OLEH :
ADYTIA BIMA KRISMONATA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2024
“INTEGRASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN SISTEM
PENDUGAAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK EVALUASI KESESUAIAN
LAHAN TANAMAN TEBU DI DAS MIKRO SUMBERAGUNG,
KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR”
Oleh
ADYTIA BIMA KRISMONATA
165040207111099
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
DEPARTEMEN TANAH
MALANG
2024
ii
PERNYATAAN
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Penelitian Integrasi Sistem Informasi Geografi Dan Sistem Pendugaan
Kesesuaian Lahan Untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman
Tebu di Das Mikro Sumberagung, Kabupaten Kediri, Jawa
Timur
Disetujui oleh:
Prof. Dr. Ir. Mochtar Lutfi Rayes, M. Sc. Christanti Agustina, SP., MP.
NIP. 195405051980031008 NIP. 2017098208262001
Mengetahui,
Ketua Departemen Tanah
Fakultas Pertanian
Tanggal Persetujuan :
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan
MAJELIS PENGUJI
Dr. Kurniawan Sigit Wicaksono, SP., M.Sc Prof. Dr. Ir. Mochtar Lutfi Rayes, M. Sc.
NIP. 197810212005021010 NIP. 195405051980031008
Tanggal Persetujuan :
v
RINGKASAN
ADYTIA BIMA KRISMONATA. 165040207111099. Integrasi Sistem
Informasi Geografi dan Sistem Pendugaan Kesesuaian Lahan Untuk
Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Tebu di Das Mikro Sumberagung,
Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Di bawah Bimbingan Mochtar Lutfi Rayes
Sebagai Pembimbing Utama dan Christanti Agustina Sebagai Pembimbing
Pendamping
Varietas unggul tanaman tebu dengan produktivitas 120 – 140 ton/ha sudah
banyak tersebar luas di Indonesia kendati demikian produktivitas tanaman tebu di
Indonesia pada tahun 2013 tercatat 76 ton/ha masih belum dapat mendekati produktivitas
optimal. Guna meningkatkan produksi gula dilakukan berbagai upaya, salah satu upaya
peningkatan produksi dengan penambahan areal tanaman tebu salah satunya terdapat di
Kabupaten Kediri. Tercatat produksi tebu tahun 2022 mencapai 192.000 ton/tahun dan
merupakan daerah produsen tanaman tebu terbesar kedua di Jawa Timur setelah
Kabupaten Malang. Lokasi DAS Mikro Sumberagung terletak di Kecamatan Plosoklaten,
Kabupaten Kediri yang merupakan daerah dengan areal tanaman tebu yang cukup luas di
Kabupaten Kediri, tetapi terdapat beberapa kondisi tanah yang membuat produktivitas
tanaman tebu kurang optimal. Hal tersebut dapat disebabkan oleh tanah pada DAS Mikro
Sumberagung cenderung berpasir, maka dari itu perlu adanya evaluasi kondisi lahan
tanaman tebu guna mengetahui faktor pembatas dan apa saja yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap produktivitas tanaman tebu. Hal tersebut guna memberikan perlakuan
yang tepat untuk mendukung produktivitas tanaman tebu dan dapat memodifikasi
kesesuaian lahan khususnya terdapat di DAS Mikro Sumberagung dengan pendekatan
metode Boundary line.
Penelitian di DAS Mikro Sumberagung Kecamatan Plosoklaten Kabupaten
Kediri dilaksanakan pada bulan April hingga Desember 2020. Penelitian ini
menggunakan metode survei dengan pendekatan fisiografis pada 10 satuan peta lahan
(SPL) dan ditentukan 20 titik pengamatan. Parameter kuantitatif pada penelitian ini terdiri
dari sifat fisik tanah yaitu tekstur, kedalaman tanah serta sifat kimia tanah antara lain,
KTK, KB, pH, C-Organik, N-Total, Kandungan P-Tersedia, K-dd dan produktivitas tebu
aktual tebu di lapangan. Analisis data dilakukan dengan uji korelasi dan regresi berganda
dengan metode Stepwise untuk menentukan karakteristik lahan yang paling signifikan
mempengaruhi produktivitas tebu. Modifikasi kelas kesesuaian dan modifikasi kriteria
dilakukan dengan analisis garis batas (Boundary line Analysis), dengan batas kelas
menurut FAO (1976) yaitu kelas S1 (sangat sesuai) 80-100%, S2 (cukup sesuai) 60-80%,
S3 (sesuai marjinal) 40-60%, dan N (tidak sesuai) <40% dari produktivitas Potensial
tanaman tebu.
Hasil evaluasi kesesuaian lahan tanaman tebu aktual di DAS Mikro Sumberagung
termasuk dalam kelas Kesesuaian Lahan S3, dan N. Kelas kesesuaian lahan memiliki
faktor pembatas antara lain terdapat media perakaran (tekstur tanah, kedalaman), retensi
hara (KTK, pH aktual) bahaya erosi, kelerengan, hara tersedia (K-dd, N-Total, P-
Tersedia). Berdasarkan hasil analisis metode Stepwise, tekstur dan pH merupakan
karakteristik yang berpengaruh secara signifikan dalam produktivitas tanaman tebu
(p<0,05) dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,462 untuk tekstur dan 0,454 untuk pH.
Berdasarkan hasil modifikasi kriteria kesesuaian lahan dengan analisis Boundary line
menghasilkan perubahan pada satu karakteristik lahan yaitu tekstur tanah dan pH S2, S3,
dan N. semula kelas kasar termasuk kedalam kelas N berubah menjadi kelas S2 bersama
kelas agak kasar, sedangkan untuk pH terdapat peningkatan pada kelas sangat masam
<4,3.
vi
SUMMARY
ADYTIA BIMA KRISMONATA. 165040207111099. Integration of
Geographic Information Systems and Land Suitability Estimation Systems
for Evaluation of Land Suitability of Sugarcane Plants in Sumberagung
Micro-watershed, Kediri Regency, East Java. Under the Guidance of Mochtar
Lutfi Rayes as Main Supervisor and Christanti Agustina as Co-Supervisor
Superior varieties of sugar cane with a productivity of 120 – 140 tons/ha are
widely spread in Indonesia, however, the productivity of sugar cane in Indonesia in 2013
was recorded at 76 tons/ha, which is still not close to optimal productivity. In order to
increase sugar production, various efforts have been made, one of the efforts to increase
production is by increasing the sugarcane plantation area, one of which is in Kediri
Regency. Production recorded in 2022 will reach 192,000 tons/year and is the second
largest sugarcane producing area in East Java after Malang Regency. The location of the
Sumberagung Micro Watershed is located in Plosoklaten District, Kediri Regency, which
is an area with a fairly large sugarcane plantation area in Kediri Regency, however there
are several conditions that make the productivity of sugarcane plants less than optimal.
This can be caused by the condition of the soil in the Sumberagung Micro Watershed
which tends to be sandy, therefore it is necessary to evaluate the condition of the
sugarcane crop land to find out what limiting and limiting factors have a significant
influence on the productivity of the sugarcane crop. This is to provide appropriate
treatment to support the productivity of sugar cane plants and can modify land suitability,
especially in the Sumberagung Micro Watershed using the Boundary Line method
approach.
Research in the Sumberagung Micro Watershed, Plosoklaten District, Kediri
Regency was carried out from April to December 2020. This research used a survey
method with a physiographic approach on 10 land map units (SPL) and determined 20
observation points. The quantitative parameters in this research consist of soil physical
properties, namely texture, soil depth and soil chemical properties including, CEC, BS,
pH, C-Organic, N-Total, P-Available, Exchangeabel-K and actual sugarcane productivity
sugarcane in the field. Data analysis was carried out using correlation and multiple
regression tests using the Stepwise method to determine the land characteristics that most
significantly influence sugar cane productivity. Modification of suitability classes and
modification of criteria are carried out using boundary line analysis, with class limits
according to FAO (1976), namely class S1 (Very Suitable) 80-100%, S2 (Fairly
Appropriate) 60-80%, S3 (Suitable Marginal) 40-60%, and N (Not Suitable) <40% of the
potential productivity of sugarcane plants.
