Anda di halaman 1dari 2

Tugas 1 Ekonomi Wilayah dan Kota/PWKL4301

Mokhammad Khoiril Afif/0044883118

UPBJJ-UT SURABAYA

1. Jelaskan perbedaan antara konsepsi wilayah homogen dengan konsepsi wilayah heterogen!

Konsepsi wilayah homogen (homogeneus region) didasarkan pada pendapat bahwa wilayah wilayah
geografik dapat dikaitkan bersama sama menjadi satu wilayah runggal apabila wilayah tersebut
mempunyai ciri ciri yang seragam. Kesamaan karakteristik dapat bersifat ekonomi; struktur produksi,
tingkat kepadatan dan pola konsumsi. Bersifat geografik; memiliki topografi dan iklimnya yang serupa.
Bersifat sosial politik; sikap kesetiaan terhadap suatu partai yang sama. Contoh; komoditas kopi yang
mencakup wilayah Banyuwangi, Bondowoso, Malang dan Jember sebagai sentral budi daya dan riset
penelitian biji kopi di Jawa timur.

Sedangkan konsepsi wilayah heterogen (heterogenitas region) dalam konsepnya tercermin suatu pola
independensi dan pola interaksi antara subsistem utama ekosistem dengan subsistem utama sosial dan
penekanan utamanya menyangkut segi segi kegiatan manusia. Karakteristiknya sistem yang ada dalam
batas batas wilayah tersebut terkontrol oleh sebuah titik pusat. Contoh; wilayah JABODETABEK, dimana
Jakarta sebagai pusat pertumbuhan wilayah sedangkan Bogor, Depok , Tangerang dan Bekasi berperan
sebagai wilayah penyangga (hiterland).

2. Salah satu variabel yang mempengaruhi pemilihan lokasi dari kegiatan ekonomi adalah perbedaan
upah antar wilayah.

a. Jelaskan penyebab terjadinya perbedaan upah antar wilayah

Setiap daerah memiliki standar Upah Minimum Provinsi (UMP) atau Upah Minimum Kabupaten/Kota
(UMK) yang berbeda, sesuai dengan peraturan yang berlaku. Upah setiap daerah tidaklah sama karena
adanya variasi biaya hidup, tingkat inflasi daerah serta komposisi dari kegiatan ekonomi wilayah.

b. Jelaskan kecenderungan yang terjadi antara upah antar wilayah dengen pemilihan lokasi kegiatan
ekonomi!

Jika upah di suatu wilayah lebih rendah dari upah wilayah lainnya maka pengusaha akan lebih cenderung
untuk memilih lokasi tersebut karena akan menekan biaya produksi sehingga keuntungan yang didapat
akan lebih maksimal. Dan sebaliknya jika harga upah di suatu wilayah lebih mahal maka pengusaha
cenderung tidak akan memilih lokasi tersebut untuk dijadikan sebagai lokasi kegiatan ekonomi.

c. Berikan contoh perbedaan upah antar wilayah di Indonesia!


Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dikutip Selasa (10/5/2022) per
Februari 2022 separuh dari keseluruhan provinsi mengalami peningkatan upah buruh dan separuhnya
lagi mengalami penurunan upah buruh.

Untuk upah buruh yang mengalami kenaikan tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta dengan besaran Rp
5.589.155 per Februari 2022. Upah ini juga mengalami kenaikan tertinggi 35,79% dibandingkan Februari
2021 dan juga merupakan upah tertinggi diantara seluruh Provinsi.

Kenaikan upah buruh tertinggi kedua dialami oleh provinsi Sumatera Selatan. Provinsi ini mengalami
kenaikan upah buruh sebesar 12,08% dari Rp 2.348.034 menjadi Rp 2.631.668 (yoy).

Diposisi ketiga kenaikan upah tertinggi ada di provinsi Sulawesi Barat yang naik 11,44% dari Rp
1.942.230 menjadi Rp 2.164.365 (yoy).

Sementara itu upah buruh yang mengalami penurunan paling dalam ada di provinsi Sumatera Barat
sebesar 10,39% menjadi Rp 2.536.968 di Februari 2022 dari sebelumnya sebesar Rp 2.831.081 di
Februari 2021.

https://cnbcindonesia.com

3. Di dalam analisa ekonomi migrasi terdapat dua model yaitu model equilibrium dan model
disequilibrium. Jelaskan perbedaan antara kedua model tersebut serta masing-masing contohnya!

Model equilibrium menjelaskan bahwa migrasi dapat terjadi jika tingkat upah antar wilayah sama yang
berarti berada dalam kondisi equilibrium. Dalam hal tersebut, perpindahan penduduk dan tenaga kerja
dapat terjadi sebagai akibat dari adanya perbedaan pola kehidupan antar wilayah yang meliputi aspek
ketersediaan lapangan kerja, gaya hidup masyarakat, budaya, agama, kondisi lingkungan dan lainnya.
Contoh, terdapat tendensi masyarakat untuk pindah ke daerah dengan penyedia lapangan kerja yang
tinggi dan fasilitas hidup yang memadai. Ditambah adanya tendensi penerima upah pensiun yang
merencanakan untuk pindah atau kembali ke daerah asalnya guna menghabiskan masa tua bersama
anggota keluarga.

Berbeda dengan model disequilibrium umumnya didasari pada asumsi bahwa terjadinya migrasi
didorong oleh keuntungan dan kerugian secara relatif yang terdapat pada tiap wilayah. Contoh, wilayah
dengan tingkat upah tinggi akan lebih cenderung mendorong penduduk dan tenaga kerja berpindah ke
wilayah tersebut. Dalam hal ini, migrasi seringkali dianalisa berdasarkan faktor pendorong (push factor)
dan faktor penarik (pull factor)

Anda mungkin juga menyukai