tidak langsung elemen di sekitar tapak, seperti vegetasi dan
menghasilkan sirkulasi udara yang bergerak ke bangunan sekitar (gambar 5).
arah bangunan. Dengan adanya penataan
vegetasi di sekitar tapak dapat membantu
pergerakkan aliran udara yang menghasilkan
tekanan udara yang besar/tekanan positif ke

Gambar 5. Pola Pergerakkan Aliran Angin


Berdasarkan Ketinggian Bangunan Pada PUSGIWA
Eksisting (Sumber: data pribadi)

Jarak antar kedua massa PUSGIWA eksisting


bangunan (gambar 3). yang cukup luas, menghasilkan tekanan angin
Gambar 3. Orientasi Bangunan Eksisting Direktorat yang besar dan kecepatan angin yang tinggi.
Kemahasiswaan dan Pusat Kegiatan Mahasisawa.
(Sumber: data pribadi) Sedangkan, pada jarak antar bangunan yang
lebih kecil, pola aliran udara memiliki kecepatan
D.2 Massa dan Bentuk Bangunan angin lebih rendah. Sehingga, menimbulkan
Massa dan bentuk bangunan menjadi salah terjadinya fluktuasi tekanan udara di sekitar
satu faktor yang mempengaruhi jenis ventilasi bangunan, serta menciptakan adanya turbulensi
yang diterapkan pada bangunan dan pada bidang yang lebih kecil (gambar 6).
menghasilkan aliran angin dengan kecepatan Gambar 6. Aliran Udara di sekitar Bangunan
yang tinggi ke dalam bangunan.
Pada gambar 4, bagian (a) setiap bangunan
memiliki pola aliran udara yang berbeda-beda,
hal tersebut dikenal dengan istilah skimming.
Bagian (b) bangunan pada lingkungan yang
tidak padat cenderung memiliki pola aliran angin
yang baik, serta memiliki volume yang lebih
besar dibandingkan dengan lingkungan yang (sumber: data pribadi)
padat bangunan (Etheridge, 2012). D.3 Vegetasi yang Memengaruhi Pola
Aliran Udara pada Bangunan
Optimalisasi siklus pergerakkan angin harus
memperhatikan penataan ruang dan vegetasi
yang merupakan elemen penyokong aliran udara
terhadap inlet serta mencegah radiasi matahari
ke dalam bangunan (Geetha, 2012), seperti pada
gambar 7.

Gambar 4. Aliran Kecepatan Angin pada Bangunan.


(Sumber: Etheridge, 2012)
Keterangan : Gambar (a) Bangunan Padat (b)
Bangunan yang Terisolasi

Pergerakkan sirkulasi udara disekitar


bangunan eksisting bergerak secara dinamis
yang didasarkan pada massa dan bentuk Gambar 7. Sirkulasi Angin Berdasarkan Penataan
bangunan, kemiringan atap, serta elemen- Vegetasi (Sumber: Sudiarta, 2016)

156
Prosiding Seminar Intelektual Muda #6, Rekayasa Lingkungan Terbangun Berbasis Teknologi Berkelanjutan ,
26 Agustus 2021, hal: 153-159, ISBN 978-623-91368-4-0, FTSP, Universitas Trisakti.
ANGGITA BERLIANA HANGGARA
Pengelolaan ruang terbuka dan vegetasi
menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan
agar menghasilkan suatu siklus kenyamanan
termal. Dimensi ketinggian vegetasi yang
berkisar antara 15 m – 20 m berfungsi sebagai
pelindung untuk mengurangi radiasi matahari
yang masuk pada bangunan. Kemudian, vegetasi Gambar 9. Ukuran Bukaan pada Ruang
dapat membantu terjadinya siklus pemecahan (Sumber: Moore, 1993)
angin yang terjadi akibat adanya perbedaan
Pada pengembangan perancangan
tekanan. Ketika terjadi pergerakkan aliran udara
PUSGIWA baru guna menghasilkan
yang menerpa vegetasi atau sisi bangunan maka
pergerakkan sirkulasi udara yang optimal harus
kecepatan udara akan turun dan tekanan udara
memperhatikan potensi elemen-elemen di
naik (tekanan positif), hal ini menimbulkan
sekitar tapak seperti: letak danau Mahoni,
terjadinya pergerakkan udara yang melewati
vegetasi. Disamping itu, hal lain yang harus
bangunan (gambar 8).
diperhatikan juga adalah: jarak bangunan, rasio
bukaan, dan orientasi massa.

