Anda di halaman 1dari 96

INTEGRASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN SISTEM

PENDUGAAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK EVALUASI KESESUAIAN


LAHAN TANAMAN TEBU DI DAS MIKRO SUMBERAGUNG,
KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR

OLEH :
ADYTIA BIMA KRISMONATA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2024
“INTEGRASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN SISTEM
PENDUGAAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK EVALUASI KESESUAIAN
LAHAN TANAMAN TEBU DI DAS MIKRO SUMBERAGUNG,
KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR”

Oleh
ADYTIA BIMA KRISMONATA
165040207111099

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


MINAT MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
DEPARTEMEN TANAH
MALANG
2024

ii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan


hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing. Skripsi ini
tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan
rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, Januari 2024

Adytia Bima Krismonata


NIM. 165040207111099

iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Penelitian Integrasi Sistem Informasi Geografi Dan Sistem Pendugaan
Kesesuaian Lahan Untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman
Tebu di Das Mikro Sumberagung, Kabupaten Kediri, Jawa
Timur

Nama : Adytia Bima Krismonata


NIM : 165040207111099
Departemen : Tanah
Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui oleh:

Pembimbing Utama, Pembimbing Kedua,

Prof. Dr. Ir. Mochtar Lutfi Rayes, M. Sc. Christanti Agustina, SP., MP.
NIP. 195405051980031008 NIP. 2017098208262001

Mengetahui,
Ketua Departemen Tanah
Fakultas Pertanian

Syahrul Kurniawan, SP., MP., Ph.D.


NIP. 197910182005011002

Tanggal Persetujuan :

iv
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan

MAJELIS PENGUJI

Penguji I, Penguji II,

Dr. Kurniawan Sigit Wicaksono, SP., M.Sc Prof. Dr. Ir. Mochtar Lutfi Rayes, M. Sc.
NIP. 197810212005021010 NIP. 195405051980031008

Penguji III, Penguji IV,

Christanti Agustina, SP., MP Prof. Dr. Ir. Zaenal Kusuma,SU


NIP. 2017098208262001 NIP. 195405011981031006

Tanggal Persetujuan :

