Anda di halaman 1dari 8

a.

Sistem Gastrointestinal
Penuaan yang dialami oleh lansia memungkinkan terjadinya fungsi anatomis
maupun fisiologis diberbagai sistem tubuh, salah satunya adalah sistem
Gastrointestinal (GI). Sistem Gastrointestinal (GI) adalah jalur pemasokan
nutrisi untuk pertumbuhan dan perbaikan sel dengan melalui proses ingestion,
secretion, mixing and propulsion, digestion, dan absorption terhadap makanan
yang masuk (Derrickson & Tortora, 2015).
Menurut Ebersole, dkk (2014), pada lansia terdapat penurunan indra perasa atau
sense of taste khususnya manis dan asin serta penurunan sense of smell.
Seseorang dapat merasa-kan makan dimulut karena memiliki taste bund dan
pada lansia taste bund mengalami penurunan jumlah dan mengalami atropi
(Meiner dan Lueckenotte, 2006). Sehingga lansia mengalami perubahan rasa
(disgeusia), kemampuan untuk merasakan menurun (hypogeusia) dan tidak
dapat merasakan beberapa rasa (ageusia). Mukosa mulut juga mengalami peru-
bahan berupa kehilangan elastisitas, atrofi sel epitel, dan suplai darah berkurang
ke jaringan ikat (Miller, 2012). Hal ini menjadi penting karena kehilangan atau
penurunan indra perasa dapat mengakibatkan penurunan nafsu makan dari lansia
itu sendiri.
Pada lansia mulut yang berfungsi mencerna makanan menjadi bolus juga
mengalami perubahan fisiologis. Perubahan-perubahan tersebut seperti enamel
gigi menjadi lebih keras dan rapuh, dentin menjadi lebih berserabut, dan ruang
saraf menjadi pendek dan sempit me-nyebabkan gigi menjadi mudah tanggal
(Miller, 2012). Meiner dan Lueckenotte (2006) menambahkan tanggalnya gigi
disebabkan juga karena kerusakan jaringan disekitar gigi, dan resorpsi dan
deposisi tulang yang terjadi secara bersamaan. Menurut Miller (2012), pada
lansia juga mengalami penurunan sekresi saliva. Saliva berfungsi
mensekresikan enzim per-cernaan, mengatur flora mulut, remineralisasi gigi,
meningkatkan nafsu makan, sebagai pe-lumas jaringan lunak dan membantu
mencerna makanan. Namun, biasanya penurunan sekresi saliva lebih banyak
terjadi akibat kondisi patologis dan efek dari penggunaan obat seperti analgesik
dan antikolinergik. Di dalam rongga mulut lansia juga mengalami peru-bahan
neuromuskular yaitu adanya penurunan kemampuan mengunyah dan menelan
yang berkaitan dengan kekuatan otot berkurang dan mengurangi tekanan lidah
(Ney, dkk., 2009 dalam Miller, 2012).
Pada esophagus terdapat gelombang peristaltik yang berfungsi memasukkan
makanan ke dalam lambung. Menurut Miller (2012), lansia mengalami
penurunan gelombang peri-staltik
dan adanya peregangan pada esophagus. Selain itu, lansia juga mengalami
presbyphagia yaitu melambatnya menelan atau bahkan disphagia yaitu susah
menelan (Ebersole, dkk ,2014) Lower esophageal sphingter mengalami
penurunan untuk relaksasi sehingga lansia rentan mengalami refluks makanan
(Mitty, 2008). Hal ini menyebabkan risiko tinggi terjadi aspirasi pada lansia
yang dapat menyebabkan lansia rentan mengalami penyakit saluran pernapasan
seperti pneumonia.
Setelah makanan sampai di lambung, makanan akan mengalami pencernaan
lebih kom-pleks seperti motilitas, sekresi dan digesti. Ebersole, dkk (2014)
menyatakan bahwa lam-bung pada lansia banyak mengalami perubahan
fisiologis berupa penurunan motalitas, vol-ume dan penurunan sekresi
bikarbonat serta mukus lambung. Perubahan ini disebabkan ka-rena atropi
lambung dan Hypochlorydria atau ketidakcukupan HCL. Penurunan motilitas
lambung menyebabkan makanan menjadi lama dicerna dilambung sehingga
terjadi peningkatan waktu pengosongan lambung dan lansia menjadi jarang
makan
Di usus halus, makanan telah berbentuk kimus yang siap dicerna menggunakan
enzim-enzim pencernaan dari usus kecil, hati, dan pankreas. Penuaan yang
