DISUSUN OLEH :
NIM : 20010020
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2023
PERNYATAAN ORISINALITAS
Proposal ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip
maupun di rujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nim : 20010020
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Proposal
Telah di setujui dan diuji dihadapan tim penguji proposal skripsi Program Studi S1 Keperawatan
Stikes Husada Mandiri Poso
Pembimbing I Pembimbing II
NIK: NIK.
iii
PERNYATAAN PENGESAHAN
Nim : 20010020
Judul Proposal : Pengaruh Terapi Relaksasi Slow Deep Breathing Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Penderita Hipertensi Di RSUD Poso
Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh sarjana pada program S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Mandiri Poso.
DEWAN PENGUJI
Penguji III :
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul “Pengaruh Terapi Relaksasi
Slow Deep Breathing Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Penderita Hipertensi Di RSUD
POSO”.
Penulis dalam penyelesaian dan pembuatan proposal ini mendapatkan bantuan dan arahan
dari berbagai pihak yang ikut serta dalam pembuatan proposal ini. Dalam hal ini penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah bersedia membantu dan
mengarahkan dalam proses pembuatan proposal ini.
Orang tua penulis Nyoman Panitra Dan Wayan Rusmini yang telah berkorban besar tanpa
mengenal lelah demi anaknya agar lancar dan sukses dalam menempuh studi. Adi Putra dan
Andreni sebagai kakak-kakak yang telah memberikan dukungan dalam hal sebagai motovasi
bagi penulis.
Terlepas dari semua ini, penulis sadar dalam hal penyusunan proposal ini masih memiliki
banyak kekurangan baik dari segi kalimat, penulisan, serta tata bahasa. Oleh karena itu, penulis
memohon maaf. Akhir kata penulis sangat berharap dengan adanya proposal ini agar dapat
bermanfaat bagi pembaca serta dapat menambah pengetahuan dan dijadikan sebagai sumber
inspirasi bagi peneliti selanjutnya.
v
DAFTAR ISI
COVER JUDUL..........................................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................
1. Latar Belakang...............................................................................................................
2. Rumusan Masalah .........................................................................................................
3. Tujuan Penelitian............................................................................................................
4. Manfaat Penelitian..........................................................................................................
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hipertensi atau biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan
yang dialami secara global yang memerlukan penanggulangan yang baik. Hipertensi
merupakan suatu kondisi dimana tekanan darah mengalami peningkatan yang persisten.
Dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik diatas 90 mmHg (WHO, 2015). Berdasarkan WHO (2021) diperkirakan terdapat
1,28 miliar orang dewasa diseluruh dunia menderita hipertensi.sebagian besar kasus
hipertensi dari negara-negara yang memiliki ekonomi menengah kebawah.Sedangkan di
Asia Tenggara angka kejadian hipertensi pada tahun 2020 adalah 39,9%. (Mills,Stefnescu
and He,2020; Jeemon et al.,2021). Di Amerika serikat penderitanya sekitar 35% dari
populasi negara. Eropa sebesar 41%, dan Australia sejumlah 31,8%. Penyakit ini di
kawasan Asia Tenggara berada pada rentang 34,2-38%, berdasarkan data dari negara
Malaysia, Singapura ,Brunnei Darussalam, dan Thailand ( Rusnoto & Hermawan, 2018).
Di negara-negara dengan penghasilan tinggi seperti Qatar, Amerika, dan Swiss
cenderung memiliki angka yang lebih rendah dibandingkan dengan yang berpenghasilan
menengah/rendah seperti Liberia, Afrika Tengah, dan Republik Demokratik Kongo. Hal
ini disebabkan adanya kebijakan publik multisektoral dan akses lebih baik dalam
perawatan kesehatan (Afrin,Suryani,&Riniasih, 2017). Di Indonesia, satu dari lima
penduduk atau sekitar 20% mengidap hipertensi, dengan rasio berbeda-beda di berbagai
daerah. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2012, didapati jumlah penyakit hipertensi di
indonesia berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran mencapai 25,8%
(>63 juta jiwa) dengann persentasi tertinggi di provinsi Bangka Belitung (30,9%) dan
terendah di Jawa Barat (29,4%) ( Kemenkes Republik Indonesia, 2013).
Di Jakarta prevalensi hipertensi mengalami kenaikan,pada tahun 2013 sekitar
20% dan meningkat pada tahun 2018 menjadi 33,4% (Riskesdas,2018). Angka kejadian
hipertensi di dunia pada 2019 diperkirakan mencapai 1,13 miliar orang menderita
hipertensi di seluruh dunia. Hasil pengukuran pada penduduk usia >18 tahun di Indonesia
didapatkan 658.201 penderita terdiagnosa hipertensi dengan angka tertinggi terjadi di
Provinsi Jawa Barat yaitu 131.153 penderita dan angka terendah berada di Provinsi
viii
kalimantan Utara yaitu 1.675 penderita,sedangkan untuk wilayah lampung prevalensi
hipertensi menempati urutan ke 7 dengan jumlah penderita sebanyak 20.484. (Riskesdas,
2018). Jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 34,1% mengalami peningkatan
dibandingkan jumlah kasus hipertensi pada Riskesdas Tahun 2013 sebesar 25,8%.
(Kemenkes RI, 2021).
