ABSTRAK
Pengoptimalan pengkondisian udara pada bangunan dikenal dengan pemanfaatan
pendinginan mekanik seperti AC (Air Conditioner). Tetapi berdasarkan penelitian, penggunaan
AC dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan boros energi. Dalam rangka meminimalisir
penggunaan energi, salah satu inovasi yang dapat dikemukakan untuk mengatasi permasalahan
tersebut yaitu dengan memanfaatkan pendingan pasif yang mengacu pada penerapan ventilasi
silang.
Penelitian ini menggunakan metode berupa deskriptif kualitatif melalui studi literatur dengan
menganalisis elemen-elemen di sekitar tapak yang berpotensi dalam menghasilkan desain yang
sesuai dengan penelitian. Dalam perancangan Pusat Kegiatan Mahasiswa (PUSGIWA) UI,
terdapat elemen-elemen yang dianalisis seperti letak Danau Mahoni, orientasi, vegetasi, dan
rasio bukaan jendela guna memaksimalkan ventilasi silang.
Temuan yang dihasilkan dari penelitian adalah dalam pengimplementasian ventilasi silang
pada Ruang Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di PUSGIWA UI dapat menghasilkan
kenyamanan termal dan penghematan energi. Kenyamanan termal yang dihasilkan dapat
membentuk suatu siklus penghawaan alami yang menjadi suatu respon desain terhadap suhu,
kelembaban udara, radiasi matahari, serta dampak terhadap kesehatan dan fisiologi penghuni.
ABSTRACT
Optimizing air conditioning in buildings is known as the use of mechanical cooling such as
AC (Air Conditioner). But based on research, the use of air conditioning can cause
environmental damage and waste energy. In order to minimize energy use, one of the innovations
that can be put forward to overcome these problems is by utilizing passive cooling which refers
to the application of cross ventilation.
This study uses a qualitative descriptive method through literature study by analyzing the
elements around the site that have the potential to produce designs that are in accordance with
the research. In designing the UI Student Activity Center (PUSGIWA), there are elements to be
analyzed such as the location of Mahogany Lake, orientation, vegetation, and window opening
ratios to maximize cross ventilation.
The findings from the research are that the implementation of cross ventilation in the Student
Activity Unit (UKM) Room at PUSGIWA UI can produce thermal comfort and energy savings.
The resulting thermal comfort can form a natural ventilation cycle which becomes a design
response to temperature, humidity, solar radiation, and the impact on the health and physiology
of the occupants.
Keywords: Cross Ventilation, Student Activity Unit Room, Student Activity Center
153
Prosiding Seminar Intelektual Muda #6, Rekayasa Lingkungan Terbangun Berbasis Teknologi Berkelanjutan ,
26 Agustus 2021, hal: 153-159, ISBN 978-623-91368-4-0, FTSP, Universitas Trisakti.
ANGGITA BERLIANA HANGGARA
A. PENDAHULUAN Pada umumnya bangunan yang dirancang
Ketergantungan pada penggunaan dengan menggunakan sistem ventilasi alami,
pendinginan mekanik seperti AC (Air memiliki beberapa keuntungan yang dapat
Conditioner) yang diterapkan dalam bangunan bersifat sustainable secara ekologis, hemat
memiliki keterkaitan terhadap tingkat kerusakan energi dan bebas perawatan (Etheridge, 2012).
lingkungan secara berkesinambungan. Secara
global, bangunan menyumbang 40% dari B. STUDI PUSTAKA
konsumsi energi pertahunnya yang sebagian B.1 Penghawaan Alami
besar energi tersebut dikeluarkan untuk
Siklus pergerakan udara disebabkan karena
konsumsi pendinginan mekanik seperti AC.
adanya perbedaan tekanan udara dari tekanan
Solusi yang dikemukakan untuk mengurangi
tinggi ke tekanan rendah atau suhu rendah ke
kerusakan lingkungan serta penghematan energi,
suhu tinggi. Pada umumnya penghawaan alami
dapat diterapkan dengan konsep pembangunan
dikenal sebagai ventilasi alami yang
energi hijau. (Geetha, 2012).
didefinisikan sebagai suatu proses pertukaran
Purwanto (2006) menyatakan bahwa
udara di dalam bangunan dan di luar bangunan
pembangunan di daerah iklim tropis harus
melalui perantara elemen terbuka, dimana
mampu merespon kondisi ilkim. Perancangan
sirkulasi tersebut mampu memberikan
bangunan di iklim tropis dapat menghasilkan
kenyamanan terhadap fisiologi manusia
suatu karakteristik desain yang mendatangkan
(Sudiarta, 2016).
siklus kenyamanan termal.
