Disusun Oleh
Usnal Aini (1920332048)
Dosen Pembimbing
Bd. ALDINA AYUNDA INSANI, S.Keb,M.Keb
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya aturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan ujian “UAS Kebidanan Komunitas”.
Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada Dosen Kebidanan Komunitas yang
telah memberi kepercayaan kepada saya untuk mengerjakan ujian ini.
Saya sebagai Penulis menyadari bahwa dalam menjawab ujian ini masih jauh dari
kesempurnaan. Saya berharap semoga ujian ini bisa diterima ibu.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
PEMBAHASAN
1. Pengembangan Model Asuhan Kebidanan di Komunitas..................................4
2. Model Praktik Bidan pada Masa Prakonsepsi, Kehamilan,
Persalinan, Nifas, BBL, dan KB.........................................................................8
3. Asuhan Kebidanan Komunitas pada Desa Suka Maju......................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
3
1. Pengembangana model asuhan kebidanan komunitas (negara australia,
inggris, dan kanada)
a. Australia
Model asuhan kebidanan di negara australia menggunakan modal partnership kebidanan
dimana wanita sebagai partner bidan dalam berbagai pengalaman tentang proses melahirkan
dan melahirkan adalah proses yang normal dalam kebidanan.
Prinsip - prinsip yang mendasari partnership dalam kebidanan adalah:
a) Mengetahui dan mendukung sosial budaya (suatu yang holistic)
b) Sebagian besar wanita dapat melahirkan bayi tanpa intervensi.
c) Mendukung proses alamiah dalam tubuh .
d) Pelayanan kebidanan adalah seni dan ilmu, pendekatan pemecahan masalah di gunakan
bila diperlukan .
e) Pelayanan kebidanan berpusat pada wanita.
f) Berhubungan dengan Mengetahui dan mendukung kesatuan antara tubuh, pikiran, jiwa,
lingkungan fisik proses pencapaian peran ibu
g) Memberdayakan wanita dalam pengambilan keputusan.
h) Pelayanan kebidanan dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktek. Individu yang
mengacu pada wanita dan petugas kesehatan lain jika di butuhkan
b. Inggris
Bidan Inggris menuntut adanya pelayanan mandiri dan menolak medical modal karena
dianggap tidak cocok dengan praktek kebidanan
a) Mereka lebih banyak menggunakan Orem Self Care Model (kemampuan seseorang
untuk merawat dirinya sendiri.
b) Keuntungan bagi wanita adalah menernpatkan kebutuhan wanita sebagai prioritas utama,
wanita berhak memilih asuhan yang diinginkan dan rencana kelahiranya
c) Keuntungan bagi bidan adalah memudahkan bidan dalam memberikan asuhan yang
berkesinambungan dan menerapkan women center care, memudahkan dalam melakukan
asuhan mandiri dan komprehensif pada ibu, bayi dan keluarga.
4
Dalam jurnal Sustaining quality midwifery care in a pandemic and beyond dijelaskan
pengembangan model asuhan kebidanan dalam pandemic covid-19 yaitu :
a) Mengubah lingkungan perawatan kesehatan
layanan bersalin di Inggris terhadap pandemi coronavirus, dan perkembangan
berdasarkan bukti yang sekarang muncul. Manajer layanan kesehatan, pembuat
kebijakan, dan praktisi semuanya ditugaskan untuk membuat keputusan paling penting
dengan cepat, mengikuti dan beradaptasi dengan panduan yang sering berubah saat
informasi baru muncul, dan mengomunikasikannya secara efektif kepada kelompok staf .
Peningkatan tajam yang diantisipasi dan nyata dalam jumlah pasien yang sakit parah dan
kematian akibat COVID-19 telah mendorong sistem kesehatan untuk fokus pada
pembatasan dan pengelolaan penyebaran infeksi virus corona.
a. Mengubah lingkungan perawatan bersalin
Respons sistem kesehatan yang lebih luas ini diwujudkan dalam layanan bersalin baik di
Inggris maupun di seluruh dunia. Terlepas dari kenyataan bahwa sebagian besar wanita
dan bayi sehat dan tanpa komplikasi serius, fokus pada perawatan klinis akut menjadi
dominan, bersama dengan pembatasan praktik dan perilaku yang ditujukan untuk
membatasi risiko infeksi silang.
b) Pengambilan keputusan di saat ketidakpastian
Dalam membuat keputusan yang cepat dalam menanggapi masa krisis ini, ada risiko
nyata bahwa kita dapat kehilangan banyak keuntungan penting yang telah kita buat dalam
hal keamanan, kualitas, perawatan pribadi untuk wanita, bayi, dan keluarga. Pendekatan
berbasis bukti yang ada kemungkinan akan terganggu atau perlu dipertimbangkan
kembali; . Pengambilan keputusan perlu diinformasikan oleh bukti yang ada tentang
perawatan berkualitas bersama dengan bukti yang muncul tentang penyakit baru.
c) Kualitas tetap penting, dan bidan lebih penting dari sebelumnya
Ssaat krisis - terutama di saat krisis - menjaga keselamatan perempuan dan bayi
membutuhkan pandangan yang lebih luas dari bukti, dan konsep 'keselamatan'. Kita perlu
waspada terhadap konsekuensi merugikan yang tidak diinginkan. Layanan terpusat di
rumah sakit dapat mengurangi akses perempuan ke perawatan, kehilangan manfaat dari
perawatan berbasis masyarakat, dan meningkatkan paparan infeksi bagi perempuan,
keluarga, dan bidan. Kembali ke perawatan yang terfragmentasi kehilangan atribut
keselamatan kunci dari kontinuitas, khususnya bagi wanita rentan yang mengalami
banyak kerugian yang mungkin jatuh melalui jarring.