Penempatan bukaan di ruang UKM, bagian


(a) diletakkan dengan metode ventilasi silang,
Gambar 8.Skema Pemecahan Angin pada Bangunan pada inlet memiliki jumlah yang lebih banyak
PUSGIWA Eksisting (Sumber: data pribadi)
dibandingkan outlet. Dalam hal ini terjadi
pengurangan kecepatan udara di dalam ruang
D.4 Ukuran Bukaan
yang dilihat berdasarkan jumlah dan rasio
Ukuran bukaan dapat memengaruhi arah dan
bukaan (inlet dan outlet). Bagian (b) bukaan
laju kecepatan angin melalui inlet. Moore (1993)
jendela terdapat di 3 sisi dan memiliki ukuran
mengilustrasikan perletakkan bukaan
yang sama (inlet sama dengan outlet).
diklasifikasikan menjadi 3 jenis, sebagaimana
Berdasarkan hasil analisis, dengan banyaknya
yang terjadi pada gambar 9, menjelaskan pada
bukaan di sisi ruang, dapat menampung volume
bagian (a) inlet dan outlet memiliki ukuran yang
udara yang cukup besar, serta kecepatan udara di
sama. Pada kondisi ini kecepatan udara di dalam
dalam ruang dapat ditingkatkan berdasarkan
ruang berada di antara tingkat tinggi dan rendah,
pola aliran udara yang masuk melaui inlet
serta dianggap kurang efisien karena tidak adanya
volume udara yang tertampung di dalam ruang
(volume udara yang masuk sama dengan volume
udara yang keluar). Bagian (b) ukuran inlet lebih
kecil dibandingkan outlet, sehingga kecepatan
udara di dalam ruang dapat ditingkatkan sesuai
dengan kecepatan aliran angin. Kemudian bagian
(c) ukuran inlet lebih besar dibandingkan outlet, (gambar 10).
sehingga kecepatan udara di dalam ruang dapat Gambar 10. Ilustrasi Penempatan Bukaan
dikurangi sesuai dengan laju kecepatan angin pada Ruang UKM. (sumber: data pribadi)
(Rizk dkk, 2018).