Gedung PUSGIWA UI memiliki potensi
B.2 Pendinginan Pasif
pada tapak dengan adanya elemen-elemen
Iklim Indonesia memiliki kelembaban udara
disekitar tapak seperti danau Mahoni dan
yang tinggi, sebagaimana yang dikemukakan
vegetasi yang dapat membantu mengoptimalkan
oleh Lechner (2000), bahwa kelembaban udara
suatu kinerja pergerakkan sirkulasi udara yang
yang tinggi dapat mempersulit proses evaporasi
baik pada bangunan.
pada kulit manusia dan mempersulit pelepasan
Penerapan perancangan dengan pendinginan
panas dari dalam tubuh. Hal ini menjadi salah
pasif (passive cooling) berupa sistem
satu pemicu terhadap perancangan bangunan
penghawaan alami pada bangunan di daerah
dalam memperhatikan penataan ruang agar dapat
tropis dapat menghasilkan suatu siklus
menghasilkan siklus pergerakkan aliran udara
kenyamanan termal (Forbes, 2007).
yang optimal (Putra, 2009).
Pendinginan pasif berupa ventilasi silang
merupakan suatu solusi untuk mengatasi suatu
B.3 Ventilasi
permasalahan penggunaan pendinginan mekanik Pada umumnya, ventilasi merupakan suatu
yang boros energi. Metode ventilasi silang ini proses pertukaran udara dari dalam ruang ke luar
dianggap efektif (Etheridge, 2012). ruang atau sebaliknya. Penerapan ventilasi
Penerapan ventilasi silang pada bangunan- memiliki beberapa manfaat untuk mewujudkan
bangunan di Universitas Indonesia didasarkan suatu kenyamanan termal di dalam ruang.
atas kriteria pemilihan rasio bukaan jendela. Ventilasi dapat berbentuk bukaan pada selubung
Dimensi terhadap disparitas ketinggian bukaan bangunan (infiltrasi udara) yang memudahkan
merupakan salah satu elemen penting pada adanya suatu aliran udara dari luar bangunan
selubung bangunan sebagai media pertukaran untuk didistribusikan ke dalam ruang melaui
udara pada dalam ruang dan luar ruang dan bukaan/jendela (Etheridge, 2012). Seperti pada
faktor orientasi bangunan terhadap arah angin, gambar 1.
serta vegetasi.
154
Prosiding Seminar Intelektual Muda #6, Rekayasa Lingkungan Terbangun Berbasis Teknologi Berkelanjutan ,
26 Agustus 2021, hal: 153-159, ISBN 978-623-91368-4-0, FTSP, Universitas Trisakti.
ANGGITA BERLIANA HANGGARA
B.4 Ventilasi Silang sebagai Bentuk Efektif
dan Efisiensi pada Bangunan
155
Prosiding Seminar Intelektual Muda #6, Rekayasa Lingkungan Terbangun Berbasis Teknologi Berkelanjutan ,
26 Agustus 2021, hal: 153-159, ISBN 978-623-91368-4-0, FTSP, Universitas Trisakti.
ANGGITA BERLIANA HANGGARA
di sekitar tapak secara tidak langsung elemen di sekitar tapak, seperti vegetasi dan
menghasilkan sirkulasi udara yang bergerak ke bangunan sekitar (gambar 5).
arah bangunan. Dengan adanya penataan
vegetasi di sekitar tapak dapat membantu
pergerakkan aliran udara yang menghasilkan
tekanan udara yang besar/tekanan positif ke
156
Prosiding Seminar Intelektual Muda #6, Rekayasa Lingkungan Terbangun Berbasis Teknologi Berkelanjutan ,
26 Agustus 2021, hal: 153-159, ISBN 978-623-91368-4-0, FTSP, Universitas Trisakti.
ANGGITA BERLIANA HANGGARA
Pengelolaan ruang terbuka dan vegetasi
menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan
agar menghasilkan suatu siklus kenyamanan
termal. Dimensi ketinggian vegetasi yang
berkisar antara 15 m – 20 m berfungsi sebagai
pelindung untuk mengurangi radiasi matahari
yang masuk pada bangunan. Kemudian, vegetasi Gambar 9. Ukuran Bukaan pada Ruang
dapat membantu terjadinya siklus pemecahan (Sumber: Moore, 1993)
angin yang terjadi akibat adanya perbedaan
Pada pengembangan perancangan
tekanan. Ketika terjadi pergerakkan aliran udara
PUSGIWA baru guna menghasilkan
yang menerpa vegetasi atau sisi bangunan maka
pergerakkan sirkulasi udara yang optimal harus
kecepatan udara akan turun dan tekanan udara
memperhatikan potensi elemen-elemen di
naik (tekanan positif), hal ini menimbulkan
sekitar tapak seperti: letak danau Mahoni,
terjadinya pergerakkan udara yang melewati
vegetasi. Disamping itu, hal lain yang harus
bangunan (gambar 8).
diperhatikan juga adalah: jarak bangunan, rasio
bukaan, dan orientasi massa.
