Pneumonia
Pneumonia
id
digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA:
Adakah tempat untuk pemberian
antiinflamasi ?
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Reviono
PNEUMONIA:
Adakah tempat untuk pemberian
antiinflamasi ?
UNS PRESS
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA:
Adakah tempat untuk pemberian
antiinflamasi ?
Hak CiptaReviono. 2017
Penulis
Dr. dr. Reviono, Sp.P (K)
Editor
Dr. dr. Harsini, Sp. P (K)
Ilustrasi Sampul
Arif Hasanudin
ISBN 978-602-397–172-5
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Sudah sekian lama diketahui, bahwa pneumonia
merupakan penyebab kematian utama. Penelitian tentang
pneumonia ini sudah berlangsung lama dan mulai intensif
dilakukan pada akhir tahun 1800-an. Banyak sudut
pandang pemahaman mikrobiologi modern yang berubah.
Pneumonia sebagian besar disebabkan oleh bakteri,
meskipun penelitian tentang antibiotik terus berkembang
tetapi pneumonia tetap menjadi penyebab utama
komplikasi penyakit dan juga kematian.
Berdasarkan asal dari sumber mikroba penyebab
pneumonia, pneumonia komunitas merupakan kasus
terbanyak. Selain itu terdapat pneumonia nosocomial,
pneumonia aspirasi dan juga health care associated
pneumonia. Beberapa faktor resiko yang berpeluang
berhubungan dengan pneumonia adalah usia yang sangat
tua atau sebaliknya sangat muda, gaya hidup seperti
peminum alcohol dan perokok. Selain itu individu yang
menderita sakit seperti kardiorespirasi kronik, gangguan
sinyal kronik, penyakit hepatic, diabetes mellitus, penyakit
kanker serta HIV-AIDS.
Terapi utama pneumonia bakterial adalah antibiotik,
dimana pemberian antibiotik awal disebut dengan terapi
empirik. Terapi empirik ini berdasarkan panduan tata
laksana yang relevan, usia pasien, penyakit penyerta dan
beratnya penyakit pneumonia. Pertimbangan pemilihan
dengan cara apa antibiotik tersebut akan diberikan, apakah
-v-
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- vi -
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- vii -
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- viii -
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- ix -
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
-x-
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Daftar Isi
- xi -
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- xii -
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- xiii -
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Daftar Tabel
- xiv -
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- xv -
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Daftar Gambar
- xvi -
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
BAB I
PENDAHULUAN
1
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: Adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
2
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
3
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: Adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
4
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
5
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
BAB II
PATOGENESIS PNEUMONIA
9
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: Adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
A. Pertahanan Paru
Infeksi saluran napas bawah tergantung dari
virulensi dan kolonisasi dari mikroorganisme yang dapat
melampaui mekanisme pertahanan paru. Mekanisme
pertahanan paru terdiri dari: (Mason CM, et al, 2005;
Goetz MB, et al, 2005))
1. Saluran napas atas yaitu hidung berfungsi sebagai
penyaring partikel dibuang melalui bersin dan faring
berfungsi mengeluarkan partikel atau mikroorganis-
me melalui batuk atau tertelan.
2. Imun alamiah melalui sekresi sel epitel di saluran
napas bawah seperti lisosom (enzim sel epitel
berfungsi memecah dinding sel bakteri terutama
pada bakteri gram positif), laktoferin (protein yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri), defensin
(protein yang diproduksi oleh bermacam-macam sel
epitel berfungsi merusak struktur bakteri dengan
meningkatkan permeabilitas membran),
leukoprotease inhibitor (protein yang berfungsi
menghambat neutrofil elastase dan menghambat
aktivitas bakteri), dan cathelicidin (peptida neutrofil
berfungsi menghambat aktivitas bakteri gram
negatif). Sistem imun alamiah lainnya seperti
makrofag dan neutrofil yang berasal dari pembuluh
darah kapiler masuk ke dalam alveoli melalui reaksi
inflamasi makrofag.