5
d) Mempertahankan kualitas dalam konteks pandemic
Apa yang muncul adalah kemungkinan mengembangkan praktik yang berdasarkan bukti,
aman, berkualitas, dan relevan dengan COVID. Contohnya termasuk pembentukan
kembali perawatan komunitas dan perawatan yang berpusat pada wanita, bahkan di
daerah dengan intensitas COVID seperti London dan Birmingham. Untuk
mengoptimalkan hasil bagi wanita dan bayi, diperlukan prinsipprinsip inti yang
berdasarkan bukti dan relevan dengan COVID untuk perawatan dan layanan bersalin.
Prinsip-prinsip kunci ini diambil dari bukti tentang perawatan berkualitas dan informasi
terkini tentang perawatan bersalin di pandemi ini
c. Kanada
Ontario adalah provinsi pertama di canada yang menerbitkan peraturan tentang
kebidanan setelah sejarah panjang tentang kebidanan yang ilegal dan berakibat pada
meningkatnya praktik bidan yang tidak berijin. Seperti selandia baru, wanitalah yang
menginginkan perubahan, mereka bicara tentang pilihan asuhan dan keputusan yang dibuat.
Model kebidanan yang dipakai di ontario berdasarkan pada definisi ICM tentang
Bidan yaitu seorang tenaga yang mempunyai otonomi dalam lingkup persalinan yang normal.
Bidan mempunyai akses kepada rumah sakit maternitas dan wanita mempunyai pilihan atas
persalinan dirumah atau dirumah sakit. Selandia baru dan canada sama – sama menerapkan
model partnersip dalam asuhan kebidanan.
Beberapa aspek didalamnya antara lain :
a) hubungan dengan wanita
b) asuhan kebidanan
c) informed choise
d) informed chonsent
e) praktik bidan yang memiliki otonomi dan fokus pada normalitas kehamilan dan
persalinan.
Dalam membangun dunia profesi kebidanan yang baru, selandia baru dan canada
membuat suatu sistem baru dalam mempersiapkan bidan – bidan untuk registrasi. Keduanya
memulai dengan suatu keputusan bahwa bidanlah yang dibutuhkan dalam perawatan
maternitas. Ruang ligkup praktik bidan di kedua negara tersebut tidak keluar dari jalur yang
telah ditetapkan ICM. Yaitu bidan yang bekerja dengan otonomi penuh dalam lingkup
persalinan normal, atau pelayanan maternitas primer. Bidan bekerja dan berkonsultasi dengan
ahli obstetri bila terjadi komplikasi pada ibu serta bayi memerlukan bantuan dari pelayanan
6
maternitas sekunder. Bidan di kedua negara tersebut mempunyai akses fasilitas rumah sakit
tanpa harus bekerja di rumah sakit. Mereka bekerja di rumah atau dirumah sakit maternitas.
Selandia baru dan canada menerapkan program direct entry selama 3 tahun dalam
pendidikan bidan. Sebelumnya, di selandia baru ada perawat kebidanan dimana perawat
dapat menambah pendidikannya untuk menjadi seorang bidan sedangkan di canada tidak ada.
Bagaimanapun kedua negara tersebut yakin bahwa untuk mempersiapkan bidan yang dapat
bekerja secara otonom dan dapat memberikan dukungan kepada wanita untuk mengontrol
persalinannya sendiri. Penting untuk mendidik wanita yang sebelumnya belum pernah
berkecimpung dalam sistem kesehatan yang menempatkan kekuatan dan kontrol medis.
Karena itu programdirect entry lebihdiutamakan.
Kedua negara tersebut menggunakan dua model pendidikan yaitu pembelajaran teori
dan magang. Pembelajaran teori dikelas difokuskan pada teori dasar yaitu pembelajaran teori
dan magang. Pembelajarn teori di kelas difokuskan pada teori dasar, yang akan melahirkan
bidan – bidan yang dapat mengartikulasikan teorinya sendiri dalam praktik, memanfaatkan
penelitian dalam praktik mereka dan berfikir kritis tentang praktik. Dilengkapi dengan belajar
magang, dimana mahasiswa bekerja dengan bimbingan dan pengawasan bidan yang
berpraktik dalam waktu yang cukup lama. Bidan tersebut memberikan role model yang
penting untuk proses pembelajaran. Satu mahasiswa akan bekerja dengan 1 bidan, sehingga
mereka tidak akan dikacaukan dengan bermacam – macam model praktik.
Mahasiswa bidan juga akan mulai belajar tentang model partnership. Model ini terdiri
dari : partnership antara wanita dan mahasiswa bidan, mahasiswa bidan dengan bidan,
mahasiswa bidan dengan guru bidan, guru bidan dengan bidan, partnership antara program
kebidanan dengan profesi kebidanan, serta program kebidanan dengan wanita. Partnership ini
menjaga agar program pendidikan tetap pada tujuan utamanya, yaitu mencetak bidan – bidan
yang dapat bekerja secara otonom sebagai pemberi asuhan maternitas primer. Selandia baru
dan canada telah sukses dalam menghidupkan kembali status bidan dan status wanita.
Keselarasan antara pendidikan bidan dan ruang lingkup praktik kebidanan adalah bagian
penting dari sukses tersebut.
7
2. Model Praktik bidan pada masa prakonsepsi, kehamilan, persalinan,
nifas, BBL, KB yang ada di indonesia dan luar negeri masing-masing
kita buat 1 model terus sama gambarnya.
a. Prakonsepsi
Asuhan prakonsepsi memiliki potensi untuk memberikan dampak positif bagi
208 juta kehamilan di seluruh dunia setiap tahun. Asuhan prakonsepsi berguna untuk
mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan, kebiasaan gaya
hidup, atau masalah sosial yang kurang baik yang memungkinkan mempengaruhi
kehamilan (Dean et al., 2013). Adapun sasaran program asuhan prakonsepsi adalah
pasangan pengantin.