Tingginya kasus penyakit hipertensi diatas, menunjukkan bahwa penyakit ini
merupakan penyakit yang sangat berbahaya dan sangat mengancam kesehatan secara
global. (Lestari % Lelyana,2010). Penyakit ini dapat terjadi pada berbagai level usia
sehingga perlu mendapatkan perhatian dan penanganan secara khusus. Selain itu,
hadirnya penyakit ini dapat menjadi pemicu datangnnya penyakit kronis lain seperti
stroke, gagal jantung, bahkan menyebabkan kematian. Hipertensi dan dan komplikasi
penyakit lainnya yang ditimbulkan, dapat meningkatkan penderitaan indivitu
pengidapnya. Keadaan yang parah pada penderita hipertensi dengan level yang lebih
tingggi juga dapat memperburuk kondisi pasien termasuk mengganggu aktivitas fisik
maupun kualitas hidupnya secara umum. ( Fithria, 2012).
Dari data Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah pada tahun 2016, di Sulawesi
Tengah hipertensi menduduki urutan ke tiga dari 10 kasus rawat inap di rumah sakit yaitu
sebanyak 424 kasus (9,10%) dan urutan ke empat dalam 10 penyebab kematian yaitu
10,99% (Profil Dinas Provinsi Sulawesi Tengah,2016). Berdasarkan laporan dari Dinas
Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah,kasus tertinggi adalah kota Palu yaitu sebesar
78.361 kasus pada tahun 2015,dan meningkat menjadi 78.397 kasus pada tahun 2016,
jumlah tersebut terus meningkat secara signifikan menjadi 88.752 pada tahun 2017. Data
Dinas Kesehatan Kabupaten Poso tahun 2018 prevalensi hipertensi sebesar 12,85%
dengan jumlah kasus sebanyak 47.476 kasus. Kondisi ini menimbulkan tantangan
tersendiri bagi para tenaga kesehatan yang berada di Sulawesi Tengah untuk
memaksimalkan upaya pelayanan dan pencegahan tingkat lanjut. Berdasarkan beberapa
penelitian, orang yang menderita hipertensi memiliki peluang lebih besar untuk terkena
stroke dan terkena serangan jantung yang disebabkan oleh pikiran terlalu cemas.
Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan keadaan
emosional yang dimiliki oleh seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau kejadian
dalam hidupnya. Kecemasan itu sendiri ditandai dengan gejala fisik seperti gelisah,
anggota tubuh bergetar, dan sulit bernapas, mudah marah dan tersinggung (Susanti &
ix
Rasima, 2020). Kecemasan seringkali terjadi pada seseorang yang sudah lanjut usia,
mereka mengatakan kecemasanya tentang rasa takut terhadap penyakit hipertensi yang
bisa menyebabkan kematian, kehilangan keluarga atau teman, kedudukan sosial,
pekerjaan, uang, atau mungkin rumah tangga.(Reni, 2014). Kecemasan seperti rasa takut
yang samar dan tidak dapat di dukung oleh situasi. Penyebab dari cemas ini belum di
ketahui pasti karena tidak ada rangsangan yang jelas di kenali. Kecemasan dapat
membuat seseorang menarik diri dan mebuat kosentrasi menurun sehingga biasanya
seseorang mengekspresikan nya dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebih sebagai
respon emosi terhadap kecemasan. Kecemasan bisa terlihat seperti kebingungan atau
kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan
dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. (Suliswati dkk, 2012).
Kecemasan pada hipertensi dapat menaikkan tekanan darah, penderita dengan
kecemasan berat akan terjadi kenaikan tekanan darah yang mana akan mempengaruhi
proses kesembuhan dan menghambat kehidupan sehari-hari. Ada kaitan antara
kecemasan dan hipertensi dimana saat cemas pembuluh darah akan menyempit sehingga
tekanan darah akan meningkat. Kecemasan yang tidak sejalan dengan kehidupan
berlangsung terus menerus dapat menimbulkan kelelahan bahkan kematian. ( Arifiati,
2019).
Untuk mengatasi hal tersebut ada beberapa terapi komplementer serta latihan
relaksasi yang dapat mengatasi hipertensi salah satunya ialah Terapi nonfarmakologis
yang wajib dilakukan oleh penderita hipertensi adalah melakukan relaksasi. Relaksasi
salah satu bentuk terapi yang berupa pemberian instruksi kepada seseorang dengan
bentuk gerakan yang tersusun secara sistematis untuk merilekskan pikiran dan seluruh
anggota tubuh.(Asri Tri Pakarti et all,2022).Teknik relaksasi napas dalam yang teratur
dapat meningkatkan aliran darah pada penderita hipertensi yang terhambat,sehingga
menurunkan tekanan darah. Jika dilakukan secara teratur,pernapasan yang lambat dan
dalam ini akan memberikan hasil yang terbaik. (Kurniasari et al.,2020). penatak
Teknik relaksasi slow deep breathing ini bentuk asuhan keperawatan dalam hal
perawat mengajarkan pasien bagaiman cara melakukan napas dalam, napas lambat
(menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara
perlahan dan berkala. Relaksasi sempurna dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh
x
dan kecemasan sehingga dapat menghambat stimulus kecemasan. Teknik relaksasi efektif
untuk mengurangi kecemasan pada penderita hipertensi.
