Anda di halaman 1dari 19

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA IBU PERSALINAN DISTOSIA BAHU

Di susun oleh : Kelompok 6

1.Aldo Fikrianto

2.Meylan Prana

3.M Al Mawardi

4.Nofran Andriansyah

5.Oktavia Wahyu Lestari

6.Tania Jayanti

7.Vera Larisa Putri

Dosen Pengampu :

Ns.Kheli F .Annuril,M.Kep.,Sp.Kep.Mat

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

TAHUN 2024/2025
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU PERSALINAN DISTOSIA
BAHU pada mata kuliah Keperawatan anak dengan lancar dan sesuai waktu yang
telah ditentukan.

Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu serta menambah ilmu
pengetahuan.

dalam dunia kesehatan. Sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah yang kami buat agar menjadi lebih baik untuk kedepannya.

Oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-
masukan atau

kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 01 Maret 2024


DAFTAR ISI

Cover……….………………………………………………………………………
Kata Pengantar………………………..…………………………………………..
Daftar Isi……………………………...……………………………………………
BAB I Pendahuluan………………………………………………………………
1) Latar Belakang……………………………………………………………...
2) Tujuan………………………………………………………………………
BAB II Konsep Medis…………………..…………………………………………
A. Definisi…………………………………………………………………….
B. Etiologi……………………………………………………………………..
C. Manifestasi Klinik………………………………………………………….
D. Patofisiologi………………………………………………………………..
E. Komplikasi…………………………………………………………………
F. Penatalaksanaan……………………………………………………………..
BAB III Asuhan Keperawatan Distosia…………..…………………………...…
1. Diagnosa Keperawatan…………………………….…………………………
2. Intervensi…………………………………………………..…………………
BAB IV Penutup…………………..……………………………………………….
A. Kesimpulan……………………………………..……………………………
B. Saran…………………………………………..……………………………..
Daftar Pustaka…………………………..…………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet di atas
sakral promontori karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu
tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sakrum
(tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana
tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat di lahirkan setelah kepala janin di
lahirkan.
Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal umumya dapat
digunakan sebagai petunjuk untuk menilai kemampuan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan suatu bangsa. Selain itu, angka kematian ibu dan bayi di
suatu negara mencerminkan tingginya resiko kehamilan dan persalinan.
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007,
AKI di Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi
sebesar 34/1000 kelahiran hidup umumnya kematian terjadi pada saat melahirkan.
Namun hasil SDKI 2012 tercatat, angka kematian ibu melahirkan sudah mulai
turun perlahan bahwa tercatat sebesar 102 per seratus ribu kelahiran hidup dan
angka kematian bayi sebesar 23 per seribu kelahiran hidup.
Salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah distosia bahu saat
proses persalinan. Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya manuver
obstetrik oleh karena dengan tarikan ke arah belakang kepala bayi tidak berhasil
untuk melahirkan kepala bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah
kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak
didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-
0,3% dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala (Prawirohardjo, 2009).
Angka kejadian distosia bahu tergantung pada kriteria diagnosa yang
digunakan. Salah satu kriteria diagnosa distosia bahu adalah bila dalam persalinan
pervaginam untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus seperti
traksi curam bawah dan episiotomi.
Gross dkk (1987) Dengan menggunakan kriteria diatas menyatakan bahwa dari
0.9% kejadian distosia bahu yang tercatat direkam medis, hanya 0.2% yang
memenuhi kriteria diagnosa diatas.

B. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari distosia bahu.

2. Mengetahui Etiologi dari distosia bahu.

3. Mengetahui patofisiologis dari distosia bahu

4. Mengetahui penyebab komplikasi dari distosia bahu.

5. Mengetahui faktor Resiko yang berhubungan dengan distosia bahu.

6. Mengetahui penatalaksanaan dari distosia bahu

7. Mengetahui Pencegahan untuk distosia bahu,

8. Mengetahui penatalaksanaan serta asuhan kebidanan pada kasus Distosia Bahu


BAB II
KONSEP MEDIS

A. Definisi
Distosia bahu adalah suatu keadaan di perlukannya tambahan manuver obsterik
oleh karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil
untuk melahirkan bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala
lahir bahu tidak dapat di lahirkan dengan car pertolongan biasa dan tidak di
dapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-
0,3% dari selurh persalinan vaginal presentasi kepala. Apabila distosia bahu di
definiskan sebagai jarak waktu antara lahirnya kepala dengan lahirnya badan bayi
lebih dari 60 detik, maka insidennya menjadi 11%.

