Apa bila ingin melakukan pengelolaan JJK dengan cara diabukan diincinerator maka
ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu
Incinerator harus dilengkapi dengan alat penangkap debu atau Dust Collector,
agar emisi gas buang terutama partikulatnya tidak melebihi baku mutu.
Incinerator harus dilengkapai dengan lubang sampling dan tangga sampling
untuk memantau emisinya seperti pada Gambar 1.
Melakukan pemantauan emisi gas buang dari incinerator sekikitnya 6 bulan
satu kali, dan hasilnya dilaporkan ke instansi yang berwenang (BAPEDAL).
Pengelolaan selanjutnya adalah terhadap abu janjang. Abu janjang dapat digunakan
sebagai pupuk penganti MOP. Abu janjang bisa digunakan untuk kalangan sendiri
maupun dijual ke pihak ke tiga atau masyarakat.
Karena abu janjang bersifat higroskofis dan pH tinggi (bersifat korosif), maka perlu
penanganan yang baik yaitu :
Abu janjang selama di PKS maupun di gudang harus selalu kering
Sebelum dikemas abu janjang harus disaring terlebih dahulu untuk
memisahkan arang/bonggol JJK maupun kerak abu yang kasar.
Pada saat aplikasi, karyawan penabur harus dilengkapi dengan masker dan
sarung tangan untuk mencegah eefek buruk dari abu janjang
Penaburan abu janjang diutamakan ke lahan gambut yang memiliki nilai pH
rendah, dan ditabur diluar piringan untuk menghindari kontak langsung
dengan pupuk N.
Sumber : https://aaobring.blogspot.com/2008/08/pengelolaan-janjang-kosong-
kelapa-sawit.html