Dari data 1 tahun terakhir penyakit hipertensi di RSUD POSO berjumlah sekitar
739 penderita hipertensi yang berobat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
dengan penderita hipertensi 9 dari 10 responden mengatakan bahwa responden hanya
rutin mengonsumsi obat hipertensi dan belum tau melakukan terapi relaksasi Slow Deep
Breathing. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
“pengaruh terapi relaksasi Slow Deep Breathing terhadap tingkat kecemasan pada
penderita hipertensi di RSUD POSO”.
2. Rumusan Masalah
Hipertensi merupakan suatu kondisi dimana tekanan darah mengalami
peningkatan yang persisten. Orang yang menderita hipertensi memiliki peluang lebih
besar untuk terkena stroke dan terkena serangan jantung yang disebabkan oleh pikiran
terlalu cemas. Kecemasan merupakan kondisi dimana perasaan emosional yang dapat
digambarkan dengan perasaan mental yang gelisah, detak jantung berdetak cepat,
pernapasan juga mengalami tidak keteraturan, gemetar dan peningkatan tekanan darah
atau hipertensi. Oleh karena itu perlu adanya terapi nonfarmakologis seperti relaksasi
napas dalam guna mendukung manajemen kecemasan dalam mencapai tingkat
kecemasan atau ansietas pada pasien hipertensi. Berdasarkan latar belakang, maka
penulis akan merumuskan masalah yaitu apakah ada pengaruh terapi relaksasi Slow Deep
Breathing terhadap tingkat kecemasan pada penderita hipertensi di RSUD POSO.
3. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi slow deep breathing terhadap tingkat
kecemasan pada pasien hipertensi di RSUD POSO.
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui tingkat kecemasan sebelum dilakukannya terapi relaksasi Slow Deep
Breathing terhadap tingkat kecemasan pada penderita hipertensi di RSUD
POSO.
2) Mengetahui tingkat kecemasan sesudah dilakukannya terapi relaksasi Slow Deep
Breathing terhadap tingkat kecemasan pada penderita hipertensi di RSUD
POSO.
xi
3) Mengetahui pengaruh terapi relaksasi Slow Deep Breathing terhadap tingkat
kecemasan pada penderita hipertensi di RSUD Poso.
4) Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden (umur, Jenis Kelamin,
agama, suku, pendidikan)
4. Manfaat penelitian
a. Manfaat Teori
Memberikan bukti-bukti nyata bahwa latihan terapi relaksasi slow deep breathing
efektif dalam mengurangi tingkat kecemasan kepada penderita hipertensi.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi
mahasiswa dalam mengemban ilmu keperawatan serta dapat digunakan sebagai
materi pokok dalam asuhan keperawatan pasien dengan tingkat kecemasan
penderita hipertensi pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
2) Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
informasi,rujukan,dan bahan acuan tambahan dalam pengaplikasian SOP dan
dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga kepada penderita hipertensi.
3) Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menjadi awalan dari penelitian-penelitian selanjutnya
yang terkait dengan tingkat kecemasan sehingga harapannya dengan adanya
penelitian ini peneliti bisa menemukan berbagai solusi untuk mengatasi
permasalahan tingkat kecemasan pada penderita hipertensi.
4) Bagi pasien
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pasien untuk
mengatasi tingkat kecemasan pada penderita hipertensi.
xii
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang abnormal dimana tekanan
sistolik dan diastoliknya melebihi batas normal 160/95 mmHg itu yang dinyatakan
hipertensi (Muda, 2021). Hipertensi juga penyakit yang menyerang sistem kardiovaskuler
dengan angka mordibitas dan mortalitas yang sangat tinggi. (Pertiwi, 2018). Jadi tekanan
darah tinggi adalah meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh darah arteri
dengan keadaan kronis yang mengakibatkan jantung bekerja lebih keras untuk
menyalurkan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Jika hal ini terjadi terus
menerus dapat menganggu aliran darah, merusak pembuluh darah, dan juga
menyebabkan penyakit degeratif yang berujung hingga kematian.
American Heart Association (2017) menyebutkan bahwa gejala hipertensi dapat
bervariasi disetiap masing-masing individu dan gejala penyakit tidak jauh berbeda
dengan penyakit lainnya. Penyakit hipertensi dianggap penyakit yang tanpa
memperlihatkan gejala ataupun tanda-tanda apapun.
2. Etiologi
Penyebab hipertensi ada 2 yaitu diantaranya hipertensi primer atau disebut dengan
esensial dan hipertensi sekunder.
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer atau biasa disebut hipertensi esensial adalah hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya dan dikatakan sebagai hipertensi idiopatik. Sekitar
95% kasus dengan beberapa factor yang dapat mempengaruhi hipertensi tersebut
seperti pola hidup yang tidak baik (merokok, asupan garam berlebih, obesitas,
aktivitas fisik, dan juga stress), factor genetik serta usia, dan adanya
ketidakseimbangan dari modulator, vasokontriksi, dan vasodilatasi. (Mustafiza,
2010).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang dapat diketahui penyebabnya
seperti penyakit ginjal, kelainan adrenalin, tumor, diabetes, kelaian aorta, dan juga
xiii
kelainan endokrin seperti obesitas dan resistensi insulin, hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan. Hipertensi sekunder ini juga bisa di kontrol
menggunakan obat-obatan. (kartiningrum & auli,2021).
3. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala hipertensi yang umum di jumpai antara lain :
a. Pusing
b. Mudah marah
c. Telinga berdenging
d. Mimisan
e. Sulit tidur
f. Sesak napas
g. Rasa berat di tengkuk
h. Mudah lelah
i. Mata berkunang-kunang
1) Jenis Diuretik :
Diuretic tiazid (hidroklorotiazid, hidroklorotiazid klortalidon, bendroflumetiazid,
indapamide, xipamid),
2) Alfa bloker :
Doxazosin, bunazosin, prazosin, labetalol.
3) Penghambat ACE :
Enalaprin, benazepril, katropil, kunapril.
4) Antagonis kalsium :
Diltiazem, verapamil, nifediipin. (anonim,2009 dalam hasairin,2019).
B. TINGKAT KECEMASAN
1. Definisi
Kecemasan merupakan masalah emosional yang di wujudkan dengan tanda-tanda
pernapasan tidak teratur, detak jantung cepat, tekanan darah meningkat, gemetar tidak
terkendali, yang kemudian menimbulkan reaksi psikologis terhadap gejala tersebut.
(khoriyah et al, 2021). Kecemasan atau yang biasa di kenal dengan kekhawatiran adalah
suatu keadaan dimana perasaan tidak nyaman, tidak enak, pengalaman yang tidak jelas
dan disertai perasaan ketidakpastian yang timbul karena disebabkan oleh sesuatu yang
tidak jelas dan digambarkan dengan perasaan emosional pada diri seseorang yang
mengalami kecemasan.
Kecemasan dapat di ekspresikan melalui respon fisiologis, yaitu tubuh memberi
respons dengan mengaktifkan sistem saraf otonom.Kecemasan juga dapat terlihat dari
respon emosi tanpa objek yang sjelas secara subjektif dialami dan
interpersonal.Kecemasan bisa terlihat seperti kebingungan atau kekhawatiran pada
sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan
perasaan tidak menenttu dan tidak berdaya. (Suliswati dkk, 2012). Kecemasan seringkali
terjadi pada seseorang yang sudah lanjut usia,mereka mengatakan kecemasanya tentang
rasa takut terhadap penyakit hipertensi yang bisa menyebabkan kematian,kehilangan
xvi
keluarga atau teman ,kedudukan sosial,pekerjaan,uang,atau mungkin rumah tangga.(Reni,
2014).
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat diatas adalah kecemasan
adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang mengancam dan dapat
menyebabkan kegelisahan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang serta
ketakutan bahwa sesuatu buruk akan terjadi.
2. Etiologi
Ada 2 penyebab kecemasan yaitu antara lain :
a. Faktor predisposisi
Adalah faktor yang sering muncul dalam kehidupan,seperti stres yang dapat
menimbulkan kecemasan, seperti konflik emosional yang dialami seseorang dan
tidak dapat diselesaikan dengan baik seperti keinginan dan kenyataan atau dengan
egonya, peristiwa traumatis terkait krisis mempengaruhi kecemasan, konsep diri
juga dapat mempengaruhi kecemasan, frustasi, gangguan fisik menyebabkan
kecemasan.
b. Faktor presipitasi
Adalah faktor yang semua ketegangan yang menimbulkan kecemasan diantaranya
seperti ancaman fisik yang terbagi menjadi 2 sumber yaitu internal dan eksternal.
1) sumber internal meliputi : kegagalan biologis yang bersifat fisik. Mekanisme
sistem kekebalan tubuh, yang mengubah biologi normal, misalnya kehamilan.
2) Sumber eksternal meliputi : paparan bakteri dan virus yang diikuti dengan
ancaman terhadap harga diri, misalnya kesulitan melakukan aktivitas di rumah
atau dalam hubungan interpersonal dan kehilangan orang tercinta.
3. Tingkat Kecemasan
Ada empat tingkat kecemasan yaitu terdiri dari :
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari-hari.pada tingkat ini menyebabkan persepsi meningkat dan individu akan
selalu berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar menghasilkan
pertumbuhan dan kreativitas.
Respon fisiologi :
xvii
1) Sesekali napas pendek
2) Nadi dan tekanan darah naik
Respon kognitif :
1)Lapangan persepsi melebar
2)Mampu menerima rangsangan yang kompleks
Respon perilaku dan emosi :
1) Tidak dapat duduk tenang
2) Tremor halus pada tangan
3) Suara kadang-kadang meninggi
b. Kecemasan sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu
memfokuskan hal-hal yang penting saat itu dan menyampingkan hal lain.
Respon fisiologi :
1) Sering napas pendek
2) Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik
3) Gelisah
Respon kognitif :
1) Lapang persepsi menyempit
2) Rangsangan luar tidak mampu diterima
Respon perilaku dan emosi :
1) Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
2) Berbicara banyak dan lebih cepat
c. Kecemasan berat
Pada kecemasan berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal laijn. Individu tidak mampu
lagi berfikir secara realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk
memusatkan perhatian pada area lain.
Respon fisiologi :
1) Napas pendek
2) Nadi dan tekanan darah naik
xviii
3) Berkeringat dan sakit kepala
Respon kognitif :
1) Lapang persepsi sangat sempit
2) Tidak mampu menyelesaikan masalah
Respon perilaku dan emosi :
1) Perasaan ancaman meningkat
2) Berbicara cepat
xix
Seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah mudah mengalami kecemasan
karena semakin tinggi pendidikan maka akan semakin tinggi tingkat kemampuan
berfikir seseorang.
d) Mekanisme koping
Ketika seseorang mengalami kecemasan, seseorang akan menggunakan
mekanisme koping untuk mengatasi dan ketidakmampuan mengatasi kecemasan
secara kognitif menyebabkan terjadinya perilaku patologis.
e) Status kesehatan
Setelah orang memasuki masa usia lanjut umumnya mulai adanya kondisi fisik
yang bersifat patologis berganda ,seseorang yang sedang sakit dapat menurunkan
kapasitas seseorang dalam menghadapi kecemasan.