v
RINGKASAN
ADYTIA BIMA KRISMONATA. 165040207111099. Integrasi Sistem
Informasi Geografi dan Sistem Pendugaan Kesesuaian Lahan Untuk
Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Tebu di Das Mikro Sumberagung,
Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Di bawah Bimbingan Mochtar Lutfi Rayes
Sebagai Pembimbing Utama dan Christanti Agustina Sebagai Pembimbing
Pendamping
Varietas unggul tanaman tebu dengan produktivitas 120 – 140 ton/ha sudah
banyak tersebar luas di Indonesia kendati demikian produktivitas tanaman tebu di
Indonesia pada tahun 2013 tercatat 76 ton/ha masih belum dapat mendekati produktivitas
optimal. Guna meningkatkan produksi gula dilakukan berbagai upaya, salah satu upaya
peningkatan produksi dengan penambahan areal tanaman tebu salah satunya terdapat di
Kabupaten Kediri. Tercatat produksi tebu tahun 2022 mencapai 192.000 ton/tahun dan
merupakan daerah produsen tanaman tebu terbesar kedua di Jawa Timur setelah
Kabupaten Malang. Lokasi DAS Mikro Sumberagung terletak di Kecamatan Plosoklaten,
Kabupaten Kediri yang merupakan daerah dengan areal tanaman tebu yang cukup luas di
Kabupaten Kediri, tetapi terdapat beberapa kondisi tanah yang membuat produktivitas
tanaman tebu kurang optimal. Hal tersebut dapat disebabkan oleh tanah pada DAS Mikro
Sumberagung cenderung berpasir, maka dari itu perlu adanya evaluasi kondisi lahan
tanaman tebu guna mengetahui faktor pembatas dan apa saja yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap produktivitas tanaman tebu. Hal tersebut guna memberikan perlakuan
yang tepat untuk mendukung produktivitas tanaman tebu dan dapat memodifikasi
kesesuaian lahan khususnya terdapat di DAS Mikro Sumberagung dengan pendekatan
metode Boundary line.
Penelitian di DAS Mikro Sumberagung Kecamatan Plosoklaten Kabupaten
Kediri dilaksanakan pada bulan April hingga Desember 2020. Penelitian ini
menggunakan metode survei dengan pendekatan fisiografis pada 10 satuan peta lahan
(SPL) dan ditentukan 20 titik pengamatan. Parameter kuantitatif pada penelitian ini terdiri
dari sifat fisik tanah yaitu tekstur, kedalaman tanah serta sifat kimia tanah antara lain,
KTK, KB, pH, C-Organik, N-Total, Kandungan P-Tersedia, K-dd dan produktivitas tebu
aktual tebu di lapangan. Analisis data dilakukan dengan uji korelasi dan regresi berganda
dengan metode Stepwise untuk menentukan karakteristik lahan yang paling signifikan
mempengaruhi produktivitas tebu. Modifikasi kelas kesesuaian dan modifikasi kriteria
dilakukan dengan analisis garis batas (Boundary line Analysis), dengan batas kelas
menurut FAO (1976) yaitu kelas S1 (sangat sesuai) 80-100%, S2 (cukup sesuai) 60-80%,
S3 (sesuai marjinal) 40-60%, dan N (tidak sesuai) <40% dari produktivitas Potensial
tanaman tebu.
Hasil evaluasi kesesuaian lahan tanaman tebu aktual di DAS Mikro Sumberagung
termasuk dalam kelas Kesesuaian Lahan S3, dan N. Kelas kesesuaian lahan memiliki
faktor pembatas antara lain terdapat media perakaran (tekstur tanah, kedalaman), retensi
hara (KTK, pH aktual) bahaya erosi, kelerengan, hara tersedia (K-dd, N-Total, P-
Tersedia). Berdasarkan hasil analisis metode Stepwise, tekstur dan pH merupakan
karakteristik yang berpengaruh secara signifikan dalam produktivitas tanaman tebu
(p<0,05) dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,462 untuk tekstur dan 0,454 untuk pH.
Berdasarkan hasil modifikasi kriteria kesesuaian lahan dengan analisis Boundary line
menghasilkan perubahan pada satu karakteristik lahan yaitu tekstur tanah dan pH S2, S3,
dan N. semula kelas kasar termasuk kedalam kelas N berubah menjadi kelas S2 bersama
kelas agak kasar, sedangkan untuk pH terdapat peningkatan pada kelas sangat masam
<4,3.