157
Prosiding Seminar Intelektual Muda #6, Rekayasa Lingkungan Terbangun Berbasis Teknologi Berkelanjutan ,
26 Agustus 2021, hal: 153-159, ISBN 978-623-91368-4-0, FTSP, Universitas Trisakti.
ANGGITA BERLIANA HANGGARA
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka Putra P. Willy. (2009). Ventilasi Alami untuk
penerapan ventilasi silang pada pengembangan Hunian Berdempetan di Daerah
Beriklim Panas Lembab. Fakultas
rancangan gedung PUSGIWA UI, dapat Teknik, Program Studi Arsitektur,
disimpulkan sebagai berikut: Universitas Indonesia.
a. Bangunan di desain dengan bentuk persegi
panjang dan tipis untuk mengoptimakan Sudiarta I, Nyoman. (2016). Penghawaan Alami.
sirkulasi aliran udara melaui ventilasi silang Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas
Teknik, Universitas Udayana.
pada dalam bangunan.
b. Jarak antar bangunan menjadi salah satu Santoso E, Imam. (2012). Kenyamanan Thermal
pertimbangan terhadap pola pergerakkan Indoor Pada Bangunan Di Daerah
angin, dimana pada dua massa bangunan Beriklim Tropis Lembab (Vol. 1 No.1).
dengan jarak antar bangunan yang cukup luas Indonesian Green Technology Journal.
dapat menciptakan tekanan udara yang tinggi SNI 03-6572-2001 Tata cara perancangan
(tekanan positif) serta mempengaruhi sistem ventilasi dan pengkondisian
kecepatan aliran angin ke dalam bangunan. udara pada bangunan gedung.
c. Ketinggian bangunan memiliki hubungan
terhadap penataan vegetasi disekitar Susilowati, Diana., Wahyudi, Feri. (2014).
Kajian Pengaruh Penerapan Arsitektur
bangunan, dimana vegetasi menjadi media
Tropis Terhadap Kenyamanan Termal
pengantar terhadap siklus pemecahan angin Pada Bangunan Publik Menggunakan
dan pendistribusian udara yang menjalar Software Ecotech. (Vol. 13 No. 2).
melalui inlet di setiap lantai bangunan. Jurnal Desain Konstruksi.
d. Ventilasi silang dapat diterapkan di Unit
Hamzah, Baharuddin., Rahim, M. Ramli., Ishak,
Kegiatan Mahasiswa (UKM) pada
Muhammad Taufik., Sahabudd. (2017).
pengembangan gedung PUSGIWA. Kinerja Sistem Ventilasi Alami Ruang
Kuliah. (Hal. 51 – 58). Jurnal
REFERENSI Lingkungan Binaan Indonesia 6.
Ohba Masaaki., Lun Isaac. (2010). Overview of
natural cross-ventilation studies and the Geetha, N. B., Velraj, R. (2012). Passive cooling
latest simulation design tools used in methods for energy efficient buildings
building ventilation-related research. with and without thermal energy storage
(Vol. 4). Earthscan Publishing. – A review. (Volume (issues) 29(2): 913-
946). Energy Education Science and
Etheridge, David. (2012). Natural Ventilation of Technology Part A: Energy Science and
Buildings: Theory, Measurement and Research.
Design, First Edition. Published by John
Wiley & Sons Ltd. Rizk, Ahmed., S. El-Morsi, Mohamed., M.
Elwan, Mustafa. (2018). A Review on
Awbi Hazim, B. (2015). Ventilation and Air Wind - Driven Cross - Ventilation
Distribution Systems in Buildings. Techniques Inside Single Rooms.
Frontiers in Mechanical Engineering. (Volume 6 Issue 8). International
Journal of Scientific Engineering and
Fahmi ,M., Defiana Ima., Antaryama, I Ngurah. Research (IJSER).
(2017). Cross Ventilation in High-Rise
Apartment Building: Effect of Laela Latifah, Nur., Perdana, Harry., Prasetya,
Ventilation Shaft Aperture Agung., P. M. Siahaan, Oswald. (2013).
Configuration on Air Velocity and Air Kajian Kenyamanan Termal Pada
Flow Distribution. Surabaya: Bangunan Student Center Itenas
Postgraduate Program Institut Bandung. Jurusan Teknik, Arsitektur
Teknologi Sepuluh Nopember.
158
Prosiding Seminar Intelektual Muda #6, Rekayasa Lingkungan Terbangun Berbasis Teknologi Berkelanjutan ,
26 Agustus 2021, hal: 153-159, ISBN 978-623-91368-4-0, FTSP, Universitas Trisakti.
ANGGITA BERLIANA HANGGARA
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Institut Teknologi Nasional.
159