Anda di halaman 1dari 19

NISRINA RIZA SABITHA

225100907111031
O
O8

DEPARTEMEN TEKNIK BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
NAMA NISRINA RIZA SABITHA
NIM 225100907111031
KELAS O
KELOMPOK O8

Analisis Volumetri adalah metode menganalisa secara kuantitatif yang berguna untuk
menentukan konsentrasi zat dari suatu larutan. Analisis volumetri bisa disebut juga dengan
timetri. Alasan pemberian nama timetri karena proses analisis volumetri merupakan proses
titrasi menggunakan zat pereaksi untuk mengukur komposisi suatu zat. Terdapat dua
komponen yaitu analit dan titran. Titran larutan yang mentritasi zat. Sedangkan analit adalah
zat yang komposisi penyusunnya (Rohman, 2021).

Asidi-alkalimetri adalah sebuah metode titrasi volumetri berdasarkan pada sifat asam
atau basa senyawa yang dititrasi. Asidi adalah penetapan kuantitatif dari kadar suatu senyawa
basa dengan menggunakan larutan asam. Sedangkan, Alkalimetri adalah penetapan kuantitatif
dari kadar suatu senyawa asam dengan menggunakan larutan basa. Analisis volumetri
dilakukan dengan cara meneteskan larutan basa sedikit demi sedikit ke larutan asam dan
menggunakan indikator untuk mengetahui pH titik akhir larutan titrasi (Kurniatun, 2012).

Standarisasi larutan adalah proses dimana larutan akan dititrasi dengan larutan lain agar
konsentrasinya dapat diketahui secara pasti (larutan standar). Larutan yang digunakan untuk
standarisasi terbagi menjadi dua yaitu larutan standar primer dan sekunder. Larutan standar
primer adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya dan digunakan untuk mentitrasi
larutan, bisa disebut juga dengan titran. Larutan standar sekunder adalah larutan yang akan
dicari konsentrasinya dengan cara dititrasi, disebut juga dengan titrat. Standarisasi larutan
memiliki titik akhir, yaitu saat titrasi diakhiri atau dihentikan (Lullung, 2020).

Larutan standar terbagi menjadi dua yaitu larutan standar primer dan sekunder. Larutan
standar primer adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya dan memiliki kemurnian
yang tinggi seperti, Na2CO3. Sedangkan, larutan standar sekunder adalah larutan yang belum
diketahui konsentrasinya dan memiliki kemurnian yang rendah missal, NaOH. Contoh larutan
standar yang digunakan untuk titrasi asidi sering menggunakan larutan standar asam HCl dan
H2SO4. Dan untuk titrasi alkalimetri sering menggunakan larutan standar NaOH dan NH4OH
(Zulfajri, 2018).
NAMA NISRINA RIZA SABITHA
NIM 225100907111031
KELAS O
KELOMPOK O8

Buret adalah alat laboratorium yang digunakan untuk meneteskan sejumlah larutan
untuk mengetahui volume yang dikeluarkan. Dalam titrasi larutan standar primer (larutan yang
sudah diketahui konsentrasinya) akan ditempatkan didalam buret. Sedangkan, erlenmeyer akan
menjadi tempat untuk larutan standar sekunder yang dicari konsentrasinya. Setelah itu,
keduanya ditempatkan berjejer secara vertikal. Buret harus ada di posisi tegak lurus dan dijepit
dengan menggunakan klem. Buret harus diberikan pelumas berupa Vaseline agar kran tidak
saling melekat atau macet saat Analisa (Enawaty, 2020).

Larutan standar sekunder belum diketahui konsentrasi merupakan larutan yang tidak
stabil sehingga perlu distabilkan dengan larutan standar primer dengan jumlah yang seimbang.
Rumus umum yang digunakan bergantung dengan jenis (fasa/phase). Jika pembuatan larutan
standar terbentuk dari kristal/padatan/solid maka rumusnya adalah Molarity = mass
(gram)/Mr x 1000/V(mL)= n/V (L) (Cann, 2014). Jika terbentuk dari larutan pekat rumusnya
adalah M = (ρ x 10 x %)/ Mr setelah itu rumus pengenceran yaitu M1xV1 = M2 x V2 (Abdu,
2018).