3. Sistem pertahanan imun didapat yang berada di
saluran napas adalah immunoglobulin (Ig) terutama
10
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
BAB III
TERAPI PNEUMONIA
19
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: Adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
A. Terapi Antibiotik
Pemberian antibiotik pada penderita pneumonia
sebaiknya didasarkan pada data mikroorganisme dan
hasil uji kepekaan (Irfan M, et al, 2013). Terapi empiris
dapat diberikan hingga didapatkan data mikro-
organisme. Sebanyak 10% pasien pneumonia komunitas
dalam perawatan di rumah sakit disebabkan oleh
bakteri (Caballero J, et al, 2011). Pemilihan antibiotik
secara empiris berdasarkan beberapa faktor yaitu jenis
kuman penyebab berdasarkan pola kuman setempat,
terbukti efektif, faktor risiko resisten antibiotik dan
faktor komorbid. Terapi antimikroba harus dimulai
sesegera mungkin setelah diagnosis pneumonia
ditegakkan. Pasien pneumonia yang dirawat diberikan
antibiotik dalam waktu 8 jam sejak masuk rumah sakit
(< 4 jam akan menurunkan angka kematian) (PDPI,
2014). Karakteristik farmakokinetik dan farmako-
dinamik antibiotik menentukan hasil dari terapi
terhadap infeksi pernapasan. Pemberian antibiotik
harus segera di mulai, dilanjutkan dengan total 7-10
hari pada pasien yang menunjukkan respons dalam 72
jam pertama. Pasien dengan pemberian antibiotik
parenteral dapat diganti ke oral segera setelah ada
perbaikan klinis. Antibiotik sesuai dengan bakteri
patogen dapat diberikan setelah hasil kultur tersedia,
jika bakteri gram (-) dicurigai sebagai kuman penyebab,
pemberian antibiotik dapat dilanjutkan (sampai 21 hari)
(PDPI, 2014).
20
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
BAB IV
TERAPI ANTIINFLAMASI
25
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: Adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
A. Kortikosteroid
Korteks adrenal menghasilkan berbagai jenis
kortikosteroid seperti glukokortikoid, mineralkortikoid
dan hormon androgen. Zat yang dihasilkan oleh korteks
adrenal berperan dalam homeostasis, keseimbangan
elektrolit dan perkembangan karakter seks. Pemberian
terapi steroid mempengaruhi produksi endogen
kortikosteroid dan memberikan efek supresif pada aksis
hypothalamicpituitary adrenal. Korteks adrenal terdiri
dari tiga zona yaitu zona glomerulosa yang berfungsi
menghasilkan aldosteron atau mineralkortikoid, zona
fasikulata berfungsi menghasilkan kortisol atau
26
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
BAB V
59
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: Adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
60
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
BAB VI
PENELITIAN SENDIRI
77
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: Adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
A. Metode Penelitian
Penelitian sendiri ini terdiri dari 3 penelitian yaitu
penelitian dengan melakukan pemberian 3 jenis
antiinflamasi pada pasien pneumonia, masing masing
penelitian menggunakan antiinflamasi yang berbeda.
Untuk menilai output atau variabel tergantung
menggunakan variabel yang sama dan ada pula yang
berbeda. Variabel tergantung yang sama adalah
perbaikan Klinis, sedangkan variabel yang lain adalah
penanda biologi. Untuk penanda inflamasi akibat infeksi
digunakan PCT, dan neutrofil sputum sedangkan untuk
penanda inflamasi sistemik digunakan sitokin (IL-6, IL-8
dan TNF–α). Pada penelitian I dilakukan pemberian
antiinflamasi golongan kortikosteroid yaitu deksametason,
penelitian II pemberian antiinflamasi golongan statin
yaitu pravastatin dan penelitian III pemberian makrolid
yaitu azitromisin. Penelitian ini dilakukan dengan
dibantu mahasiswa pendidikan dokter spesialis
Pulmonolog dan Kedokteran Respirasi Fakultas
kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Desain penelitian ini adalah uji klinis dengan
metode quasi experimental dan menggunakan pretest
and posttest design pada kelompok perlakuan dan
kontrol. Kelompok perlakuan adalah kelompok yang
diberi terapi pneumonia standard sesuai pedoman
penatalaksanaan pneumonia oleh Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia (PDPI) tahun 2014 dengan ditambahkan
antiinflamasi sedangkan kelompok kontrol adalah
78
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
BAB VII
PEMBAHASAN
123
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: Adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
124
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
125
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: Adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
126
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
127
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
BAB VIII
PENUTUP
141
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: Adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
142
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
A. Kesimpulan
1. Pada penelitian ini diteliti 3 antiinflamasi yang
mempunyai peluang digunakan dalam terapi
pneumonia
a. Deksametason dapat menurunkan respons
inflamasi yang ditunjukkan dengan penurunan
PCT dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu
kelompok terapi standar tanpa antiinflamasi.
