Anda di halaman 1dari 22

Rangkuman Materi Mata Kuliah Pancasila

(Resume ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pancasila)

Dosen pengampuh Khoirunnas, S.IP., M.I.Pol.

Disusun Oleh :

Muhammad Rafi Putra Yusran (01031282328034)


Refkal Ghifari (01031282328097)
Frety Nur Zahrawati (01031182328090)
Ikhsan Alfarizi (01031282328031)
Faiz Muzakki (01031182328019)
Charles Antonius Raja

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2023
Pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah pandangan hidup bangsa Indonesia yang mengandung
nilai dasar dan nilai instrumental yang dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman dan
dinamika secara internal. Ideologi terbuka merupakan bentuk ideologi yang tidak dimutlakkan dan
terlahir dari hasil kesepakatan masyarakat.
Pancasila sebagai ideologi terbuka senantiasa berkembang seiring dengan perkembangan aspirasi,
pemikiran, dan akselerasi dari masyarakat. Tujuannya adalah mewujudkan cita-cita untuk hidup
berbangsa dalam mencapai harkat dan martabat kemanusiaan. Pancasila sebagai ideologi terbuka
dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
perkembangan aspirasi masyarakat.
Hal ini dikarenakan Pancasila sebagai ideologi terbuka bersifat aktual, dinamis, dan antisipatif.
Meski Pancasila sebagai ideologi terbuka bersifat dinamis, namun hal itu tidak mengubah
sedikitpun nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya. Pancasila sebagai ideologi terbuka dapat
menerima dan mengembangkan pemikiran baru dari luar dan dapat berinteraksi dengan
perkembangan/perubahan zaman.

Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki peran penting dalam konteks sosial, politik, dan
budaya di Indonesia. Berikut adalah beberapa peran utama Pancasila sebagai ideologi
terbuka:

1. Menjaga keberagaman dan persatuan

Pancasila sebagai ideologi terbuka mengakui dan menghormati keberagaman masyarakat


Indonesia. Dalam kerangka ini, Pancasila memainkan peran penting dalam
mempromosikan persatuan, menghormati perbedaan, dan menciptakan kerukunan
antarindividu dan kelompok. Dengan pendekatan terbuka, Pancasila memfasilitasi dialog,
pengertian, dan kerjasama antara berbagai kelompok dalam masyarakat.

2. Fleksibilitas dan adaptabilitas

Pancasila sebagai ideologi terbuka memungkinkan nilai-nilainya untuk berkembang dan


beradaptasi dengan perubahan zaman, tantangan, dan perkembangan sosial. Ini
memungkinkan Pancasila untuk tetap relevan dan memberikan arahan yang bermanfaat
dalam menghadapi perubahan dan transformasi sosial yang terjadi.

3. Sebagai landasan kebijakan publik

Pancasila sebagai ideologi terbuka dapat digunakan sebagai landasan untuk merumuskan
kebijakan publik yang inklusif dan berkeadilan. Nilai-nilai Pancasila, seperti keadilan
sosial, demokrasi, dan kemanusiaan yang adil, dapat diintegrasikan ke dalam kebijakan dan
program pemerintah untuk memastikan pemerataan kesempatan, peningkatan
kesejahteraan sosial, dan perlindungan hak asasi manusia.

4. Pedoman dalam pengambilan keputusan


Pancasila sebagai ideologi terbuka memberikan panduan dan kerangka kerja dalam
pengambilan keputusan di berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, dan sosial. Dalam
konteks ini, Pancasila dapat membantu mempromosikan keputusan yang berpihak pada
kepentingan publik, menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, dan memastikan partisipasi
aktif masyarakat dalam proses pembuatan keputusan.

5. Sumber inspirasi dan motivasi

Pancasila sebagai ideologi terbuka dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi
individu dan masyarakat dalam mencapai tujuan bersama. Nilai-nilai Pancasila, seperti
persatuan, keadilan, dan kebhinekaan, dapat memotivasi individu untuk bekerja sama,
membangun kerjasama, dan mengatasi perbedaan untuk mencapai kesejahteraan dan
kemajuan bersama.

6. Pendidikan dan pembelajaran

Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki peran penting dalam pendidikan dan
pembelajaran. Konsep ini memungkinkan siswa dan masyarakat untuk mempelajari dan
memahami nilai-nilai Pancasila dengan cara yang terbuka dan inklusif. Melalui
pendidikan, Pancasila dapat menjadi landasan moral dan etika dalam membentuk generasi
yang bertanggung jawab, demokratis, dan berkeadilan.

Melalui peran-peran ini, Pancasila sebagai ideologi terbuka dapat menjadi pondasi yang kuat bagi
pembangunan sosial, politik, dan budaya yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.

DEMOKRASI PANCASILA

Demokrasi Pancasila adalah konsep demokrasi yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila sebagai
dasar negara Indonesia.

Menurut Mohammad Hatta (dalam Agustam, 2011:82), demokrasi pancasila adalah demokrasi
yang berdasarkan kekeluargaan dan gotong-royong yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat,
yang mengandung unsur-unsur berkesadaran religius, berdasarkan kebenaran, kecintaan dan budi
pekerti luhur, berkepribadian Indonesia, dan berkesinambungan.