6. Patofisiologi kecemasan
Hormon kecemasan yang terdapat pada sistem saraf pusat adalah norepineprine,
serotobin, dopamine, dan gamma-aminobutyric acid (GABA). Sistem saraf otonom
simpatetik bertindak sebagai perantara dari kebanyakan gejala (Chan & Marwaha,2020)
xx
Amygdala berperan penting untuk meredakan ketakutan dan kecemasan.
Seseorang dengan gangguang kecemasan telah terbukti menunjukkan respon amygdala
yang meningkat,yang berarti merupakan isyarat terhadap tingginya level kecemasan
sehingga amygdala bekerja lebih keras. ( Chan & Marwaha, 2020).
7. Penatalaksanaan kecemasan
Penatalaksaan kecemasan menurut Jannah, 2018 dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Penatalaksaan farmakologi
Pengobatan untuk anti kecemasan terutama benzodiazepine, obat yang digunakan
untuk jangka pendek dan tidak dianjurkan untuk pengaruh terapi jangka panjang
karena pengobatan ini menyebabkan ketergantungan. Obat anti kecemasan
nonbenzodiazepine seperti buspiron (buspar) dan berbagai antidepresan juga
digunakan.
b) Penatalaksanaan non farmakologi
1) Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan dengan cara
mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehinggan seseorang akan lupa pada
cemas yang yang dialaminya. Salah satunya yaitu dengan cara memberikan
dukungan spiritual sehingga dapat menurunkan hormon-hormon stresor dan
meningkatkan perasaan rilex.
2) Terapi relaksasi
Relaksasi yang dapat dilakukan berupa relaksasi, meditasi, relaksasi imajinasi
dan visualisasi , serta relaksasi progresif.
xxi
Relaksasi dapat diaplikasikan sebagai terapi nonfarmakologis, dengan
respon relaksasi ditandai dengan penurunan tekanan darah, menurunnya denyut
nadi, jumlah pernapasan serta konsumsi oksigen. Latihan Slow Deep Breathing
terdiri dari pernapasan abdomen (diafragma) dan purse lip breathing dapat
digunakan sebagai asuhan keperawatan mandiri dengan mengajarkan
melakukan nafas dalam (menahan inspirasi secara maksimal), nafas lambat dan
cara menghembuskan nafas secara perlahan dengan metode bernafas ekshalasi
yang panjang.
xxii
Relaksasi ini memiliki efek peningkatan fluktuasi dari interval frekuensi
pernapasan yang berdampak pada peningkatan efektivitas barorefleks dan
dapat mempengaruhi tekanan darah .
Slow deep breathing meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis dan
meningkatkan suhu kulit perifer sehingga mempengaruhi penurunan
frekuensi denyut jantung , prekuensi napas dan aktivitas elektromiografi
( Kaushik et al., 2006).
D. Keaslian Penelitian
1) Pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap tingkat kecemasan pada
ibu hamil dengan hipertensi di puskesmas Prangat Kabupaten Kutai
Kartanegara ( kuswaningsih, 2020 )
Jenis Penelitian yang digunakan yaitu eksperimen dengan menggunakan
quasi experimental. Pendekatan yang dilakukan teknik one grup pre test dan
post test design. populasi dalam penelitian in adalah pasien ibu hamil yang
hipertensi di Puskesmas Prangat Kabupaten Kutai Kartanegara berjumlah 18
xxiii
orang. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling. Instrumen penelitian
meliputi kuesioner skala HARS. Analisa data menggunakan uji t berpasangan.
Hasil dari penelitian ini terdapat pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
kecemasan pada ibu hamil dengan hipertensi di Puskesmas Prangat Kabupaten
Kutai Kartanegara, sehingga semakin baik teknik relaksasi nafas dalam
dilakukan ibu hamil dengan hipertensi mampu menurunkan tingkat kecemasan.
Dalam penelitian Kuswaningsih (2020) serupa dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti , namun kontras dengan penelitian ini secara populasi,
teknik pengambilan sampel, dan instrumen penelitian berbeda.
2) Pengaruh slow deep brething terhadap penanganan kecemasan pada pasien
post of apendektomi di RSUD Sleman. ( Ike Nurjana Tamrin, Syamsir, 2023 )
Penelitian ini menggunakan desain quasy- experiment dengan tipe pre and post
operasi pandisitis di RSUD Sleman Yogyakarta. Sampel penelitian berjumlah 30
responden. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara Acidental sampling.
Menggunakan uji paried t test untuk mengetahui dan menganalisis tingkat
kecemasan. Instrumen penelitian menggunakan skala HARS. Hasil penelitian
terdapat pengaruh yang signifikan pemberian Slow Deep Breathing terhadap
penurunan tingkat kecemasan dengan nilai p-value sebesar 0,001.oleh karena itu,
terapi napas dalam dapat diterapkan dalam penanganan tingkat kecemasan di
RSUD Sleman Yogyakarta terutama pada pasien post op Apendektomi.
