Anda di halaman 1dari 3

Kisah Tobat Pembunuh 100 Orang yang

Bikin Malaikat Berselisih


Dalam kajian Kitab Riyadhus Shalihin dan Ihya 'Ulumuddin, Pimpinan Yayasan Al-Fachriyah Tangerang Al-
Habib Jindan bin Novel Salim Jindan menceritakan sebuah kisah yang menggugah hati. Kisah ini masuk
dalam kategori bab tobat dan syukur.

Habib Jindan mengatakan bahwa hakikat tobat hukumnya wajib. Apabila dosa itu kaitannya dengan
Allah Ta'ala, maka ia wajib bertobat untuk lepas dari dosa, menyesali kesalahannya dan berjanji tidak
ingin mengulangi lagi. Kalau berkaitan dengan hak manusia misalkan harta, maka dia wajib
mengembalikannya. Kalau berkaitan dengan kehormatan orang itu misalnya pernah mengghibahi, maka
ia harus minta maaf.

Habib Jindan menceritakan kisah seorang pembunuh di zaman Nabi Musa 'alaihissalam yang dinukil dari
Kitab Shahih Al-Bukhari . Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Dahulu pada masa
sebelum kalian ada seseorang yang pernah membunuh 99 jiwa. Lalu ia bertanya tentang keberadaan
orang-orang yang paling alim di muka bumi. Namun ia ditunjuki pada seorang rahib (pendeta). Lantas ia
pun mendatanginya dan berkata, "Jika seseorang telah membunuh 99 jiwa, apakah taubatnya
diterima?" Rahib pun menjawabnya, "Orang seperti itu tidak diterima taubatnya." Lalu orang tersebut
membunuh rahib itu dan genaplah 100 jiwa yang telah ia renggut nyawanya.

Kemudian ia kembali lagi bertanya tentang keberadaan orang yang paling 'alim di muka bumi. Ia pun
ditunjuki kepada seorang 'alim. Lantas ia bertanya pada alim tersebut, "Jika seseorang telah membunuh
100 jiwa, apakah taubatnya masih diterima?" Orang alim itu pun menjawab, "Ya masih diterima. Dan
siapakah yang akan menghalangi antara dirinya dengan taubat? Beranjaklah dari tempat ini dan ke
tempat yang jauh di sana karena di sana terdapat sekelompok manusia yang menyembah Allah Ta'ala,
maka sembahlah Allah bersama mereka. Dan janganlah kamu kembali ke tempatmu (yang dulu) karena
tempat tersebut adalah tempat yang amat jelek."

Laki-laki ini pun pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang alim tersebut). Ketika sampai di
tengah perjalanan, kematian pun menjemputnya. Akhirnya, terjadilah perselisihan antara Malaikat
Rahmat dan Malaikat Azab. Malaikat Rahmat berkata, "Orang ini datang dalam keadaan bertaubat
dengan menghadapkan hatinya kepada Allah". Namun Malaikat azab berkata, "Orang ini belum pernah
melakukan kebaikan sedikit pun".

Lalu datanglah Malaikat lain dalam bentuk manusia, mereka pun sepakat untuk menjadikan malaikat ini
sebagai pemutus perselisihan mereka. Malaikat ini berkata, "Ukurlah jarak kedua tempat itu (jarak
antara tempat jelek yang dia tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju -pen). Jika jaraknya dekat,
maka ia yang berhak atas orang ini." Lalu mereka pun mengukur jarak kedua tempat tersebut dan
mereka dapatkan bahwa orang ini lebih dekat dengan tempat yang ia tuju. Akhirnya, ruhnya pun dicabut
oleh Malaikat rahmat."

Hikmah Dibalik Kisah Ini


"Kalau antum (anda) ditanya tentang ilmu sampaikan, jangan menghakimi. Malaikat azab bilang ini milik
gue. Malaikat rahmat bilang enggak dia sudah buat kebaikan. Malaikat kalau beda pendapat gak saling
mencaci, gak saling membully. Gak ada sombong-sombongan. Akhirnya diutus Malaikat lain dalam
wujud manusia. Ini orang diukur saja dari tempat berangkatnya lebih dekat ke tempat kampung shalihin
apa penjahat? Pas diukur lebih dekat ke kampung shalihin sejengkal. Ia mati dekat kampung shalihin,"
kata Habib Jindan.

Subhanallah, Nabi Musa 'alaihissalam ketika dijemput kematian mengatakan dekatkan saya ke Tanah
Suci (Baitul Maqdis). Akhirnya beliau meninggalnya di luar Tanah Suci jaraknya masih satu batu.

Rasulullah SAW setiap hari bertobat lebih dari 70 kali, juga dikatakan bertobat sehari 100 kali. Lebih
gampang tobat kepada Allah. Jika kita bikin dosa sama manusia bisa ribet gak kelar-kelar, diungkit terus.
Dalam hadis Nabi, Allah Ta'ala lebih gembira akan taubat seorang pendosa. Allah Ta'ala membentangkan
tangan-Nya kepada yang bertaubat.

"Kalau tobat jangan menunggu besok, buruan tobat. Baru banget maksiatnya tidak apa-apa tobat.
Jangan seperti Fir'aun sudah mau mati baru bilang tobat. Selama matahari belum terbit dari barat akan
diterima. Matahari menjelang hari Kiamat akan terbit dari barat. Bangun masih gelap sampai itu orang
ngumpul di jalanan menantikan matahari. Gak tahunya pas matahari terbit dari barat. Saat itu tobat
tidak diterima lagi," kata Habib Jindan yang juga murid ulama besar Yaman, Al-Habib Umar bin Hafiz.

Anda mungkin juga menyukai