vi
SUMMARY
ADYTIA BIMA KRISMONATA. 165040207111099. Integration of
Geographic Information Systems and Land Suitability Estimation Systems
for Evaluation of Land Suitability of Sugarcane Plants in Sumberagung
Micro-watershed, Kediri Regency, East Java. Under the Guidance of Mochtar
Lutfi Rayes as Main Supervisor and Christanti Agustina as Co-Supervisor
Superior varieties of sugar cane with a productivity of 120 – 140 tons/ha are
widely spread in Indonesia, however, the productivity of sugar cane in Indonesia in 2013
was recorded at 76 tons/ha, which is still not close to optimal productivity. In order to
increase sugar production, various efforts have been made, one of the efforts to increase
production is by increasing the sugarcane plantation area, one of which is in Kediri
Regency. Production recorded in 2022 will reach 192,000 tons/year and is the second
largest sugarcane producing area in East Java after Malang Regency. The location of the
Sumberagung Micro Watershed is located in Plosoklaten District, Kediri Regency, which
is an area with a fairly large sugarcane plantation area in Kediri Regency, however there
are several conditions that make the productivity of sugarcane plants less than optimal.
This can be caused by the condition of the soil in the Sumberagung Micro Watershed
which tends to be sandy, therefore it is necessary to evaluate the condition of the
sugarcane crop land to find out what limiting and limiting factors have a significant
influence on the productivity of the sugarcane crop. This is to provide appropriate
treatment to support the productivity of sugar cane plants and can modify land suitability,
especially in the Sumberagung Micro Watershed using the Boundary Line method
approach.
Research in the Sumberagung Micro Watershed, Plosoklaten District, Kediri
Regency was carried out from April to December 2020. This research used a survey
method with a physiographic approach on 10 land map units (SPL) and determined 20
observation points. The quantitative parameters in this research consist of soil physical
properties, namely texture, soil depth and soil chemical properties including, CEC, BS,
pH, C-Organic, N-Total, P-Available, Exchangeabel-K and actual sugarcane productivity
sugarcane in the field. Data analysis was carried out using correlation and multiple
regression tests using the Stepwise method to determine the land characteristics that most
significantly influence sugar cane productivity. Modification of suitability classes and
modification of criteria are carried out using boundary line analysis, with class limits
according to FAO (1976), namely class S1 (Very Suitable) 80-100%, S2 (Fairly
Appropriate) 60-80%, S3 (Suitable Marginal) 40-60%, and N (Not Suitable) <40% of the
potential productivity of sugarcane plants.
The results of the evaluation of actual sugarcane land suitability in the
Sumberagung Micro Watershed are included in Land Suitability classes S3, and N. Land
suitability classes have limiting factors, including rooting media (soil texture, depth),
nutrient retention (CEC, actual pH), erosion hazards, slope, available nutrients
(Exchangeabel-K, N-Total, P-Available). Based on the results of the Stepwise method
analysis, texture and pH are characteristics that have a significant influence on sugarcane
productivity (p<0.05) with a correlation coefficient of 0,462 for texture and 0,454 for pH.
Based on the results of the modification of land suitability criteria using Boundary line
analysis, it produces changes in one land characteristic, namely soil texture and pH S2, S3
and N. Originally the coarse class was included in class N, it changed to class S2 along
with the rather coarse class, while for pH there was an increase in very acid class <4.3.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
karunia serta berkat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan hasil penelitian yang
berjudul “Integrasi Sistem Informasi Geografi dan Sistem Pendugaan Kesesuaian
Lahan untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Tebu di Das Sumberagung,
Kabupaten Kediri, Jawa Timur.”
Terselesaikannya hasil ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu saya menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Mochtar Lutfi Rayes, M.Sc. Selaku Dosen Pembimbing Utama
yang selalu membimbing dalam proses pembuatan skripsi ini
2. Ibu Christanti Agustina SP., MP. Selaku Dosen Pembimbing Kedua yang
selalu memberikan masukan dan saran yang tepat untuk melancarkan kegiatan
penelitian ini.
3. Bapak Syahrul Kurniawan, SP., MP., Ph.D. Selaku Ketua Departemen Tanah
dan staf Departemen tanah yang telah memberikan kesempatan pada saya
untuk melancarkan kegiatan skripsi ini.
4. Dr. Kurniawan Sigit Wicaksono, S.P., M.Sc. Selaku Dosen penguji yang telah
memberikan kesempatan dan saran terhadap keberlangsungan ujian skripsi ini.
5. Prof. Dr. Ir Zaenal Kusuma, SU. Selaku Dosen penguji yang telah memberikan
kesempatan dan saran terhadap keberlangsungan ujian skripsi ini.
6. Rizky, Fikri K, Fikri B, dan Sarah selaku teman-teman seperjuangan yang
saling membantu satu sama lain selama pelaksanaan penelitian.
7. Semua pihak PTPN X di daerah Djengkol, Kediri, dan Semua pihak PTPN XI
di daerah Sepawon, Kediri, yang telah membantu dalam perizinan
melaksanakan penelitian.
8. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan semangat dan doa
sehingga terselesaikannya skripsi ini.
Penulis masih menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi teman mahasiswa, masyarakat umum, dan
berbagai pihak yang lain serta khususnya bagi penulis.
Malang, Januari 2024
Penulis

(Adytia Bima Krismonata)


RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Adytia Bima Krismonata. Penulis lahir di Kediri,
23 April 1998. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dan merupakan
anak dari Bapak Legiman dan Ibu Yovita Dina Yuni Purwaningsih. Penulis
memiliki Riwayat Pendidikan sekolah dasar di SDN Plosokidul 1 Kediri pada
Tahun 2004 – 2010. Setamat sekolah dasar, penulis melanjutkan kejenjang
Sekolah Menengah Pertama yang bertempat di SMPN 2 Gurah kediri (2010-
2013). Selanjutnya penulis melanjutkan Pendidikan di SMKN 1 Plosoklaten
Kediri dengan memilih Jurusan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura
(2013-2016). Kegiatan Non akademik yang diikuti penulis selama di SMK ialah
menjadi Ketua Paskibra pada tahun 2016, mendapatkan Juara 3 tingkat kabupaten
dalam lomba pengibaran bendera pasuka 9, menjadi ketua untuk ekstra kulikuler
bulutangkis pada tahun 2015-2016.
Pada tahun 2016 penulis melanjutkan untuk menempuh Pendidikan
kejenjang Strata satu (S1) di Universitas Brawijaya di Program studi
Agroekoteknologi dan memilih minat studi Manajemen Sumber Daya Lahan.
Selama masa perkuliahan penulis mengikuti beberapa kegiatan akademik, dan
kepanitian. Penulis pernah berkegiatan sebagai asisten Survei tanah dan Evaluasi
Lahan (2019), serta penulis mengikuti kepanitian dalam acara ulang tahun
Fakultas Pertanian (2019) sebagai divisi dokumentasi dan multimedia. Selain itu
penulis juga merupakan anggota dari Unit Aktivitas Bulutangkis di Universitas
Brawijaya dari 2016 hingga tulisan ini dibuat.
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iv


LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................v
RINGKASAN ....................................................................................................... vi
SUMMARY ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN ...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian ...........................................................................................3
1.3 Hipotesis .........................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian .........................................................................................4
1.5 Kerangka Berpikir ..........................................................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................6
2.1 Tanaman Tebu (Saccarum officinarum) ........................................................6
2.2 Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Tebu .......................................................7
2.3 Evaluasi Lahan .............................................................................................10
2.4 SIG (Sistem Informasi Geografi ..................................................................12
2.5 SPKL (Sistem Pendugaan Kesesuaian Lahan) .............................................13
2.6 Karakteristik Tanah pada DAS Mikro Sumberagung ..................................14
2.7 Analisa Metode Boundary Line .............................................................15
III. METODE PENELITIAN .............................................................................16
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................16
3.2 Alat dan Bahan .............................................................................................16
3.3 Pelaksanaan Penelitian .................................................................................19
3.3.1 Prasurvei................................................................................................19
3.3.2 Wawancara dan Pembuatan Peta ..........................................................19
3.3.3 Tahap Pengamatan Lapangan ...............................................................20
3.3.4 Analisa Laboratorium ...........................................................................20
3.3.5 Tahap Klasifikasi Tanah .......................................................................21
3.3.6 Tahap Pengolahan Data.........................................................................21
3.3.7 Pembuatan Laporan ...............................................................................21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................22
4.1 Kondisi Umum Wilayah ..............................................................................22
4.1.1 Letak Geografis dan Administratif........................................................22
4.1.2 Geologi ..................................................................................................22
4.1.3 Kondisi Lereng, Relief dan Elevasi ......................................................24
4.1.4 Kondisi Iklim ........................................................................................24
4.1.5 Penggunaan Lahan dan Tanaman yang Dibudidayakan .......................26
4.1.6 Satuan Peta Lahan .................................................................................27
4.1.7 Taksa Tanah dan Satuan Peta Tanah .....................................................27
4.2 Karakteristik Lahan ......................................................................................30
4.2.1 Retensi Hara ..........................................................................................30
4.2.2 Suhu Udara ............................................................................................35
4.2.2 Ketersediaan Air ...................................................................................36
4.2.3 Hara Tersedia ........................................................................................36
4.2.4 Media Perakaran (rc) .............................................................................39
4.2.5 Kelas Bahaya Erosi (eh) ........................................................................40
4.3 Pembahasan ..................................................................................................43
4.3.1 Evaluasi Kesesuaian Tanaman Tebu dan Produktivitas Aktual ............43
4.4 Modifikasi Kriteria dan Kelas Kesesuaian Lahan ........................................49
4.4.1 Modifikasi Kriteria dan Kelas Kesesuaian Lahan .................................49
4.4.2 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Tebu Hasil Modifikasi .....51
4.4.3 Kesesuaian Lahan Menurut Kriteria Hasil Modifikasi .........................54
4.5 Upaya Manajemen Lahan untuk Mengatasi Faktor Pembatas .....................57
V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................60
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................60
5.2 Saran.............................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................61
LAMPIRAN ..........................................................................................................63