Pada mekanisme persalinan normal, ketika kepala di lahirkan maka bahu


memasuki panggul dalam posisi oblik. Bahu posserior memasuki panggul lebih
dahulu sebelum bahu anterior. Ketika kepala melakukan paksi luar, bahu posterior
berada di cekungan tulang atau sekitar spina iskhiadika dan memberikan ruang
yang cukup bagi bahu anterior untuk memasuki panggul melalui belakang tulang
pubis atau berotasi dari fenomena obturator. Apabila bahu berada dalam posisi
antero-posterior ketika hendak memasuki pintu atas panggul, maka bahu posterior
dapat tertahan promontorium dan bahu anterior tertahan tulang pubis. Dalam

keadaan demikian kepala yang sudah di lahirkan akan tidak dapat melakukan
putar paksi luar, dan tertahan akibat adanya tarikan yang terjadi antara bahu
posterior dengan kepala (disebut dengan turtle sign).

B. Etiologi

Distosia bahu terutama di sebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu


untuk "melipat" ke dalam panggul (misal: pada makrosomia) di sebabkan oleh
fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan
kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan
lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami
pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
faktor resiko distosia bahu:
1) Ibu dengan diabetes, 7% insiden distosia bahu terjadi pada ibu dengan diabetes
gestasional (Keller, dkk). Terutama pada diabetes kehamilan atau diabetes tipe A,
karena kemungkinan makrosomia. Pada bayi ini mempunyai resiko lingkar bahu-
kepala lebih besar dari pada ibu non diabetes walaupun memiliki berat lahir yang
sama.
2) Janin besar (makrosomia), distosia bahu lebih sering terjadi pada bayi dengan
berat lahir yang lebih besar, meski demikian hampir separuh dari kekahian
distosia bahu memiliki berat >4000 gram.
3) Lewat waktu, karena bayi terus tumbuh dan menjadi lebih besar seiring
peningkatan makrosomia antara minggu ke 40 dan ke 42 minggu. Terdapat rasio
lingkar bahu kepala yang lebih besar sejalan pertumbuhan diameter diparietal
yang lambat, tetapi tidak pada diameter bahu dan dada.
4) Riwayat obstetri atau persalinan dengan bayi besar.
5) Ibu dengan obesitas
6) Multiparitas
7) Riwayat obstetri dengan persalinan lama/persalinan sulit atau riwayat distosia
bahu, terdapat kasusu distosia bahu rekuen pada 5 (12%) di anatara 42 wanita
(Smith, dkk)
8) Cephalopelvic disproportion (bentuk pelvic yang memperpendek diameter
anterior posterior dan atau deformitas pelvis misalnya akibat kecelakaan atau
riketsia)
9) Fase aktif yang tidak tentu pada kala I, pada fase ini pasien hanya mengalami
sedikit kemajuan. Hal ini dapat mengindikasikan disproporsi sefalopelvic, yang
dalam persalinan hal ini dapat menjadi tanda bahwa distosia bahu akan terjadi 10)
Kala II persalinan yang memanjang, termasuk penurunan kepala yang lambat dan
kegagalan kepala untuk turun tercermin dalam deep transverse arrest.
11) Ada indikasi perlu rotsi midpelvis dan atau kelahiran dengan forcep atau
vakum ekstraktor

C. Manifestasi klinik

Gejala klinis dari distosia bahu pada ibu, yakni:


1. Panggul yang tampak sempit
2. Usia
3. Nyeri pada panggul
Gejala Klinis dari distosia bahu pada janin, yakni
1. Adanya kelainan yang terdapat pada janin
2. Bayi besar >3500 gram
3. Bayi melakukan putaran paksi luar

D. Patofisiologi

Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan
kepala berada pada sumbu normal dengan tulang dengan tulang belakang bahu
umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis.
Dorongan pada saat ibu meneran akan menyebabkan bahu depan (anterior) berada
di bawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan
sumbu miring dan tetap berada pada posisi depan terhadap sinfisis sehingga bahu
tidak bisa lahir mengikuti kepala.