Masih terkait pengertian demokrasi Pancasila, secara sederhana demokrasi Pancasila dapat
diartikan sebagai konsep demokrasi yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia.

Nilai-nilai Pancasila sebagai yang diketahui bersama terdiri dari lima sila, yakni Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.
Lebih lanjut, Agustam dalam Jurnal Tapis vol 7, menerangkan bahwa demokrasi pancasila
menggunakan sistem perorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat dengan persetujuan
rakyat. Kemudian, kebebasan individu tidak bersifat mutlak, melainkan harus diselaraskan dengan
tanggung jawab sosial. Adapun dalam demokrasi Pancasila, tidak ada dominasi mayoritas atau
minoritas karena cita-cita hidup bangsa dijiwai dengan semangat kekeluargaan.

Prinsip-Prinsip Demokrasi Pancasila

Diterangkan Jimly Asshiddiqie dalam Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, ada tiga
prinsip demokrasi Pancasila, yakni kebebasan atau persamaan, kedaulatan rakyat, dan
pemerintahan yang terbuka dan bertanggung jawab.

1. Kebebasan atau Persamaan (Freedom/Equality)

Kebebasan atau persamaan adalah dasar dari demokrasi. Kebebasan sendiri dianggap sebagai
sarana mencapai kemajuan dan memberikan hasil maksimal dari usaha yang dilakukan tanpa
pembatasan dari penguasa.

Lebih lanjut, dengan prinsip persamaan, semua orang dianggap sama, dan memperoleh akses dan
kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensinya; tanpa dibeda-
bedakan. Namun, perlu diperhatikan bahwa kebebasan yang dikandung dalam demokrasi
Pancasila ini tidak berarti Free Fight Liberalism yang marak tumbuh di Barat, melainkan
kebebasan yang tidak mengganggu hak dan kebebasan orang lain.

2. Kedaulatan Rakyat (people’s sovereignty)

Dalam konsepsi kedaulatan rakyat, kehendak rakyat dan kepentingan rakyat merupakan hakikat
yang utama. Sehubungan dengan ini, ada dua hal yang hendak dicapai, yakni kecilnya
kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan dan terjaminnya kepentingan rakyat dalam tugas
pemerintahan.

3. Pemerintahan yang Terbuka dan Bertanggung Jawab

Berikut kategori atau tolok ukur dari pemerintahan yang terbuka dan bertanggung jawab.

• Dewan Perwakilan Rakyat yang representatif.


• Badan kehakiman/peradilan yang bebas dan merdeka.
• Pers yang bebas.
• Prinsip negara hukum.
• Sistem dwi partai atau multi partai.
• Pemilihan umum yang demokratis.
• Prinsip mayoritas
• Jaminan akan hak-hak dasar dan hak-hak minoritas.

Masih terkait prinsip-prinsip demokrasi P, untuk dapat mewujudkan konsep negara demokrasi,
diperlukan adanya prinsip yang menjadi tolok ukur dalam menilai pemerintahan yang demokratis.
Adapun menurut Georg Sorensen dalam Demokrasi dan Demokratisasi, secara umum prinsip
demokrasi terdiri dari empat pilar utama, yakni:

1. Lembaga legislatif atau parlemen sebagai wakil rakyat.


2. Lembaga eksekutif sebagai penyelenggara pemerintahan dalam arti sempit.
3. Lembaga yudikatif sebagai tempat pemberi putusan hukum dan keadilan dalam
pelaksanaan undang-undang.
4. Pers sebagai alat kontrol masyarakat.

VISI MISI DAN NILAI PANCASILA

visi dan misi mata kuliah pendidikan Pancasila adalah sebagai berikut:
1. Visi Pendidikan Pancasila : Terwujudnya kepribadian sivitas akademika yang bersumber pada
nilai-nilai Pancasila.
2. Misi Pendidikan Pancasila :

a. Mengembangkan potensi akademik peserta didik (misi psikopedagogis).


b. Menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara
(misi psikososial).

c. Membangun budaya ber-Pancasila sebagai salah satu determinan kehidupan (misi


sosiokultural).

d. Mengkaji dan mengembangkan pendidikan Pancasila sebagai sistem pengetahuan terintegrasi


atau disiplin ilmu sintetik sebagai misi akademik

3. Nilai-nilai Pancasila :

Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia memiliki nilai-nilai luhur yang sangat
penting untuk dihadirkan sebagai upaya mengatasi masalah kehidupan kebangsaan oleh sebab itu
kita harus mengamalkan 5 Nilai - Nilai Pancasila yaitu :

- Ketuhanan Yang Maha Esa

- Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

- Persatuan Indonesia

- Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

- Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


PERBANDINGAN ANTARA IDEOLOGI PANCASILA DENGAN IDEOLOGI LAIN

Seperti yang diketahui Ideologi Pancasila adalah ideologi yang menjadi landasan keyakinan dan
cara berpikir untuk mencapai tujuan dengan berdasar kepada lima sila pancasila dan juga
merupakan suatu orientasi kehidupan konstitusional sehingga ideologi Pancasila dapat
dibandingkan dengan ideologi lain seperti ideologi Liberalisme, Kapitalisme dan sosialisme,
berikut perbandingannya :

1. Ideologi Liberalisme

Ideologi Liberalisme menjunjung tinggi hak Individu dan memperhatikan kebebasan Individu
dalam berbagai aspek aspek Kehidupan berbangsa dan bernegara, sedangkan Ideologi Pancasila
lebih mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban, sementara liberalisme
mengutamakan kebebasan hak individu secara mutlak

2. Ideologi Kapitalisme

Ideologi Kapitalisme memberi kebebasan kepada setiap individu untuk menguasai sistem
perekonomian dengan kemampuan modal yang ia miliki, sedangkan Ideologi Pancasila sedangkan
Ideologi Pancasila Lebih menekankan Persatuan, Kebersamaan, dan keseimbangan antara hak dan
kewajiban.