b. Pravastatin dapat menurunkan respons inflamasi
yang ditunjukkan dengan penurunan PCT
dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu
kelompok terapi standar tanpa antiinflamasi.
c. Azitromisin dapat menurunkan respons inflamasi
yang ditunjukkan dengan penurunan IL-8 dan
neutrofil sputun dibandingkan dengan kelompok
kontrol yaitu kelompok terapi standar tanpa
antiinflamasi.
2. Selain mengukur pengaruh antiinflamasi secara
imunologi, juga dilakukan penilaian secara klinis
143
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: Adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
B. Saran
1. Pemberian antiinflamasi deksametason dan
azitromisin direkomendasikan sebagai terapi
tambahan, sebagai pendamping antibiotik pada
kasus pneumonia. Untuk pemberian pravastatin
dapat dipertimbangkan sebagai antiinflamasi dalam
tatalaksana pneumonia terutama pada kasus tanpa
penyakit penyerta yang berat.
2. Perlu dilakukan penelitian multi center di Indonesia,
karena pada penelitian ini pengaruh strain bakteri di
sirkulasi berbeda antar lokasi, mungkin akan
berpengaruh terhadap hasil terapi.
144
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
145
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: Adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
DAFTAR PUSTAKA
Abbas AK. 2012. Innate immunity. In: Abbas AK, Lichtman
AH, Pillai S, editors. Cellular and molecular
immunology. 7th edition. Philadelphia: Saunders
Elsevier. hlm. 55-88.
Abraham SM, Lawrence T, Kleiman A, Warden P,
Medghalchi M, Tuckermann J, et al. 2006.
Antiinflammatory effects of dexamethasone are
partly dependent on induction of dual specificity
phosphatase 1. JEM. vol. 203(8). hlm. 1883-9.
Akram AR, Chalmers JD, Taylor JK, Rutherford J. 2013. An
evaluation of clinical stability criteria to predict
hospital course in community-acquired
pneumonia. Clin Microbiol Infect. vol.19. hlm.
1174–80.
Alcon A, Fabregas N, Torres A. 2005. Pathophysiology of
pneumonia. Clin Chest Med. vol. 26. hlm. 39-46.
Aliberti S, Peyrani P, Filardo G, Mirsaedi M, Amir A, Blasi F,
et al. 2011. Association between time to clinical
stability and outcomes after discharge in
hospitalized patients with community acquired
pneumonia. Chest. vol. 140(2). hlm. 482-8.
Al-Shirawi N, Al-Jahdali H, Al Shimemeri A. 2006.
Pathogenesis, etiology and treatment of
bronchiectasis. Annals of Thorasic Medicine. vol 1.
hlm. 41-51.
Amsden GW. 2005. Anti-inflammatory effects of macrolides-
an underappreciated benefit in the treatment of
community-acquired respiratory tract infections
and chronic inflammatory pulmonary conditions.
Journal of antimicrobial chemotherapy. vol. 55.
hlm. 10-21.
Andrijevic I, Matijasevic J, Andrijevic L, Kovacevic T, Zaric
B. 2014. Interleukin-6 and procalcitonin as
biomarkers in mortality prediction of hospitalized
patients with community acquired pneumonia.
Annals of Thoracic Medicine. vol. 9. hlm. 162-167.
146
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
147
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: Adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
148
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
149
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: Adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
150
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
Idriss HT, Naismith JH. 2013. TNF alpha and the TNF
receptor superfamily: structure-function
relationship(s). Microsc Res Tech. vol. 50(3). hlm.
184-95.