E. Komplikasi

Komplikasi maternal:
 Perdarahan pasca pesalinan
 Fistula Raktovaginal
 Simfisiolisis atau diatheis, dengan atau tanpa "transient femoral
neuropathy"
 Robekan perineum derajat III atau IV
 Pecahnya rahim
Komplikasi Fetal:
 Brachial plexus palsy
 Fraktura clavicle
 Kematian janin
 Hipoksia janin, dengan atau tanpa kerusakan neurologis permanen
 Fraktura humerus

F. Penatalaksanaan

1. Tetap tenang. Anda tahu apa yang harus di lakukan dan akan menangani situasi
ini dengan efektif. Kesigapan penolong persalinan dalam mengatasi distosia bahu
sangat di perlukan.
2. Bersikap relax. Hal ini akan mengkondisikan penolong untuk berkonsentrasi
dalam menangani situasi gawat darurat secara efektif
3. Memanggil dokter. Bila bidan/perawat masih terus meolong sampai bayi ini
lahir sebelum dokter datang, maka dokter akan menangani perdarahan yang
mungkin terjadi atau untuk tindakan resusitasi.
4. Siapkan perlatan resusitasi
5. Menyiapkan perlatan dan obat-obatan untuk penanganan perdarahan
6. Beritahu ibu prosedur yang akan di lakukan
7. Atur posisi Mc. Robert
Teknik ini di temukan pertama kali oleh Gonik dkk, tahun 1963 dan selanjutnya
William A Mc Robert mempopulerkan di University of Texas di Housten,
Manauver ini terdiri dari melepaskan kaki dari penyangga dan melakukan fleksi
sehingga paha menempel pada abdomen ibu. Tindakan ini dapat menyebabkan
sacrum mendatar, rotasi simfisis pubis ke arah kepala maternal dan mengurangi
sudut inklinasi. Meskipun ukuran panggul tak berubah, rotasi cephalas panggul
cenderung untuk menyebabkan bahu depan yang terhimpit.
8. Cek posisi bahu, ibu diminta tidak mengejan. Putar bahu menjadi diameter
oblik dari pelvis atau anteroposterior bila melintang. Kelima jari tangan di letakan
pada dada janin, sedangkan kelima jari tangan satunya pada punggung janin
sebelah kiri. Perlu tindakan secara hati- hati karena tindakan ini dapat
menyebabkan kerusakan pleksus syaraf brachialis.

9. Meminta pendampingan persalinan untuk menekan daera suprapubik untuk


menekan kepala ke arah bawah dan luar. Hati-hati dalam melaksanakan tarikan ke
bawah karena dapat menimbulkan kerusakan pleksus syaraf brachialis. Cara
menekan daerah supra pubik dengan cara kedua tangan saling menumpuk di
letakkan di atasa simpisi. Selanjutnya di tekan ke arah luar bawah perut.

10. Bila persalinan belum di lahirkan, istirahat sebentar (sekitar 40-45 detik) agar
anda lebih memahami situasi, mendapat kesempatan, dan sedikit ruang untuk
melahirkan bahu: kosongkan kandung kemih karena dapat mengganggu turunnya
bahu, pastikan untuk melakukan atau memperluas episitomi, dan melakukan VT
untuk mencari kemungkinan adanya penyebab lain distosia bahu. Tangan di
usahakan memeriksa kemungkinan: Tali pusat pendek, bertambah besarnya janin
pada daerah thirak dan abdomen oleh karena tumor, lingkaran bandl yang
mengindikasikan akan terjadi ruptre uteri., locked twins dan conjoined twins.