3. Ideologi Sosialisme

Ideologi sosialisme menekankan pada peran negara dalam mengatur kehidupan bermasyarakat dan
memperluas kebebasan masyarakat, sedangkan Ideologi Pancasila juga menekankan pada peran
negara dalam mengatur kehidupan bermasyarakat tetapi lebih fokus pada keseimbangan antara hak
dan kewajiban.

IMPLEMENTASI DEMOKRASI PANCASILA

Demokrasi Pancasila adalah konsep demokrasi yang diimplementasikan dengan mengacu pada
nilai-nilai Pancasila, yang merupakan dasar negara Indonesia. Pancasila adalah ideologi dasar yang
terdiri dari lima sila atau prinsip dasar. Implementasi demokrasi Pancasila dapat dilakukan melalui
beberapa langkah dan prinsip sebagai berikut:

1. Gotong – royong ( bekerja sama )


a. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
b. Membangun kerja sama antar pemerintah dan masyarakat
c. Mengutamakan kepentingan bersama
2. Ketuhanan yang maha esa
a. Menjunjung tinggi nilai – nilai keagamaan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
b. Menjamin kebebasan bersama semua kelompok agama dalam beribadah.
3. Kemanusiaan yang adil dan beradab
a. Menjamin hak asasi manusia bagi semua warga negara
b. Menerapkan keadilan sosial dan ekonomi untuk mencapai kesejahteraan bersama
4. Persatuan indonesia
a. Mempererat persatuan dan kesatuan dalam keragaman budaya, suku, dan agama.
b. Membangun identitas nasional yang kuat bersama – sama demi menjaga keutuhan
negara.
5. Keadilan sosial
a. Memastikan distribrusi sumber daya dan keadilan bagi seluruh rakyat
b. Mendorong pemberdayaan ekonomi untuk mengurangi kesenjangan sosial.
6. Sumber Hukum
a. Menegakkan hukum berdasarkan nilai – nilai pancasila
b. Memastikan bahwa setiap kebijakan dan tindakan pemerintah sejalan dengan
prinsip – prinsip pancasila.
7. Musyawarah
a. Mengutamakan bermusyawarah dalam pengambilan keputusan
b. Menyelesaikan konflik – konflik dengan cara damai dan kondusif

implementasi pancasila dalam kehidupan pada hakikatnya merupakan suatu realisasi praksis untuk
mencapai tujuan dan cita-cita nasional bangsa Indonesia. Dasar negara merupakan fundamen atau
pondasi dari bangunan Negara. Kuatnya fundamen Negara akan menguatkan berdirinya Negara
itu.

NILAI – NILAI PANCASILA

1. Nilai Ketuhanan

Di dalam Pancasila sila pertama yang berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa" terkandung nilai
Ketuhanan. Nilai Ketuhanan adalah nilai yang menggambarkan bahwa rakyat Indonesia
merupakan rakyat yang memiliki agama dan meyakini adanya Tuhan. Dengan kata lain,
menjalankan semua perintah agama dan menjauhi segala yang dilarang oleh agama. makna nilai
Ketuhanan yakni adanya pengakuan dan kebebasan untuk memeluk agama, menghormati
kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif antarumat beragama.

Contoh penerapan

a. Percaya dan takwa terhadap Tuhan sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing
b. Hormat menghormati dan bekerja sama antarpemeluk agama dan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup
c. Saling menghormai dan kebebasan menjalankan ibadat sesuai dengan
agama dan kepercayaannya

2. Nilai Kemanusiaan

Di dalam sila kedua Pancasila yang berbunyi "Kemanusiaan yang adil dan beradab" terkandung
nilai Kemanusiaan. Nilai Kemanusiaan adalah pengakuan dan menghormati martabat dan hak
orang lain/sesama manusia, saling tolong menolong, dan bersikap sebagai manusia yang beradab.
Nilai Kemanusiaan memiliki makna kesadaran sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral
dalam hidup bersama, atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal
sebagaimana mestinya.

