Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbil alamiin kami panjatkan kehadirat Allah SWT,karena atas semua nikmat
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas ini. Shalawat dan salam sennoga
selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, karena beliaulah yang telah menghantarkan
kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh berkah.
Makalah kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi dengan tema “Persepsi
dalam Perspektif islam” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber dan
atas bantuan dari semua pihak.Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu.
Ahirnya, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan
demikian, penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan serta perkembangan lebih
lanjut pada makalah ini.
Wassalamu’alaikumsalam, Wr.Wb.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam sejarahnya, psikologi berasal dan merupakan bagian dari agama. Dengan kata
lain, pada masa yang awal sekali, psikologi dan agama itu belum terpisah. Pada abad ke-16
terdapat bidang keilmuan yang bernama pneumatologi (ilmu tentang roh). Pneumatologi atau
ilmu tentang roh tersebut terbagi dalam 3 bagian; ilmu tentang Tuhan (Roh) yang dikenal
dengan sebutan teologia, ilmu tentang roh-roh perantara (seperti malaikat dan setan) yang
disebut angelologi atau demonologi, dan ilmu tentang roh manusia yang disebut psikologi.
Jadi, pada awalnya, ilmu psikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan pembicaraan
tentang roh manusia. Dalam perkembangannya, psikologi tidak mempelajari roh lagi. Seiring
dengan perubahan zaman memasuki dunia modern era Renaissance: sebuah era tatkala manusia
berupaya membebaskan diri dari belenggu tahayul, tradisi dan dogma agama. Sehingga
menyebabkan penyelidikan psikologi dilandasi oleh upaya untuk menemukan kondisi bagi
terciptanya kebahagiaan manusia. Roh tinggal hanya pada namanya saja, yakni para arti kata
psikologi (pada kata psyche, yang berarti atman, atau spirit). Namun dalam kenyataannya,
psikologi itu tidak pernah lagi berbicara tentang roh manusia. Psikologi (akademik)
mengadaptasi pendekatan ilmu-ilmu alam (metode laboratorium) dalam menguji, mengukur
dan memverifikasi. Implikasinya adalah ia membatasi segenap aspek manusia yang hanya
dapat diuji di laboratorium serta mengklaim bahwa kesadaran, nurani, pengetahuan tentang
baik dan buruk adalah konsep metafisis yang berada di luar kajian psikologi. Selanjutnya,
psikologi menjadi suatu ilmu pengetahuan yang kehilangan obyek kajiannya, yakni roh (soul)
kecuali bagi para psikoanalisa seperti Erich Fromm. Dalam perkembangan berikutnya, roh
manusia dibicarakan di dalam agama.
4
Dalam sejarah perkembangan sains, suatu saat terjadi perseteruan antara psikologi dan
agama. Psikologi menganggap agama sebagai gangguan kejiwaan. Bahkan Freud mengatakan
bahwa misi kita adalah menyelamatkan umat manusia dari gangguan kejiwaan yang bernama
agama. Menurut Freud, agama adalah ilusi. Pada saat yang sama, pada akhirnya, agama juga
memberikan reaksi yang keras terhadap psikologi. Psikologi, menurut para agamawan,
merupakan kearifan yang diciptakan manusia yang sangat bertentangan dengan kearifan yang
berasal dari Tuhan. Di kalangan kaum Muslim sendiri, masih ada anggapan yang
mempertanyakan buat apa mempelajari psikologi. Cukuplah Al-Qur’an sebagai pedoman
hidup kita. Para agamawan juga menganggap bahwa psikologi sebagai pesaing besar di dalam
membimbing umat manusia. Agama sumbernya adalah wahyu, sementara psikologi sumbernya
adalah penelitian-penelitian empiris terhadap perilaku dan jiwa manusia.
Mengapa agama dan psikologi hingga sekarang ini bersiteru? Jawabannya adalah
karena keduanya punya pandangan dunia (world view) yang berbeda. Cara melihat masalah
berbeda dan cara memecahkan masalah juga berbeda. Psikologi didasarkan pada falsafah hidup
yang kita sebut “naturalisme”. Naturalisme adalah sebuah isme yang berpandangan bahwa
“natura” (alam) sebagai keseluruhan realitas. Artinya, apapun yang terjadi dalam kehidupan
kita bisa dijelaskan melalui penjelasan yang terdapat di dunia alamiah ini. Lawan dari
naturalisme adalah supernaturalisme yang menganut pandangan dualistik terhadap alam
dengan adanya kekuatan atau wujud di luar alam.
