(FMEA)
RSU KHARISMA PARAMEDIKA
BULAN DESEMBER 2022
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
FMEA adalah suatu adalah proses peningkatan kualitas berkelanjutan yang dilakukan oleh tim
interdisipliner dalam organisasi perawatan kesehatan. FMEA adalah teknik yang digunakan di
RS untuk mengidentifikasi, memprioritaskan, dan menghilangkan potensi kegagalan sistem,
desain, atau proses sebelum mencapai pelanggan. Mode kegagalan didefinisikan sebagai jenis
kegagalan yang dapat terjadi dengan kegagalan spesifikasi yang dapat berdampak kepada
pasien.
Pelayanan kefarmasian adalah pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan kefarmasian dengan tujuan mencapai hasil nyata yang meningkatkan kualitas
hidup pasien. Salah satu tujuan pelayanan kefarmasian adalah untuk melindungi pasien dan
masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dari segi keselamatan pasien (PMK RI
No. 58, 2014).
Keselamatan pasien adalah disiplin medis yang muncul dengan memprioritaskan pelaporan,
analisis, dan pencegahan kesalahan medis yang biasanya mengakibatkan kejadian medis yang
tidak diharapkan (KTD). Kegiatan penyaringan resep yang dilakukan oleh apoteker untuk
menghindari kesalahan pengobatan (Depkes RI, 2008). Malpraktik medis adalah penggunaan
obat-obatan untuk merugikan pasien ketika berhadapan dengan tenaga medis, dan memang
dapat dicegah (KepMenKes No. 1027, 2004).
Medical error adalah peristiwa yang menyebabkan perawatan medis yang tidak tepat atau
membahayakan pasien yang sebenarnya bisa dihindari. Pada November 1999, 44.000 pasien
rawat inap di Amerika Serikat mengalami kejadian tak terduga,
98.000 di antaranya disebabkan oleh Medical error (malpraktik dalam perawatan medis) dan
7.000 insiden pengobatan, menurut Institute for Medicines (IOM). keamanan obat menjadi
perhatian global, mereka meninggal karena kesalahan pengobatan (ME). Terjadinya kesalahan
saat merawat pasien merupakan indikator penting keselamatan pasien. Kesalahan pengobatan
adalah jenis Medical error yangpaling umum, terjadi (Kohn L et al., 2000).
Kesalahan obat dapat terjadi dalam empat tahap: kesalahan resep, kesalahan transkripsi,
kesalahan dalam persiapan dan pengeluaran obat (dispensing error), dan kesalahan
dalam pemberian obat kepada pasien (kesalahan administrasi). AdriniTM, 2015). Secara
umum faktor yang paling seringmempengaruhi kesalahan pengobatan adalah faktor individu
berupa masalah pribadi, kurangnya pengetahuan obat, dan kesalahan dalam perhitungan dosis
obat (Mansouri et al., 2014). Kesalahan dalam satu tahap menyebabkan kesalahan padatahap
berikutnya.
2
2. Tujuan
Tujuan dengan dibuatnya FMEA pada untuk mengidentifikasi potensi kesalahanpengobatan dan
mengembangkan strategi untuk mengurangi terjadinya kesalahan pengobatan di Unit farmasi RSU
Kharisma Paramedika.
3
BAB II
TATA LAKSANA
Keterangan :
No Kriteria Keterangan
1 Urgensi Apakah masalah ini harus diselesaikan dalam tahun ini ?
2 Potensial Apakah menyelesaikan masalah ini akan menghasilkan hasil
Dampak yang signifikan terhadap satu atau lebih populasi ?
3 Sumber Daya Apakah sumber daya ( uang, staf, keahlian ) tersedia saat ini
atau dapat segera dikumpulkan untuk menyelesaikan masalah
ini ? jika tidak, apakah sumber daya bisa didapatkan ?
4 Kesiapan Apakah masalah ini dipandang penting oleh komunitas ?
Komunitas apakah masalah ini menarik bagi komunitas ? apakah terdapat
momentum di komunitas agar masalah ini terselesaikan ?
5 Fisibilitas Apakah upaya perbaikan memiliki kesempatan untuk
dilakukan perbaikan ?