157
Prosiding Seminar Intelektual Muda #6, Rekayasa Lingkungan Terbangun Berbasis Teknologi Berkelanjutan ,
26 Agustus 2021, hal: 153-159, ISBN 978-623-91368-4-0, FTSP, Universitas Trisakti.
ANGGITA BERLIANA HANGGARA
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka Putra P. Willy. (2009). Ventilasi Alami untuk
penerapan ventilasi silang pada pengembangan Hunian Berdempetan di Daerah
Beriklim Panas Lembab. Fakultas
rancangan gedung PUSGIWA UI, dapat Teknik, Program Studi Arsitektur,
disimpulkan sebagai berikut: Universitas Indonesia.
a. Bangunan di desain dengan bentuk persegi
panjang dan tipis untuk mengoptimakan Sudiarta I, Nyoman. (2016). Penghawaan Alami.
sirkulasi aliran udara melaui ventilasi silang Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas
Teknik, Universitas Udayana.
pada dalam bangunan.
b. Jarak antar bangunan menjadi salah satu Santoso E, Imam. (2012). Kenyamanan Thermal
pertimbangan terhadap pola pergerakkan Indoor Pada Bangunan Di Daerah
angin, dimana pada dua massa bangunan Beriklim Tropis Lembab (Vol. 1 No.1).
dengan jarak antar bangunan yang cukup luas Indonesian Green Technology Journal.
dapat menciptakan tekanan udara yang tinggi SNI 03-6572-2001 Tata cara perancangan
(tekanan positif) serta mempengaruhi sistem ventilasi dan pengkondisian
kecepatan aliran angin ke dalam bangunan. udara pada bangunan gedung.
c. Ketinggian bangunan memiliki hubungan
terhadap penataan vegetasi disekitar Susilowati, Diana., Wahyudi, Feri. (2014).
Kajian Pengaruh Penerapan Arsitektur
bangunan, dimana vegetasi menjadi media
Tropis Terhadap Kenyamanan Termal
pengantar terhadap siklus pemecahan angin Pada Bangunan Publik Menggunakan
dan pendistribusian udara yang menjalar Software Ecotech. (Vol. 13 No. 2).
melalui inlet di setiap lantai bangunan. Jurnal Desain Konstruksi.
d. Ventilasi silang dapat diterapkan di Unit
Hamzah, Baharuddin., Rahim, M. Ramli., Ishak,
Kegiatan Mahasiswa (UKM) pada
Muhammad Taufik., Sahabudd. (2017).
pengembangan gedung PUSGIWA. Kinerja Sistem Ventilasi Alami Ruang
Kuliah. (Hal. 51 – 58). Jurnal
REFERENSI Lingkungan Binaan Indonesia 6.
Ohba Masaaki., Lun Isaac. (2010). Overview of
natural cross-ventilation studies and the Geetha, N. B., Velraj, R. (2012). Passive cooling
latest simulation design tools used in methods for energy efficient buildings
building ventilation-related research. with and without thermal energy storage
(Vol. 4). Earthscan Publishing. – A review. (Volume (issues) 29(2): 913-
946). Energy Education Science and
Etheridge, David. (2012). Natural Ventilation of Technology Part A: Energy Science and
Buildings: Theory, Measurement and Research.
Design, First Edition. Published by John
Wiley & Sons Ltd. Rizk, Ahmed., S. El-Morsi, Mohamed., M.
Elwan, Mustafa. (2018). A Review on
Awbi Hazim, B. (2015). Ventilation and Air Wind - Driven Cross - Ventilation
Distribution Systems in Buildings. Techniques Inside Single Rooms.
Frontiers in Mechanical Engineering. (Volume 6 Issue 8). International
Journal of Scientific Engineering and
Fahmi ,M., Defiana Ima., Antaryama, I Ngurah. Research (IJSER).
(2017). Cross Ventilation in High-Rise
Apartment Building: Effect of Laela Latifah, Nur., Perdana, Harry., Prasetya,
Ventilation Shaft Aperture Agung., P. M. Siahaan, Oswald. (2013).
Configuration on Air Velocity and Air Kajian Kenyamanan Termal Pada
Flow Distribution. Surabaya: Bangunan Student Center Itenas
Postgraduate Program Institut Bandung. Jurusan Teknik, Arsitektur
Teknologi Sepuluh Nopember.
158
Prosiding Seminar Intelektual Muda #6, Rekayasa Lingkungan Terbangun Berbasis Teknologi Berkelanjutan ,
26 Agustus 2021, hal: 153-159, ISBN 978-623-91368-4-0, FTSP, Universitas Trisakti.
ANGGITA BERLIANA HANGGARA
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Institut Teknologi Nasional.

Aini, Q., Nadia, N. (2019). The Performance of


Ventilation in Internal Buildings
Affected by Differences of Building
Orientation. The 2nd International
Conference on Engineering and Applied
Technology. IOP Conf. Series:
Materials Science and Engineering.

Wardhana, Pandu Praja Mukti dan Iyati,


Wasiska. (2018). Kenyamanan Termal
dan Kinerja Ventilasi Alami pada Ruang
Kuliah. (Vol. 6, No. 3). Jurusan Teknik
Pengairan Universitas Brawijaya.
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,
Universitas Brawijaya. Jurnal
Mahasiswa Jurusan Arsitektur.

159

Anda mungkin juga menyukai