The results of the evaluation of actual sugarcane land suitability in the
Sumberagung Micro Watershed are included in Land Suitability classes S3, and N. Land
suitability classes have limiting factors, including rooting media (soil texture, depth),
nutrient retention (CEC, actual pH), erosion hazards, slope, available nutrients
(Exchangeabel-K, N-Total, P-Available). Based on the results of the Stepwise method
analysis, texture and pH are characteristics that have a significant influence on sugarcane
productivity (p<0.05) with a correlation coefficient of 0,462 for texture and 0,454 for pH.
Based on the results of the modification of land suitability criteria using Boundary line
analysis, it produces changes in one land characteristic, namely soil texture and pH S2, S3
and N. Originally the coarse class was included in class N, it changed to class S2 along
with the rather coarse class, while for pH there was an increase in very acid class <4.3.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
karunia serta berkat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan hasil penelitian yang
berjudul “Integrasi Sistem Informasi Geografi dan Sistem Pendugaan Kesesuaian
Lahan untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Tebu di Das Sumberagung,
Kabupaten Kediri, Jawa Timur.”
Terselesaikannya hasil ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu saya menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Mochtar Lutfi Rayes, M.Sc. Selaku Dosen Pembimbing Utama
yang selalu membimbing dalam proses pembuatan skripsi ini
2. Ibu Christanti Agustina SP., MP. Selaku Dosen Pembimbing Kedua yang
selalu memberikan masukan dan saran yang tepat untuk melancarkan kegiatan
penelitian ini.
3. Bapak Syahrul Kurniawan, SP., MP., Ph.D. Selaku Ketua Departemen Tanah
dan staf Departemen tanah yang telah memberikan kesempatan pada saya
untuk melancarkan kegiatan skripsi ini.
4. Dr. Kurniawan Sigit Wicaksono, S.P., M.Sc. Selaku Dosen penguji yang telah
memberikan kesempatan dan saran terhadap keberlangsungan ujian skripsi ini.
5. Prof. Dr. Ir Zaenal Kusuma, SU. Selaku Dosen penguji yang telah memberikan
kesempatan dan saran terhadap keberlangsungan ujian skripsi ini.
6. Rizky, Fikri K, Fikri B, dan Sarah selaku teman-teman seperjuangan yang
saling membantu satu sama lain selama pelaksanaan penelitian.
7. Semua pihak PTPN X di daerah Djengkol, Kediri, dan Semua pihak PTPN XI
di daerah Sepawon, Kediri, yang telah membantu dalam perizinan
melaksanakan penelitian.
8. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan semangat dan doa
sehingga terselesaikannya skripsi ini.
Penulis masih menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi teman mahasiswa, masyarakat umum, dan
berbagai pihak yang lain serta khususnya bagi penulis.
Malang, Januari 2024
Penulis
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Satuan Peta Lahan Peta Satuan Peta Lahan ......................... 63
Lampiran 2. Peta Bentuk Lahan ........................................................................ 64
Lampiran 3. Peta Geologi .................................................................................. 65
Lampiran 4. Peta Kelerengan ............................................................................ 66
Lampiran 5. Peta Penggunaan Lahan ................................................................ 67
Lampiran 6. Peta Satuan Peta Tanah ................................................................. 68
Lampiran 7. Tabel Keterangan Satuan Peta Lahan (SPL) ................................ 69
Lampiran 8. Tabel Pearson Correlation faktor-faktor pembatas ....................... 70
Lampiran 9. Tabel Pearson Correlation ............................................................ 70
Lampiran 10.Tabel Model Summary Hasil Regresi Berganda Metode Stepwise
..................................................................................................... 70
Lampiran 11. Tabel ANOVA Hasil Analisis Regresi Berganda Metode Stepwise
..................................................................................................... 71
Lampiran 12.Tabel Koefisien Hasil Analisi Regresi Berganda Metode Stepwise
..................................................................................................... 71
Lampiran 13. Tabel Exclude variables Hasil Analisis Berganda Metode Stepwise
…………………………………………………………………..71
Lampiran 14. Lokasi Titik Pengamatan ........................................................... 72
Lampiran 15. Peta Kesesuaian Lahan Menurut Kriteria Hardjowigeno .......... 73
Lampiran 16. Peta Kesesuaian Lahan Menurut Analisis Boundary line ........... 74
Lampiran 17. Dokumentasi Survei Tanah dan Pengambilan Data .................. 75
Lampiran 18. Dokumentasi Analisis Laboratorium Fisika Tanah ................... 77
Lampiran 19. Dokumentasi Analisis Laboratorium Kimia Tanah .................... 78
Lampiran 20. Metode pengerjaan uji kimia dan fisika tanah .......................... .79
Lampiran 21. Tabel perbandingan kriteria kesesuaian lahan Hardjowigeno dan
Widiatmaka (2011) dibandingkan hasil Modifikasi ............................... 82
xiv
1
I. PENDAHULUAN
1.3 Hipotesis
kurangnya produksi
gula nasional
optimalisasi
produktivitas tanaman Penambahan Areal
tebu lahan Tanaman Tebu
Perlu dilakukan
evaluasi dan klasifikasi
tanaman tebu
Matching data
Pembuatan peta Satuan Menentukan
kesesuaian lahan
Peta Lahan (SPL) karakteristik lahan
dengan aplikasi SPKL
didapatkan peta
kesesuaian lahan aktual retensi hara
tanaman tebu di DAS
Sumberagung
memodifikasi syarat
tumbuh menggunakan bahaya erosi
metode boundary line
sejajar.bentuk mata tunas dari tanaman tebu juga memiliki bentuk yang beragam
umunya oval, membulat dan lonjong, selain itu pembeda dari mata tunas juga
terdapat dari rambut atau jambul yan terdapat dimata tunas (Suwarto dan
Octavianty, 2012).
Perakaran tanaman tebu merupak akar serabut yang memiliki kedalaman
perakaran dapat mencapai satu meter dengan 20% perakaran terdapat diatas
permukaan tanah. Daun tanaman tebu terdiri dari dua bagian yaitu pelepah daun
dan helai daun, pelepah daun terletak di bawah helai daun dan membalut helai
daun. Selain itu pada daun tebu di antara helai daun dengan pelepah terdapat lidah
daun morfologi daun tebu memiliki ujung meruncing dan memiliki pinggiran
daun yang bergerigi (James, 2004). Bunga pada tanaman tebu tersusun dari malai,
bunga tebu terbentuk setelah selesainya masa vegatatif dari tanaman tersebut,
bunga tebu termasuk dalam bunga sempurna, tangkai sari dan tepung sari akan
mengurai keluar setelah bunga cukup matang pembungaan pada setiap malai
berbeda kurang lebih di antara 5 sampai 12 hari (James, 2004).
Tanaman tebu cukup banyak dibudidayakan di daerah tropis dan sub tropis
hal tersebut karena tanaman tebu memiliki kesesuaian dan syarat tumbuh yang
cukup sesuai terhadap daerah tropis dan sub tropis. Menurut Hardjowigeno dan
Widiatmaka (2011) syarat tumbuh tanaman tebu yang sesuai ialah memiliki
ketinggian 0 hingga 1400 mdpl tetapi ketinggian optimal bagi tanaman tebu ialah
500 mdpl pada ketinggian lebih dari 1200 mdpl pertumbuhan tanaman tebu akan
sedikit terhambat. Kondisi yang baik untuk tanaman tebu ialah tidak terlalu basah
dan tidak terlalu kering karena tebu memiliki kepekaan terhadap kekurangan
udara didalam tanah maka dalam budidaya tanaman tebu memerlukan drainase
yang baik. Drainase yang disarankan untuk karakteristik tanah yang cenderung
susah melepaskan air atau tanah liat memiliki drainase dengan kedalaman 1 meter,
hal tersebut berguna untuk memacu pertumbuhan perakaran agar akar dapat
menyerap air dan unsur hara di dalam tanah dan tenaman tebu dapat bertahan
dengan baik pada musim kemarau.