4
2. Pembentukan Tim Multidisiplin
Sebagai awal pelaksanaan, maka dibentuk tim guna melakukan metodeFMEA secara multidisiplin
yang berjumlah 4 orang:
Ketua : apt Heni Riana S. Far (Koordinator Unit Farmasi)
Anggota : apt Yasmin Haniya S. Farm
: Eni Susani S. Kep.Ners
: Rini Fatimah Amd. Keb
Penyerahan
Penyiapan Sediaan
Sediaan Farmasi,
Skrining Resep Farmasi, Alkes,
Alat Kesehatan, dan
Bahan Habis Pakai
Bahan Habis Pakai
5
Sub Proses Pelayanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
Dengan Resep di Farmasi Rawat Jalan (Skrining Resep)
Modus kegagalan pada Alur Proses & Sub Proses Pelayanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis PakaiDengan Resep di Farmasi Rawat Jalan
Adapun dari subproses yang menjadi scope atau perhatian pada proses Pelayanan
Sub Proses Pelayanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
Dengan Resep di Farmasi Rawat Jalan( Penyiapan Sediaan Farmasi, Alkes,
Bahan Habis Pakai)
6
Sub Proses Pelayanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
Dengan Resep di Farmasi Rawat Jalan(Penyerahan Sediaan Farmasi, Alkes, Bahan
Habis Pakai)
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai Dengan Resep di
Farmasi Rawat Jalan, terkait dengan modus kegagalan, penyebab kegagalan dan efek
kegagalan yang dapat terjadi pada proses ini, adalah sebagai berikut:
8
Alur Proses Pelayanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Dan Bahan Medis Habis
Pakai Dengan Resep di Farmasi Rawat Inap
Penyerahan
Skrining Lembar Penyiapan Sediaan
Sediaan Farmasi,
Permintaan Farmasi, Alkes,
Alat Kesehatan, dan
Obat/Alkes Pasien Bahan Habis Pakai
Bahan Habis Pakai
• Pemeriksaan akhir
• Periksa kelengkapan • Penyiapan sediaan • Tulis nama terang
Lembar Permintaan farmasi, alkes, bahan peneliti di kolom
Obat/ alkes Pasien habis pakai peneliti
• Periksa kesesuaian • Perhitungan dosis • Letakkan obat pada
farmasetik • Ambil obat keranjang sesuai
• Kaji aspek klinis → • Tutup botol/box obat dengan masing-masing
3prime question nama Rawat Inap
• Mencatat pengeluaran
• Menetapkan ada obat pada kartu stok • Simpan resep &
tidaknya DRP didokumentasi kan
• Membuat etiket obat
• Mengkomunikasikan • Serah terima kepada
ke dokter bila ada staf klinis berwenang
masalah dengan
Permintaan/ Intruksi
pengobatan
9
Sub Proses Pelayanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Dan Bahan Medis Habis Pakai
Dengan Resep di Farmasi Rawat Inap (Skrining Lembar Permintaan Obat/ Alkes Pasien)
Sub Proses Pelayanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Dan Bahan Medis Habis Pakai
Dengan Resep di Farmasi Rawat Inap (Penyiapan Sediaan farmasi Alkes/ BMHP)
10
Sub Proses Pelayanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Dan Bahan Medis Habis Pakai
Dengan Resep di Farmasi Rawat Inap (Penyerahan Sediaan Farmasi alkes dan BMHP)
Modus kegagalan pada Alur Proses & Sub Proses Pelayanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai Dengan Resep di Farmasi Rawat Inap
Adapun dari subproses yang menjadi scope atau perhatian pada proses Pelayanan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis HabisPakai Dengan Resep di Farmasi Rawat
Inap, terkait dengan modus kegagalan, penyebab kegagalan dan efek kegagalan yang dapat
terjadi padaproses ini, adalah sebagai berikut:
2h Lama pemberian obat DPJP menyampaikan Kurangnya komunikasi antara Pasien bisa
obat pulang perawat dandokter ruangan kelebihandosis
dilanjutkan, tetapi
dokter ruangan belum
menerima informasi
lengkap terkait obat
pulang
3a Alergi Sering tidak tertulis Dokter tidak menuliskan di Pasien salah
kolom alergiKurang menerimaobat
menggali informasi riwayat → terjadi reaksi
obat alergi
12
4. Pembuatan Hazard Analysis
Hazard analysis merupakan analisa tingkat bahaya dari suatu modus kegagalan.