Contoh penerapannya yakni, Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia, Saling mencintai sesama manusia dan Mengembangkan sikap
tenggang rasa

3. Nilai Persatuan

Untuk sila ketiga Pancasila yang berbunyi "Persatuan Indonesia" terdapat nilai Persatuan. Nilai
Persatuan merupakan nilai yang ada pada Indonesia yang sebagai negara kepulauan dan dihuni
oleh berbagai suku bangsa, maka persatuan haruslah tetap dijunjung dengan tidak saling membeda-
bedakan apalagi sampai terjadi perpecahan. Dalam nilai Persatuan juga terkandung nilai
patriotisme dan cinta tanah air, di mana setiap rakyat Indonesia haruslah bersatu dan rela berkorban
demi Tanah Air tercinta. Nilai Persatuan mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam
kebulatan rakyat, untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Rakyat Indonesia
(NKRI). Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap
keanekaragaman yang dimiliiki bangsa Indonesia.

Contoh penerapan

a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentinan bangsa dan negara di atas


kepentingan pribadi atau golongan
b. Rela berkorban demi kepentingan bangsa
c. Cinta Tanah Air dan bangsa

4. Nilai Kerakyatan

Dalam sila keempat Pancasila yang berbunyi "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan" yang di mana terkandung nilai Kerakyatan.
Nilai Kerakyatan berarti kedaulatan berada di tangan rakyat, setiap rakyat berhak memiliki
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama, dan musyawarah serta gotong royong. Nilai
Kerakyatan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakayat, oleh rakyat dan untuk rakyat
dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan.

Contoh penerapannya yaitu Mengutamakan kepentingan bersama, Tidak memaksakan kehendak


kepada orang lain, Mengutamakan musyawarah dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan
bersama.

5. Nilai Keadilan

sila kelima Pancasila yang berbunyi "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" yang di mana
di dalamnya terkandung nilai keadilan. Nilai Keadilan yang berarti keadilan dalam kehidupan
sosial haruslah meliputi seluruh rakyat Indonesia, persamaan hak dalam berbagai hak yang
dilandasi dengan hak dan kewajiban setiap orang, dan sikap saling menghormati. Nilai Keadilan
mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia yang
adil dan makmur secara lahiriah ataupun batiniah.

Contoh penerapannya yaitu berbuat luhur dan saling membantu dan gotong royong, Menjaga
keseimbangan antara hak dan kewajiban, Menghormati hak-hak orang lain.

Sejarah Lahirnya Pancasila

Sejarah singkat lahirnya Pancasila bermula dari peristiwa dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dari sidang BPUPKI tersebut yang kemudian
pada 1 Juni 1945 lahirlah Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia.

1. Sidang BPUPKI (28 Mei-1 Juni 1945)

Sejarah lahirnya Pancasila bermula dari rapat-rapat Dokuritsu Junbi Cosakai atau BPUPKI yang
dibentuk pada 29 April 1945. BPUPKI bertugas menyelidiki semua hal penting termasuk politik,
ekonomi, dan lain-lain yang dibutuhkan dalam usaha pembentukan negara Indonesia. BPUPKI
diketuai oleh KRT Dr Radjiman Wedyodiningrat.

Dalam sejarahnya, BPUPKI menjalankan sidang pertamanya secara resmi pada tanggal 29 Mei-1
Juni 1945. Dalam sidang BPUPKI ini, sejumlah tokoh menyampaikan pidatonya terkait
perumusan asas dasar negara. Para tokoh itu di antaranya Mohammad Yamin, Soepomo, dan
Soekarno.

Menurut Himpunan Risalah Sidang-Sidang dari BPUPKI dan PPKI yang Berhubungan dengan
Penyusunan UUD 1945, Moh. Yamin berpidato pada 29 Mei 1945 merumuskan 5 asas dasar
negara, yaitu Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan
Kesejahteraan Rakyat. Sementara Soepomo mengusulkan "Dasar Negara Indonesia Merdeka",
yaitu Persatuan, Kekeluargaan, Mufakat dan Demokrasi, Musyawarah, serta Keadilan Sosial.

2. Lahirnya Istilah Pancasila (1 Juni 1945)

Selanjutnya pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno memperkenalkan 5 sila, yang terdiri dari
Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi,
Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Inilah momen Pancasila dikenalkan untuk
pertama kalinya.

"Saudara-saudara! Dasar-dasar Negara telah saya usulkan. Lima bilangannya. Inikah Panca
Dharma? Bukan! Nama Panca Darma tidak tepat di sini. Dharma berarti kewajiban, sedang kita
membicarakan dasar," ujar Bung Karno.

Soekarno kemudian mengatakan menurut petunjuk seorang kawannya yang ahli bahasa nama
paling tepat adalah Pancasila. Sila artinya asas atau dasar. "Di atas kelima dasar itulah kita
mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi," ujarnya. "Pancasila itulah yang berkobar-kobar di
dalam dada saya sejak berpuluh tahun."

3. Pembentukan Panitia Sembilan

Tak berhenti di situ, BPUPKI kemudian membentuk Panitia Sembilan untuk merumuskan lebih
rinci tentang rumusan Pancasila sebagai dasar negara dan pembuatan Undang-Undang Dasar
(UUD) 1945.