Psikologi berusaha memberikan penjelasan pada gejala tersebut dari apa yang ada
dalam alam ini. Psikologi akan menjawab bahwa ketika ia melihat cahaya-cahaya itu
sebenarnya adalah sebuah ilusi lantaran kelaparan. Karena ia sudah cukup lama dilaparkan, dan
mungkin juga kekurangan oksigen yang masuk ke dalam otaknya, lalu mengalami pengalaman
yang seperti itu. Hal ini bisa dibuktikan. Tatkala orang tersebut melihat cahaya berkunang-
5
kunang sebenarnya sedang mengalami penurunan glukosa (lantaran kurang makan). Dan
terjadilah pengalaman yang disebutnya sebagai “spiritual”. Pada saat itu lah juga ia mengklaim
telah ditunjuk Tuhan sebagai rasul untuk menyelamatkan umat manusia.
Berkaitan dengan pengembangan teori psikologi Islami ini, ada satu hal yang
sebenarnya menjadi sejenis kesepemahaman antar pengkaji psikologi Islami, yaitu meletakkan
kitab suci atau wahyu (al-Qur’an dan al-Hadits) sebagai sumber pengembangan ilmu.
Perbedaan utama antara sains Islam atau studi Islam dengan sains sekuler adalah posisi kitab
suci. Sains Islam jelas-jelas meletakkan wahyu (al-Qur’an dan al-hadits) sebagai sumber untuk
perumusan ilmu. Baik Abdul Mujib (2005) maupun Hanna Djumhana Bastaman (2005)
berpandangan sepaham bahwa ayat-ayat kauniyah, wahyu, atau al-Qur’an dan al-Hadists
adalah sumber penting bagi pengembangan psikologi Islami.
Dalam tulisannya yang berjudul “Pengembangan Psikologi Islami dengan Pendekatan Studi
Islam”, Abdul Mujib (2005) berpandangan bahwa pola-pola yang sejauh ini direkomendasikan
Hanna Djumhana Bastaman (2005), di antaranya similarisasi, paralelisasi, komplementasi dan
komparasi, ditinggalkan.
Dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan dua konsep yang salah satu berasal dari
psikologi dan yang lainnya mengenai perspektif islam dalam membahas teori barat, konsep
yang dimaksud adalah persepsi. Persepsi adalah fungsi psikis yang penting yang menjadi
jendela pemahaman bagi peristiwa dan realitas kehidupan yang dihadapi manusia. Manusia
sebagai makhluk yang diberikan amanah kekhalifahan diberikan berbagai macam
keistimewaan yang salah satunya adalah proses dan fungsi persepsi yang lebih rumit dan lebih
kompleks dibanidngkan dengan makhluk Allah yang lainnya. Dalam bahasa Al-Qur’an,
beberapa proses dan fungsi persepsi dimulai dari proses penciptaan. Dalam QS. Al-Mukminun
ayat 12-24, disebutkan proses penciptaan manusia dilengkapi dengan penciptaan fungsi-fungsi
pendengaran dan penglihatan. Dalam ayat ini tidak disebutkan telingan dan mata, tetapi sebuah
fungsi. Kedua fungsi ini merupakan fungsi vital bagi manusia dan disebutkan selalu dalam
keadaan bersamaan. Sehingga perlu dijelaskan dengan rinci kaitan antara teori persepsi dan
juga penjelasannya dari sudut pandang islam serta dilengkapi dengan contoh pengukurannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana persepsi dalam Perspektif islam?
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Persepsi,
Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yakni suatu proses yang
diterima individu melalui alat reseptor yakni alat indera. Proses penginderaan ini tidak terlepas
dari proses persepsi. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia
eksternal.
Persepsi [perception] merupakan konsep yang sangat penting dalam psikologi, kalau bukan
dikatakan yang paling penting. Persepsi, menurut Rakhmat Jalaludin (1998: 51), adalah
pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Menurut Ruch (1967: 300), persepsi adalah
suatu proses tentang petunjuk- petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang
relevan diorgani- sasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan
bermakna pada suatu situasi tertentu.
Senada dengan hal tersebut Atkinson dan Hilgard (1991: 201) mengemukakan bahwa
persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam
lingkungan. Gibson dan Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses
pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu. Dikarenakan persepsi bertautan
dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka
persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera. Dalam hal ini persepsi diartikan
sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan bantuan indera
(Chaplin, 1989: 358) Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap
stimulus.
Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak,
kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian
dihasilkan persepsi (Atkinson dan Hilgard, 1991 : 209). Dalam hal ini, persepsi mencakup
penerimaan stimulus (inputs), pengorga- nisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran
stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan
membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai
dengan keadaannya sendiri (Gibson, 1986: 54).
7
Persepsi merupakan proses yang didahului dengan pengideraan yaitu yaitu diterimanya
stimulus melaui alat indera, disebut juga proses sensoris. Stimulus yang diinderakan kemudian
diorganisasikan dan diinterpretasikan oleh pusat syaraf individu, sehingga individu dapat
menyadari, mengerti apa yang diienderakan itu, dan proses ini disebut presepsi. Davidoff
(1981) mengatakan bahwa stimulus itu akan menjadi sesuatu yang berarti setelah
diorganisasikan atau diinterpretasikan. Moskowitz dan Orgel (1969) menyebutkan bahwa
persepsi merupakan proses yang integrated atau terpadu dalam dii individu terhadap stimulus
yang diterimanya. Jadi, persepsi merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap
stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merukan pross yang
integrated dalam diri individu.
Persepsi merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu, maka apa yang ada
didalam individu ikut aktif dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka persepsi dapat
dikemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman – pengalaman individu tidak
sama, maka dalam persepsi suatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara
individu yang satu dengan individu lainnya.
Para ahli banyak mengungkapkan pendapat mengenai persepsi secara definitif yang berbeda
satu sama lain, untuk lebih jelas simak ulasan berikut ini:
Persepsi ialah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan
panca indera. Kesan yang diterima individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman
yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor
yang berasal dari dalam diri individu.
8
Yang menyatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang dapat
memilih, mengatur dan mengartikan informasi menjadi suatu gambar yang sangat
berarti di dunia.
Persepsi ialah proses kognitif yang memungkinkan kita dapat menafsirkan dan
memahami lingkungan sekitar kita.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului stimulus yang diterima oleh individu
melalui alat reseptor yaitu indera. Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu
faktor internal dan faktor eksternal.
adalah proses saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus dalam lingkungan
(Sobur,2009 ).
adalah persepsi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam
lingkungannya melalui indra-indra yang dimilikinya
adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang akan menunjukkan
bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, memberi, serta meraba (Kerja indra)
disekitar kita
merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh penginderaan, yaitu proses
diterimanya stimulus oleh alat indera, kemudian individu ada perhatian dan diteruskan
ke otak, selanjutnya individu menyadari tentang adanya sesuatu. ,elalui persepsi
9
individu menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada
disekitarnya maupun tentang hal-hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan
B. Jenis-jenis Persepsi
Dalam pemahaman stimulus, maka persepsi dapat di bagi menjadi beberapa jenis. Yaitu :
Alat indera merupakan alat individu dalam mengadakan persepsi, salah satunya dengan
penglihatan, yaitu dengan mata. Reseptor yang sebenarnya terletak pada didalam retina
terletak adanya basiles ( rods ) dan cones, yang masing – masing mempunyai fungsi sendiri.
Basiles atau rods berfungsi untuk membedakan terang gelapnya benda yang dilihat,
sedangkan cones berfungsi membedakan warna yang dilihatnya. Warna sangat menarik
dalam psikologi, karena ada tes warna yang dapat menghubungkan soal warna dan keadaan
psikologis seseorang.
Telinga merupakan salah satu alat bagi untuk mengetahui keadaan disekitar manusia.
Telinga terbagi atas beberapa bagian., yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah dan
telinga bagian dalam. Telinga luar berfungsi menerima stimulus dari luar, telinga tengah
merupakan bagian yang meneruskan stimulus yang diterima dari telinga bagian luar atu
berfungsi sebagai tranformer, sedangkan telinga bagian dalam merupakan reseptor
sensitive yang merupakan saraf – saraf penerima. Stimulus berwujud bunyi merupakan
getaran udara atau getaran medium lain. Sebagai respons dari stimulus itu orang dapat
mendengarnya.
Orang dapat mencium bau melalui hidung. Sel – sel penerima atau reseptor bau terletak
dalam hidung sebelah dalam. Stimulusnya berwujud benda – benda yang bersifat gas yang
dapat menguap, dan mengenai alat – alat penerima yang ada di hidung, kemudian
diteruskan saraf sensoris ke otak, sebagai respon dari stimulus itu orang dapat mencium
bau.
10
Indera pengecap terletak di lidah, stimulusnya berupa benda cair. Zat cair itu mengenai
ujung sel penerima yang terdapat di lidah yang kemudian dilangsungkan oleh syaraf
sensoris ke otak, hingga orang dapat menyadari atau mempersepsi tentang apa yang dicecap
itu. Ada 4 macam rasa adalah pahit, manis, asam, asin. Yang masing – masing dirasakan
oleh daerah penerima rasa di lidah.