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kriteria Kesesuaian Tanaman Tebu ....................................................... 9


Tabel 2. Jadwal pelaksanaan Penelitian ............................................................... 16
Tabel 3. Alat dan Bahan yang digunakan Penelitian ............................................ 17
Tabel 4. Metode Analisa uji Laboratorium ......................................................... 20
Tabel 5. Curah Hujan Kabupaten Kediri 2011-2020............................................ 25
Tabel 6. Rejim Suhu dan Rejim Kelembapan Tanah ........................................... 25
Tabel 7. Taksa Tanah di Lokasi Penelitian ......................................................... 30
Tabel 8. KKL pada Kemasaman Tanah ............................................................... 31
Tabel 9. KKL pada C-Organik ............................................................................ 32
Tabel 10. KKL pada Kapasitas Tukar Kation ..................................................... 33
Tabel 11. KKL pada Kejenuhan Basa .................................................................. 34
Tabel 12. KKL pada Temperatur di Lokasi Penelitian......................................... 35
Tabel 13. KKL pada Kandungan N-Total ............................................................ 37
Tabel 14. KKL pada Kandungan P-Tersedia ....................................................... 38
Tabel 15. KKL pada Kandungan K-dd ............................................................... 41
Tabel 16. Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Tebu dengan Faktor Pembatas
Kedalaman dan Tekstur Tanah ............................................................... 42
Tabel 17. Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Tebu dengan Faktor Pembatas
Bahaya Erosi dan Kelerengan ................................................................ 43
Tabel 18. Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Hardjowigeno dan Widiatmaka,
(2011). ..................................................................................................... 45
Tabel 19. Produksi Aktual Tanaman Tebu pada Setiap SPL ............................... 46
Tabel 20. Kelas Kesesuaian Lahan per Satuan Peta Tanah Menurut Presentase
Produktivitas Tanaman Tebu .................................................................. 47
Tabel 21. Perubahan Nilai pada Karakteristik Lahan yang Paling Signifikan
Mempengaruhi Produksi Tebu ................................................................ 52
Tabel 22. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Hasil Modifikasi Berdasarkan Analisa
Boundary line untuk Tanaman Tebu....................................................... 53
Tabel 23. Kesesuaian Lahan Hasil Modifikasi Berdasarkan Analisa Boundary line
untuk Tanaman Tebu .............................................................................. 55

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur pikir penelitian ........................................................................... 5


Gambar 2. Satuan peta lahan ............................................................................... 18
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian ...................................................................... 23
Gambar 4. Rerata Curah Hujan Kabupaten Kediri Tahun 2011-2020 ............... 26
Gambar 5. Perbandingan Bulan Basah dan Bulan Kering Kabupaten Kediri .... 26
Gambar 6. Petas Satuan Peta Tanah .................................................................... 29
Gambar 7. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual ................................................ 48
Gambar 8. Hubungan Tekstur Tanah Terhadap Produktivitas Tebu ................... 50
Gambar 9. Hubungan pH Tanah Terhadap Produktivitas Tebu .......................... 50
Gambar 10. Peta Kesesuaian Lahan Lokasi Penelitian Menurut Hasil Analisis
Boundary Line ......................................................................................... 56

