DM TIPE 2
Pengertian (Definisi) Suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-
duanya.
Anamnesis Keluhan
a. Polifagia
b. Poliuri
c. Polidipsi
d. Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya
Faktor Predisposisi
a. Usia >45 tahun
b. Diet tinggi kalori dan lemak
c. Aktivias fisik yang kurang
d. Hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg)
a. Riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau glukosa darah
dada, uasa terganggu (GDPT)
b. Penderita penyakit jantung coroner , tuberculosis ,
hipertiroidime
c. Dyslipidemia
Kriteria Diagnosis
1. Gejala klasik DM (polyuria , polydipsia, polifagia) + glukosa
plasa sewaktu ≥ 200mg/dl. Glukosa plasma sewaktu
merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir. ATAU
2. Gejala klasik DM + kadar glukosa plasma puasa ≥126mg/dl.
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan
sedikitnya 8 jam ATAU
3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa
terganggu (TTGO) ≥200mg/dl . TTGO dilakukan dengan
standard WHO , menggunakan beban glukosa anhidrus
75gram yang dilarutkan dalam air. ATAU
4. HbA1c *
Bukan Belum
DM pasti DM DM
kadar glukosa darah sewaktu
Plasma Vena <110 110 - 199 >200
Darah kapiler <90 90 - 199 >200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma Vena <110 110 - 125 >126
Darah kapiler <90 90 - 109 >110
Komplikasi
a. Akut :
1. Ketoasidosis diabetic
2. Hiperosmolar non ketotik
3. Hipoglikemia
b. Kronik :
1. Makroangiopati
2. Pembuluh darah jantung
3. Pembuluh darah perifer
4. Pembuluh darah otak
c. Mikroangiopati
1. Pembuluh darah kapiler retina
2. Pembuluh darah kapiler renal
d. Neuropati
e. Gabungan
1. Kardiomiopati
2. Rentan infeksi
3. Kaki diabetic
4. Disfungsi ereksi
b. Biguanid
Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai
dibawah normal. Preparat yang ada dan aman adalah
metformin. Metformin terdapat dalam konsentrasi tinggi
didalam usus dan hati, tidak dimetabolisme tetapi secara
cepat dikeluarkan melalui ginjal. Karena cepatnya prose
tersebut maka metformin biasa diberikan 2 – 3 kali sehari
kecuali dalam bentuk extended release. Pengobatan dosis
maksimal dapat menurunkan A1C sebesar 1 – 2 %. Efek
samping yang dapat terjadi adalah asidosis laktat, dan
sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal (kreatinin > 1,3 mg/dL pada perempuan dan > 1,5 mg/dL
pada laki-laki) atau pada gangguan fungsi hati dan gagal
jantung serta harus diberikan dengan hati – hati pada orang
lanjut usia.Obat ini dianjurkan untuk pasien gemuk (IMT >30)
sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan berat lebih (IMT 27
– 30) dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonylurea
karena mempunyai cara kerja sinergis sehingga kombinasi ini
dapat menurunkan glukosa darah lebih banyak daripada
pengobatan tunggal masing - masing.
c. Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α
glukosidase di dalam saluran cerna, sehingga menurunkan
penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia
pascaprandial.
resisteni insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.
Cara pemberian OHO , terdiri dari :
a. OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara
bertahap sesuai respons kadar glukosa darah, dapat diberikan
sampai dosis optimal
b. Sulfonylurea : 15 – 30 menit sebelum makan
c. Repaglinid , Nateglinid : sesaat sebelum makan
d. Metformin : sebelum / pada saat / sesudah makan
e. Penghambat glukosidase (Acarbose) : bersama makan suapan
pertama
f. Tiazolidindion : tidak bergantung pada jadwal makan
g. DPP – IV inhibitor dapat diberikan bersama makan dan atau
sebelum makan.
Dosis Dosis
Nama Generik Maksimal Awal Lama Kerja Frekuensi
Sulfonilurea
Klorpropamid 500 50 6 - 12 1
Glibenklamid 15 -20 2,5 12-24 1-2
Glipisid 20 5 10-16 1-2
Glikasid 240 80 10-20 1-2
Glikuidon 120 30 10-20 2-3
Glipisid GITS 20 5 1
Glimepirid 6 1 1
Biguanid
Metformin 2500 500 1-3
Inhibitor α glukosidase
Acarbose 300 50 1-3
Insulin
Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM adalah :
DM dengan berat badan menurun cepat / kurus
Ketoasidosis , asidosis laktat , dan koma hyperosmolar
DM yang mengalami stress berat (infeksi sistemik, operasi
berat , dan lain lain)
DM dengan kehamilan / DM gestational yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan
DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosis
maksimal atau ada kontraindikasi dengan obat tersebut.
Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah , lalu
dinaikkan perlahan seuai dengan hasil glukosa darah pasien. Jika pasien
sudah diberikan sulfonylurea atau metformin sampai dosis maksimal
namun kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dianjurkan
penggunaan kombinasi sulfonylurea dan insulin.
Edukasi Edukasi meliputi pemahaman tentang :
a. Penyakit DM
b. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
c. Penyulit DM
d. Intervensi farmakologis
e. Hipoglikemia
f. Masalah khusus yang dihadapi
g. Cara mengembangkan sistem pendukung dan mengajarkan
ketrampilan
h. Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan
i. Pemberian obat jangka panjang dengan kontrol teratur setiap
2minggu / 1 bulan
Perencanaan makan
Standar yang dianjurkan adalah makan dengan komposisi :
a. Karbohidrat 45 – 65%
Rekomendasi pemberian karbohidrat :
1. Kandungan total kalori pada makanan yang mengandung
karbohidrat lebih ditentukan oleh jumlahnya dibandingkan
dengan jenis karbohidrat itu sendiri.
2. Dari total kebutuhan kalori per hari , 60 – 70 %
diantaranya berasal dari sumber karbohidrat
3. Jika ditambah MUFA (monounsaturated fatty acids)
sebagai sumber energy, maka jumlah KH maksimal 70%
dari total kebutuhan kalori per hari.
4. Jumlah serat 25 – 50 gram per hari
5. Jumlah sucrose sebagai sumber energy tidak perlu
dibatasi, namun jangan sampai lebih dari total kalori per
hari
6. Sebagai pemanis dapat digunakan pemanis non kalori
seperti sakarin, aspartame, acesulfam dan sukralosa
7. Penggunaan alcohol harus dibatasi tidak boleh lebih dari
10 gram/hari
8. Fruktosa tidak bole lebih dari 60 gram/ hari
9. Makanan yang banyak mengandung fruktosa tidakperlu
dibatasi
b. Protein 15 – 20%
Rekomendasi pemberian protein :
1. Kebutuhan protein 15 – 20 % dari total kebutuhan energy
per hari
2. Pada keadaan kadar glukosa darah yang terkontrol,
asupan protein tidak akan mempengaruhi konsentrasi
glukosa darah
3. Pada keadaan kadar glukosa darah tidak terkontrol,
pemberian protein sekitar 0,8 -1,0 mg/kg berat badan /
hari
4. Pada gangguan fungsi ginjal, jumlah asupan protein
diturunkan sampai0,85 gram/kg berat badan /hari dan
tidak kurang dari 40 gram
5. Jika terdapat komplikasi kardiovaskular, maka sumber
protein nabati lebih dianjurkan dari protein hewani.
Protein mengandung energi sebesar 4 kilokalori/gram.
c. Lemak 20 – 25%
Lemak mempunyai kandungan energy sebesar 9 kilokalori per
gramnya.
Rekomendasi pemberian lemak :
1. Batasi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh,
jumlah maksimal 10% dari total kebutuhan kalori per hari.
2. Jika kadar kolesterol LDL ≥ 100 mg/dl , asupan lemak jenuh
diturunkan sampai maksimal 7% dari total kalori perhari
3. Konsumsi kolesterol maksimal 300mg/hari , jika kadar
kolesterol LDL ≥100mg/dl , maka maksimal kolesterol yang
dapat di konsumsi 200 mg/hari
4. Batasi asupan asam lemak bentuk trans
5. Konsumsi ikan seminggu 2 – 3 kali untuk mencukupi
kebutuhan asam lemak tidak jenuh rantai panjang
6. Asupan lemak tidak jenuh rantai panjang maksimal 10 %
dari asupan kalori per hari
Tingkat Evidens VI
Tingkat Rekomendasi A
Penelaah Kritis 1. 1.dr. Ade Baswin , Sp.PD
2. dr. Jhon Effraim Ginting , Sp.PD
3. dr. Efrilyn , S.PD
4. Tim Komite Medis
Tim Mutu
Indikator Medis 3- 5 hari
Kepustakaan 2. Pnduan Pelayanan Medik PAPDI
3. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi IV
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA
LAKSANA KASUS RUMAH SAKIT EFARINA
ETAHAM