Perbedaan dengan penelitian ini Yaitu pada pemilihan sampel, jumlah sampel,
dan instrumen penelitian berbeda.
3) Pengaruh terapi relaksasi Slow Deep Breathing terhadap perubahan skala
nyeri kepala pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Lingkar
Timur Kota Bengkulu (Herlen Octhami, 2019)
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi-Experimental design.
Dengan pendekatan pretest-posttest control group design. Pengambilan sampel
menggunakan consequtive sampling. Dengan 18 orang dalam satu kelompok
dan seluruh sampel penelitian adalah 36 orang. Instrumen yang digunakan
adalah lembar observasi numeric rating scale. Analisis yang digunakan adalah
non-parametrick dengan menggunakan uji mann-whitney. Dengan hasil
xxiv
penelitian ada pengaruh terapi relaksasi Slow Deep Breathing terhadap
perubahan skala nyeri kepala pada penderita hipertensi.
Penelitian Herlen Octhami (2019) sejalan dengan penelitian ini, Cuma bedanya
di pengambilan sampel, jumlah sampel, instrumen, dan analisis.
E. Kerangka Teori
Gambar 2.1
Kerangka teori
Penatalaksanaan hipertensi
Faktor-faktor yang
mempengaruhi hipertensi 1) Terapi farmakologis
2) Terapi non
1) Genetik farmakologis
2) Jenis kelamin dan
usia Teknik Relaksasi Slow
3) Diet Deep Breathing
4) Berat badan
5) Gaya hidup
: Diteliti
: Tidak Diteli
xxv
BAB III
KERANGKA KONSEP,HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Bebas
Variabel Perancu
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Agama
4. Suku
5. pendidikan
xxvi
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan atau pertanyaan awal peneliti mengenai pengaruh antara
variabel yang dijadikan sebagai jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil penelitian
( Dharma, 2011).
Hipotesis penelitian ini adalah :
H1 : tidak ada pengaruh sebelum dan sesudah pemberian terapi relaksasi Slow Deep
Breathing terhadap tingkat kecemasan pada kelompok kontrol.
H2 : Ada pengaruh sebelum dan sesudah pemberian terapi relaksasi Slow deep
breathing terhadap Tingkat kecemasan pada kelompok control
H3 : Tidak ada pengaruh sebelum dan sesudah pemberian terapi relaksasi Slow Deep
Breathing terhadap tingkat kecemasan pada kelompok intervensi.
H4 : Ada pengaruh sebelum dan sesudah pemberian terapi relaksasi Slow Deep
Breathing terhadap tingkat kecemasan pada kelompok intervensi.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang
sedang diteliti menjadi bersifat operasional dalam kaitannya dengan proses pengukuran
berbagai variabel tersebut. ( Sugiyono, 2013 ).
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana peningkatan darah sistolik berada diatas
batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg. Kondisi ini menyebabkan pembuluh darah terus meningkatkan tekanan.Tekanan
darah normal berada pada nilai 120 mmHg sistolik yaitu pada saat jantung berdetak dan
mmHg diastolik yaitu pada saat jantung berelaksasi, jika nilai tekanan melewati batas itu,
maka bisa dikatakan bahwa seseorang mengalami tekanan darah tinggi.(WHO).
Kecemasan merupakan masalah emosional yang di wujudkan dengan tanda-tanda
pernapasan tidak teratur, detak jantung cepat, tekanan darah meningkat, gemetar tidak
terkendali, yang kemudian menimbulkan reaksi psikologis terhadap gejala tersebut.
(khoriyah et al, 2021). Untuk mengatasi hal tersebut ada beberapa terapi komplementer
serta latihan relaksasi yang dapat mengatasi hipertensi salah satunya ialah Terapi
xxvii
nonfarmakologis. Slow deep breathing adalah relaksasi yang dilakukan dengan sadar
untuk mengatur pernapasan secara dalam dan lambat yang dapat membuat efek relaks
(Lizasoain et al.,2015). Terapi relaksasi banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari
untuk mengatasi berbagai masalah, misalnya stres, ketegangan otot, nyeri, hipertensi,
gangguan pernapasan dan lain-lain. Relaksasi secara umum merupakan keadaan
menurunnya kognitif,fisiologi, dan perilaku (Andarmoyo, 2013).
TABEL 3.1
Definisi Operasional
xxviii
keluarga yang responden
seturunan atau
golongan sosial
yang mempunyai
ciri-ciri yang
paling mendasar.
Pendidikan Proses Wawancara,alat Nominal Sd, smp, sma,
pengubahan sikap ukur kuisioner tidak sekolah
dan tata laku
seseorang atau
kelompok orang
dalam usaha
mendewasakan
melalui upaya
pengajaran dan
pelatihan
Variabel
independen
Terapi relaksasi Slow deep Menggunakan Nominal 0 = dilakukan
Slow Deep breathing adalah lembar 1 = tidak
Breathing melakukan observasi. dilakukan
relaksasi napas
dalam melauli
hidung secara
perlahan selama 3
detik kemudian
tahan napas
selama 3 detik
kemudian
keluarkan melalui
mulut dan
hembuskan secara
xxix
perlahan selama 6
detik. Dilakukan
sebanyak 6 kali
permenit selama 5
menit.