11. Mencoba kembali melahirkan bahu seperti langkah-langkah di atas bila


distosia bahu ringan-sedang, janin akan dapat di lahirkan

12. Manauver Woods ("Wood crock screw maneuver") Lakukan tindakan perasat
seperti menggunakan alat untuk membuka botol (corkcrew) dengan cara seperti
menggunakan prisnsip skrup wood. Lakukan pemutaran dari bahu belakang
menjadi bahu depan searah jarum jam, kemudian di putar kembali dengan posisi
bahu belakang menjadi bahu depan berlawanan arah dengan jarum jam putar
180°. lakukan gerakan pemutaran paling sedikit 4 kali, kemudia melahirkan bahu
dengan menekan kepada ke arah luar belakang di sertai dengan penekanan daerah
supra pubik.
13. Manuver Rubin
Terdiri dari 2 langkah:
a. Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan tekanan
pada abdomen ibu, bila tidak berhasil maka di lakukan langkah berikutnya.
b. Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk di jangkau dan kemudian
di tekan ke depan ke arah dada anak. Tindakan ini untuk melakukan abduksi
kedua bahu anak sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu depan
dari simfisis pubis.
Manuver Rubin II
 Diameter bahu terlihat antara kedua tanda panah
 Bahu anak yang paling mudah di jangkau di dorong ke arah dada anak
sehingga diameter bahu mengecil dan membebaskan bahu anterior terjepit.
14. Bila belum berhasil, ulangi melakukan pemutaran bahu janinseperti langkah
12-13.
15. Melahirkan bahu belakang
a. Operator memasuka tangan ke dalam vagina menyusuri humerus posterior janin
dan kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas di depan dada dengan
mempertahankan posisi fleksi siku.
b. Tangan janin dan lengan di luruskan melalui wajah janin
c. Lengan posterior di lahirkan
16. Kleidotomi: pemahatan klavikula di lakukan engan menenkan klavikula
anterior ke arah SP.
17. Manuver Zavanelli
Manuver zavanelli: mengembalikan kepala ke alam jalan lahir dan anak di
lahirkan melalui SC. Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior
sesuai dengan PPL yang sudah terjadi. Membuat kepala anak menjadi fleksi dan
secara perlahan mendorong kepala ke dalam vagina.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DISTOSIA

1.PENGKAJIAN
2.Identitas klien
Nama
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
Agama
Suku/bangsa
3. Keluhan utama: proses persalinan yang lama menyebabkan adanya kelulian
rasa sakit dan cemas.
3. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan Dahulu


Yang perlu dikaji pada klien, biasanya klien pernah mengalami distosia
sebelumnya,
biasanya ada penyulit persalinan sebelumnya seperti hipertensi, anemia, panggul
sempit, biasanya ada riwayat DM, biasanya ada riwayat kembar dll.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti: Kelainan letak janin
(lintang, sunsang dll) apa yang menjadi presentasi dll.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga

D Apakah dalamkeluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah, DM,


eklamsi dan pre eklamsi

4. Pengkajian pola fungsional


➤ Aktifitas/istirahat
Melaporkan keletihan, kurang energi, letargi,penurunan penampilan
➤ Sirkulasi
Tekanan darah dapat meningkat mungkin menerima magnesium sulfate untu
hipertensi karena kehamilan

➤ Eliminasi

Distensi usus atau kandng kemih yang mungkin menyertai

➤ Integritas ego

Mungkin sangat cemas dan ketakutan

➤ Nyeri atau ketidaknyamanan Mungkin menerima narkotika atau anastesi pada


awal proses kehamilan, kontraksi jarang,dengan intensitas ingan sampa sedang,
dapat terjadi sebelum awitan persalinan atau sesudah persalinan terjadi, fase laten
dapat memanjang,

➤ Keamanan

Serviks mungkin kaku atau tidak siap, pemerisaan vagina dapat menunjukkan
janin dalam malposisi penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam pada
nulipara atau kurang dari 2 cm/jam pada mutipara bahkan tidak ada kemajuan.,
dapat mengalami versi eksternal setelah getasi 34 minggu dalam upaya untuk
mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala.

➤ Seksualitas
Dapat primigravida atau grand multipara, uterus mungkin distensi berlebihan
karena hidramnion, gestasi multipel.janin besar atau grand multiparis.
5. Pemeriksaan Fisik

 Kepala
rambut tidak rontok, kulit kepala bersihtidak ada ketombe

 Mata
Biasanya konjungtiva anemis

 Thorak
Inpeksi pernafasan: Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan, biasanya ada bagian
paru yang tertinggal saat pernafasan

 Perut
Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak awal
persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak, presentasi dan
sikap anak normal atau tidak, raba fundus keras atau lembek, biasanya anak
kembar/ tidak, lakukan perabaab
pada simpisis biasanya blas penuh/ tidak untuk mengetahui adanya distensi usus
dan kandung kemih.