Program asuhan prakonsepsi adalah program yang berguna untuk
mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan, kebiasaan gaya
hidup, atau masalah sosial yang kurang baik yang mungkin mempengaruhi kehamilan.
Beberapa program pra konsepsi yaitu sebagai berikut:
1) Pemeriksaan fisik, meliputi: penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan,
pengukuran lingkar lengan atas, dan pemeriksaan tanda-tanda vital.
2) Pemeriksaan laboratorium, meliputi: kadar hemoglobin, HBSAg, HIV, tes
kehamilan, dan golongan darah (jika belum diketahui).
3) Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid.
4) Pemberian suplementasi gizi (Fe) bila diperlukan.
5) Pemberian Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) pranikah, meliputi: kesehatan
reproduksi dan pendekatan siklus hidup, hak reproduksi, dan persiapan yang perlu
dilakukan dalam persiapan pranikah.
Salah satu model dari asuhan pra konsepsi adalah pemberian KIE pranikah.
KIE pranikah diberikan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas sebagai salah satu syarat
dalam melengkapi berkas pernikahan. Pemberian informasi dilakukan dalam bentuk
konseling yang lebih menitikberatkan pada persiapan kehamilan.
Konseling pranikah bagi calon pengantin di Puskesmas diberikan setelah
melakukan serangkaian pemeriksaan dan pelayanan kesehatan. Pada saat menunggu
giliran pemeriksaan, pasangan calon pengantin memanfaatkan waktu menunggunya
dengan kegiatan-kegiatan yang kurang produktif. Padahal, pada saat menunggu
giliran inilah pasangan calon pengantin seharusnya memaksimalkan waktu untuk
mendapatkan informasi-informasi yang lebih banyak yang berkaitan dengan
8
kesehatan pranikah. Dengan memaksimalkan waktu KIE di Puskesmas, maka
pengetahuan pasangan calon pengantin dapat meningkat, sehingga kehamilan risiko
tinggi dapat dicegah melalui perencanaan kehamilan yang baik. Perencanaan
kehamilan yang baik hendaknya mulai disiapkan sebelum pernikahan terjadi.
Luar negri
Salah satu contoh praktik asuhan pra konsepsi yaitu pelatihan keterampilan
komunikasi pranikah. Hal ini sesuai dengan jurnal pengaruh konseling pranikah
terhadap kepuasan pernikahan oleh Parhizgar et.al tahun 2017, dengan hasil Usia rata-
rata pasangan adalah 24,9 ± 4,7 tahun pada kelompok intervensi dan 25,8 tahun ± 4.1
pada kelompok kontrol. Dua puluh peserta (66,7%) pada kelompok intervensi dan 19
peserta (63,3%) pada kelompok kontrol memiliki ijazah. Juga, 13 orang (43,3%) pada
kelompok intervensi dan 12 orang (40%) pada kelompok kontrol adalah wiraswasta.
Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara kedua kelompok dalam
ciri-ciri sosial ekonomi pasangan. Hasil pengukuran berulang menunjukkan bahwa
kepuasan pernikahan telah berubah dari waktu ke waktu (P<0,001). Selain itu hasil uji
T pasangan menunjukkan hubungan yang signifikan antara tingkat kepuasan
perkawinan pada kelompok intervensi (p<0,001) serta sebelum dan setelah intervensi
(p=0,004). Kepuasan pernikahan pada kelompok intervensi secara signifikan lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Analisis hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara rerata kepuasan pernikahan pasangan yang mengikuti pelatihan
keterampilan komunikasi dan pasangan dalam kelompok kontrol. Keikutsertaan
dalam pelatihan keterampilan komunikasi pranikah berpengaruh positif terhadap
kepuasan pernikahan pasangan setelah menikah. Studi lain juga menunjukkan bahwa
mengajarkan keterampilan pemecahan masalah, resolusi konflik dan memahami
perbedaan antara pria dan wanita adalah komponen kunci dari komunikasi yang
efektif dan stabilitas kehidupan ditentukan sebelumnya selama minimal 6 minggu.
Topik pelatihan ini harus mencakup keterampilan komunikasi, keterampilan
pemecahan masalah, dan resolusi konflik. Mansournia dkk. dalam penelitian reflektif
menunjukkan bahwa pelatihan pranikah tentang karakteristik komunikasi pernikahan,
resolusi konflik, kepuasan finansial, waktu luang, dan hubungan dengan kerabat dan
teman, peran timbal balik pria dan wanita, dan arahan agama berpengaruh signifikan
terhadap kepuasan pernikahan.
9
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konseling tentang hubungan seksual
dan keterampilan komunikasi berdampak pada aspek seksual kepuasan pernikahan.
Kepuasan seksual merupakan salah satu komponen penting dari kepuasan pernikahan,
dan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kepuasan seksual pasangan adalah
pengetahuan mereka tentang masalah seksual.