Dalam proses titrasi asam basa atau analisis volumetri asidi alkalimetri, indikator harus
ditambahkan kedalam larutan. Penambahan indikator bertujuan untuk menentukan titik akhir
titrasi. Jika indikator tersebut berubah warnanya maka larutan titrasi sudah mencapai titik akhir
sehingga penetesan larutan standar primer bisa dihentikan. Contohnya dalam titrasi CO2
dengan larutan standar NaOH menggunakan indikator phenolptalein yang akan berubah warna
menjadi transparan didalam larutan asam atau merah muda didalam larutan basa (Kurniatun,
2012).

Dalam titrasi dikenal istilah titran dan titrat. Titran adalah larutan yang digunakan
untuk mentitrasi. Titran sudah diketahui konsentrasinya. Titran bisa disebut juga dengan titer.
Sedangkan, titrat adalah larutan yang dititrasi. Titrat larutan yang belum diketahui
konsentrasinya sehingga perlu dicari terlebih dahulu. Konsentrasi titrat bisa dicari dengan
menggunakan rumus molaritas. Jika sudah mencapai titik akhir titrasi maka penetesan titran
ke dalam titrat bisa dihentikan (Rohman, 2021).

Dalam titrasi dengan larutan standar sekunder NaOH dapat menggunakan H2C2O4
sebagai larutan standar primer yang sudah diketahui konsentrasinya. H2C2O4 adalah larutan
asam oksalat. Asam oksalat H2C2O4 merupakan asam organik. Bentuknya padatan kristal.
NAMA NISRINA RIZA SABITHA
NIM 225100907111031
KELAS O
KELOMPOK O8

Padatan kristal H2C2O4 tidak memiliki warna didalam air (transparan). Persamaannya
adalah H2C2O4.2H2O + 2 NaOH → Na2C2O4 + 2H2O. Dengan menggunakan indikator pp
1% larutan bisa diketahui titik akhirnya karena perubahan warna menjadi merah muda.
(Sariwati, 2021).

Dalam titrasi larutan standar HCl, dapat menggunakan larutan boraks. Rumus kimia
boraks yaitu Na2B4O7.10H2O. HCl berperan sebagai larutan standar sekunder dan
Na2B4O7.2H2O berperan sebagai larutan standar primer. Persamaan reaksi kimianya adalah
Na2B4O7.10H2O + 2 HCl → 4H3BO3 + 2NaCl + 5H2. H3BO3 adalah jenis asam lemah dengan
nama asam borat. Dalam standarisasi ini indikator yang digunakan adalah indikator metil
oranye (Nasution, 2018).
NAMA NISRINA RIZA SABITHA
NIM 225100907111031
KELAS O
KELOMPOK O8

Dalam titrasi titran dimasukan kedalam buret. Titran tersebut akan diteteskan ke dalam
Erlenmeyer berisi titrat dan indikator. Titrat di dalam Erlenmeyer belum stabil. Tetesan titran
tersebut akan memengaruhi indikator. Efeknya indikator akan berubah warna jika sudah
mencapai titik akhir. Oleh karena itu, titrat bisa dinyatakan stabil (Pierre, 2019).

Titik ekuivalen titrasi adalah titik teoritis yang tidak dapat ditentukan oleh eksperimen
tapi dapat diperkirakan dengan menggunakan pengamatan fisik. Seperti perubahan warna,
perubahan besar partikel, dan perubahan beda potensial. Sedangkan, titik akhir titrasi adalah
waktu saat titrasi harus diakhiri, ditandai oleh perubahan warna indikator (Astuti, 2015).

Terdapat empat jenis titrasi. Titrasi redoks adalah titrasi yang bergantung dengan reaksi
redoks. Titrasi asam basa adalah titrasi yang menggunakan metode analisis kuantitatif yang
didasarkan dari reaksi asam basa. Titrasi kompleksasi adalah jenis titrasi yang menggunakan
reaksi pembentukan ion kompleks dan kompleksasi. Titrasi argentometri adalah titrasi
berdasarkan reaksi pengendapan (Joshi, 2018).