terjadi pada lansia ber-pengaruh pada kekuatan otot di usus dalam gerakan
peristaltik. Selain itu, mukosa yang ber-tugas melicinkan permukaan juga
mengalami penurunan jumlah. Perubahan lain yang ter-jadi menurut Miller
(2012) adalah adanya atrofi otot, pengurangan jumlah folikel limfatik,
pengurangan berat usus kecil, serta memendek dan melebarnya vili. Perubahan
struktur ini memang tidak berdampak signifikan pada motilitas, permeabilitas,
atau waktu pencernaan. Tetapi yang perlu diwaspadai adalah perubahan ini
dapat berdampak pada fungsi sistem imun dan absorpsi nutrien, seperti folat,
kalsium, vitamin B12 dan D (Ebersole,dkk, 2014). Penuaan dapat
mengakibatkan turunnya jumlah enzim laktase. Hal ini mengakibatkan pen-
guraian nutrien makanan pun lebih lama. Selain itu, lansia juga berpotensi
mudah kembung karena lebih mudah mengalami peningkatan jumlah bakteri.
Hal ini memungkinkan adanya sakit perut, perut terlihat besar karena kembung.
Bakteri dapat berbahaya jika berkembang terus-menerus karena akan
mengurangi absorpsi nutrisi tertentu seperti vitamin B12, zat be-si, dan kalsium
(Ebersole, dkk, 2014).
Hati berperan dalam metabolisme protein, lemak dan karbohidrat, membunuh
zat toksik, dan mensekresi empedu. Hati dan kandung empedu sebagai organ
aksesori sistem Gastrointestinal juga mengalami perubahan seperti hati menjadi
lebih kecil, berserat, tera-kumulasi lipofuscin (pigmen coklat), dan menurunnya
aliran darah (Miller, 2012). Hal ini menyebabkan makanan yang masuk tidak di
metabolisme dengan sempurna untuk menghasilkan ATP untuk kerja sel tubuh
serta zat toksik tidak dibunuh dengan optimal se-hingga lansia rentan terhadap
penyakit. Kandung empedu mensekresikan empedu setelah dirangsang oleh hati
yang berfungsi untuk mencerna lemak dalam tubuh. Namun semakin
bertambahkan usia terjadi penurunan jumlah sekresi empedu, pelebaran saluran
empedu, peningkatan sekresi cholecystokinin (Miller, 2012). Hal tersebut
mengakitbatkan lemak tidak dimetabolisme dengan sempurna, meningkatnya
risiko terjadi batu empedu, dan menurunnya nafsu makan (Miller, 2012).
Menurut Miller (2012), pankreas memiliki fungsi yang sangat esensial bagi
pencernaan. Sebagai kelenjar yang multifungsi, pankreas banyak memproduksi
enzim-enzim yang ber-peran dalam penetralan keasaman di kimus, pemecahan
lemak, protein, dan karbohidrat di usus halus. Peran yang tak kalah pentingnya
yaitu fungsi pankreas dalam pengaturan gula darah. Pankreas memproduksi
hormon insulin dan glikogen yang berfungsi sebagai pengatur kadar gula darah
(Derrickson & Tortora, 2015). Penuaan berpengaruh pada pengurangan be-rat
pankreas, hiperplasia kelenjar, fibrosis, dan pengurangan kecepatan respon sel B
dalam pengaturan glukosa. Perubahan ini tidak berdampak langsung dalam
fungsi pencernaan. Namun yang cukup berbahaya adalah penurunan
kemampuan pengaturan metabolisme glu-kosa. Hal ini mengakibatkan lebih
rentannya lansia untuk terkena diabetes tipe 2 (Miller, 2012). Penambahan umur
juga mempengaruhi sekresi eksokrin dari pankreas yang dapat mengakibatkan
menurunnya aliran enzim dan pengurangan produksi bikarbonat dan enzim.
Setelah semua nutrien di absorpsi di usus halus, kimus akan memasuki usus
besar atau kolon. Menurut Miller (2012), pada usus besar terjadilah proses
absorpsi air dan elektrolit, serta pembuangan zat sisa atau sampah metabolisme
pencernaan. Proses penuaan pada lan-sia berpengaruh pada beberapa hal, seperti
pengurangan sekresi mukus, pengurangan elastis-itas dinding rektum, dan
pengurangan kemampuan mempersepsikan distensi dinding rektum. Hal ini lah
yang menjadi faktor predisposisi lansia mengalami konstipasi (Miller, 2012).