Melalui kulit dapat merasakan rasa sakit, rabaan, tekanan , dan temperature. Pada bagian –
bagian tertentu saja dapat merasakan stimulus ini, sedangkan bebrapa bagian tidak. Rasa –
rasa tersebut merupakan rasa kulit yang primer, sedangkan disamping itu masih ada variasi
yang bermacam – macam.
C. Ciri Persepsi
Ciri-ciri Persepsi
D. Macam Persepsi
External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari
luar diri individu.
Self-perception,yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari dalam
individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri ( Sunaryo, 2004 ).
11
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus terbesar
datang dari luar individu, namun ada juga yang datang dari dalam iindividu. Yang langsung
mengenai saraf penerima sebagai reseptor.
Saraf sensoris harus ada unutk melanjutkan stimulus yang diterima alat indera ke otak dan
dilanjutkan saraf motoris yang menghasilkan respon.
3. Perhatian.
Untuk menyadari dan mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yang merupakan
langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka atau konsentrasi dari seluruh
aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
Disamping itu ada faktor lain yang dapat mempengaruhi proses persepsi antara lain:
1. Faktor Internal
Individu sebagai faktor internal saling berinteraksi dalam individu mengadakan persepsi.
Mengenai keadaan individu yang dapat mempengaruhi hasil persepsi datang dari dua sumber
yaitu berhubungan dengan segi kejasmanian dan segi psikologis. Bila sistem fisiologis
terganggu, hal tersebut akan berpengaruh dalam persepsi seseorang. Sedangkan segi psikologis
yaitu antara lain mengenai pengalaman, perasaan, kemampuan berpikir, kerangka acuan dan
motivasi akan berpengaruh pada seseorang dalam mengadakan persepsi.
2. Faktor Eksternal
a. Stimulus
Agar stiimulus dapat dipersepsi, maka stimulus harus cukup kuat. Kejelasan stimulus akan
banyak berpengaruh dalam persepsi. Stimulus yang kurang jelas akan berpengaruh dalam
ketepatan persepsi. Bila stimulus berwujud benda bukan manusia, maka ketepatan persepsi
lebih terletak pada individu yang mengadakan persepsi, karena benda yang dipersepsi
tersebut tidak ada usaha untuk mempengaruhi yang mempersepsi.
Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi stimulus juga akan berpengaruh
dalam persepsi bila obyek persepsi ialah manusia. Obyek dan lingkungan yang
12
melatarbelakangi obyek merupakan kesatuan yang sulit dipisahkan. Obyek yang sama
dengan situasi sosial yang berbeda dapat menghasilkan persepsi yang berbeda.
a. Tahap pertama merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau
proses fisik yaitu proses ditangkapnya suatu stimulus “objek” oleh panca indera.
b. Tahap kedua merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis yaitu proses
diteruskannya stimulus atau objek yang telah diterima alat indera melalui syaraf-syaraf
sensoris ke otak.
c. Tahap ketiga merupakan proses yang dikenal dengan nama proses psikologis yaitu
proses dalam otak, sehingga individu mengerti, menyadari, menafsirkan dan menilai
objek tersebut.
d. Tahap keempat merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa
tanggapan, gambaran atau kesan.
Apa sebenarnya persepsi itu? Persepsi adalah suatu proses yang di dahului oleh
penginderaan (penerimaan stimulus oleh individu melalui alat reseptor atau indera) dan
pemberian makna terhadap stimulus tersebut. Atau dengan kata lain, proses menyangkut
masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, sekilas proses ini sangat sederhana,
tetapi disadari atau tidak persepsilah yang membuat atau menyebabkan keadaan kita seperti
apa yang kita rasakan.
Kasus Pertama
Ketika seseorang dihadapkan dengan sutau gambar dan diminta untuk menjelaskan apa arti
gambar tersebut. Maka masing-masing individu akan menjawab dan menjelaskan gambar
tersebut sesuai dengan apa yang dilihat oleh orang tersebut. Dan masing-masing orang akan
menjawab dengan interpretasi yang berbeda meskipun maksudnya adalah sama. Tetapi itulah
yang dikatakan persepsi.