Titrasi asam basa bisa diterapkan dibidang teknologi pertanian. Diantaranya digunakan
untuk memonitor kemunduran mutu semangka (Nisa, 2020). Digunakan untuk menguji kadar
asam basa dari limbah rambutan (Aprilia, 2020). Digunakan dalam pengelolaan lahan sulfat
masam untuk usaha pertanian. Penggunaan zat antosianin dari ubi jalar sebagai indikator warna
(Andryani, 2015).
NAMA NISRINA RIZA SABITHA
NIM 225100907111031
KELAS O
KELOMPOK O8

HCl pekat

Dihitung konsentrasinya

Dilakukan pengenceran dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL


Aquades

Dihomogenkan

Hasil

Larutan Boraks

Diambil 10 mL ke dalam Erlenmeyer


Indikator MO
Ditambahkan 2-3 tetes

Dititrasi dengan HCl

Diamati hingga terjadi perubahan warna

Dilakukan duplo

Dihitung M

Hasil
NAMA NISRINA RIZA SABITHA
NIM 225100907111031
KELAS O
KELOMPOK O8

NaOH

Ditimbang pada timbangan analitik sebanyak 0,4 gram


Aquades
Dilarutkan pada beker gelas

Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL


Aquades
Ditambahkan hingga tanda batas

Dihomogenkan

Hasil

Asam oksalat dihidrat 0,05 M

Diambil 20 mL ke dalam erlenmeyer


Indikator PP

Ditambahkan 2-3 tetes

Dititrasi dengan NaOH

Diamati hingga terjadi perubahan warna

Dilakukan duplo

Dihitung M NaOH

Hasil
NAMA NISRINA RIZA SABITHA
NIM 225100907111031
KELAS O
KELOMPOK O8

Asam cuka

Diambil 10 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL


Aquades
Ditambahkan hingga tanda batas

Dihomogenkan

Diambil 20 mL dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL


Indikator PP
Ditambahkan 2-3 tetes

Dititrasi dengan NaOH

Diamati hingga terjadi perubahan warna

Dilakukan duplo

Dihitung kadar asam asetat

Hasil
NAMA NISRINA RIZA SABITHA
NIM 225100907111031
KELAS O
KELOMPOK O8

0,41

% 𝑥 𝜌 𝑥 10
M= M1V1 = M2V2
𝑀𝑟
37% 𝑥 1,19 𝑥 10
M= 12,06 x V1 = 0,1 x 50 mL
36,5
5
M = 12,06 M V1 = 12,06
V1 = 0,41 mL

Volume HCl : 14,4 mL; 13,2 mL; 26,6 mL; 12,7 mL


Molaritas HCl 0,1 M
: 0,1 mL
Berat Boraks : 10 mL
Molaritas larutan HCl hasil standarisasi : 0,059 M

14,4+13,2+26,6+12.7 M1 x V1 = M2 x V2
Volume rata-rata HCl = 4 M1 x 16,725 = 2 x 0,05 x 10
= 16.725 mL 1
M1 = 16,725 = 0,059 M
Persamaan reaksi = Na2B4O7.10H2O + 2HCl = 2NaCl + 4H3BO3 + 5H2
Mol HCl 2
= Jadi. 1 grammol HCl = 2 x grammol boraks
Mol Boraks 1
Mol HCl = 2 mol boraks = 2 x 0,05 = 0,1 M
e

Berat NaOH 0,4gram


: 0,4 gram
Volume larutan NaOH : 100 mL
Molaritas larutan NaOH : 0,1 M
0,1
G 1000
M = Mr x V
G 1000
0,1 = 40 x 100
G = 0,4 gram
NAMA NISRINA RIZA SABITHA
NIM 225100907111031
KELAS O
KELOMPOK O8

Volume Na-oksalat : 10 mL
Volume aquades : 100 mL
Volume larutan NaOH 0,1 M :: 11,3
11,3 mL;
mL; 13,7
13,7mL;
mL;12,2
12,2mL;
mL;12,3
12,7mL
mL
Molaritas larutan NaOH :: 0,08
0,08 M

11,3+13,7+12,2+12,3
Rata – rata volume NaOH = = 12,37 mL M1 x V1 = 2 x M2 x V2
4
M1 x 12,37 = 2 x 0,05 x 10
Persamaan Reaksi 1
H2C2O4 + 2NaOH → Na2C2O4 + H2O M1 = 12,37 = 0,08 M
Mol NaOH 2
=
Mol Oksalat 1
Mol NaOH = 2 Mol oksalat
Jadi 1 grammol NaOH = 2 x grammol oksalat → 2 x 0,05 = 0,1 M