b. Kehamilan
Dalam model praktik kebidanan dalam kehamilan salah satunya yaitu women
center care yang mana diselenggarakan oleh sekelompok bidan dengan standard
praktik yang sama filosofi dan proses pelayanannya adalah partneship dengan
perempuan Setiap bidan mempunyai komitmen sebagai berikut : Mengembangkan
hubungan yang baik dengan pasien sejak hamil Mampu memberikan pealyanan yang
aman secara individu
Luar negri
Model kebidanan yang digunakan di New Zealand adalah partnership antara
bidan dan wanita. Bidan dengan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya, dan
wanita dengan pengetahuan tentang kebutuhan diri dan keluarganya, serta harapan-
harapan terhadap kehamilan dan persalinan. Pada awal kehamilan, antara bidan dan
wanita harus saling mengenal dan menumbuhkan rasa saling percaya di antara
keduanya. Dasar dari model partnership adalah komunikasi dan negosiasi. Di New
Zealand, bidan harus dapat membangun hubungan partnership dengan wanita yang
menjadi kliennya, disamping bidan harus mempunyai kemampuan yang profesional
c. Persalinan
Salah satu contoh model asuhan bersalin di indoneia adalah dengan
menggunakan cermin. Hal ini sesuai dengan jurnal metode persalinan normal dengan
bantuan cermin pada persalinan kala II ibu primigravida oleh rokhamah tahun 2019,
dengan hasil ibu ibu bersalin primigrafida yang menggunakan cermin pada persalinan
kala II lebih cepat dibandingkan yang tidak menggunakan cermin. Rata-rata waktu
yang digunakan oleh ibu bersalin pada kelompok I (menggunakan cermin) adalah
7.05 menit dan rata-rata waktu yang digunakan oleh ibu bersalin kelompok II (tanpa
menggunakan cermin) adalah 16.15 menit. Pemakaian alat bantu cermin dapat
dimanfaatkan sebagai komplemen instrumen persalinan guna menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas ibu di Indonesia.
10
Ibu bersalin dipengaruhi beberapa faktor yaitu jalan lahir, janin, power, psikis
ibu dan penolong. Psikis ibu ini dipengaruhi dari faktor external dan internal, yang
mana faktor external bisa dari suami, orang terdekat, dan keluarga dan faktor internal
dorongan dari dirinya sendiri. Dimana dorongan dari dirinya sendiri ini dapat
diperoleh ibu melalui melihat langsung proses persalinan yang dialaminya melalui
sebuah cermin, sehingga bisa menambah motivasi pada diri ibu untuk mengejan.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dimana kelompok 1 diberi
perlakuan dan kelompok 2 tidak diberi perlakuan dengan kelompok satu sebagai
eksperimen dan kelompok 2 sebagai kontrol. Perlakuan ini berupa persalinan dengan
diberi cermin. Setiap kelompok terdiri dari 20 orang, yaitu kelompok 1 melakukan
persalinan dengan bantuan cermin dan kelompok 2 melakukan persalinan tanpa
bantuan cermin. Variabel yang diamati adalah kontraksi dengan indikator cara
mengejan (teriakan) , frekwensi meneran , dan lama bersalin dengan indikator waktu.
Dalam setiap persalinan waktu yang dibutuhkan seseorang untuk melahirkan berbeda-
beda karena berbagai macam faktor yang mempengaruhinya. Jika frekuensi mengejan
lebih banyak dan waktu untuk mengejan lebih lama maka diharapkan waktu yang
diperlukan dalam persalinan semakin cepat.
Model asuhan kebidanan di luar negeri
dalam proses persalinan, seorang wanita ingin memiliki pengalaman dan
harapan yang sesuai dengan keinginannya. Berdasarkan hal tersebut dan bukti yang
mendukung, WHO 2018 merekomendasikan tentang perawatan intrapartum dimana
wanita menginginkan 'pengalaman melahirkan yang positif' yang memenuhi atau
melampaui keyakinan dan harapan pribadi dan sosiokultural mereka sebelumnya.
WHO model of intrapartum care for a positive
childbirth experience: transforming care of
women and babies for improved health and
wellbeing
WHO model of intrapartum care for a positive
childbirth experience: transforming care of
women and babies for improved health and
Wellbeing
berdasarkan jurnal WHO model of intrapartum care for positive childbirth experience:
transforming care of women and babies for improved health and wellbeing oleh Oladapo
et.al tahun 2018 diperoleh bahwa wanita menginginkan 'pengalaman melahirkan yang positif'
yang memenuhi atau melampaui keyakinan dan harapan pribadi dan sosiokultural mereka
sebelumnya. Dalam hal ini termasuk melahirkan bayi yang sehat di lingkungan yang aman
secara klinis dan psikologis, dengan dukungan emosional berkelanjutan dari pendamping
kelahiran dan staf klinis yang kompeten secara teknis. Konsep ini diinformasikan oleh bukti
bahwa sebagian besar wanita menginginkan persalinan fisiologis dan kelahiran, dan memiliki
11
rasa pencapaian dan kontrol pribadi melalui mereka. Pendekatan ini didasarkan pada gagasan
bahwa melalui penyediaan praktik-praktik efektif yang mendukung, dan melalui
penghindaran praktik-praktik yang tidak efektif dan berpotensi membahayakan yang
menghambat, kemampuan wanita itu sendiri selama proses persalinan, wanita dapat didukung
untuk mencapai hasil fisik, emosional, dan psikologis yang diinginkan.
d. Nifas
Luar negri
Periode postnatal dimulai setelah melahirkan dan berlangsung selama enam minggu.
Ini adalah waktu yang sangat penting untuk kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi yang
baru lahir. Periode pascakelahiran menghadirkan banyak tantangan fisik bagi ibu baru
karena dia perlu pulih dari tekanan yang dialami tubuhnya selama kehamilan dan
persalinan. Banyak perubahan hormonal dan emosional mempengaruhi ibu dan pada saat
yang sama dia mencoba untuk beradaptasi dengan ibu dan hubungan keluarga baru.
Morbiditas untuk ibu dan bayi baru tinggi selama waktu ini dan banyak masalah kesehatan
mungkin tetap tidak terdiagnosis atau salah didiagnosis dari profesional perawatan
kesehatan yang menyebabkan efek negatif pada fungsi keluarga baru. Banyak masalah
mengenai kesehatan ibu dan bayi yang mungkin muncul pascapersalinan seperti infeksi,
perdarahan, masalah psikologis atau masalah makan untuk bayi.