Para tokoh Panitia Sembilan itu beranggotakan:

1. Ir. Soekarno

2. Drs. Mohammad Hatta

3. Mr. A. A. Maramis

4. Mr. Muhammad Yamin

5. Achmad Soebardjo

6. Abikoesno Tjokrosoejoso

7. Abdul Kahar Muzakkar


8. H. Agus Salim

9. K.H Abdul Wahid Hasyim

Hasil pembahasan Panitia Sembilan tertuang dalam Piagam Jakarta atau Jakarta Charter pada 22
Juni 1945 sebagai berikut:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Namun, perumusan soal dasar negara itu masih belum selesai. Masih timbul perdebatan antara
kelompok kebangsaan dan kelompok Islam. Saat rapat Panitia Perancang UUD pada 11 Juli 1945,
J Latuharhary menyampaikan keberatan terutama kewajiban melakukan syariat buat pemeluk-
pemeluknya.

4. Pancasila Sebagai Dasar Negara Sah

Setelah melalui berbagai kompromi pada rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI),
satu hari setelah kemerdekaan Indonesia, yakni pada tanggal 18 Agustus 1945, Moh. Hatta
menyebutkan rumusan final pembukaan UUD Negara. Salah satunya menyebutkan perubahan
kalimat pada dasar negara menjadi hanya "Negara berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa".

"Inilah perubahan yang maha penting menyatukan segala bangsa," ujar Hatta. Perubahan ini
dianggap sebagai rumusan final dasar negara yang dikenal dengan nama Pancasila.

Pancasila dinyatakan sah sebagai dasar negara Indonesia dalam sidang BPUPKI. Pancasila
disetujui ada dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar negara Indonesia yang
sah.

5. Penetapan Hari Lahir Pancasila 1 Juni

Penetapan tanggal 1 Juni sebagai hari libur nasional peringatan Hari Lahir Pancasila itu diatur
dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila. Keppres
tersebut ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Mengutip Keppres No. 24 Tahun 2016, ditetapkan bahwa tanggal 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir
Pancasila. Tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila ini berdasarkan sejarah lahirnya
Pancasila pertama kali dikenalkan pada 1 Juni 1945 silam.

4 Pilar Kebangsaan dan Transformasi Digital

1. 4 Pilar Kebangsaan

"Empat Pilar Kebangsaan" merupakan konsep yang diperkenalkan oleh Presiden Indonesia ke-6,
Susilo Bambang Yudhoyono. Konsep ini pertama kali diungkapkan dalam pidato kenegaraan pada
16 Agustus 2005. Empat Pilar Kebangsaan ini memiliki tujuan untuk memperkuat kesatuan dan
persatuan bangsa Indonesia. Berikut adalah empat pilar tersebut:

a) Pancasila: Pancasila merupakan dasar negara Indonesia. Terdiri dari lima sila, yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Pancasila menjadi landasan ideologis dan filsafat negara Indonesia.
b) UUD 1945: Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) adalah konstitusi Indonesia
yang mengatur prinsip-prinsip dasar negara, struktur pemerintahan, dan hak-hak
asasi warga negara. UUD 1945 mengalami beberapa amendemen untuk
menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

c) Bhinneka Tunggal Ika: Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan nasional


Indonesia yang diambil dari kitab Sutasoma, karya Empu Tantular, yang berarti
"Berbeda-beda tetapi tetap satu." Pesan ini menggarisbawahi keberagaman budaya,
suku, agama, dan ras di Indonesia yang harus dijaga dalam semangat persatuan.
d) NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia): NKRI mencerminkan prinsip
kesatuan wilayah Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau, suku, agama, dan
budaya. Prinsip ini menegaskan bahwa Indonesia adalah satu kesatuan yang tidak
dapat dibagi-bagi.

Keempat pilar ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia serta mengarahkan pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan.

2. Transformasi Digital
Memasuki era globalisasi, Pancasila sebagai ideologi berbangsa dan bernegara menghadapi
tantangan dalam penerapan di keseharian masyarakat. Masuknya ideologi alternatif melalui
internet ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat di Indonesia tak terbendung.

Di era digital ini penerapan Pancasila sebagai ideologi berbangsa dan bernegara menghadapi
tantangan dengan munculnya budaya asing yang menggeser budaya leluhur. sejatinya Pancasila
merupakan ideologi terbuka dalam menyerap nilai-nilai baru yang dapat bermanfaat bagi
kelangsungan hidup bangsa. Namun, diperlukan kewaspadaan nasional terhadap ideologi baru.

Maraknya penyebaran hoaks dan informasi yang memecah belah bangsa dan negara, dimana hal
itu melanggar nilai yang terkandung dalam sila ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia,
Ditambahkan pula, terjadi pula kemerosotan nilai-nilai moral yang mengancam eksistensi nilai-
nilai luhur bangsa. Selain itu, terkikisnya rasa empati dan peduli terhadap sesama.

Adapun strategi untuk menguatkan rasa nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
menurut Donald, dapat dilakukan melalui pendidikan formal, memberikan pendidikan karakter
berdasarkan nilai-nilai pendidikan Ki Hajar Dewantara, dan menguatkan rasa nasionalisme melalui
pendekatan budaya populer semisal musik, film dan olahraga. Perkembangan media digital di era
internet menuntut media mengedepankan kecepatan dalam menyampaikan informasi kepada
publik.