Volume larutan asam cuka 10mL → 1 mL


Volume NaOH (titrasi) 11,3 mL
Molaritas NaOH 0,08 M
Persamaan reaksi CH3COOH + NaOH → CH3COONa +H2O
Kadar total asam (%b/V) 5,424 %

G 1000
Faktor Pengenceran M = Mr x V
100 mL G 1000
= 10 x 9.04 = 60 x
10 mL 1
10G = 54,24
G = 5,424 gram

massa terlarut
Molaritas %b/V = x 100%
100
5,424
M1 x V1 = M2 x V2 x fp = x 100%
100
M1 x 1 = 0,08 x 11,3 x 10 = 5,424%
M1 = 9,04 M = 0,054
NAMA NISRINA RIZA SABITHA
NIM 225100907111031
KELAS O
KELOMPOK O8

NaOH 0,1 M yang berbentuk padatan harus dibuat larutannya terlebih dahulu sebelum
dititrasi. Mula – mula siapkan timbangan analitik dan gelas arloji. Nyalakan timbangan
analitik, masukan gelas arloji lalu kalibrasi hingga muncul angka nol (0). Ambil padatan
NaOH 0,1 M. NaOH harus memiliki massa 0,4 gram. Setelah itu, masukan ke dalam beker
glass dan dilarutkan dengan aquades. Jika sudah terlarut masukan ke dalam labu takar 100 mL
dan tambahkan aquades sampai batas akhir. Hasil bisa didapatkan setelah NaOH dalam labu
takar dihomogenkan.

Buret adalah peralatan yang ada di laboratorium. Buret berbentuk silinder yang
memiliki garis ukur. Buret memiliki kran yang mengatur laju penetesan titran ke dalam titrat.
Titrat berada di dalam erlenmeyer dan titran berada di dalam tabung. Dalam titrasi tangan kiri
harus memegang dan mengatur kran buret tersebut. Sedangkan, tangan kanan memegang
erlenmeyer dan diputar secara perlahan. Tetesan larutan titran lama – lama akan mentitrasi
larutan titrat sehingga bila sudah terjadi perubahan warna, tangan kiri, dengan sigap, harus
menutup kran tersebut.

Indikator yang digunakan adalah indikator MO, Indikator MO atau Methyl Orange
merupakan indikator pH yang sering digunakan, memiliki trayek pH 3,1 – 4,4. Methyl orange
digunakan sebagai indikator pH kualitatif. Methyl orange berfungsi sebagai indikator untuk
larutan hasil titrasi. Methyl Orange berfungsi menjadi penanda titik titrasi HCl dan boraks.
Methyl orange sering digunakan karena perubahan warnanya yang jelas. Indikator MO akan
berubah warna menjadi merah jika larutan hasil titrasi berupa asam dan akan berubah menjadi
warna kuning jika larutan bersifat basa.

Indikator pp atau nama lainnya indikator fenolftalein. Indikator pp digunakan untuk


menandai titik akhir dari suatu titrasi asam - basa. Memiliki rentang pH 8,0 – 9,6. Indikator
pp bisa digunakan sebagai indikator dari hasil titrasi NaOH dan asam oksalat. Jika larutan
sudah mencapai titik akhir dari titrasi, dalam larutan asam maka fenolftalein tidak akan
berwarna atau transparan sedangkan dalam larutan basa akan berubah warna menjadi merah
muda atau kemerahan.
NAMA NISRINA RIZA SABITHA
NIM 225100907111031
KELAS O
KELOMPOK O8

Buret adalah alat yang berfungsi untuk meneteskan reagen cair kedalam larutan lain
di bawahnya, buret memiliki garis ukur yang dapat mengukur volume. Pengukuran buret
sangat akurat, dengan akurasi mencapai 0,05 cm3. Terdapat beberapa faktor yang
memengaruhi keakuratan buret, diantaranya menggunakan meniscus bawah saat memakai
buret terang dan meniscus atas saat memakai buret gelap. Kran pada buret atau disebut dengan
klep buret dapat diberi pelumas berupa Vaseline agar tidak keras saat diputar, Vaseline tidak
boleh menutup lubang tempat larutan akan menetes, dan yang terakhir posisi tangan kiri harus
memegang kran buret agar siap untuk memutar kran buret saat larutan hasil titrasi berubah
warna dan tangan kanan memutar erlenmeyer secara perlahan – lahan.