Kasus Kedua
13
Ketika ada 10 orang mendengar suatu suara dan diminta untuk mengulang kembali suara
tersebut. Maka indera yang bekerja adalah indera pendengaran yang dilanjutkan ke otak, maka
otak akan menyaring informasi apa yang ditangkap oleh indera pendengaran kemudian setelah
stimulus tersebut diterima maka informasi tersebut dapat diucapkan oleh masing-masing
individu dan hasilnya pun dapat berbeda-beda sesuai dengan persepsi mereka.
14
BAB III
PEMBAHASAN
Allah swt menganugerahkan alat indera kepada makhluk-Nya untuk mengetahui segala
sesuatu di luar dirinya. Melalui alat indera manusia dan hewan bisa menjaga dirinya dan
mempertahankan kehidupannya. Beberapa bentuk emosi bisa memengaruhi persepsi. Misalkan
seorang anak yang takut berada di kamar yang gelap akan mempersepsi kamar tersebut banyak
sesuatu yang menakutkan. Kecintaan kita pada seseorang pun menjadikan diri kita lupa untuk
mengetahui kekurangan yang ada pada orang yang kita cintai. Begitu juga dengan kebencian
pada seseorang menyebabkan kita hanya memerhatikan kejelekannya saja tanpa melihat
kebaikannya. Rasulullah saw mengisyaratkan bahwa semua dorongan dan emosi yang terdapat
dalam diri kita dapat menghalangi persepsi dan pikiran secara benar.
Hubbu dunyaa rasu kulli khathiiatin wa hubbuka syaia yu‟mii wa yushmii (Cinta kepada dunia
merupakan pangkal setiap kesalahan dan cintamu kepada sesuatu akan menjadikan dirimu
buta dan tuli) Diriwayatkan oleh Anas ra.
Hadits ini mengisyaratkan bahwa kecintaan kepada dunia dapat memperlambat cara
berpikir yang benar dan menghalangi persepsi kita secara tepat. Mencintai sesuatu secara
berlebihan dapat menyebabkan buta dan tuli karena panca indera dan cara berpikir cenderung
akan keliru.
Persepsi Eksternal Terkadang sebagian orang mampu melihat sesuatu yang berada di
luar pengaruh rasa yang terlepas dari segala sesuatu yang ditangkap oleh pancainderanya secara
langsung. Seperti mengetahui sesuatu yang keberadaannya sangat jauh. Fenomena ini sering
disebut extrasensory perception, yakni persepsi yang muncul di luar pancaindera (indera
keenam). Fenomena ini menjadi perdebatan di antara ahli kejiwaan modern. Sebagian dari
mereka ada yang meragukan dan memungkirinya. Sebagian lagi ada yang berkeyakinan bahwa
persepsi eksternal ini benar-benar terjadi. Ahli kejiwaan yang membenarkan persepsi eksternal
berusaha untuk membuktikannya melalui penelitian eksperimen. Namun hasil yang mereka
peroleh tetap tidak memuaskan.
15
Dalam Al-Quran dan hadits terdapat petunjuk tentang persepsi eksternal ini. Dalam
Q.S. Yusuf ayat 94 menyatakan bahwa Nabi Ya‟qub as dapat mencium bau anaknya dari jarak
jauh. Ini terjadi ketika kendaraan yang membawa pakaian Nabi Yusuf as dari Mesir yang
tengah menuju ke sebuah negeri dimana Nabi Ya‟qub as tinggal. Wa lammaa fashalatil „iiru
qaala abuu hum innii laajidu riiha yuusufa lawlaa an tufannidnuun (Tatkala kafilah itu telah
keluar (dari Mesir) ayah mereka berkata, “Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf, sekiranya
kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku)”.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas ra, terdapat peristiwa persepsi eksternal.
Rasulullah saw bisa melihat para sahabtnya dari belakang punggungnya. Ayyuhan naasu innii
imaamikum falaa tusbiquunii bi rrukuu‟I wa laa bi ssujuudi wa laa bil qiyaami wa laa bil
inshiraafi fainnii araakum amaamii wa min khalfii…al hadits “Wahai manusia, sesungguhnya
aku adalah imam kalian semua. Janganlah kalian mendahuluiku ketika ruku, sujud, berdiri
dan pergi. Karena sesungguhnya aku melihat kalian semua, baik kalian berada di depan
mataku atau kalian berada di belakangku.”
Rasulullah saw diberi kemampuan yang luar biasa dalam penglihatan dan
pendengarannya. Beliau bisa melihat sesuatu dari belakang punggungnya dan mendengar
orang yang sedang disiksa dalam kuburnya. Hadits-hadits tadi menunjukkan fenomena
persepsi eksternal. Beliau juga diberi kemampuan melihat hal metafisik.