Transformasi Pancasila di era digital dapat memberikan sejumlah dampak positif, menciptakan
landasan yang kuat bagi masyarakat Indonesia dalam menghadapi tantangan dan peluang di dunia
digital. Beberapa dampak positif dari transformasi Pancasila di era digital meliputi:

• Penguatan Persatuan dan Kesatuan:

Transformasi Pancasila dapat menjadi alat untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa di
tengah kemajuan teknologi. Masyarakat yang memiliki kesadaran Pancasila dapat menggunakan
media sosial dan platform digital untuk membangun narasi positif yang mempersatukan,
mengurangi konflik, dan meningkatkan toleransi.

• Partisipasi Masyarakat yang Lebih Aktif:

Dengan mengintegrasikan nilai-nilai demokrasi Pancasila dalam era digital, masyarakat dapat
lebih aktif berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan melalui platform digital. Peran aktif
ini dapat meningkatkan kualitas demokrasi dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintahan.

• Inovasi Teknologi untuk Kesejahteraan:


Transformasi Pancasila dapat mendorong inovasi teknologi yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan teknologi seperti e-commerce, fintech, dan solusi digital
lainnya dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan distribusi kekayaan yang lebih merata.

• Pendidikan dan Literasi Digital yang Lebih Baik:

Integrasi nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung
literasi digital dan etika teknologi. Ini dapat membantu masyarakat mengembangkan pemahaman
yang lebih baik tentang cara menggunakan teknologi dengan bertanggung jawab.

• Inklusi Digital dan Akses yang Merata:

Transformasi Pancasila di era digital juga dapat mendorong pemerintah dan pemangku
kepentingan untuk memastikan inklusi digital yang lebih baik, sehingga manfaat teknologi dapat
dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

• Pengembangan Identitas Nasional:

Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam ruang digital dapat membantu membangun identitas
nasional yang kuat. Melalui media sosial dan platform digital, masyarakat dapat memperkuat rasa
kebangsaan dan kecintaan terhadap Indonesia.

Dengan menggabungkan nilai-nilai Pancasila dengan perkembangan teknologi, masyarakat dapat


menghadapi era digital dengan landasan moral dan etika yang kuat, sambil tetap memaksimalkan
potensi positif teknologi untuk pembangunan dan kemajuan.

Transformasi Pancasila di era digital juga dapat menimbulkan sejumlah dampak negatif, terutama
jika tidak dielola dengan baik. Beberapa dampak negatif tersebut meliputi:

➢ Penyebaran Konten Negatif dan Pencemaran Nama Baik:

Era digital memungkinkan cepatnya penyebaran informasi, tetapi juga dapat meningkatkan risiko
penyebaran konten negatif, hoaks, dan fitnah. Hal ini dapat mencemarkan nama baik individu atau
kelompok, serta merusak hubungan antarwarga.
➢ Polarisasi dan Konflik Digital:

Penggunaan media sosial dan platform digital seringkali dapat memperkuat polarisasi di
masyarakat. Pemilihan sudut pandang dan informasi yang hanya mencocokkan kepercayaan
tertentu dapat memperburuk konflik sosial.

➢ Ancaman Keamanan dan Privasi:

Pertumbuhan teknologi juga diiringi oleh potensi ancaman terhadap keamanan dan privasi.
Kejahatan daring, seperti pencurian data, penipuan online, dan serangan siber, dapat merugikan
individu dan organisasi.

➢ Eksploitasi dan Pelecehan:

Keberadaan teknologi juga membawa risiko eksploitasi dan pelecehan, terutama terhadap anak-
anak dan kelompok rentan lainnya. Pornografi anak, kejahatan siber terhadap anak, dan bentuk
pelecehan online lainnya dapat menjadi masalah serius.

➢ Ketidaksetaraan Digital:

Meskipun teknologi dapat memberikan akses ke berbagai sumber daya, ketidaksetaraan dalam
akses dan pemanfaatan teknologi juga bisa terjadi. Ini dapat memperlebar kesenjangan sosial dan
ekonomi antara kelompok masyarakat.

➢ Kelemahan pada Keamanan Nasional:

Dalam konteks keamanan nasional, era digital membuka pintu bagi potensi serangan siber dan
kebocoran informasi yang dapat merugikan negara. Pemakaian teknologi digital yang tidak aman
dapat memberikan celah bagi pihak-pihak yang ingin merusak kestabilan negara.

➢ Perubahan Budaya dan Nilai Sosial:

Transformasi Pancasila di era digital juga dapat menghadapi tantangan terhadap nilai-nilai
tradisional dan budaya. Pengaruh globalisasi melalui media digital dapat merubah pola pikir dan
perilaku masyarakat.
Mengelola dampak negatif ini memerlukan upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan
sektor swasta untuk mengembangkan regulasi, kampanye literasi digital, dan pengawasan yang
efektif. Transformasi Pancasila di era digital harus memperhatikan berbagai aspek ini agar nilai-
nilai luhur Pancasila dapat dipertahankan dalam dinamika masyarakat yang semakin terkoneksi
secara digital.

Wawasan Kebangsaan

Wawasan kebangsaan merupakan pandangan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia mengenai
identitas dan tanah airnya, dengan prinsip utama persatuan dan kesatuan dalam kehidupan
berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Konsep wawasan kebangsaan merupakan elemen yang
paling fundamental bagi bangsa Indonesia, membedakannya dari bangsa-bangsa lain di dunia.
Tujuan dari wawasan kebangsaan adalah membangun dan mengembangkan persatuan dan
kesatuan wilayah Indonesia.