Erlenmeyer yang menjadi wadah dari titrat harus digoyangkan selama proses titrasi
oleh larutan titran. Hal ini bertujuan agar titran dan titrat dapat larut di dalam erlenmeyer.
Penambahan larutan titran terhadap titrat dan pengocokan erlenmeyer bisa dihentikan jika telah
terjadi perubahan warna dan titrasi selesai. Erlenmeyer harus digoyangkan atau diguncangkan
secara perlahan dan hati – hati agar tidak ada larutan baik titran atau titrat yang menyiprat
kemana – mana, hal ini juga bertujuan agar terhindar dari kontak dengan larutan berbahaya
pada erlenmeyer, seperti asam.
NAMA NISRINA RIZA SABITHA
NIM 225100907111031
KELAS O
KELOMPOK O8

Dari percobaan yang dilaksanakan hasil yang didapatkan sudah sesuai dengan jurnal,
Campuran NaOH dan asam oksalat dengan indikator PP menghasilkan warna kemerahan
(pink). Campuran HCl dan boraks dengan indikator MO menghasilkan warna merah
(Andryani, V. 2015.)

HCl merupakan larutan standar sekunder dan belum diketahui konsentrasinya. HCl
juga merupakan bahan baku yang tidak bisa dihitung konsentrasinya secara teori sehingga
perlu distandarisasi. Reaksi standarisasi HCl dan NaOH. NaOH merupakan salah satu larutan
jenis basa kuat. Berikut persamaan reaksi NaOH dengan HCl, HCl (aq) + NaOH (aq)
→ NaCl (aq) + H2O (Ebbing, 2015). Standarisasi HCl dengan boraks. Boraks memiliki sifat
sedikit basa. Berikut reaksi boraks dengan HCl, Na2B4O7.10H2O (aq)+2HCl(aq) →
4H3BO3(aq) + 2NaCl(aq) + 5H2O(l) (Fuad, 2014).

Indikator yang digunakan pada standarisasi NaOH adalah indikator PP atau indikator
fenolftalein. Indikator ini digunakan karenamemiliki trayek pH 8,0 – 9,6. Sehingga bisa
dikatakan bahwa indikator fenolftalein hanya bisa bekerja jika berada di dalam suasa basa.
Indikator yang digunakan dalam percobaan standarisasi HCl adalah indikator MO. Indikator
MO atau Methyl Orange adalah indikator yang memiliki trayek pH 3,1 – 4,4. Alasan
menggunakan Methyl Orange sebagai indikator adalah perubahan warna yang jelas dan Methyl
Orange itu sendiri hanya dapat bekerja saat berada di suasana yang asam (Saptarini, 2015).

Pada praktikum sebelumnya larutan boraks yang berada di dalam erlenmeyer diberi
indikator MO, 2 – 3 tetes. Lalu dengan menggunakan buret, HCl diteteskan hingga terjadi
perubahan warna oleh indikator MO. Pengujian dilakukan dua kali (duplo). Sehingga
didapatkan hasil standarisasi HCl dan boraks berwarna merah artinya larutan standarisasi HCl
dan boraks bersifat asam. HCl sebagai asam kuat dan boraks sebagai basa lemah. Hasil
percobaan ini sesuai dengan buku karya Pirsa (2018). Buku tersebut menyebutkan bahwa
Methyl Orange akan tampak merah jika berada di dalam larutan asam.
NAMA NISRINA RIZA SABITHA
NIM 225100907111031
KELAS O
KELOMPOK O8