Probabilitas
Level Deskripsi Keterangan
Hampir sering muncul dalam waktu yang relatif
4 Sering
singkat (mungkin terjadi beberapa kali setahun)
Kemungkinan akan muncul (dapat terjadi sekali
3 Kadang-kadang
dalam waktu 1-2 tahun)
Kemungkinan akan muncul (muncul tiap 2-5
2 Jarang
tahun sekali)
1 Hampir tidak pernah Jarang sekali terjadi (terjadi > 5 tahun sekali)
DAMPAK
SKOR RISIKO
AKIBAT
F Katastropik Mayor Moderat Minor
R 4 3 2 1
E Sering
16 12 8 4
K 4
U Kadang
12 9 6 3
E 3
N Jarang
8 6 4 2
S 2
I Hampir tidak pernah
4 3 2 1
1
14
Setelah analisa hazard, dilakukan analisa lanjutan untuk menentukan perlu tidaknya
dilakukan tindakan pengendalian dengan menggunakan analisa pohon keputusan.
Analisa Pohon Keputusan
MULAI
1
Apakah HAZARD sering
terjadi dan berbahaya
sehingga perlu dikontrol?(nilai Tidak
hazard berkisar antara 8 atau
lebih)
2 Apakah HAZARD
ini merupakan kelemahan tunggal
dalam proses? (contoh: kegegalan
Tidak
sistem akan terjadi akibat
bahaya ini – KRITIS)
Ya
Ya
3
Apakah terdapat pengendalian efektif
(barrier) sebagai KONTROL untuk
mengidentifikasi Ya STOP
HAZARD?
Tidak
4
Apakah HAZARD sudah
nyata/mudah dideteksi sehingga Ya
tidak perlu kontrol?
Dilanjutkan
ke AMKD
Langkah 5
Penjelasan :
1. Apakah hazard sering terjadi dan berbahaya sehingga perlu dikontrol?
● Keterangan: Nilai dari hazard score
2. Apakah hazard merupakan kelemahan tunggal dalam proses?
● Keterangan: Merupakan titik kritis dimana bila terjadi penyimpangan/ modus
kegagalan akan menggagalkan keseluruhan proses.
3. Apakah terdapat pengendalian efektif sebagai kontrol untuk mengidentifikasi hazard?
● Keterangan: Jika terjadi modus kegagalan, dampak yang mungkin terjadi
tercegah dengan baik oleh barrier lain yang efektif.
4. Apakah hazard nyata dan mudah dideteksi sehingga tidak perlu dikontrol?
● Keterangan: modus kegagalan mudah diketahui oleh staf dan diketahui cepat
sebelum menimbulkan dampak
15
5. Tindakan dan Pengukuran Outcome
Tindakan yang dapat dilakukan terhadap suatu risiko terjadi modus kegagalan adalah
menerima, mengeliminasi, atau mengontrol risiko tersebut.
Untuk melakukan tindakan mengeliminasi atau mengkontrol suatu risiko, kita perlu mengerti
tentang akar penyebab risiko atau modus kegagalan terjadi. Untuk mengerti penyebab dapat
menggunakan fish bone analysis. Setelah mengetahui akar masalah, ditentukan tindakan
yang tepat untuk mengendalikan risiko tersebut. Tindakan perbaikan tersebut harus memiliki
suatu indikator untuk evaluasi perbaikan dan juga tindakan tersebut harus didukung oleh
manajemen.
16
BAB III
PENUTUP
Seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit, maka
sangat penting untuk dilakukan kegiatan keselamatan pasien di rumah sakit. Melalui kegiatan ini
diharapkan insiden dapat ditekan/dikurangi agar semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap rumah sakit.Program keselamatan pasien merupakan proses yang tidak pernah berakhir
karena memerlukan budaya dengan tingkat motivasi yang tinggi untuk mau melaksanakan
program keselamatan pasien secara berkesinambungan.
17