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Satuan Peta Lahan Peta Satuan Peta Lahan ......................... 63
Lampiran 2. Peta Bentuk Lahan ........................................................................ 64
Lampiran 3. Peta Geologi .................................................................................. 65
Lampiran 4. Peta Kelerengan ............................................................................ 66
Lampiran 5. Peta Penggunaan Lahan ................................................................ 67
Lampiran 6. Peta Satuan Peta Tanah ................................................................. 68
Lampiran 7. Tabel Keterangan Satuan Peta Lahan (SPL) ................................ 69
Lampiran 8. Tabel Pearson Correlation faktor-faktor pembatas ....................... 70
Lampiran 9. Tabel Pearson Correlation ............................................................ 70
Lampiran 10.Tabel Model Summary Hasil Regresi Berganda Metode Stepwise
..................................................................................................... 70
Lampiran 11. Tabel ANOVA Hasil Analisis Regresi Berganda Metode Stepwise
..................................................................................................... 71
Lampiran 12.Tabel Koefisien Hasil Analisi Regresi Berganda Metode Stepwise
..................................................................................................... 71
Lampiran 13. Tabel Exclude variables Hasil Analisis Berganda Metode Stepwise
…………………………………………………………………..71
Lampiran 14. Lokasi Titik Pengamatan ........................................................... 72
Lampiran 15. Peta Kesesuaian Lahan Menurut Kriteria Hardjowigeno .......... 73
Lampiran 16. Peta Kesesuaian Lahan Menurut Analisis Boundary line ........... 74
Lampiran 17. Dokumentasi Survei Tanah dan Pengambilan Data .................. 75
Lampiran 18. Dokumentasi Analisis Laboratorium Fisika Tanah ................... 77
Lampiran 19. Dokumentasi Analisis Laboratorium Kimia Tanah .................... 78
Lampiran 20. Metode pengerjaan uji kimia dan fisika tanah .......................... .79
Lampiran 21. Tabel perbandingan kriteria kesesuaian lahan Hardjowigeno dan
Widiatmaka (2011) dibandingkan hasil Modifikasi ............................... 82

xiv
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman tebu (Saccarum officinarum) merupakan salah satu komoditas


tanaman penghasil gula yang banyak dibudidayakan di Indonesia, dikarenakan
kondisi iklim di Indonesia yang cukup sesuai dengan syarat tumbuh tanaman tebu
(Syakir, 2010). Kurun waktu 3 tahun terakhir dari 2020 hingga tahun 2022
produksi tanaman tebu nasional tergolong mengalami peningkatan tetapi belum
dapat mencukupi kebutuhan gula di Indonesia hal tersebut dikarekan kebutuhan
gula yang terus meningkat pada setiap tahunya yang disebabkan oleh penambahan
jumlah penduduk di Indonesia. Berlangsungnya program pemerintah terkait
swasembada gula dinilai cukup berhasil dengan cara penambahan areal lahan
tebu, pada tahun 2021 tercatat terdapat penurunan, jumlah realisasi import gula
5,46 juta ton atau turun sebesar 1,53% jika dibandingkan pada tahun 2020 (Anna,
2022).
Jawa Timur memiliki peringkat teratas dengan produksi gula nasional rata-
rata 1,05 juta ton/tahun selama kurun waktu 2018-2022, dan berkontribusi
terhadap produksi gula nasional mencapai 47,34%. Peningkatan produksi tanaman
tebu tercatat pada tahun 2020 produksi tanaman tebu mencapai 985,511 ton,
1.085.865 ton pada tahun 2021 dan 1.192.034 ton pada tahun 2022 (BPS, 2023).
Kabupaten Kediri merupakan sentra penghasil tanaman tebu terbesar nomor 2 di
Jawa Timur setelah Kabupaten Malang. Produksi tanaman tebu di Kabupaten
Kediri mencapai 197.409 ton pada tahun 2022 (BPS, 2023). Kecamatan
Plosoklaten merupakan salah satu produsen tebu yang cukup produktif di
Kabupaten Kediri dengan menyumbang produksi 67,99 ribu ton dengan
produktivitas rata rata pada 100 ton/Ha dengan perawatan yang intensif (Anna,
2022). Kecamatan Plosoklaten memiliki kondisi wilayah dengan keberagaman
geologi yaitu Qvk, Qvpk, dan Qvlh dan juga memiliki kelerengan yang cukup
beragam dengan beda tinggi dari hulu ke hilir mencapai kurang lebih 700 mdpl.
Hal tersebut diperkirakan memiliki dampak langsung terhadap kondisi tanah baik
dalam kondisi fisik maupun kondisi kimia tanah. Pemilihan lokasi DAS Mikro
Sumberagung diharapkan dapat mewakili kondisi dari Lereng Barat Gunung
Kelud yang didominasi satuan geologi Qvk dan Qvlh.
2

Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi di DAS Mikro Sumberagung


terkait produktivitas tanaman tebu. Menurut beberapa data dan hasil wawancara
terhadap petani yang dapat kami temui, produktivitas tanaman tebu di areal DAS
Mikro Sumberagung cukup mengalami penurunan pada ratoon kedua hal itu
dijelaskan bahwa produktivitas tanaman tebu pada saat awal tanam dan ratoon
pertama mendapat rata-rata produktivitas sebesar 90 ton/Ha sedangkan pada saat
ratoon kedua produktivitas tanaman tebu hanya mencapai 60-75 ton/Ha. Hal ini
mungkin disebabkan oleh beberapa faktor pendukung pada lahan tersebut dan
menyebakan produktivitas tanaman tebu kurang optimal. Produktivitas tanaman
tebu di Indonesia sendiri tercatat pada tahun 2013 hanya mencapai 76,80 ton/Ha
tetapi rata rata produktivitas tanaman tebu rakyat pada beberapa daerah dapat
mencapai 100 ton/Ha dengan perawatan intensif. Meski demikian melihat dari
beberapa varietas unggul yang telah tersebar di Indonesia, seharusnya potensi
produktivitas tanaman tebu mencapai 120-140 ton/Ha dengan rendemen berkisar
10% hingga 12% tetapi potensi tersebut hampir tidak pernah tercapai. Kondisi
lahan pada DAS Mikro Sumberagung yang memiliki kecenderungan Kandungan
pasir yang tinggi mungkin dapat menjadi salah satu faktor pembatas mengenai
produksi tanaman tebu pada DAS Mikro Sumberagung dikarenakan kondisi
tekstur tanah dengan tinggi kadar pasir akan sulit mengikat air dan unsur hara
yang dibutuhkan tanaman walaupun kondisi tanah yang memiliki dominan pasir
memiliki dampak positif seperti perakaran mudah dalam penetrasi ke dalam tanah,
aerasi dan drainase yang cukup baik. Maka dari hal tersebut perlu adanya
penelitian yang lebih mandalam untuk menjawab permasalahan mengenai
produksi tersebut.
Penelitian mengenai evaluasi dan kesesuaian lahan di DAS Mikro
Sumberagung dinilai dapat membantu menjawab atas permasalahan yang saat ini
dialami oleh beberapa petani terkait kurang optimalnya produktivitas tanaman
tebu pada daerah tersebut. Penyusunan kriteria kesesuaian lahan khusunya pada
DAS Mikro Sumberagung diharapkan dapat membantu mengoptimalkan
produktivitas tanaman tebu. Tahapan yang dilakukan dalam pengkajian mengenai
kesesuaian lahan tanaman tebu di DAS Mikro Sumberagung dengan cara
Pengamatan lapang dan pengoptimalan data dengan pemanfaatan teknologi yang
3

terintegrasi seperti Sistem Informasi Geografi (SIG) dan Sistem Pendugaan


Kesesuaian Lahan (SPKL) yang bertujuan untuk mempercepat hasil dalam
mengevaluasi tanaman tebu. SPKL sendiri merupakan perangkat lunak (Software)
yang dikembangkan oleh Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP)
penggunaan SPKL untuk penilaian atau pembobotan dari kesesuaian lahan
menurut karakteristik dari lahan dan syarat tumbuh suatu komoditas yang akan
diklasifikasikan (Bachri et al., 2016). Selain bertujuan mempercepat proses
evaluasi penggunaan kedua software tersebut juga dapat memiliki output yang
mudah dipahami oleh palaku usaha dikarenakan output yang dikeluarkan dapat
dalam bentuk peta dan dapat diberikan keterangan secara lengkap agar dapat
dengan mudah dimengerti oleh petani maupun pelaku usaha dibidang budidaya
tanaman tebu.