8
Karakteristik tanah yang baik untuk budidaya tanaman tebu cukup beragam
dikarenakan tanaman tebu cukup baik ditanam pada berbagai taksa tanah.
Kemiringan lahan pada tanaman tebu sebaiknya kurang dari 8% kemiringan
optimal pada lahan tanaman tebu untuk tanah yang ringan pada 5% (Ritung et al.,
2007). Tekstur tanah yang gembur dapat mempermudah perakaran dalam
menembus tanah dan aerasi tanah dapat berjalan dengan baik. Kondisi tanah yang
baik bagi tanaman tebu ialah tanah dengan tekstur ringan hingga agak berat
dengan kemampuan menahan air cukup dan porositas sebesar 30% (Syakir, 2010).
Tanaman tebu menghendaki pH tanah pada kisaran 6 hingga 7,5 atau pH
mendekati netral tetapi pada dasarnya tanaman tebu dapat toleran pada kondisi
tanah dengan pH 4,5 hingga 8,5 (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011). Kondisi
pH yang cukup tinggi akan menyebabkan tanaman tebu megalami gangguan
pertumbuhan karena kurangnya unsur hara tersedia dan jika pH kurang dari 5
dapat menyebabkan tanaman tebu keracunan Fe dan Al maka dari itu perlu adanya
perlakuan semisal pemberian kapur pertanian guna meningkatkan pH pada tanah.
Iklim yang baik dalam budidaya tanaman tebu memiliki curah hujan kisaran
1000 hingga 1.300 mm per tahun dengan sekurang-kurangnya terdapat 3 bulan
kering. Ketersediaan air untuk budidaya tanaman tebu cukup mempunyai peran
yang besar karena jika pada fase generative tanaman tebu masih terdapat curah
hujan yang tingi hal tersebut dapat berdampak pada rendemen pada tebu menjadi
rendah. Pengaruh suhu terhadap pembentukan sukrosa cukup tiggi menurut Syakir
(2010) suhu ideal bagi tanaman tebu berkisar antara 24-34⁰C dengan perbedaan
suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 10⁰C. Pembentukan sukrosa optimal
pada siang hari pada kisaran suhu 30⁰C sedangkan penyimpanan sukrosa optimal
pada malam hari pada suhu 15⁰C (Syakir, 2010).
9
1. Temperatur 7. alkalinitas
2. Drainase 9. Bahaya erosi
3. Tekstur 10. Bahaya banjir
4. Bahan kasar 11. Ketersediaan hara
5. Kedalaman gambut 12. Batas lereng budidaya
6. Ketebalan gambut
Evaluasi lahan yang akan dilakukan dalam penelitian ini guna
mengoptimalkan produktivitas tanaman tebu pada daerah DAS Mikro
Sumberagung dan guna mengetahui tingkat kecocokan dan faktor faktor pembatas
yang menyebabkan kurang optimalnya produktivitas tanaman tebu.
Berdasarkan tingkat kesesuai lahan dibagi menjadi 3 kelas lahan yang sesuai
yaitu S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), dan S3 (sesuai marjinal) selanjutnya
terdapat kelas kesesuaian lahan yang (tidak sesuai) atau (N). dari keempat kondisi
kelas kesesuaian lahan dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Kelas S1 Sangat Sesuai : Kondisi lahan memiliki karakteristik yang sesuai dengan
syarat tumbuh suatu tanaman dengan kondisi faktor
pembatas yang minor atau dapat dibilang tidak memiliki
12
2. Kelas S2 Cukup Sesuai : Kondisi lahan memiliki karakteristik yang cukup sesuai
dengan syarat tumbuh suatu tanaman dengan faktor
pembatas yang dapat diatasi langsung oleh pengguna
lahan dengan input atau penambahan suatu perlakuan
tertentu dengan nilai ekonomis yang cukup rendah.
3. Kelas S3 Sesuai Marjinal: Lahan memiliki kondisi dengan faktor pembatas yang
berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas
suatu tanaman dan mempunyai biaya tinggi untuk
memberikan perlakuan terhadap faktor pembatas.
Sistem informasi geografi atau sering disebut dengan SIG merupakan suatu
apklikasi berbasis computer yang dapat menganalisis, memperoleh,
memanipulasi, dan menampilkan semua bentuk data kedalam sistem yang
memiliki refrensi geografi sehingga dengan kemampuan tersebut semua data
dapat disajikan secara efisien dalam bentuk peta (Kandari et al., 2013).
Penggunaan software SIG mempunyai kemampuan dalam menggabungkan
berbagai titik dalam koordinat geografi. Menggabungkan menganalis dan
memiliki hasil akhir berupa sajian peta, data yang diolah pada SIG merupakan
data spasial yang berorientasi pada sistem geografis dan memiliki lokasi koordinat
tertentu. Sehingga dalam SIG dapat mengetahui lokasi, kondisi, tren, pola dan
pemodelan hal tersebut yang merupakan keunggulan dari SIG dibandingkan
sistem informasi lainya.
Menurut Harmon dan Anderson, (2003) Aplikasi Software SIG memiliki
prosedur-prosedur untuk mengolah data menjadi sebuah informasi misalnya
13
jointable, klasifikasi, koreksi, rotasi, query, koreksi geometri, buffer, overlay dan
masih banyak lagi fungsi yang dapat diterapkan dalam software SIG. Data yang
digunakan dalam pemprosesan diaplikasi dapat berupa data grafis dan data atribut.
Data grafis dapat berupa data posisi, koordinat atau data spasial yang dapat berupa
gambaran rupa bumi yang memiliki refrensi koordinat. Sedangkan data atribut
atau data non spasial berupa data yang merepresentasikan aspek-aspek yang dapat
dimodelkan misalnya data catatan survei, data statistik .
SIG sendiri memiliki berbagai fungsi utamanya untuk merubah data manual
menjadi data digital. Jenis jenis data geografis dalam SIG dapat dibagi sebagai
berikut :
1. Data spasial merupakan data grafis yang berkaitan dengan lokasi, area
dan posisi pada suatu koordinat tertentu. Data spasial tersusun dari
beberapa geografi meliputi :
a. Geometri merupakan elemen dan data yang dijelaskan pada
hubungan titik, garis, dan lain-lain serta system koordinat yang
digunakan.
b. Topologi merupakan hubungan suatu elemen terhadap elemen lain
c. Kartografi merupakan elemen peta yang ditampilkan pada monitor
atau plotter yang disajikan secara kartografi
2. Data Non Spasial (atribut) merupakan data yang menguraikan
karakteristik dari suatu obyek geografi dari spasialnya seperti warna,
tekstur dan keterangan lainnya.
Sistem pendugaan kesesuaian lahan atau sering kita dengar dengan istilah
SPKL merupakan suatu software yang dibuat oleh Balai Besar Sumber Daya
Lahan Pertanian (BBSDLP) yang bertujuan sebagai alat bantu penilaian
karakteristik kesesuain lahan pada tanaman tertentu yang dapat dioprasikan
dengan mudah. Software SPKL memiliki database karakteristik tumbuh 113
komoditas tanaman dimana teknis pelaksanaanya dapat dilihat pada buku petunjuk
teknis evaluasi lahan untuk komoditas pertanian (BBSDP, 2011).
14
basa (KB) rendah dan mempunyai kapasitas tukar kation (KTK) tanah tinggi.