Irfan M, Farooqi J, Hasan R. 2013. Community acquired
pneumonia. Curr Opin PulmMed. vol. 19. hlm. 1-
11.
Iwata A, Shirai R, Ishii H, Kushima H, Otani S, Hashinaga
K. 2012. Inhibitory effect of statins on
inflammatory cytokine production from human
bronchial epithelial cells. Clinical and Experimental
Immunology. vol. 168. hlm. 234-40.
Jain MK, Ridker PM. 2005. Antiinflammatory effects of
statins: clinical evidence and basic mechanisms.
Nature Reviews. vol. 4. hlm. 977-87.
Jenks K. 2008. Corticosteroid. editor, In: Clinical drug
therapy. 6th edition.Philadelphia: Lipponcott. hlm.
352-72.
Kanoh S and Rubin BK. 2010. Mechanism of action and
clinical application of macrolides as
immunomodulatory medications. Clinical
microbiology reviews. vol. 23(3). hlm. 590-615.
Katzung B. 2006. Adenocortocosteroid and adrenocortical
antaogonis, editor. In:Basic and clinical
pharmacology. 10th edition. Newyork: Mcgraw Hill.
hlm. 1163-94.
Kiriyama Y, Nomura Y, Tokumitsu Y. 2002. Calcitonin gene
expression induced by lipopolysaccharide in the
rat pituitary. Am J Physiology Endocrinol Metab.
vol. 282. hlm. 1380-4.
Kishimoto T. 2010. IL-6: from its discovery to clinical
applications. International Immunology. vol. 22(5).
hlm. 347-52.
Kolditz M, Ewig S, Hoffken G. 2013. Managementbased risk
prediction in community-acquired pneumonia by
scores and biomarkers. Eur Respir J. vol. 41. hlm.
974-84.
151
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: Adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
152
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
153
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: Adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
154
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
155
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: Adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
156
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
157
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: Adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
158
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
159
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: Adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
Daftar Singkatan
KDO : 2-Keto-3-deoksi asam octanoat
HMG-CoA : 3-hydroxy-3-methylglutaryl-CoA
AP-1 : Activator protein -1
ARDS : Acute Respiratory Distress Syndrome
ACTH : adrenocorticotrophic hormone
IKK : aktivasi inhibitor I-κβ kinase
ATS : American thoracic society
APC : Antigen presenting cell
APC : Antigen presenting cell
BPI : Bacterial permeability-increasing protein
CRP : C reactive protein
CALC : Calsitonin
CREB : cAMP response element binding
CAMPs : Cationic antimicrobial peptides
CD : Cluster of differentiation
CD : Cluster of differentiation
CAP : Community-acquired pneumonia
CURB-65 : Confusion, urea, respiratory rate, blood pressure, age
65 ≥ years
CHF : Congestive Heart Failure
CBH : corticosteroid binding globulin
CRH : corticotrophin releasing hormone
CBP : CREB binding protein
CFR : crude fatality rate
c-AMP : cyclic adenosin monophosphate
Camp : Cyclic adenosine monophospate
CFTR : cystic fibrosis transmembrane conductance regulator
protein
CINC/gro : cytokine induced neutrophil chemoattractant/ growth
related oncogene
DNA : Deoxyribonuvleid acid
DAG : Diacylglycerol
DPB : diffuse panbronchiolitis
160
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
161
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: Adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
162
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
163
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: Adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
164
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PNEUMONIA: adakah tempat untuk pemberian antiinflamasi ?
Dilahirkan di Bojonegoro 30
Oktober 1965. Lulus sebagai
dokter dari Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada tahun
1990. Pada tahun 2003 lulus
sebagai dokter spesialis paru dari
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Selanjutnya pada tahun
2010 secara bersama-sama,
menyelesaikan studi S3 di Pascasarjana Universitas
Airlangga dan memperoleh sertifikat konsultan infeksi paru
dari Kolegium Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Saat ini
mengajar S1 untuk blok Respirasi dan Infeksi, mengajar
Program Pendidikan Dokter Spesialis Paru untuk Infeksi
Paru dan mengajar S3 di Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret untuk mata kuliah Radikal Bebas.
165
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id