Jurnal women’ view of post natal care evaluation of an intervention of postnatal home visit in
gracei oleh Tzavella dan poloponnes tahun 2018 didapatkan bahwa Dari 24 peserta, 12 ibu
memiliki perawatan postnatal standar dan 12 menerima, sebagai tambahan, kunjungan rumah
sebagai bagian dari perawatan postnatal mereka. Kunjungan rumah pascakelahiran biasanya
tidak disediakan oleh Layanan Kesehatan Nasional di Yunani. Tujuandari jurnal ini adalah
Wanita juga diberi kuesioner yang dikelola sendiri untuk diisi setelah wawancara. Wanita
yang melakukan kunjungan rumah menilai dukungan profesional secara signifikan lebih
tinggi daripada kelompok kontrol, uji-t p=0,039. Perencanaan masa depan layanan kesehatan
harus mencakup pilihan bagi ibu baru untuk menerima kunjungan rumah pascamelahirkan.
untuk mengkaji pandangan dan kebutuhan responden dalam rangka memberikan perawatan
yang lebih baik untuk klien masa depan. Para wanita diwawancarai 40 hari setelah lahir. Isu
utama yang muncul adalah dukungan dari tenaga kesehatan, dukungan dari suami &
keluarga, dukungan fisik & kesehatan psikologis ibu, perawatan bayi baru lahir dan kesulitan
keuangan
E. BBL
Dalam jurnal modelling neonatal care pathways for babies born preterm: an
Application of multistate modeling oleh seaton et.al tahun 2016 diperoleh hasil Hasil
12
penggunaan pemodelan multistate yang merupakan pendekatan yang relatif baru yang telah
digunakan di bidang medis lainnya. Perangkat lunak yang mudah digunakan kini telah
membuat penerapan metode ini lebih mudah. Pemodelan multinegara memungkinkan
pertimbangan beberapa hasil 'bersaing' (di mana terjadinya satu hasil mencegah terjadinya
yang lain), sementara juga memodelkan langkah-langkah perantara (di sini tingkat
perawatan). Hal ini memungkinkan untuk pemodelan tingkat perawatan yang berbeda, serta
kematian dan pemulangan dari waktu ke waktu. Di sini hasilnya disajikan secara grafis, untuk
kemudahan interpretasi dan di masa depan plot ini atau yang serupa akan memberikan
bantuan yang berguna bagi dokter untuk memberikan informasi tentang lamanya waktu yang
dihabiskan di setiap tingkat perawatan, sementara juga mempertimbangkan kemungkinan
bertahan hingga pulang.
Data yang digunakan di sini mencakup semua penerimaan dan pemulangan dari unit
neonatal Inggris, menghindari bias yang akan diperkenalkan dengan memeriksa rumah sakit
individu, dan dengan demikian tunduk pada kebijakan dan praktik setempat.Sementara
perbedaan populasi akan ada antara unit individu, tujuan kami adalah untuk memberikan
perkiraan berbasis populasi, dan pekerjaan di masa depan dapat memeriksa rumah sakit
individu atau Jaringan Neonatal untuk menyelidiki variasi di Inggris.
PRAKTEK DI INDONESIA
a. Prakonsepsi
Salah satu contoh praktik model asuhan pra konsepsi yaitu konseling pranikah.
Berdasarkan jurnal pengembangan booklet pranikah sebagai menedia informasi dalam
pelayanan kesehatan untuk calon pengantin oleh kostania, dkk tahun 2020 didapatkan
bahwa setelah menggunakan model booklet pranikah sebagai media edukasi, pengetahuan
responden menjadi meningkat dari sebelum konseling. Hal ini membuktikan penggunaan
model konseling dengan booklet lebih efektif dalam penyampaian informasi kepada calon
pengantin.
Dalam penelitian kostania, dkk menggunakan metode Research and Development
(R&D) dengan tahapan: identifikasi masalah dan pengumpulan data, pengembangan
produk, uji validasi ahli materi dan media, revisi desain, uji pendahuluan calon pengantin,
revisi produk, uji coba produk, perbaikan produk, dan produk akhir (Sugiyono, 2016).
Populasi penelitian: semua calon pengantin yang memeriksakan diri ke Puskesmas Musuk
I Boyolali pada bulan Agustus tahun 2019. Teknik sampling: accidental, dengan jumlah
sampel sebanyak 24 responden.
13
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data berupa kuesioner, yaitu
kuesioner kevalidan media dari para reviewer (ahli materi, ahli media, dan dari calon
pengguna), dan kuesioner uji coba produk dari responden calon pengantin. Instrumen
validasi dari ahli materi terdiri atas 20 soal yang meliputi aspek isi, bahasa dan penyajian.
Sedangkan instrumen validasi dari ahli media terdiri atas 20 soal yang meliputi aspek
desain sampul dan desain isi. Untuk uji pendahuluan dari calon pengguna terdiri atas 15
aspek, yaitu aspek isi, bahasa dan desain. Instrumen yang digunakan untuk uji coba
produk terdiri atas 10 pertanyaan pengetahuan tentang kesehatan prakonsepsi.
Data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif untuk memvalidasi
produk yang dianalisis secara deskriptif. Data ini dihitung, mempunyai batasan nilai, dan
memiliki kriteria penilaian yang diperoleh dari angket yang disebarkan pada ketiga ahli
yaitu ahli materi berjumlah satu orang, ahli media satu orang, dan calon pengguna delapan
orang. Sedangkan data kualitatif adalah data berupa masukan, tambahan, kritik, dan saran
yang diberikan oleh para ahli tersebut. Untuk uji coba akhir, dilakukan pada 24 calon
pengantin, berupa pengetahuan responden yang dianalisis dengan uji paired t-test.
Media booklet yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah berupa bahan cetak yang
berisi materi persiapan pra kehamilan untuk calon pengantin, disusun atas empat bagian,
yaitu: makna pernikahan, persiapan pranikah, persiapan kehamilan dan kehamilan berisiko.