Tanah andisol merupakan tanah yang kaya akan sumber hara walaupun tidak
sedikit juga kondisi tanah andisol dengan retensi hara P yang cukup tinggi,
produktivitas andisol yang tinggi sangat ditentukan oleh sifat dari bahan induk
yang terdiri dari komulatif deposit abu vulkan, solum tanah yang cukup yang
mengakibakan zona perakaran tidak terganggu, horizon humus cukup tebal dan
mengandung sejumlah C-organik dan air tesedia cukup banyak oleh karena itu
tanah andisol merupakan tanah yang cukup produktif. Hasil penelitian Endriani
dan Zurhalena (2008), diketahui bahwa sifat tanah andik memiliki bobot volume,
total ruang pori, distribusi pori, agregat, permeabilitas tanah dan kandngan bahan
organik tanah paling baik pada lahan hutan dan mengalami penurunan berturut
sesuai kondisi penggunaan lahan dan kelerengannya.
Boundary line analysis atau metode garis batas, merupakan salah satu
metode yang digunakan untuk menentukan suatu kriteria kesesuaian lahan baru
untuk suatu komoditas tertentu agar memiliki kriteria lahan yang sesuai pada
suatu daerah yang dievaluasi, pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan
dari Sutandi (1996), bahwa metode boundary line ialah salah satu metode yang
digunakan untuk menentukan kriteria baru pada kriteria kesesuaian lahan untuk
komiditas. Tahapan untuk melakukan analisa metode boundary line ialah,
melakukan survei lahan guna mendapatkan data sebagai dasar analisi keterkaitan
faktor lingkungan dan karakteristik lahan terhadap faktor produktivitas suatu
tanaman pada daerah survei. Selanjutnya dilakukan ploting data faktor lingkungan
terhadap produksi pada grafik. Sebaran atau distribusi titik sampling akan patuh
terhadap suatu model.
Grafik yang dihasilkan pada metode Boundary Line Analysis dapat
menggambarkan mengenai keterkaitan kondisi aktual dan mengetahui batas-batas
kelas kesesuaian lahan yang digunakan untuk acuan memodifikasi kriteria syarat
tumbuh baru terhadap suatu komoditas di lokasi tertentu. Hal tersebut guna
meningkatkan produktivitas suatu tanaman dengan pemberian perlakuan yang
sesuai dengan kebutuhannya secara tepat.
III. METODE PENELITIAN
3.3.1 Prasurvei
Perizinan lokasi pengamatan dikarenakan lokasi pengamatan terdapat
sebagian dalam area hak guna usaha dari PTPN X dan PTPN XII. Pembuatan peta
dasar seperti peta kelerengan, penggunaan lahan, peta DAS Mikro, peta geologi
dan peta tanah. Dari kelima peta tersebut perlu adanya kegiatan validasi terhadap
kelerengan, dan penggunaan lahan agar saat dioverlay dalam pembuatan peta
satuan penggunaan lahan (SPL) tidak banyak perbedaan dengan kondisi aktual.
Kegiatan validasi dinilai sangat penting dikarenakan akan berdampak pada hasil
dan rekomendasi yang akan didapatkan.
4.1.2 Geologi
Daerah aliran sungai Sumberagung berdasarkan peta geologi dengan skala
1:100.000 Lembar Kediri (Santosa dan Atmawinata, 1992) memiliki 3 formasi
geologi yaitu terdapat Qvpk yang terletak pada hulu DAS Mikro Sumberagung,
Qvk yang mendominasi hampir seluruh DAS Mikro Sumberagung dan Qvlh yang
terdapat pada tengah DAS Mikro Sumberagung. Formasi geologi Qvpk dan Qvk
memiliki sedikit perbedaan dalam batuan penyusun dan umur batuan yaitu pada
Qvk tersusun dari batuan Gunung Kelud dengan umur yang lebih muda memiliki
batuan penyusun lava, breksi, tuf, anglomerat, tuf dan lahar sedangkan pada
Qvpk merupakan susunan batuan Gunung Api Kelud yang lebih tua yang terdiri
dari lava, breksi gunung api, tuf breksi, tuf, dan lahar. Formasi Geologi yang
terakhir yang terdapat dalam DAS Mikro Sumberagung ialah Qvlh yaitu terbentuk
dari endapan lahar dari Gunung Kelud yang memiliki batuan penyusun krakal
hingga pasir gunung api, tuf, lempung dan sisa sisa tumbuhan.
23
Tabel 9. C-Organik
No.SPT Titik Taksa Tanah C-Organik (%) KKL
1 1.1 Typic Hummudepts 1,2 S1
1.2 Typic Hummudepts 0,85 S2
Asosiasi
2 2.1 Entic Hummudepts 0,97 S2
2.2 Typic Hummudepts 1,6 S1
Kompleks
3 3.1 Typic Eutrudepts 1,33 S1
3.2 Typic Hummudepts 0,41 S3
4 4.1 Typic Udipsamments 0,58 S3
4.2 Typic Udipsamments 1,13 S1
Asosiasi
5 5.1 Arenic Eutrudepts 0,97 S2
5.2 Typic Dystrudepts 2,25 S1
Kompleks
6 6.1 Typic Hummudepts 1,92 S1
6.2 Typic Dystrudepts 1,29 S1
7 7.1 Typic Dystrudepts 0,81 S2
7.2 Typic Dystrudepts 0,9 S2
Kompleks
8 8.1 Typic Udipsamments 0,7 S3
8.2 Typic Udorthents 0,55 S3
9 9.1 Typic Udorthents 1,03 S2
9.2
Typic Udorthents 0,43 S3
Asosiasi
10 10.1 Typic Udorthents 1,28 S1
10.2 Entic Hummudepts 0,92 S2
Keterangan : SPT (Satuan Peta Tanah) ; KKL : Kelas Kesesuaian lahan; C-Organik : S1
(sangat sesuai): >1,2., S2 (sesuai) : 0,8-1,2., S3 (sesuai marjinal) <0,8.
Asosiasi
10 10.1 Typic Udorthents 5,97 S2
10.2 Entic Hummudepts 5,7 S2
Keterangan : SPT (Satuan Peta Tanah) ; KKL : Kelas Kesesuaian lahan; Kapasitas Tukar
Kation : S1 (sangat sesuai): >16, S2 (sesuai) : 5-16, S3 (sesuai marjinal)
<5.
34
d. Kejenuhan Basa
Kejenuhan Basa pada DAS Mikro Sumberagung memiliki nilai rata-rata
yang tinggi mengacu pada Pusat Penelitian Tanah (1983) bahwa kondisi di DAS
Mikro Sumberagung memiliki keseburan tanah yang masih baik dari 20 sampel
hanya pada 5 sampel yang memiliki kelas tinggi sedangkan pada sampel yang lain
memiliki kelas sangat tinggi dengan nilai lebih dari 40%. Terutama pada titik 5.2
dan 8.2 memiliki nilai lebih dari 85 % menunjukan bahwa pada tanah tersebut
masih memiliki kondisi yang subur. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka
(2011) hasil yang didapatkan pada lokasi penelitian dapat masuk dalam kriteria S1
hingga S3 hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 kondisi KB diatas 50% dapat
memasuki klasifikasi S1, untuk S2 KB terdapat pada nilai 35-50% dan untuk
kelas S3 KB bernilai kurang dari 35%.
Tabel 11. Kejenuhan Basa
Keterangan : SPT (Satuan Peta Tanah) ; KKL : Kelas Kesesuaian lahan; Kejenuhan Basa
(%) : S1 (sangat sesuai): 50, S2 (sesuai) : 35 - 50, S3 (sesuai marjinal) <35.