Wawasan kebangsaan juga berkaitan dengan bagaimana sebuah bangsa mengelola kondisi
geografis negara, sejarah, ekonomi, politik, dan pertahanan untuk mencapai tujuan yang menjamin
kepentingan nasional. Selain itu, wawasan kebangsaan juga menentukan bagaimana suatu bangsa
memposisikan dirinya dalam hubungan dengan bangsa lain di dunia internasional. Salah satu
manfaat dari wawasan kebangsaan adalah munculnya rasa nasionalisme di kalangan masyarakat
Indonesia. Hal ini menjadikan wawasan kebangsaan sebagai salah satu tes fundamental dalam
perekrutan pegawai di sektor pemerintahan.

Wawasan kebangsaan berkembang sejalan dengan munculnya gerakan Budi Utomo pada
tanggal 20 Mei 1908, yang merupakan titik awal perjuangan nasional bangsa Indonesia, diikuti
dengan munculnya gerakan nasional dalam bidang politik, ekonomi/perdagangan, pendidikan,
seni, pers, dan perempuan. Selama perjalanan sejarah ini, muncul gagasan, sikap, dan tekad yang
berakar pada nilai-nilai budaya bangsa dan didorong oleh cita-cita moral yang luhur dari rakyat.
Sikap dan tekad ini merupakan pengembangan dari wawasan kebangsaan.

Hakekat Wawasan Kebangsaan adalah kesatuan nasional, yang berarti pandangan yang
menyeluruh dalam lingkup nusantara dan untuk kepentingan nasional. Ini berarti setiap warga
negara dan pihak pemerintahan harus memiliki pemikiran, sikap, dan tindakan yang holistik dalam
lingkup tersebut, termasuk produk-produk yang dihasilkan oleh lembaga negara.
Sebagai sebuah pandangan, wawasan kebangsaan tentunya mempunyai makna yang
terkandung didalamnya, yaitu:

1. Menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
di atas kepentingan pribadi atau kelompok
2. Menempatkan persatuan Indonesia dengan cara yang mempertahankan asas Bhinneka
Tunggal Ika
3. Tidak mengizinkan patriotisme yang tidak jujur
4. Berdasarkan pada pandangan hidup Pancasila, bangsa Indonesia berhasil memulai jalan
untuk menjalankan misinya di dunia
5. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan sejahtera
bertekad untuk mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin,
sejajar dengan bangsa lain yang sudah maju.

Urgensi Pancasila

Urgensi menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), adalah sebuah keharusan yang
mendesak. Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa urgensi merupakan keadaan dimana kita
harus mementingkan suatu hal yang benar-benar membutuhkan untuk segera ditindak lanjuti.
Sedangkan KBBI mendefinisikan Pancasila sebagai dasar negara serta falsafah bangsa dan negara
Republik Indonesia yang terdiri atas lima sila.

Jadi urgensi Pancasila dapat kita simpulkan sebagai suatu tindakan yang harus dilakukan
mengenai implementasi dasar negara dan falsafah bangsa Indonesia (Pancasila) dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara agar dapat terciptanya kehidupan masyarakat yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur sesuai dengan cita-cita dan tujuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Pancasila sebagai ideologi negara memiliki urgensi atau pentingnya bagi bangsa Indonesia
dalam berbagai aspek2, yaitu:

1. Sebagai dasar negara, Pancasila memiliki urgensi untuk memberikan arah dan tujuan bagi
penyelenggaraan negara serta pengaturan hubungan antara warga negara dengan negara.
Pancasila juga menjadi sumber hukum bagi peraturan perundang-undangan yang harus
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
2. Sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara, Pancasila memiliki urgensi untuk
membentuk karakter bangsa yang berkualitas dan bermartabat. Pancasila juga menjadi
acuan bagi perilaku warga negara dalam berinteraksi dengan sesama maupun dengan
lingkungan.
3. Sebagai jati diri bangsa, Pancasila memiliki urgensi untuk mempertahankan dan
memperkuat identitas nasional bangsa Indonesia di tengah arus globalisasi dan persaingan
internasional. Pancasila juga menjadi simbol kebanggaan dan kehormatan bangsa
Indonesia di mata dunia.
4. Sebagai perekat bangsa, Pancasila memiliki urgensi untuk menjaga dan meningkatkan
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang beraneka ragam. Pancasila juga menjadi
penangkal terhadap ancaman disintegrasi, radikalisme, terorisme, dan separatisme yang
dapat mengganggu stabilitas nasional.

Rumusan butir butir pancasila

Setiap butir-butir sila ini memiliki makna tersendiri. Menurut P.J. Soewarno dalam Pancasila
Budaya Bangsa Indonesia (1993), meskipun ke-5 sila merupakan satuan yang tidak terpisahkan,
tetapi dalam pelaksanaannya dapat ditelusuri perbedaan intensitas masing- masing sila. Walaupun
satu tetap lima, masing-masing sila tidak sama asasinya

Rumusan butir Pancasila, Pancasila sehagai ideologi negara.