Diriwayatkan oleh Aqabah bin Amir ra, bahwa Rasulullah saw keluar pada suatu hari
kemudian mendirikan shalat jenazah. Beliau lalu bergegas ke mimbar dan berkata,
“Sesungguhnya aku pernah bersikap berlebihan terhadap kalian semua, padahal aku adalah
saksi atas kalian semua. Demi Allah swt, sesungguhnya aku melihat danau dan sesungguhnya
aku telah diberi kunci pembuka isi bumi atau alat pembuka pintu bumi. Demi Allah swt
sesungguhnya aku tidak takut kalian semua berbuat syirik. Sebab yang aku takutkan adalah
16
bahwa kalian nanti suka berlombalomba mengejar kunci isi bumi.” Hadits ini menunjukkan
Rasulullah saw pernah melihat perkara metafisika. Beliau melihat danau yang di hari kiamat
nanti danau tersebut menunggu kedatangan umatnya. Beliau juga melihat sesuatu yang akan
terjadi pada umatnya di masa yang akan datang yang menaklukkan Kerajaan Parsi dan
Romawi. Oleh karena itu beliau menyatakan dirinya takut jika kaum muslimin berlomba
mengejar dan menimbun harta benda. Berlomba mengejar harta benda akan membinasakan
mereka semua seperti umat terdahulu.
Diriwayatkan oleh Abu Dzarr ra, Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya aku melihat
sesuatu yang tidak dapat kalian lihat dan mendengar sesuatu yang tidak dapat kalian dengar,
langit bergemuruh dan bersuara, saat itu hanya ada tempat yang dapat digunakan malaikat
untuk meletakkan keningnya bersujud kepada Allah swt karena tempat itu selebar empat jari.”
Karena kesucian hati Rasulullah saw, Allah menganugerahi beliau dengan kemampuan untuk
merasakan apa yang dirasakan hewan seperti takut, sedih dan yang lainnya.
Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ja’far ra, Rasulullah saw pernah memasuki kebun
milik seseorang dari kaum Anshar. Tiba-tiba ada seekor unta yang terlihat sedih dan merintih.
Kemudian Rasulullah saw mendatanginya dan mengusap kelopak matanya. Unta itu akhirnya
terdiam. Lalu Rasulullah saw bertanya, “Siapa pemilik unta ini?” Seorang pemuda datang
dan menjawab, “Unta itu milikku wahai Rasulullah saw”. Kemudian Rasulullah saw berkata,
“Apakah kamu tidak takut kepada Allah swt yang telah memberikan hewan ini kepadamu?
Unta itu mengadu kepadaku bahwa kamu menelantarkan dan menyiksanya.” Jadi Rasulullah
saw bisa merasakan apa yang dirasakan hewan. Mulai dari rasa sakitnya sampai kondisi
kejiwaannya.
Persepsi adalah fungsi psikis yang penting yang menjadi jendela pemahaman bagi peristiwa
dan realitas kehidupan yang dihadapi manusia. Manusia sebagai makhluk yang diberikan
amanah kekhalifahan diberikan berbagai macam keistimewaan yang salah satunya adalah
proses dan fungsi persepsi yang lebih rumit dan lebih kompleks dibanidngkan dengan makhluk
Allah yang lainnya. Dalam bahasa Al-Qur‟an, beberapa proses dan fungsi persepsi dimulai
dari proses penciptaan. Dalam QS. Al-Mukminun ayat 12-24, disebutkan proses penciptaan
manusia dilengkapi dengan penciptaan fungsi-fungsi pendengaran dan penglihatan. Dalam ayat
ini tidak disebutkan telingan dan mata, tetapi sebuah fungsi. Kedua fingsu ini merupakan fungsi
vital bagi manusia dan disebutkan selalu dalam keadaan bersamaan.
17
Proses persepsi didahului dengan proses penerimaan stimulus pada reseptor, yaitu indera.
Fungsi indera manusia sendiri tidak langsung berfungsi setelah ia lahir, akan tetapi ia akan
berfungsi sejalan dengan perkembangan fisiknya. Sehingga ia dapat merasa atas apa yang
terjadi padanya dari pengaruh-pengaruh eksternal yang baru dan mengandung perasaan-
perasaan yang akhirnya membentuk persepsi dan pengetahuannya terhadap alam luar (Najati,
2005).
Alat indera yang dimiliki oleh manusia berjumlah lima macam yang bisa disebut dengan
panca indera. Panca indera merupakan suatu alat yang berperan penting dalam melakukan
persepsi, karena dengan panca indera inilah incividu dapat memahami informasi menjadi
sesuatu yang bermakna.