Variabel
dependen
Tingkat Kecemasan Kuisioner skala Ordinal Rentang
kecemasan merupakan DASS-42 penilaian 0->20
terhadap penderita masalah dengan
hipertensi emosional yang di pengelompokkan
wujudkan dengan yaitu :
tanda-tanda 0-7 = Normal
pernapasan tidak 8-9 = Ringan
teratur, detak 10-14 = Sedang
jantung cepat, 15-19 = Parah
tekanan darah >20 = sangat
meningkat, parah
gemetar tidak
terkendali, yang
kemudian
menimbulkan
reaksi psikologis
terhadap gejala
tersebut.
(khoriyah et al,
2021).
BAB IV
xxx
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1) Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan Quasi-Experimental dengan pendekatan
Pretest-Posttest Control Group Design. Desain penelitian menggunakan penilaian
skala DASS pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum intervensi.
Penelitian ini bertujuan untuk membahas pengaruh Terapi Relaksasi Slow Deep
Breathing terhadap perubahan tingkat kecemasan pada penderita hipertensi.
Responden pada penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol
dan kelompok intervensi. Kelompok kontrol diobservasi tanpa dilakukan intervensi,
Sedangkan kelompok intervensi diobservasi dan dilakukan intervensi.(Nursalam,
2008).
Gambar 4.1
Bentuk rancangan Penelitian
X 01 X1 02
Y 03 04
Keterangan :
X : kelompok Intervensi
Y : Kelompok Kontrol
01 : Pengukuran tingkat kecemasan pada kelompok intervensi sebelum
diberikan intervensi terapi relaksasi Slow Deep Breathing
X1 : intervensi Terapi Relaksasi Slow Deep Breathing
02 : pengukuran tingkat kecemasan pada kelompok intervensi setelah
diberikan intervensi Terapi Relaksasi Slow Deep Breathing
03 : pengukuran tingkat kecemasan pada kelompok control
04 : pengukuran tingkat kecemasan pada kelompok control
N
n=
1+ n¿ ¿
739
n=
1+739 ¿ ¿
739
n=
740.2 , 03
739
n=
1.502
3) Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
Purposive sampling. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan
mengambil sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. (Notoatmodjo, 2018).
xxxii
C. Subyek penelitian
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi
target dan terjangkau yang akan di teliti (Dharma,2011). Kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah :
1) Pasien yang terdiagnosa penyakit hipertensi oleh dokter.
2) Berusia 20-80 tahun
3) Dapat berkomunikasi dengan baik
Kriteria ekslusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek yang memenuhi
kriteria insklusi tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian (Dharma, 2011)
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :
1) Pasien hipertensi dengan gangguan mental eksatrim
2) Pasien hipertensi ibu hamil
3) Pasien hipertensi dengan keterbatasan fisik seperti komplikasi stroke berat .
D. Variabel penelitian
Variabel independen adalah variabel yang telah ada digunakan sebagai ukuran
yang mempengaruhi faktor-faktor yang diukur oleh peneliti untuk menentukan
hubungan antara fenomena yang diamati (Dewi, 2017). Variabel bebas yaitu variabel
yang menjadi sebab dari timbulnya variabel terikat (dependen) (Hidayat, 2011).
Variabel independen pada penelitian ini yaitu Terapi relaksasi Slow Deep Breathing.
Variabel dependen atau variabel terikat disebut juga variabel akibat atu yang akan
berubah akibat pengaruh yang terjadi pada variabel independen (Dharma, 2011).
Variabel ini tergantung dari variabel independen, sering dikatakan variabel efek, hasil,
atau outcom (Hidayat, 2011). Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan
pada penderita hipertensi.
Variabel perancu adalah variabel yang berhubungan dengan variabel bebas dan
variabel terikat, tetapi bukan merupakan variabel antara. Variabel perancu dalam
penelitian ini adalah karakteristik responden yaitu : usia, jenis kelamin, agama, suku,
dan pendidikan.
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil sampel di RSUD POSO. Pengambilan data awal
dilakukan di RSUD POSO, Penelitian dilakukan pada tanggal 11 januari 2024.
F. Prosedur Pengumpulan Data dan Instrumen penelitian
xxxiii
1) Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara oleh peneliti mengenai
data karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku, dan
pendidikan.
2) Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data rekam medik mengenai jumlah
pasien hipertensi dan data profil di RSUD POSO.
3) Instrumen penelitian
a) Instrumen A
Berisi tentang data demografi dari penderita hipertensi yang datang chek up di
RSUD POSO. Kuisioner ini dibuat oleh peneliti sendiri. Ada beberapa
komponen dan faktor demografi yaitu Nama (inisial), Umur (dalam tahun), Jenis
Kelamin (laki-lakin dan perempuan), pekerjaan
(buruh,petani,swasta,PNS,nelayan,IRT dan mahasiswa).
b) Intrumen B
Berisi mengenai tingkat kecemasan pada penderita hipertensi yang mana
kuisioner ini menggunakan skala ukur DASS-42 (Depression Ansiety Stress
Scale 42) yang dikembangkan oleh Lovibond pada tahun 1995. Kuesioner ini
terdiri dari 42 pertanyaan tentang keadaan responden seminggu terakhir terkait
gejala depresi, kecemasan, dan stress. Masing-masing dari domain tersebut
dijawab dengan menggunakan pilihan jawab 0-3 (0= tidak sesuai dengan saya
sama sekali atau tidak pernah ; 1= sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu
atau kadang-kadang; 2= sesuai dengan saya sampai batas yang dipertimbangkan
atau lumayan sering ; 3= sangat sesuai dengan saya atau sering sekali). Kisaran
skor untuk semua subskala adalah 0-42, dengan kisaran normal setiap skor
adalah 0-9 untuk depresi, 0-7 untuk kecemasan, dan 0-14 untuk stress. Skor
diatas rentang ini menunjukkan tingkat masalah dari yang ringan sampai yang
berat (Bilgel & Bayram, 2010).