35
Asosiasi
10 10.1 Typic Udorthents 22,8 S2
10.2 Entic Hummudepts 23,9 S2
Keterangan : SPT (Satuan Peta Tanah) ; KKL : Kelas Kesesuaian lahan; Temperatur °C :
S1 (sangat sesuai): 24-30, S2 (sesuai) : >30-32 22-<24, S3 (sesuai
marjinal) >30-32 22-<24, N (tidak sesuai) >34.
36
Asosiasi
10 10.1 Typic Udorthents 11,6 S2
10.2 Entic Hummudepts 9 S2
Keterangan : SPT (Satuan Peta Tanah) ; KKL : Kelas Kesesuaian lahan; Kandungan P O
: S1 > 25., S2 6 – 25., S3 < 6.
39
C. Kandungan Kdd
Ketersediaan K-dd pada lokasi penelitian memiliki nilai rata-rata yang
cukup baik dengan masuk pada kelas sedang dengan nilai 0.4 cmol/kg. terlihat
pada Tabel 15 terdapat 4 titik yang memasuki kelas sangat rendah dikarenakan
memiliki nilai kurang dari 0,1 cmol/kg sedangkan perbedaan yang paling
mencolok terdapat pada titik 9.2 yang memiliki penggunaan lahan tegalan dengan
vegetasi diatasnya ialah tebu pada titik tersebut memiliki nilai K-dd tertinggi
yaitu 2.73 cmol/kg maka dengan nilai lebih dari 1 cmol/kg titik 9.2 memiliki kelas
ketersedian K-dd sangat tinggi. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011)
dari hasil yang didapatkan kondisi K tersedia pada lokasi penelitian dapat
memasuki kriteria mulai S1 hingga S3. Kondisi kriteria S1 dapat diwakilkan dari
titik 9.2 dikarenakan memiliki nilai lebih dari 1 cmol/kg dan untuk beberapa SPT
2.1, 3.2, 5.2, dan 7.2 memiliki kelas kesesuaian lahan S3 dikarenakan memiliki
kondisi K tersedia di dalam tanah sangat rendah.
menyatakan bahwa tanah dengan tekstur kasar dan agak kasar masuk pada kelas
kesesuaian N (tidak sesuai) dan S3 (sesuai marjinal). Pada kedua kelas tersebut
dapat dijabarkan pada Tabel 16. Faktor lain yang menjadi instrunen dalam media
perakaran ialah kedalaman tanah. Kedalaman tanah di lokasi penelitian berada
pada rentang 27 hingga 80 cm dengan ditentukan berdasarkan batas perakaran
yang terdapat di titik dan profil tanah.
Asosiasi
10 10.1 Typic Udorthents 0,25 S3
10.2 Entic Hummudepts 0,11 S3
Keterangan : SPT (Satuan Peta Tanah) ; KKL : Kelas Kesesuaian lahan; K-dd: S1 0,6 -
>1., S2 0,3-0,5., S3 ≤ 0,2.
42
Tabel 16. Kelas Kesesuaian lahan tanaman tebu dengan faktor Pembatas
Kedalaman dan Tekstur tanah
NO. Titik Taksa Tanah Kedalaman KKL Tekstur Tanah KKL
SPT tanah (cm)
1 1.1 Typic Humudepts 27 N Lempung Berpasir S3
1.2 Typic Humudepts 50 S3 Lempung Berpasir S3
Asosiasi
2 2.1 Entic Humudepts 80 S1 Lempung Berpasir S3
Kompleks
3 3.1 Typic Eutrudepts 75 S2 Lempung Berpasir S3
3.2 Typic Humudepts 50 S3 Pasir Berlempung N
Tabel 17. Kelas Kesesuaian lahan tanaman tebu dengan faktor Pembatas Bahaya
Erosi dan Kelerengan
NO. Titik Taksa Tanah Bahaya KKL Kelerengan KKL
SPT Erosi
1 1.1 Typic Humudepts Ringan S2 4 S1
1.2 Typic Humudepts Ringan S2 5 S1
Asosiasi
2 2.1 Entic Humudepts Ringan S2 4 S1
Kompleks
3 3.1 Typic Eutrudepts Ringan S2 15 S3
3.2 Typic Humudepts Ringan S2 14 S2
4 4.1 Typic Ringan S2 2 S1
Udipsamments
4.2 Typic Ringan S2 2 S1
Udipsamments
Asosiasi
5 5.1 Arenic Eutrudepst Ringan S2 6 S1
5.2 Typic Dystrudepts Ringan S2 6 S1
Kompleks
6 6.1 Typic Humudepts Ringan S2 11 S2
6.2 Typic Dystrudepts Ringan S2 1 S1
7 7.1 Typic Dystrudepts Ringan S2 14 S2
7.2 Typic Dystrudepts Sedang S3 14 S2
Kompleks
8 8.1 Typic Ringan S2 14 S2
Udipsamments
8.2 Typic Udorthents Berat N 15 S2
9 9.1 Typic Udorthents Ringan S2 8 S2
9.2 Typic Udorthents Ringan S2 1 S1
Asosiasi
10 10.1 Typic Udorthents Ringan S2 14 S2
10.2 Entic Hummudepts Ringan S2 18 S3
Keterangan : SPT (Satuan Peta Tanah) ; KKL : Kelas Kesesuaian lahan; Bahaya erosi S1
(sangat sesuai) : Sangat Ringan, S2 (sesuai) : Ringan, S3 (sesuai marjinal) :
Sedang, N (tidak sesuai) : Berat; KKL : Kelas Kesesuaian Lahan ;
Kemiringan Lereng: S1 (sangat sesuai) : 0-8%, S2 (sesuai) : 8-15%, S3
(sesuai marjinal) : 15-30%, N (tidak sesuai) : >30%.
4.3 Pembahasan
sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N) hal tersebut dikarenakan adanya faktor
faktor pembatas seperti terlalu rendahnya kejenuhan basa pada beberapa kondisi
tanah pada DAS Mikro Sumberagung, selanjutnya terdapat kondisi tekstur tanah
yang kurang sesuai terhadap budidaya tebu, kondisi kedalaman tanah yang kurang
sesuai juga menjadi faktor penghambat pada DAS Mikro Sumberagung faktor
pembatas lain yang berpengaruh yaitu pH yang cenderung asam bagi tanaman
tebu dan kelerengan yang relatif curam di daerah perbukitan pada DAS Mikro
Sumberagung (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011). Faktor faktor pembatas
yang dinilai memiliki dampak terbesar ialah kondisi tekstur tanah dan kedalaman
tanah. Kedalaman tanah optimal yang dikehendaki pada tanaman tebu ialah 75 cm
tetapi tanaman tebu masih dapat mentolerir hingga kedalaman 50-30 cm. tekstur
tanah yang optimal untuk perakaran tanaman tebu cenderung pada tekstur halus
hingga agak kasar sedangkan pada kondisi aktual di lapang kondisi tekstur tanah
pada DAS Mikro Sumberagung cenderung kekasar hal tersebut menyebabkan rata
rata kelas tekstur pada DAS Mikro Sumberagung masuk ke kelas S3 atau sesuai
tapi marjinal (Djaenudin et al., 2011).
Total luasan lahan pada kelas kemapuan lahan sesuai marjinal (S3) di DAS
Mikro Sumberagung ialah 758,88 Ha sedangkan pada kelas kesesuaian lahan tidak
sesuai (N) untuk tanaman tebu mencapai 428,7 Ha untuk areal lahan aktual
dengan budidaya tanaman tebu saat ini mencapai 915,54 Ha. Berdasarkan hasil
analisis karakteristik dan kualitas lahan secara keseluruhan yang dilakukan di
DAS Mikro Sumberagung Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri, didapatkan
kelas kesesuaian lahan aktual yang mengacu pada kriteria (Hardjowigeno dan
Widiatmaka, 2011; dan BBSDLP, 2011) termasuk dalam kelas S3 (sesuai
marjinal) dan N (tidak sesuai). Secara umum Sebagian besar satuan peta tanah
memiliki kelas kesesuaian tanah S3. Produktivitas rata-rata tanaman tebu di
Indonesia hanya mencapai 76 ton/Ha pada tahun 2013 tetapi pada lahan tebu
rakyat dapat mencapai produktivitas hingga 100 ton/Ha menurut (Anna, 2022)
tanaman tebu digolongkan menjadi S2 dan S3 yang dapat dilihat melalui Tabel
18.