Proses persepsi dilalui dengan proses penerimaan stimulus pada reseptor yaitu indera, yang
tidak langsung berfungsi setelah dia lahir, tetapi akan berfungsi sejalan dengan perkembangan
fisiknya (Najati, 2005). Di dalam Al-Qur‟an terdapat terdapat beberapa ayat yang maknanya
berkaitan dengan panca indera yang dimiliki manusia, antara lain dalam QS. An-Nahl ayat 78
dan As-Sajdah ayat 9, yaitu :
Ayat tersebut memberikan gambaran bahwa manusia dilahirkan dengan tidak mengetahui
sesuatu apapun, maka Allah melengkapi manusia dengan alat indera untuk manusia sehingga
manusia dapat merasa atas apa yang terjadi padanya dari pengaruh-pengaruh luar yang baru
dan mengandung perasaan-perasaan yang berbeda sifatnya antara sau dengan yang lainnya.
Dengan alat indera tersebut, manusia akan mengenali lingkungannya dan hidup di dalam
lingkungan tersebut.
Kemudian, ada beberapa ayat di bawah ini mewakili tentang panca indera yang berperan dalam
proses persepsi, antara lain:
1. Penglihatan
Artinya: “Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan
antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, Maka kelihatanlah
olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari
langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, Maka ditimpakan-Nya
(butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa
yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu Hampir-hampir menghilangkan penglihatan.”
(QS. An-Nuur. 43)
18
2. Pendengaran
Maksudnya ialah mereka yang mendengarkan ajaran-ajaran Al Quran dan ajaran-ajaran yang
lain, tetapi yang diikutinya ialah ajaran-ajaran Al Quran karena ia adalah yang paling baik
3. Perasaan
3. Dialami oleh individu dengan rasa suka atau tidak suka (Kartono, 1996).
Persepsi dalam pandangan Islam adalah suatu proses kognitif yang dialami individu
dalam memahami informasi baik melalui panca indera, seperti mata untuk melihat, telinga
untuk mendengar, hidung untuk penciuman, hati untuk merasakan, dan pemahaman dengan
indera mata maupun pemahaman dengan hati dan akal.
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna yang ditugaskan
sebagai khalifah di muka bumi ini yang mana akan dimintai pertanggung jawabannya kelak di
akhirat. Agar tugas sebagai khalifah di bumi dapat terealisasi dengan baik maka Allah
menciptakan manusia yang tersusun atas beberapa komponen. Menurut Mujib (2006) dalam
buku Kepribadian dalam Psikologi Islam, menyebutkan bahwa stuktur tubuh manusia terdiri
atas tiga komponen, yaitu:
a. Struktur Jasmani
Jasad adalah substansi manusia yang terdiri atas struktur organ fisik. Setiap makhluk hidup
memiliki unsur material yang sama, yakni terbuat dari tanah, api, udara dan air. Keempat unsur
tersebut merupakan unsur abiotik (mati). Ia akan hidup jika diberi energi kehidupan yang
bersifat fisik. (Hartati, 2004).
b. Stuktur Rohani
Struktur rohani merupakan aspek psikologi dari kepribadian manusia. Aspek ini tercipta dari
alam amar Allah yang sifatnya gaib. Ia diciptakan untuk menjadi substansi sekaligus esensi
19
kepribadian manusia. Eksistensinya tidak hanya di alam imateri tapi juga di alam materi
(setelah bergabung dengan fisik) sehingga ia lebih dulu dan lebih abadi adanya dari struktur
jasmani.
Penciptaan dan pengaturan struktur rohani telah ditetapkan di alam perjanjian (mitsāq) sebelum
kejadian material ada. Tujuan penciptaannya adalah untuk merealisasikan perjanjian dengan-
Nya. Allah-lah yang menjadi tujuan hakiki kehidupan manusia. (Mujib, 2006).