1) Kehilangan gigi ; penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa


terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,
atropi indera pengecap (± 80%), hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap
tentang rasa asin, asam dan pahit.
3) Esofagus melebar
4) Lambung ; rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu).
7) Liver (hati) ; makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
8) Menciutnya ovari dan uterus.
9) Atrofi payudara.
10) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
adanya penurunan secara berangsur-angsur.
11) Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi baik),
yaitu :
- Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.
- Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan
kemampuan seksual.
- Tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami.
12) Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi
berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali, dan terjadi perubahan-perubahan
warna.

b. Sistem genitourinaria
1) Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urine
darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal
yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus). Kemudian mengecil dan
nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi
tubulus berkurang akibatnya; kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin,
berat jenis urin menurun proteinuria (biasanya +1); BUN (Blood Urea
Nitrogen) meningkat sampai 21% mg; nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat.
2) Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Dengan bertambahnya usia kapasitas kandung kemih menurun, sisa urin
setelah selesai berkemih cenderung meningkat dan kontraksi otot kandung
kemih yang tidak teratur sering terjadi keadaan ini menyebabkan sering
berkemih dan kesulitan menahan keluarnya urin. Pada wanita pasca
menopouse karena menipisnya mukosa disertai dengan menurunnya
kapasitas, kandung kemih lebih rentan dan sensitif terhadap rangsangan
urine, sehingga akan berkontraksi tanpa dapat dikendalikan keaadan ini
disebut over active bladder.
Otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah
dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya
retensi urin.
3) Pembesaran prostat
Pembesaran prostat merupakan kejadian yang sering pada pria lansia, gejala
yang timbul merupakan efek mekanik akibat pembesaran lobus medius
yang kemudian seolah-olah bertindak sebagai katup yang berbentuk bola
(Ball Valve Effect).
Disamping itu terdapat efek dinamik dari otot polos yang merupakan 40%
dari komponen kelenjar, kapsul dan leher kantong kemih, otot polos ini
dibawah pengaruh sistem alfa adrenergik. Timbulnya nodul mikros¬kopik
sudah terlihat pada usia 25-30 tahun dan terdapat pada 60% pria berusia 60
tahun, 90% pada pria berusia 85 tahun, tetapi hanya 50% yang menjadi
BPH Makroskopik dan dari itu hanya 50% berkembang menjadi BPH klinik
yang menimbulkan problem medik.
Kadar dehidrosteron pada orang tua meningkat karena meningkatnya enzim
5 alfa reduktase yang mengkonfersi tetosteron menjadi dehidro steron. Ini
yang dianggap menjadi pendorong hiperplasi kelenjar, otot dan stroma
prostat. Sebenarnya selain proses menua rangsangan androgen ikut
berperan timbulnya BPH ini dapat dibuktikan pada pria yang di kastrasi
menjelang pubertas tidak akan menderita BPH pada usia lanjut.

4) Testis
Penuaan pada pria tidak menyebabkan berkurangnya ukuran dan berat testis
tetapi sel yang memproduksi dan memberi nutrisi (sel Leydic) pada sperma
berkurang jumlah dan aktifitasnya sehingga sperma berkurang sampai 50%
dan testoteron juga menurun. Hal ini menyebabkan penuruna libido dan
kegiatan sex yang jelas menurun adalah multipel ejakulasi dan
perpanjangan periode refrakter. Tetapi banyak golongan lansia tetap
menjalankan aktifitas sexsual sampai umur lanjut.

5) Vagina
 Vagina mengalami kontraktur, panjang dan lebar vagina mengalami
pengecilan.
 Fornises menjadi dangkal, begitu pula serviks tidak lagi menonjol ke
dalam vagina. Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur
mengalami atropi, meskipun pada wanita belum pernah melahirkan.
Kelenjar seks mengecil dan berhenti berfungsi. Mukosa genitalia
menipis begitu pula jaringan sub-mukosa tidak lagi mempertahankan
elastisitasnya akibat fibrosis.

Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keberlangsungan


koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju
pendangkalan atau pengecilan genitalia eksterna.

6) Uterus
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut
dan dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak
jaringan fibrotik. Serviks menyusut tidak menonjol,bahkan lama-lama
akan merata dengan dinding jaringan.
7) Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permu¬kaannya
menjadi “keriput” sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari
ovulasi yang berulang sebelumnya, permukaan ovarium menjadi rata
lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel. Secara umum,
perubahan fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi
ovarium. Bila ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi
dan terjadi inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh hormon
estrogen dan progesteron.

Orang-orang yang makin menua sexual intercourse masih juga


membutuhkannya; tidak ada batasan umur tertentu fungsi seksual seseorang
berhenti; frekuensi sexual intercourse cenderung menurun secara bertahap
tiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus
sampai tua.

c. Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang
memproduksi hormon.Hormone pertumbuhan berperan sangat penting dalam
pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan, dan metabolisme organ tubuh
manusia. Yang termasuk hormone kelamin adalah :
1) Produksi dari hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
3) Pituitari
Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam pembuluh
darah; berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH.
4) Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate),
dan menurunnya daya pertukaran zat.
5) Menurunnya produksi aldosteron
6) Estrogen, progesterone, dan testosterone yang memelihara alat reproduksi
dan gairah seks. Hormone tersebut mengalami penurunan.
7) Kelenjar pankreas (yang memproduksi insulin dan sangat penting dalam
pengaturan gula darah).
8) Kelenjar adrenal/ anak ginjal yang memproduksi adrenalin. Kelenjar yang
berkaitan dengan pria/wanita. Salah satu kelenjar endokrin dalam tubuh
yang mengatur agar arus darah ke organ tertentu berjalan dengan baik, 15
dengan jalan mengatur vasokontriksi pembuluh darah. Kegiatan anak ginjal
ini berkurang pada usia lanjut usia.

Anda mungkin juga menyukai