1. Ketuhanan yang Maha Esa

memiliki makna bahwa bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya


terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Bunyi butir pertama ini juga menggambarkan bahwa negara
Indonesia harus membina kerukunan hidup diantara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, walaupun menganut kepercayaan yang berbeda-beda kita harus
mengembangkan sikap toleransi suling menghormati terhadap perbedaan yang tercipta. Tidak
memaksakan. suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
Mereka berhak memilih agama mereka sendiri sesuai kepercayaannya tanpa ada campur tangan
orang lain.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradap

mengandung makna bahwasannya kita harus mengakui dan memperlakukan manusia sesuai
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Menyadari dan mengakui bahwa
kita sebagai makhluk hidup memiliki hak, kewajiban, derajat serta hak asasi manusia yang satna
tanpa adanya perlakuan berbeda hanya karna perbedaan ras, suku, agama, jenis kelamin, status
sosial dan sebagainnya. Gemar melakukan kegiatan yang bersangkut paut dengan nilai-nilai
kemanusiaan dan saling cinta terhadap manusia juga merupakan pengamalan dari batir kedua
Pancasila
3. Persatuan Indonesia

butir sila ini menjadi landasan bahwa kita sebagai satu kesatuan, Bangsa Indonesia yang harus
menempatkan persatuan dan kesatuan serta keselamatan dan kepentingan bangsa diatas
kepentingan diri sendiri. Menciptakan persatuan dan memelihara ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan perwakilan

pancasila berarti Musyawarah untuk mencapai mafakat diliputi oleh semangat kekeluargaan
yang dimana bangsa Indonesia menjunjung tinggi musyawarah untuk mufakat dalam memutuskan
sesuatu. Kepentingan bersama merupakan landasan adanya musyawarah untuk mufakat.
Musyawarah harus dilakukan dengan menggunakan akal sehat yang sesuai dengan hati nurani agar
nanti hasif musyawarah tersebut tidak menyakiti pihak manapun dan dapat dipertanggung
jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa

5. Keadilann Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Berarti kita sebagai rakyat Indonesia yang mengikuti pedoman nilai-nilai Pancasila harus
mengembangkan sikap adil terhadap sesama. Kita semua memiliki hak dan kewajiban yang sama
dimata hukum. Tidak ada istilah pandang bulu untuk hal ini.

Pancasila sebagai ideologi

Ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu idea yang berarti gagasan, konsep, cita-cita, dan
pengertian dasar, serta logos yang berarti ilmu. Secara etimologia ideologi dapat diartikan sebagai
cita-cita atau pandangan suatu bangsa yang menjadi pedoman dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Pancasila sebagai ideologi negara adalah Pancasila sebagai dasar sistem
penyelenggaraan negara bagi seluruh warga negara Indonesia yang berdasar kepada cita-cita luhur
bangsa. Untuk mengetahui posisi ideologi Pancasila di antara ideologi besar dunia, maka perlu
mengenal beberapa jenis ideologi dunia sebagai berikut.

A. Marxisme-Leninisme

suatu paham yang meletakkan ideologi dalam perspektif evolusi sejarah yang didasarkan pada
dua prinsip, pertama, penentu akhir dari perubahan sosial adalah perubahan dari cara produksi,
kedua, proses perubahan sosial bersifat dialektis.

b. Liberalisme

suatu paham yang meletakkan ideologi dalam perspektif kebebasan individual, artinya lebih
mengutamakan hak-hak individu

C. Kapitalisme
suatu paham yang memberi kebebasan kepada setiap individu untuk menguasai sistem
pereknomian dengan kemampuan modal yang ia miliki Sebagai warga negara kita perlu
memahami kedudukan Pancasila sebagai ideologi negara karena ideologi Pancasila menghadapi
tantangan dari berbagai ideologi dunia dalam kebudayaan global. Berikut ini ada beberapa contoh
unsur-unsur yang memengaruhi ideologi Pancasila yaitu:

- Unsur ateisme yang terdapat dalam ideologi Marxisme atau komunisme bertentangan dengan sila
Ketuhanan Yang Maha Esa.

- Unsur individualisme dalam liberalisme tidak sesuai dengan prinsip nilai gotong royong dalam
silaKeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia..

- sesuai dengan prinsip ekonomi kerakyatan. Salah satu dampak yang dirasakan dari kapitalisme
ialah munculnya gaya hidup konsumtif.

- Kapitalisme yang memberikan kebebasan individu untuk menguasai sistem perekonomian negara
tidak

d. Sosialisme

suatu paham yang meletakkan ideologi dalam perspektif kepentingan masyarakat, artinya
negarawajib menyejahterakan seluruh masyarakat atau yang dikenal dengan kosep welfare state.

Pancasila sebagai ideologi, selain untuk menghadapi tantangan dari ideologi ideologi besar
dunia jugamenghadapi tantangan dari sikap dan perilaku kehidupan yang menyimpang dari norma-
norma masyarakat umum. Tantangan itu meliputi, antara lain terorisme dan narkoba. Sebagaimana
yang telah diinformasikan oleh berbagai media masa bahwa terorisme dan narkoba merupakan
ancaman terhadap keberlangsungan hidup hangsa Indonesia dan ideologi negara.

Anda mungkin juga menyukai