Analisis Volumetri adalah metode menganalisa secara kuantitatif yang berguna untuk
menentukan konsentrasi zat dari suatu larutan. Salah satu bentuk analisis volumetri adalah
titrasi asidi-alkalimetri (titrasi asam-basa). Asidi-alkalimetri adalah sebuah metode titrasi
volumetri berdasarkan pada sifat asam atau basa senyawa yang dititrasi. Dalam titrasi
diperlukan larutan standar. Larutan standar harus melewati proses standarisasi dulu yaitu,
proses dimana larutan akan dititrasi dengan larutan lain agar konsentrasinya dapat diketahui
secara pasti. Larutan yang digunakan untuk standarisasi terbagi menjadi dua yaitu larutan
standar primer dan sekunder. Dalam mentitrasi perlu menggunakan indikator contohnya
seperti indikator MO (Methyl Orange) dan PP (fenolftalein). Hasilnya adalah Campuran
NaOH dan asam oksalat dengan indikator PP menghasilkan warna kemerahan (pink).
Campuran HCl dan boraks dengan indikator MO menghasilkan warna merah.
Abdu, M., Aska, A., Faruq, U. Z., et, al. 2018. Determination of Thermodynamic Parameters for The
Neutralization Reaction Between Hydrochloric Acid and Sodium Hydroxide Using Titration
Method. Dutse Journal of Pure and Applied Sciences (DUJOPAS) 4(1): 105 - 107.
Andryani, V. 2015. PEMANFAATAN ANTOSIANIN PADA UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas
L.) SEBAGAI INDIKATOR ASAM-BASA. skripsi. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Astuti, R. T. 2015. DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN TITRASI ASAM BASA
DIDASARKAN HASIL REFLEKSI DIRI GURU MELALUI LESSON ANALYSIS. Thesis.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Cann, P., and Hughes, P. 2014. Chemistry (1 ed.). London: Hodder Education.
Enawati, E. 2020. Deskripsi Kemampuan Psikomotorik Mahasiswa Pendidikan Kimia Pada Titrasi
Asam Basa. Ar-Razi Jurnal Ilmiah. 8(2): 92 - 93.
Aprillia, AY. Indikator Asam basa dari Limbah Kulit Rambutan (Nephelium lappaceum. L). 2020.
Jurnal Farmasi Galenika . 7(1): 12.
Joshi, T. L. 2018. Titration Theory, Types, Techniques and Uses. United States: Nova Science
Publishers.
Kurniatun, P. A., Sri, K., dan, P. S. 2012. Sintesis Nano ZnO yangG Diembankan pada Abu Vulkanik
untuk Katalis Fotodegradasi Dikloro Difenil Trikloroetana. Indonesian Journal of Chemical
Science. 1(1): 59.
Lullung, A. 2020. Penurunan Kadar Asam dalam Kopi Robusta (Coffea Canephora)dari Desa
Rantebua Kabupaten Toraja Utara dengan Pemanasan. skripsi. Makassar : Universitas
Hasanuddin.
Nasution, H., M., A., Helvina, dkk. 2018. Analisa Kadar Formalin dan Boraks pada Tahu dari
PRODUSEN Tahu di Lima (5) Kecamatan di Kota Pekanbaru. Jurnal Photon. 8(2): 42.
Nisa’, K. A. 2020. Monitoring Kemunduran Mutu Semangka Potong Menggunakan Kemasan Pintar
Berindikator Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia Sappan l.). Tesis. Jember: Politeknik Negeri
Jember.
Pierre, D. 2019. Acid-Base Titration. Undergraduate Journal of Mathematical Modeling, 10(1): 1-2.
Rohman, A., Sudibyo, M., Sudjadi, dan Mursyidi. (2020). Analisis Obat Secara Volumetri.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sariwati, A. 2021. Penetapan Kadar Benzoat pada Sampel Makanan Siap Saji dan Mie Instan yang
Beredar di Wilayah Kediri. Jurnal Pharma Bhakta. 1(2): 32 - 33.
Zulfajri, M., and Muttakin. 2018. Activity Analysis of Anthocyanin from Syzgium CUMINI (L.)
SKEELS AS A Natural Indicator in Acid Base Titration. Rasayan Journal Chemistry. 11(1):
136 - 137.
References
Ebbing, D. D. ( 2015). General Chemistry (11th ed.). Boston, MA 02210, USA: Cengage Learning.
Fuad, N. R. (2014). Identifikasi Kandungan Boraks pada Tahu pasar Tradisional di Daerah Ciputat.
Skripsi, 18.
Pirsa, S., Iraj, K. S., & Sanaz, S. M. (2018). Design and fabrication of starch-nano clay composite
films loaded with methyl orange and bromocresol green for determination of spoilage in milk
package. Polymers for Advanced Technologies, 29(11), 2750 - 2758.
Saptarini, N. M., Dadan, S., & Hera, N. (2015). Application of Butterfly Pea (Clitoria ternatea Linn)
extract as an indicator of acid-base titration. Journal of Chemical and Pharmaceutical
Research, 7(2), 275 - 280.

Anda mungkin juga menyukai