45
Tabel 18. Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Hardjowigeno dan Widiatmaka, (2011).
No.
Taksa Tanah Sub KKL Faktor pembatas
SPT
Typic
1 S3rc/nr/na tekstur, kedalaman tanah, KB, K-dd
Hummudepts
Typic
S3 rc/nr struktur, kedalaman tanah, K-dd, P tersedia
Hummudepts
Asosiasi
Entic
2 S3 rc/na Tekstur, K-dd
Hummudepts
Typic
S3 rc/eh Tekstur, kedalaman tanah, lereng
Hummudepts
Kompleks
S3
3 Typic Eutrudepts Tekstur, KB, Lereng, K-dd
rc/nr/eh/na
Typic
N rc Tekstur
Hummudepts
Typic
4 N rc Tekstur
Udipsamments
Typic
N rc Tekstur
Udipsamments
Asosiasi
5 Arenic Eutrudepts N rc Tekstur
Typic Dystrudepts N rc Tekstur
Kompleks
Typic
6 S3 rc/fnr Kedalaman tanah, pH
Hummudepts
Typic Dystrudepts S3 rc/na Drainase, tekstur, kedalaman tanah, K-dd
7 Typic Dystrudepts S3 rc/nr/na tekstur, KTK, kedalaman tanah, pH, K-dd
Kedalaman tanah, tekstur, KB, K-dd, P-
Typic Dystrudepts S3 rc/nr/nr
tersedia
Kompleks
Typic Tekstur, kedalaman tanah, pH, C-organik,
8 S3 rc/nr/na
Udipsamments P-tersedia
Typic Udorthents N rc/eh tekstur, bahaya erosi
9 Typic Udorthents N rc Tekstur
Typic Udorthents S3 rc/nr/na Tekstur, kedalaman tanah, c-organik, K-dd
Asosiasi
10 Typic Udorthents N rc Tekstur
Entic
S3 rc/eh/na Kedalaman tanah, tekstur, lereng, K-dd
Hummudepts
Keterangan: SPT (Satuan Peta Tanah); SubKKL; Sub Kelas Kesesuaian Lahan; acuan
kriteria dari Hardjowigeno dan Widiatmaka, (2011).
46
5 Qvk.Vab.16.15-25%.c.E Lungur volkan Lava, Breksi Tuf 15-25 Berbukit Kecil Tegalan 56,5 4,7 3.995 70,70
Lereng Volkan
6 Qvlh.Vab.115.3- 8%.u.E Kerakal Pasir, Tuf 3-8 Berombak Tegalan 46,5 3,9 3.861 83,03
Bawah
Qvlh.Vab.115.8- Lereng Volkan
7 Kerakal Pasir, Tuf 8-15 Bergelombang Tegalan 15,2 1,3 1.261 82,96
15%.r.E Bawah
8 Qvlh.Vab.12.3-8%.u.E Aliran Lahar Kerakal Pasir, Tuf 3-8 Berombak Tegalan 229,5 19 19.046 82,98
Qvlh.Vab.12.25-
9 Aliran Lahar Kerakal Pasir, Tuf 25-40 Berbukit Tegalan 103,3 8,6 7.231 70
40%.h.E
Qvlh.Vab.12.15-
10 Aliran Lahar Kerakal Pasir, Tuf 15-25 Berbukit Kecil Tegalan 82,1 6,8 5.750 70,03
25%.c.E
47
Tabel 20. Kelas Kesesuaian Lahan Per Satuan Peta Tanah Menurut Presentase
Produktivitas Tanaman Tebu
NO. Taksa Tanah komoditas Prod Presentase KKL
SPT (Ton/Ha) Produktivitas
1 Typic Humudepts Tebu 83,3 69,42 % S2
Asosiasi
2 Entic Humudepts Tebu 83 69,17 % S2
Kompleks
3 Typic Eutrudepts Tebu 82,9 69,08 % S2
Typic Humudepts Karet -
Tekstur Tanah
Gambar 8. Hubungan tekstur tanah terhadap produktivitas Tebu
Produktivitas (ton/Ha)
pH
Gambar 9. Hubungan pH tanah Terhadap Produktivitas Tebu
Teksur tanah merupakan bagian dari faktor pembatas yang permanen atau
dapat dikatakan tidak dapat diperbaiki. Tekstur tanah memiliki peran penting
dalam kaitanya dengan produktivitas tanaman. Tanah yang memiliki tekstur
51
dominan pasir akan memiliki daya ikat baik air ataupun bahan organik lainya
sangat kecil. Dalam keadaan tanah tersebut, pertumbuhan akar tanaman akan
berkembang dengan baik. Akar akan dapat melakukan proses penetrasi ke dalam
tanah akan mudah. Drainase dan aerasi pada tekstur tanah dominan pasir akan
cenderung cukup baik. Namun tekstur tanah berpasir cenderung mudah melepas
unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Tanaman akan sulit untuk
mendapatkan atau mengikat unsur hara dan menyebabkan pertumbuhan tanaman
akan terganggu.
Tanah yang memiliki tekstur dominan liat justru memiliki kebalikan dengan
kondisi tekstur dominan pasir dikarenakan kondisi tekstur dominan liat memiliki
pori-pori tanah yang kecil hal tersebut menyebabkan jika tanah mudah jenuh
terhadap air yang dapat membuat kondisi tanah lengket saat basah dan mengeras
saat kering hal tersebut dapat mengganggu penetrasi akar pada tumbuhan.
Sedangkan untuk drainase dan aerasi jug cukup buruk jika memiliki presentase
dominan liat saat kondisi basah tanaman akan sulit dalam mengikat gas gas yang
berguna bagi proses fisiologi tumbuhan dan air pada tanah dominan liat akan tidak
mudah hilang hal tersebut dapat menimbulkan kematian pada suatu tanaman,
karena kurangnya unsur-unsur yang dibutuhkan untuk melakukan proses
fisiologis.
Kemasaman tanah memiliki faktor penting dalam karakteristik tanah
dikarenakan pH dapat mempengaruhi tanah dalam penyediaan unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman selain itu kadar kemasaman tanah juga dapat
mempengaruhi mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Tanah pada lokasi
pengamatan sebagian besar cenderung netral dan menempati kelas S1 tetapi
terdapat kondisi pada beberapa titik dimana tanah tersebut dinilai masam dan
sangat masam dengan nilai di bawah 4,5 hal tersebut dapat membuat tanaman tebu
keracunan unsur hara Fe dan Al.
Tabel 21. Perubahan Nilai pada Karakteristik Lahan yang Paling Signifikan
Mempengaruhi Produktivitas Tebu
Perubahan Nilai Karakteristik Lahan
Karakteristik Lahan Kelas Kesesuain
Acuan BL
Media Perakaran (rc)
Tekstur S1 Halus, Sedang Halus, Agak halus, Sedang
S2 Agak halus, Kasar, Agak Kasar
S3 Agak Kasar Sangat Halus
N Kasar
Retensi Hara
pH Aktual S1 5,5 – 7 5,5 – 7
S2 5-5,5., 7,5-8 4,3-5,5., 7,5-8
S3 < 5->8 < 4,3 - >8
N
Keterangan: Acuan : Kriteria Kesesuaian menurut acuan Hardjowigeno dan Widiatmaka
(2011); BL : Kriteria Kesesuaian lahan modifikasi berdasarkan analisis
boundary line.