Fitrah roh multidimensi yang tidak dibatasi ruang dan waktu. Roh dapat ke luar masuk tubuh
manusia. Kematian tubuh bukan berarti kematian roh. Roh masuk ke tubuh manusia ketika
tubuh tersebut siap menerimanya. (Hartati, 2004).
c. Struktur Nafsani
Struktur nafsanai merupakan struktur psikofisik dari kepribadian manusia. Struktur ini
diciptakan untuk mengaktualisasikan semua rencana dan perjanjian Allah kepada manusia di
alam arwah. Aktualisasi itu berwujud tingkah laku atau kepribadian. Struktur nafsani
merupakan perpaduan antara struktur jasmani dan stuktur rohani. Kehidupan dunia terwujud
apabila ada interaksi aktif antara aspek fisik dan aspek psikis dari stuktur nafsani.Mengingat
struktur nafsani tersusun dari struktur jasmani dan rohani yang mana memiliki natur yang
berlawanan yaitu baik dan buruk maka pada struktur nafsani terdapat tarik-menarik antara natur
yang buruk dan yang baik. Apabila kecenderungan struktur nafsani mengikuti natur jasmani
maka kepribadiannya menjadi buruk tapi bila sebaliknya maka kepribadiannya menjadi baik.
(Mujib, 2006).
Berdasarkan tiga struktur tubuh manusia yang telah dijelaskan oleh Mujib (2006),
ketiga hal tersebut dapat dijadikan acuan untuk melengkapi teori mengenai persepsi manusia.
Nata (2011) mengutip pendapat Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani yang mengatakan
bahwa ilmu atau pengetahuan adalah segala sesuatu yang dicapai atau didapatkan lewat panca
indera, akal manusia, atau diperoleh melalui intuisi dan ilham. Seperti dijelaskan oleh tokoh-
tokoh dari barat mengenai persepsi, terdapat sebuah hal yang kurang yaitu struktur rohani. Hal
tersebut tentunya menjadi sebuah kekeliruan dimana seluruh panca indera yang kita miliki
sesungguhnya merupakaan penciptaan yang dilakukan Allah SWT, sehingga perlu kesadaran
dari setiap manusia dimana persepsi dan indera tidak hanya semata-mata urusan jasmani,
melainkan rohani juga. Oleh karena itu dibawah ini akan dipaparkan pengukuran persepsi
manusia dikaitkan dengan struktur rohani, sebagai berikut:
20
1. Pengelihatan·
Lihatlah apa yang baik-baik bagi diri kita, karena apa yang kita lihat akan diminta pertanggung
jawabannya kelak. Pengelihatan yang ada dalam diri kita adalah titipan yang diberikan oleh
Allah SWT.
2. Pendengaran
Mendengar tidak hanya semata-mata urusan jasmani, tetapi rohani pun ikut di dalamnya.
Sesungguhnya Allah SWT maha mendengar dan mengetahui apapun yang dilakukan
hambanya
3. Penciuman
Wewangian yang harum baunya telah tertulis sejak zaman jauh sebelum kita lahir.
Penciuman adalah indera yang melengkapi manusia dan mengingatkan kita agar senantiasa
bersyukur kepada-Nya.
4. Perasaan
Apa yang dirasakan seseorang terjadi karena pengalaman yang telah dilalui baik fisik ataupun
rohani.Mengenali apa yang ada di dunia dan tidak lupa juga untuk mengenal lebih dekat dengan
penciptanya
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Persepsi dalam pandangan Islam adalah suatu proses kognitif yang dialami individu dalam
memahami informasi baik melalui panca indera, seperti mata untuk melihat, telinga untuk
mendengar, hidung untuk penciuman, hati untuk merasakan, dan pemahaman dengan indera
mata maupun pemahaman dengan hati dan akal.
2. Berdasarkan tiga struktur tubuh manusia yang telah dijelaskan oleh Mujib (2006) ketiga
hal tersebut dapat dijadikan acuan untuk melengkapi teori mengenai persepsi manusia. Seperti
dijelaskan oleh tokoh-tokoh dari barat mengenai persepsi, terdapat sebuah hal yang kurang
yaitu struktur rohani. Hal tersebut tentunya menjadi sebuah kekeliruan dimana seluruh panca
indera yang kita miliki sesungguhnya merupakaan penciptaan yang dilakukan Allah SWT,
sehingga perlu kesadaran dari setiap manusia dimana persepsi dan indera tidak hanya semata-
mata urusan jasmani, melainkan rohani juga.
22
Daftar pustaka
1. Muchlisin Riadi Mei 08, 2020, Persepsi (Pengertian, Proses, Jenis dan Faktor yang
Mempengaruhi), Diakses pada 1/13/2024dari
https://www.kajianpustaka.com/2020/05/persepsi-pengertian-proses-jenis-dan-faktor-
yang-mempengaruhi.html
2. samhis setiawan, 17 Desember 2023, Pengertian Persepsi, Jenis serta Faktor dan
Proses, Diakses pada 1/13/2024 dari https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-
persepsi/
6. Mujib, A. (2006). Kepribadian dalam psikologi islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
23