Penggunaan media booklet pranikah sebagai media informasi dalam pelayanan kesehatan
untuk calon pengantin ini dimaksudkan untuk membantu tenaga kesehatan khususnya bidan
dalam memberikan konseling pranikah kepada calon pengantin dalam menghadapi kehamilan
dan persalinan yang aman. Konseling tentang persiapan kehamilan dilakukan sejak
mempersiapkan pernikahan dilakukan karena beberapa faktor risiko kehamilan dapat dicegah
sebelum menikah. Pernikahan mungkin tidak dapat ditunda, namun kehamilan dapat ditunda
dan direncanakan dengan menggunakan kontrasepsi yang aman dan sesuai dengan kondisi
ibu
b. Kehamilan
Women center care untuk kehamilan harus cukup fleksibel untuk mengatasi berbagai
pengalaman perempuan di seluruh dunia, meliputi berbagai kondisi medis, budaya dan
struktur keluarga. Hal ini juga harus mencakup perempuan yang memilih untuk tidak
menginginkan kehamilan atau mengalami keguguran.Asuhan yang berorintasi pada wanita
atau Women Centre Care amat penting untuk kemajuan Praktik kebidanan. Salah satu
contohnya di Indonesia yaitu gerakan saying ibu (GIS) Gerakan sayang Ibu merupakan
gerakan percepatan penurunan angka kematian ibu yang dilakukan bersama-sama oleh
14
pemerintah dan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan kesadaran dan kepedulian
dalam upaya integral dan sinergis. Berupa gerakan sayang ibu yang dioperasionalkan
dikecamatan dan desa atau kelurahan. Gerakan Sayang Ibu (GSI) mempromosikan kegiatan
yang berkaitan dengan kecamatan. sayang ibu dan Rumah Sakit saying ibu untuk mencegah 3
keterlambatan: Keterlambatan ditingkat keluarga dalam mengenali tanda bahaya
dan membuat keputusan untuk mencari pertolongan. Keterlambatan dalam mencapai fasilitas
pelayanan kesehatan. Keterlambatan difasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
pertolongan yang dibutuhkan
c. Persalinan
Salah satu contoh model asuhan bersalin di indoneia adalah dengan menggunakan
cermin. Hal ini sesuai dengan jurnal metode persalinan normal dengan bantuan cermin
pada persalinan kala II ibu primigravida oleh rokhamah tahun 2019, dengan hasil ibu ibu
bersalin primigrafida yang menggunakan cermin pada persalinan kala II lebih cepat
dibandingkan yang tidak menggunakan cermin. Rata-rata waktu yang digunakan oleh ibu
bersalin pada kelompok I (menggunakan cermin) adalah 7.05 menit dan rata-rata waktu
yang digunakan oleh ibu bersalin kelompok II (tanpa menggunakan cermin) adalah 16.15
menit. Pemakaian alat bantu cermin dapat dimanfaatkan sebagai komplemen instrumen
persalinan guna menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu di Indonesia.
Ibu bersalin dipengaruhi beberapa faktor yaitu jalan lahir, janin, power, psikis ibu
dan penolong. Psikis ibu ini dipengaruhi dari faktor external dan internal, yang mana
faktor external bisa dari suami, orang terdekat, dan keluarga dan faktor internal dorongan
dari dirinya sendiri. Dimana dorongan dari dirinya sendiri ini dapat diperoleh ibu melalui
melihat langsung proses persalinan yang dialaminya melalui sebuah cermin, sehingga bisa
menambah motivasi pada diri ibu untuk mengejan.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dimana kelompok 1 diberi perlakuan dan
kelompok 2 tidak diberi perlakuan dengan kelompok satu sebagai eksperimen dan
kelompok 2 sebagai kontrol. Perlakuan ini berupa persalinan dengan diberi cermin. Setiap
kelompok terdiri dari 20 orang, yaitu kelompok 1 melakukan persalinan dengan bantuan
cermin dan kelompok 2 melakukan persalinan tanpa bantuan cermin. Variabel yang
diamati adalah kontraksi dengan indikator cara mengejan (teriakan) , frekwensi meneran ,
dan lama bersalin dengan indikator waktu. Dalam setiap persalinan waktu yang
dibutuhkan seseorang untuk melahirkan berbeda-beda karena berbagai macam faktor yang
mempengaruhinya. Jika frekuensi mengejan lebih banyak dan waktu untuk mengejan lebih
lama maka diharapkan waktu yang diperlukan dalam persalinan semakin cepat.
15
d. Nifas
Pendidikan postnatal merupakan suatu proses pembelajaran yang diberikan petugas
kesehatan kepada ibu dan keluarga selama masa nifas guna meningkatkan pengetahuan ibu
dalam beradaptasi terhadap perubahan maternal yang terjadi selama masa nifas baik
perubahan fisik, psikologis, serta meningkatkan pengetahuan ibu dalam merawat bayi.
Salah satu jembatan untuk mengoptimalkan upaya edukasi postnatal adalah melalui
pendidikan prenatal atau saat ibu berada pada perawatan nifas.
Kelas prenatal merupakan bagian dari pendekatan family cantered maternity care
(FCMC) yang bertujuan agar ibu yang telah mengikuti kelas prenatal ini
dapatmengaplikasikan pengetahuan yang telah didapat pada area postnatal. terputusnya
pendidikan antenatal dengan masa perawatan nifas ini maka upaya peningkatan persepsi
ibu dalam mengemban tugas fungsi sebagai orangtua belum optimal dilaksanakan, dimana
fenomena ini juga ditemukan di rumah sakit-rumah sakit lain.