Tabel 21. Menunjukan bahwa perubahan nilai karakteristik lahan menurut
acuan Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011) dan kriteria kesesuaian lahan setelah
dilakukan analisis boundary line. Hasil analisis boundary line menghasilkan
kriteria kesesuaian lahan baru pada tekstur yaitu halus, agak halus, sedang (S1),
kasar, agak kasar(S2), dan sangat halus (S3), dan pada pH tanah 5,5 – 7 (S1), 4,3-
5,5., 7,5-8 (S2), dan < 4,3 - >8 (S3). Kriteria hasil modifikasi dapat dilihat pada
Tabel 22.
53
Tabel 22. Kriteria Kesesuaian Lahan Hasil Modifikasi Berdasarkan Analisa Boundary line untuk tanaman Tebu
Keterangan: Kriteria Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011); *)Kriteria hasil modifikasi ;**)Karakteristik lahan yang dimodifikasi
54
Tabel 23. Kesesuaian Lahan Hasil Modifikasi Berdasarkan Analisis Boundary line
untuk tanaman Tebu
No.SPT Taksa Tanah Sub KKL Faktor pembatas
1 Typic Hummudepts S3 nr KB
Typic Hummudepts S2 rc Kedalaman tanah
Asosiasi
2 Entic Hummudepts S2 rc/nr/eh drainase, corganik, ktk, bahaya erosi
Typic Hummudepts S3 rc/eh lereng, kedalaman tanah
Kompleks
S3
3 Typic Eutrudepts KB, Lereng, K-dd
nr/eh/na
Kedalaman tanah,N total, P-tersedia, K-dd,
Typic Hummudepts S3 rc/na/nr
C-organik, KB
Kedalaman tanah, P-tersedia, K-dd, C-
4 Typic Udipsamments S3 rc/na/nr
organik, KB
Typic Udipsamments S3 na/rc Kedalaman tanah, K-dd
Asosiasi
5 Arenic Eutrudepts S3 rc/na/tc temperatur, kedalaman tanah, K-dd
Typic Dystrudepts S3 rc/na Kedalaman, K-dd
Kompleks
6 Typic Hummudepts S3 rc/nr Kedalaman, pH
Typic Dystrudepts S3 rc/na Drainase, kedalaman, K-dd
7 Typic Dystrudepts S3 rc/nr/na KTK, kedalaman, pH, K-dd
Typic Dystrudepts S3 rc/nr/nr Kedalaman, KB, K-dd, P-tersedia
Kompleks
8 Typic Udipsamments S3 rc/nr/na kedalaman, pH, C-organik, P-tersedia
Typic Udorthents N eh bahaya erosi
9 Typic Udorthents S3 rc Kedalaman tanah
Typic Udorthents S3 rc/nr/na kedalaman, c-organik, K-dd
Asosiasi
10 Typic Udorthents S3 rc/na Kedalaman tanah, K-dd
Entic Hummudepts S3 rc/eh/na kedalaman, lereng, K-dd
Keterangan; SPT: Satuan peta Tanah; Sub KKL: Sub Kelas Kesesuaian Lahan;Kriteria
kesesuaian berdasarkan hasil analisis Boundary line
56
Gambar 10. Peta Kesesuaian Lahan Lokasi Penelitian Menurut Hasil Analisis Boundary Line
57
Faktor – faktor pembatas dalam evaluasi lahan dibedakan atas dua faktor
yaitu, faktor pembatas yang bersifat permanen dan nonpermanen atau dapat
diperbaiki (Rayes, 2007). Faktor pembatas yang tidak dapat diperbaiki (permanen)
merupakan pembatas yang secara ekonomis dan metode tidak memungkinkan
untuk dilakukan perbaikan atau jika dilakukanya akan menyebabkan kerugian.
Faktor pembatas yang dapat diperbaiki (non permanen) merupakan pembatas yang
mudah untuk dilakukan perbaikan secara ekonomis dan masih dapat memberikan
keuntungan dengan teknologi atau metode yang tepat guna.
Hasil evaluasi lahan dilokasi penelitian menunjukan bahwa terdapat tiga
kelas kesesuaian lahan S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marjinal, dan N (tidak
sesuai). Faktor-faktor tersebut yang menjadi pembatas di lokasi penelitian antara
lain retensi hara baik kejenuhan basa, pH tanah, KTK dan C-Organik selanjutnya
terdapat hara tersedia (N-total, P-Tersedia, dan K-dd), serta bahaya erosi.
Terdapat faktor pembatas yang tidak dapat diperbaiki yaitu tekstur tanah.
Kemudian untuk kedalaman tanah pada umumnya tidak dapat dilakukan
perbaikan namun dalam suatu kondisi tertentu bisa diperbaiki dengan nilai
ekonomis yang sangat tinggi. Retensi hara, hara tersedia, serta bahaya erosi
merupakan faktor pembatas yang dapat diperbaiki.
Faktor Pembatas berupa media perakaran (tekstur tanah) dan retensi hara
(pH Aktual) di lokasi penelitian merupakan karakteristik yang berpengaruh paling
signifikan terhadap produktivitas tanaman tebu, sehingga perlu dilakukanya upaya
perbaikan guna mengoptimalkan produktivitas tanaman tebu. Namun tekstur tanah
merupakan pembatas yang permanen atau tidak dapat diperbaiki kerena
berhubungan langsung dengan faktor alam yang tidak dapat diperbaiki oleh
manusia secara langsung. Sedangkan pH tanah merupakan faktor pembatas yang
umumnya dapat diperbaiki dengan pengaplikasian kapur.
Agar dapat mencapai produktivitas optimal tanaman tebu memerlukan
kondisi lahan yang memiliki pH 5,5-7,5 atau dapat dikatakan pH netral
(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011). Kondisi aktual pada lokasi penelitian
menunjukan rentan nilai pH pada 4,3 hingga 7,7. Tingkat kemasaman tanah dapat
diberi perlakuan dengan pemberian kapur pertanian pada tanah, pengapuran
58
dengan usaha atau tindakan konservasi tanah misalnya, pengurangan erosi dengan
pembuatan teras dan guludan, penanaman tidak searah dengan lereng, pengolahan
tanah menurut kontur, pengotimalan embung atau rorak guna mengurangi
limpasan air permukaan dan air dapat tersimpan kembali kedalam tanah dan lain
sebagainya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan pada DAS Mikro
Sumberagung Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri, terdapat beberapa hasil
yang dapat disimpulakan yaitu:
1. Kelas kesesuaian lahan aktual berdasarkan kriteria acuan meliputi kelas
S3 dan N. faktor-faktor pembatas pada kelas kesesuaian lahan tersebut
yaitu media perakaran (tekstur tanah, kedalaman tanah), terensi hara
(KTK tanah, pH aktual dan C-organik), hara tersedia (N-Total, P-
Tersedia, dan K-dd), serta bahaya erosi ( lereng, dan bahaya erosi).
2. Karakteristik lahan yang paling mempengaruhi produktivitas tanaman
tebu di lokasi penelitian ialah tekstur tanah dan pH tanah dengan hasil
dari korelasi data, menunjukan bahwa tekstur tanah dan pH
mempengaruhi produktivitas tanaman tebu secara signifikan.
3. Berdasarkan produktivitas tanaman tebu pada beberapa SPL, kriteria
kesesuaian lahan hasil modifikasi menggunakan boundary line analysis
menghasilkan perubahan pada salah satu karakteristik yang paling
mempengaruhi yaitu tekstur tanah (S1: halus, agak halus, sedang; S2:
kasar, agak kasar; S3: sangat halus) dan pH tanah (S1 5,5 < - 7,5., S2
4,3-<5,5 dan 7,5-8,0., S3 <4,3 >8,0).
5.2 Saran
Anna, A., dan Kencana, R. 2022. Outlook Komoditas Perkebunan Tebu. Pusat
Data dan Sitem Informasi Pertanian Sekertariat Jenderal – Kementrian
Pertanian.