Pertanyaan untuk subskala kecemasan terdapat pada nomor 2, 4, 7, 9, 15,
19, 20, 23, 25, 28, 30, 36, 40, dan 41. Total jawaban semua pertanyaan ini akan
menjadi skor kecemasan dengan kategori 0-7 (normal), 8-9 (ringan), 10-14
xxxiv
(sedang), 15-19 (parah), >20 (sangat buruk). (Afriani , Megawati & Dieny,
2019).
G. Uji Validasi dan Reabilitas
Uji valitas adalah indeks yang menunjukan alat ukur untuk mengukur yang
diukur. Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran
dapat dipercaya dan dapat diandalkan untuk menguji validasi dan reabilitas alat, peneliti
melakukan uji coba kuesioner. Uji coba dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman responden terhadap pertanyaan yang telah dibuat (Susilo et all., 2014).
Uji reabilitas merupakan uji kehandalan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana sebuat alat ukur dapat dihandalkan dan dipercaya. Kehandalan berkaitan dengan
estimasi alat ukur, apabila dilihat dari stabilitas atau konsistensi dari jawaban atau
pertanyaan jika pengamatan dilakukan secara berulang ( Susilo et all., 2014). Apabila
suatu alat ukur digunakan secara berulang dan hasil yang diperoleh relative konsisten
maka alat ukur tersebut dianggap handal (Reabilitas). Kuesioner tingkat kecemasan
tentang hipertensi telah dilakukan uji. Dalam penelitian ini dihitung menggunakan
internal consistency untuk mendapatkan nilai Cronbach’s Alpha dari kuesioner DASS-
42. Kuesioner akan dinyatakan reliable jika nilai Cronbach’s Alpha >0,70 (Brown,
Chorpita, Korotitsch, & Barlow, 1997). Hasil uji reabilitas kuesioner DASS-42
(subskala kecemasan) pada penelitian ini didapatkan hasil yang reliable yaitu 0,69.
H. Analisa Data
1) Analisa Univariat
Analisa Univariat ini adalah analisis data yang bertujuan untuk menjelaskan dan
mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti sehingga akan
terlihat distribusi frekuensi dan persentasi dari data demografi.Keseluruhan data yang
diolah dan disajikan dalam bentuk tabel.
2) Analisa Bivariat
Untuk mengetahui adanya perubahan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
dilakukan treatment ( teknik relaksasi Slow Deep Breathing ). Level signifikasi yang
xxxv
digunakan adalah <0,01. Analisis bivariat akan digunakan untuk mengidentifikasi
hubungan antar variabel.
I. Etika Penelitian
Etik dan legal penelitian untuk melindungi responden dan terhindar dari segala bahaya
dan ketidaknyamanan fisik dan psikologis yaitu :
1) Self determinant
Peneliti memberikan informed consent kepada responden dan responden berhak
memutuskan untuk ikut berpartisipasi atau tidak dalam penelitian. Jika responden
memutuskan ingin ikut berpartisipasi, maka responden dipersilahkan
menandatangani lembar persetujuan. Jika responden memutuskan tidak ikut
berpartisipasi, maka tidak ada unsur paksaan.
2) Tanpa nama (anonimity)
Setiap responden pada penelitian ini tidak dicantumkan nama lengkap baik pada
lembar persetujuan maupun lembar observasi/pengumpulan data. Identitas
responden berupa nama disalin di SPSS hanya menggunakan nama inisial.
3) Kerahasiaan ( confidentiality)
Kerahasiaan ini diartikan sebagai semua informasi yang didapatkan dari responden
tidak akan disebarluaskan ke orang lain dan hanya peneliti yang mengetahuinya.
Informasi yang sudah terkumpul dari subyek dijamin kerahasiaannya.
4) Keadilan (justice)
Prinsip keadilan meliputi prinsip kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian.
Responden diperlakukan secara adil dari awal sampai akhir tanpa deskriminasi
5) Asas kemanfaatan ( beneficiency)
Peneliti menghindarkan bahaya bagi responden dan memberikan keuntungan yaitu
responden dapat mengontrol atau mengurangi tingkat kecemasan dengan intervensi
yang di berikan.
6) Malbeneficience
Menjamin bahwa penelitian ini tidak menimbulkan ketidaknyamanan, menyakiti,
atau membahayakan responden baik secara fisik atau psikologis. Dalam penelitian
ini tidak ada perlakuan yang menyakiti responden.
xxxvii
Tabulasi adalah pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang telah diberi kode
sesuai analisis yang dibutuhkan, atau kegiatan memasukkan data ke dalam
komputer program SPSS untuk dilakukan analisis menggunakan software statistik.
4) Tahap cleaning
Tahap terakhir yaitu proses pembersihan data dilakukan dengan mengecek kembali
data yang sudah di tabulasi, pengecekan ini untuk melihat apakah ada data yang
hilang dan mengkoreksi kembali data yang dimasukkan sudah benar atau salah.
xxxviii