Hasil jurnal model edukasi postnatal melalui pendekatan family centered maternity
care (FCMC) oleh Asmmuji dan indriani tahun 2014 didapatkan Pelaksanaan edukasi
postnatal bagi ibu nifas dengan pendekatan FCMC sesuai persepsi yang muncul dari ibu
post partum, tetapi hal ini belum dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan
informasi sesuai tahapan dari masa nifas. Edukasi postnatal ini menjadi alternative pilihan
yang tepat bagi petugas kesehatan untuk menyiapkan ibu nifas dalam beradaptasi
menjalankan tugas-tugas perkembangan yang akan dijalaninya.
3. Lakukan dokumentasi asuhan kebidanan komunitas pada desa suka maju dengan
hasil pendataan kasus jumlah bumil di desa suka maju dengan hasil pendataan
kasus
Jumlah bumil di desa 107 orang
K1 : 83%
K4 : 85%
KF 1-3 : 75%, 80%, 76%
Persalinan dengan nakes 88%
Anemia bumil : 19%
Imunisasi lengkap
A. K1
16
Cakupan kunjungan K1 di desa Suka Maju yaitu 83%, sedangkan target capaian cakupan
K1 di tahun 2020 adalah 100%
Pencapaian Kunjungan Ibu Hamil K1 di Desa Suka Maju
Jumlah cakupan kunjungan K1 ibu hamil di Desa Suka Maju adalah :
Besar cakupan = 83 %
Jumlah pencapaian kunjungan ibu hamil K1 di Desa Menoreh adalah :
Masalah tersebut dapat disebabkan oleh input, lingkungan, dan proses. Input terdiri
dari 5 komponen, yaitu : Man, Money, Method, Material, dan Machine. Sedangkan pada
Analisis penyebab kurangnya kunjungan pertama kali ibu hamil usia < 20 minggu
Kemungkinan Hambatan
17
melakukan penyuluhan pada ibu – ibu hamil.
pemeriksaan kehamilan
INPUT
optimal.
18
pertama kali usia < 20 minggu dalam pemeriksaan
kehamilan (K 1)
pemeriksaan kehamilan (K 1)
19
Man Kurang optimalnya bidan dan kader
dalam penyuluhan, Kurang optimalnya
bidan dalam melakukan kunjungan ke INPUT
rumah-rumah ibu hamil, Kurangnya
pengetahuan kader akan pentingnya
kunjungan pertama kali ibu hamil usia < 20
minggu untuk pemeriksaan kehamilan,
Kurangnya motivasi dan keaktifan kader
Matherial
Money
Kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai pentingnya kunjungan pertama kali ibu hamil usia < 20 minggu untuk pemeriksaan kehamilan (K 1)
Machine
20
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
dalam melakukan penyuluhan pada ibu – rumah ibu hamil untuk melakukan
hamil usia < 20 minggu untuk dan kader dalam mendata ibu hamil.
kunjungan pertama kali ibu hamil usia < kunjungan pertama kali ibu hamil ( K1)
21
Kurangnya pengetahuan ibu mengenai
pemeriksaan kehamilan (K 1)
dukun.
program K 1.
ibu hamil.
program K 1.
22
23
PLAN OF ACTION PENINGKATAN KUNJUNGAN KE RUMAH (KR) UNTUK K1
Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksa Waktu Dana Metode Tolak ukur
naan
1 Meningkatkan kunjungan Untuk Ibu Rumah ibu Bidan 1 hari Dana Pengumpulan Terkumpulnya
ke rumah-rumah ibu mendapatkan hamil hamil desa operasional data seluruh data ibu
antara bidan dan kader perolehan data Suka Maju desa bulan data antara kader dan
terjalin dengan
baik
3 Penyuluhan mengenai Meningkatkan Ibu Rumah ibu Bidan Tiap Dana Diskusi dan Bertambahnya
pentingnya program pengetahuan hamil hamil desa kegiatan operasional tanya jawab pengetahuan
24
ibu hamil ( K1) dengan ibu hamil kader du ibu hamil untuk
berkesinambungan, kehamilannya
4 Pelatihan bidan dan kader Meningkatkan Bidan Puskesmas Dokter, Tiap Dana Seminar, Bertambahnya
mengenai program kualitas bidan dan Suka Maju bidan tahun operasional pelatihan dan pengetahuan
kunjungan pertama kali dan kader kader desa puskesmas diskusi dan
ini
25
Pencapaian Kunjungan Ibu Hamil K4 di Desa Suka Maju
Jumlah cakupan kunjungan K4 ibu hamil di Desa suka maju adalah :
75+80+76% x 100 % = 77 %
3
26
PEMECAHAN MASALAH
27
Plan of Action (POA) Cakupan Kunjungan KN Ibu Nifas di Desa Suka Maju
Tabel . Plan of action cakupan kunjungan KN Ibu Nifas di Desa Suka Maju
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksan Waktu Dana
a
Melakuka Didapatkan Ibu hamil Rumah Bidan Setiap Dana Kunjungan
n data di desa ibu desa dan KN1,KN2 operasional langsung ke
koordinasi mengenai Menoreh Nifas kader dan KN3 puskesmas rumah dan
kunjungan kunjungan yang tidak posyandu dan pemeriksaan
rumah bumil melakuka posyandu
untuk ibu khususnya n KN1,2,
Nifas 1,2 KN yang dan 3
dan 3 yang baik dan
tidak lengkap
datang
KN.
28
Cakupan K4
Ibu hamil yang melakukan K4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standard paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian
pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua
dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamlan.
Pencapaian Kunjungan ibu hamil K4 di desa suka maju
Jumlah cakupan kunjungan K4 ibu hamil di Desa suka maju adalah
Besar pencapaian = cakupan ibu hamil yang melakukan K4 x 100%
Target kunjungan ibu hamil K4 tahun 2020
= 85% x 100%
95%
=89,47 %
Dari hasil didapatkan pencapaian kunjungan K4 ibu hamil di Desa suka maju
kurang dari 100 %, yang berarti kunjungan Ibu hamil K4 di Desasuka maju
masih menjadi masalah.