Bachri, S., Sulaeman, Y., Ropik., Hidayat, H., dan A.Mulyani. 2016. Sistem
Penilaian Kesesuaian Lahan versi 2.0. Badan Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2023. Statistik Tebu Indonesia Tahun 2019. www.bps.go.id
Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Balai
Penelitian Tanah. Bogor.
BBSDLP. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian
Edisi Revisi 2011. Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian. Bogor
Djaenudin, D., Harwan, H., Subagjo, H., dan Hidayat, A. 2011. Petunjuk Teknis
Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Bogor. 154 hlm.
Endriani, dan Zurhalena. 2008. Kajian Beberapa Sifat Fisika Andisol Pada
Beberapa Penggunaan Lahan dan Beberapa Kelerengan di Kecamatan
Gunung Kerinci. Posiding Seminar Nasioanal Sains dan Teknologi-II.
Universitas Lampung, 17-18 November 2008.
FAO. 1976. Framework for Land Evaluation. Soil Resources Management and
Consevation Service Land and Water Development Division. FAO Soil
Bulletin No. 32. FAO-UNO, Rome
Hardjowigeno, S., dan Widiatmaka. 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan
Perencanaan Tataguna Lahan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
352 halaman.
Harmon, J. E., and Anderson, S. J. 2003. Design and Implementation pf
Geographic Information System. John Wiley and Sons: New Jersey
Ispandi, A dan Munip, A. 2005. Efektivitas Pengapuran Terhadap Serapan Hara
dan Produksi Beberapa Klon Ubikayu di Lahan Kering Masam. Ilmu
Pertanian. 12(2) : 125-139
James, G. 2004. Sugarcane. Blackwell Publishing Company. Oxford OX4 2Dq,
UK. 216 hlm.
Jayanti, D.S., Goenadi, S., dan Hadi, P. 2013. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan
Optimasi Penggunaan lahan Untuk Pengembangan Tanaman Kakao
(Theobroma cacao L.)(studi kasus di kecamatan Betee dab Kecamatan
Padang Tiji Kabupaten Pidie Provinsi Aceh). Jurnal Agritech 33 (2) : 208-
218
Kandari, A.M., Safuan, L.O., dan Natsir, M. 2013. Evaluasi Kesesuaian Lahan
Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) Berdasarkan Aplikasi Analisis Data
Iklim Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografi. Jurnal
AGROTEKNOS, 3(2): 80-85.
Krisdianto, A. Y. 2011. Penyebaran Spasial pH, N-Total, dan P-Tersedia pada
Lahan Pertanian Kelurahan Malawili Distrik Aimas. Skripsi. Jurusan Tanah
Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian. Universitas Papua. Manokwari.
62
Marsoedi, Widagdo, j., Dai, N., Suharta, Darul, S. W. P., Harjdowigeno, S., Hof,
H. dan Jorden, E. R. 1997. Pedoman Klasifikasi Landform. Bogor: Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat.
Martasih, F., Juliasih, N. L. G. R. dan Dewi, R. M. 2012. Studi Analisis Mineral
Elektrolit Tertentu (𝐶𝑎 ,𝑀𝑔 dan 𝐶𝐼 ) dalam Air Minum Kemasan dan
Air Minum Sumber Mata Air Permukaan Tanah Dengan Menggunakan
Metode Titrimitri EDTA dan Argentrometri. Prosiding SN SMAIP III.
Lampung. 28-29 Juni 2012. Pp: 398-406.
Nursyamsi, D., dan Suprihati. 2005. Sifat-sifat Kimia dan Mineralogi Tanah serta
Kaitanya dengan Kebutuhuan Pupuk untuk Padi, Jagung, dan Kedelai.
Journal Bul. Argon, 33 (3) : 40-47. DOI:
https://doi.org/10.24831/jai.v33i3.1263.
Pusat Penelitian Tanah. 1983. Kriteria Penilaian Data Sifat Analisis Kimia Tanah.
Bogor: Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen
Pertanian.
Rayes, M. L. 2006. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Andi Offset.
Yogyakarta.
Ritung, S., Wahyunto, Agus F., dan Hidayat H. 2007. Panduan Evaluasi
Kesesuaian Lahan dengan COntoh Peta Arahan Penggunaan Lahan
Kabupaten Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah dan Word Agroforestry
Center (ICRAFT). Bogor. Indonesia. 45 hlm
Santosa, S dan Atmawijaya. 1992. Peta Geologi Lembar Kediri, Jawa Timur.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Indonesia, Bandung.
Sodik, D. M. 2008. Teknik Penetapan Berat Isi Tanah di Laboratorium Fisika
Tanah Balai Penelitian Tanah. Buletin Teknik Pertanian, 13 (2).
Soil survey staff. 2014. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi Ketiga, 2015. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Sulaeman, Suparto dan Eviat. 2005. Petunjuk Teknis Analisa Kimia Tanah,
Tanaman, Air dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Bogor. 136 hal.
Sutedjo, M. M. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Suwarto dan Yuke, O.2012. Budidaya Tanaman Perkebunan Unggulan. Penerbit
Swadaya.
Syakir, M., Chandra, I., Purwono., Siswanto., dan Rumini,W. 2010. Budidaya dan
Pasca Panen Tebu. ESKA Media. Jakarta.
Tarigan, B. Y. dan J. N. Sinulingga. 2006. Laporan Praktek Kerja Lapangan di
Pabrik Gula Sei Semayang PTPN II Sumatera Utara. (Laporan).
Universitas Sumatera Utara, Medan
Tjokroadikoesoemo, P.S. dan A.S. Bakir. 2005. Teknologi dan Peralatan Industri
Gula (I) Ekstraksi Nira Tebu. Yayasan Pembangunan Indonesia Sekolah
Tinggi Teknologi Industri. Surabaya.
LAMPIRAN
Lampiran 11. Tabel ANOVA Hasil Analisis Regresi Berganda Metode Stepwise
ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 6300.489 1 6300.489 4.874 .040b
Residual 23265.790 18 1292.544
Total 29566.279 19
a. Dependent Variable: produksi
b. Predictors: (Constant), Tekstur tanah
Lampiran 12. Tabel Koefisien Hasil Analisi Regresi Berganda Metode Stepwise
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 12.437 19.665 .632 .535
Tekstur tanah 18.430 8.347 .462 2.208 .040
a. Dependent Variable: produksi
Lampiran 13. Tabel Exclude variables Hasil Analisis Berganda Metode Stepwise
Excluded Variablesa
Collinearity
Partial Statistics
Model Beta In t Sig. Correlation Tolerance
1 Ketinggian -.206b -.941 .360 -.222 .920
Suhu .304b 1.417 .175 .325 .901
b
Kedalaman tanah .256 1.179 .255 .275 .909
b
Kapasitas Tukar .196 .864 .399 .205 .866
Kation
Kejenuhan Basa .144b .635 .534 .152 .875
b
C Organik .096 .447 .661 .108 .997
P tersedia -.014b -.064 .950 -.015 .961
b
N tersedia -.267 -1.282 .217 -.297 .970
b
K-DD -.008 -.034 .973 -.008 .961
Kelerengan -.262b -1.239 .232 -.288 .950
b
pH .273 1.021 .321 .240 .612
a. Dependent Variable: produksi
b. Predictors in the Model: (Constant), Tekstur tanah
72
Lampiran 15. Peta Kesesuaian Lahan Menurut Kriteria Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011)
74
1. Pengamatan
Fisiografi
2. Pembutan Minipit
3. Pengamatan
Morfologi
76
4. Pengambilan Sampel
Tanah
5. Wawancara Petani
77
1. Analisa FISIKA
78
Lampiran 21. Tabel perbandingan kriteria kesesuaian lahan Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011) dibandingkan hasil Modifikasi