 Vulya dan Vagina


Lakukan VT: biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem pada vulva/ servik,
biasanya teraba promantorium, ada/ tidaknya kemajuan persalinan, biasanya
teraba jaringan plasenta untuk mengidentifikasi adanya plasenta previa

 Panggul
Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentukpanggul
dan kelainan tulang belakang

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d tekanan kepala pada servik, partus lama, kontraksi tidak efektif
2. Resiko tinggi cedera terhadap matemal (ibu) b/d penurunan tonus otot/poa
kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal
3. Resiko tinggi kekurangan cairan b/d hipermetabolisme, muntah, pembatasan
masukan caira
4. Resiko tinggi infeksi b/d rupture membrane, tindakan invasive
5. Cemas b/d pengiriman lama

3. INTERVENSI

DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KRITERIA HASIL
1. Nyeri akut b/d 1. Tujuan: Kebutuhan 1. Tentukan sifat, lokasi
tekanan kepala pada rasa nyaman terpenuhi/ dan durasi nyeri, kaji
servik, partus lama, nyeri berkurang kontraksi uterus,
kontraksi tidak efektif Kriteria: hemiragic dan nyeri
Klien tidak merasakan tekan abdomen
nyeri lagi 2. Kaji intensitas nyeri
Klien tampak rilek klien dengan skala nyeri
Kontraksi uterus efektif 3. Kaji stress psikologis/
Kemajuan persalinan pasangan dan respon
baik emosional terhadap
kejadian
4. Berikan lingkungan
yang nyaman, tenang
dan aktivitas untuk
mengalihkan nyeri,
Bantu klien dalam
menggunakan metode
relaksasi dan jelaskan
prosedur
5. Kuatkan dukungan
social/ dukungan
keluarga

2. Resiko tinggi cedera Tujuan setelah di 1. Tinjau ulang riwayat


terhadap matemal (ibu) lakukan asuhan persalinan, awitan dan
b/d penurunan tonus keperawatan selama durasi
otot/poa kontraksi otot, 1x24 jam tidak terjadi
obstruksi mekanis pada cedera pada ibu 2. Catat waktu jenis
penurunan janin, Criteria hasil: obat.hindari pemberian
keletihan maternal Tidak ada laserasi narkotik dan anastesi
derajat 3 atau 4. blok epidural sampai
Tidak ada ruptur serviks dilatasi 4 cm.
3. Resiko kekurangan Tujuan: setelah di 1. Pantau masukan dan
volume cairan dan lakukan asuhan keluaran cairan
elektrolit b/d status keperawatan selama
hipermetabolik, muntah, 2x24 jam tidak terjadi 2. Pantau tanda vital.
diaforesis hebat, diuresis defisit cairan tubuh Catat laporan pusing
ringan berhubungan pada perubahan posisi
dengan pemberian Kriteria hasil
oksitosin TTV di batas normal 3. Kaji elastisitas kulit
Kulit elastis
CRT <2 detik 4. Kaji bibir dan
-Mukosa lembab membran mukosa oral
-DJJ 160-180 x/menit dan derajat saliva

5. Perhatikan respon
denyut jantung janin
yang abnormal
6. Berikan masukan
cairan adekuat melalui
pemberian minuman >
2500 liter

7. Berikan cairan secara


intravena
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul
akibat berbagai kondisi terdapat 180 sampai 200 juta kehamilan setiap tahun. Dari
angka tersebut terjadi 585.000 kematian maternal akibat komplikasi kehamilan
dan persalinan. Sebab kematian tersebut adalah perdarahan 24,8%, infeksi dan
sepsis 14,9%, hipertensi dan preeklampsi/eklampsi 12,9%, persalinan macet
(distosia) 6,9%, abortus 12,9%, dan sebablangsungyanglain 7,9%. Seksio sesarea
di Amerika Serikat dilaporkan meningkat setiap tahunnya, Pada tahun 2002
terdapat 27,6 % seksio sesarea dari seluruh proses kelahiran. Dari angka tersebut,
19,1% merupakan seksio sesarea primer.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa keperawatan dapat
memahami dan menerapkan asuhan keperawatan sesuai dengan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/373104675/Askep-Distosia-Bahu
https://www.scribd.com/document/374148179/Lp-Dan-Askep-Distosia

Anda mungkin juga menyukai