29
b. Menentukan Kemungkinan Penyebab Masalah
30
Posyandu (rumah kadus)
- Adanya 10 Posyandu dan 4 BPS
31
- Terdapat laporan mengenai ibu
hamil yang tidak melakukan K4
- Pengawasan dan penilaian
dilakukan dan dievaluasi setiap
bulan oleh bidan desa kepada
kader Posyandu
Hasil analisis masalah di atas dapat dibuat dalam bentuk diagram fishbone
yaitu sebagai berikut :
32
Proses
33
d. Kemunkinan penyebab masalah
kemungkinan penyebab rendahnya cakupan kunjungan K4 ibu hamil di Desa
Menoreh adalah :
a) Kurang koordinasi dengan pelayanan kesehatan swasta lain di dalam maupun
di luar desa.
b) Kurangnya penyuluhan tentang pemeriksaan antenatal dan hal-hal yang
berhubungan dengan kehamilan dan persalinan.
c) Kurang pendataan jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di
tempat pelayanan kesehatan swasta di luar wiayah desa.
d) Kurangnya koordinasi pelaporan dan pencatatan dengan pelayanan kesehatan
swasta yang berada di dalam dan di luar wilayah desa.
e) Kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai pelayanan antenatal.
f) Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan kunjungan
antenatal pada akhir kehamilan.
g) Kurangnya pengetahuan ibu tentang hal-hal yang berhubungan dengan
kehamilan dan persalinan.
h) Masih adanya ibu hamil yang mengalami abortus, IUFD, dan BO
34
e. Alternatif Pemecahan Masalah
35
Plan of Action (POA) Cakupan Kunjungan K4 ibu hamil di desa suka maju
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksana Waktu Dana Metode Tolak ukur
1. Penyuluhan Meningkatkan Warga Disesuaik Dokter Menyesuaik Anggaran Ceramah Proses:
berkala di pengetahuan ibu masyarakat, an umum, an kegiatan Puskesma dan tanya Terlaksananya
kelompok- hamil tentang terutama dengan kordinator di s jawab, penyuluhan
kelompok pelayanan ibu hamil acara program masyarakats dan mengenai
masyarakat, antenatal, serta KIA, dan eperti pembagia kehamilan,
misal : semua hal bidan desa posyandu n brosur/ pelayanan antenatal
posyandu tentang balita, leaflet dan persalinan yang
balita, arisan, kehamilan dan pengajian aman.
pengajian ibu- persalinan (min. setiap
Hasil :
ibu dan 2 bulan)
Meningkatnya
pembuatan
pengetahuan dan
brosur/leaflet
perubahan pola
hidup yang berisiko
terhadap kehamilan
dan persalinan
2. Melakukan Didapatkan data Bidan Disesuaik Bidan desa Setiap bulan Anggaran Kunjunga Proses:
koordinasi kunjungan ibu praktek an Puskesma n Terkoordinasinya
36
dengan hamil swasta, s langsung pelaporan dan
pelayanan khususnya K4 pelayanan ke bidan pencatatan dengan
kesehatan kesehatan praktek bidan praktek
swasta lain swasta swasta swasta atau
atau pelayanan kesehatan
pelayanan swasta.
kesehatan
swasta Hasil :
Didapatkan data
kunjungan ibu
hamil khususnya K4
3. Melakukan Didapatkan data Ibu hamil Rumah Bidan desa Setiap bulan Dana Kunjunga Proses:
koordinasi mengenai di desa ibu hamil dan kader operasion n Terlaksananya
kunjungan kunjungan Menoreh posyandu al langsung kunjungan ke rumah
rumah untuk bumil yang tidak puskesma ke rumah ibu hamil K4
ibu hamil yang khususnya K4 melakukan s dan dan
tidak datang yang baik dan K4 posyandu pemeriksa Hasil:
ANC. lengkap an Didapatkan data
kunjungan ibu
hamil K4.
37
DAFTAR PUSTAKA
Bower, John Andrew, Gillian Mould dan helen cheyne. 2014. Continuity of care in
community midwifery. Jurnal Health Care Management Science, Vol 18:
195-204. DOI: 10.1007/s10729-014-9285-z.
https://www.researchgate.net/publication/262926835
Boyle S, Thomas H, Brooks F. Women’s views on partnership working with
midwives during pregnancy and childbirth. Midwifery. 2016;32(July
2016):21–9. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.midw.2015.09.001\
38
Mallot, Anne M, et.al. 2012. Models of Organization of Maternity Care by Midwives
in Canada: A Descriptive review. Jurnal Women’s Health Vol 34 No.10.
Oladapo, OT. et.al. 2018. WHO model intrapartum care for a posituve childbirth
experience: transforming care of women and babies for improved health and
wellbeing. Jurnal An International Journal of Obstetrich and Gynaecology.
DOI: 10.1111/1471-0528.15237
Rokhamah. 2019. Kajian metode persalinan normal dengan bantuan cermin pada
persalinan kala II ibu primigravida. Jurnal Ilmiah ilmu kesehatan, Vol. 7
No.2. ISSN 2527-8487.
https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/care/article/view/1197
Seaton, Sarah E. 2016. Modelling neonatal care pathways for babies born preterm:
an application of multistate modelling. Jurnal Plos One, Vol 11 No. 10. Doi:
10.1371/journal. pone.0165202
Tzavella, Foteini dan petros kolovos. 2018. Women’s view of postnatal care and
evaluation of an intervention postnatal home visits in greece. International
Journal of Nursing, Midwife and Health Related Cases Vol.4, No.3. e ISSN:
2397-0766. https://www.researchgate.net/publication/332686792
Yulizawati. 2017. Draft Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.Padang.Penerbit
Erka. Isbn : 978-602-6506-69-6.Http: //Www.Erkapublishing.Com
39
40