1.2 Tujuan Penelitian

Meninjau dari latar belakang diatas, penelitian ini bertujuan untuk:


1. Mengevaluasi lahan tanaman tebu dan mengetahui faktor-faktor pembatas di
DAS Mikro Sumberagung, Lereng Barat Gunung Kelud, Kabupaten Kediri.
2. Mengetahui dan menganalisa hubungan karakteristik lahan dengan
produktivitas tanaman tebu pada DAS Mikro Sumberagung.
3. Melakukan modifikasi syarat tumbuh tanaman tebu khususnya di DAS Mikro
Sumberagung dengan pendekatan Boundary line.

1.3 Hipotesis

1. Kurang optimalnya produktivitas tanaman tebu pada DAS Mikro Sumberagung


disebabkan oleh kondisi lahan yang memiliki karakteristik dominasi pasir.
2. Karakteristik lahan dan kondisi kimia di DAS Mikro Sumberagung
menyebabkan turunya produktivitas tanaman tebu.
3. Terdapat ketidaksesuaian syarat tumbuh tanaman tebu pada DAS Mikro
Sumberagung yang mengakibatkan ketidak optimalan produktivitas tebu.
4

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan juga


rekomendasi terhadap pengoptimalan dalam budidaya tanaman tebu di Daerah
Aliran Sungai (DAS) Mikro Sumberagung, yang terletak di Lereng Barat Gunung
Kelud, serta sebagai kepentingan informasi penelitian selanjutnya.

1.5 Kerangka Berpikir

Daerah aliran sungai (DAS) Mikro Sumberagung terletak di Lereng bagian


Barat dari Gunung Kelud. Secara administratif terletak pada Kecamatan
Plosoklaten dan Kecamatan Ngancar. Pemilihan DAS Mikro ini dikarenakan
memiliki kelas yang cukup beragam dari kelerengan, landform dan didukung
dengan cukup banyaknya komoditas perkebunan dan pangan yang dibudidayakan
disekitar DAS Mikro Sumberagung. Melihat potensi dan perkembangan dalam
bidang pertanian yang cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan adanya budidaya
tanaman kakao tebu, jagung, dan nanas yang tumbuh dengan baik pada daerah
tersebut. Kondisi wilayah yang memiliki gunung api yang cukup aktif
menyebabkan karakteristik pada DAS Mikro Sumberagung memiliki tingkat
kesuburan dan kelerengan yang cukup beragam hal ini akan memiliki dampak
pada komoditas yang akan dikembangkan pada daerah tersebut terutama pada
komoditas tanaman tebu yang dinilai memiliki karakteristik syarat tumbuh yang
cukup sesuai untuk daerah tersebut. Oleh sebab itu perlu adanya kajian mengenai
setiap karakteristik lahan pada setiap satuan peta lahan di DAS Mikro
Sumberagung guna pengoptimalan lahan tanaman tebu sebagai komoditas yang
cukup potensial dalam area DAS Mikro Sumberagung.
5

kurangnya produksi
gula nasional

optimalisasi
produktivitas tanaman Penambahan Areal
tebu lahan Tanaman Tebu

Perlu dilakukan evaluasi dan


klasifikasi tanaman tebu

Perlu dilakukan
evaluasi dan klasifikasi
tanaman tebu

Pendekatan SIG dan


Survey lapangan
SPKL

Matching data
Pembuatan peta Satuan Menentukan
kesesuaian lahan
Peta Lahan (SPL) karakteristik lahan
dengan aplikasi SPKL

Overlay hasil matching


data kesesuaian dengan faktor perakaran
hasil peta SPL

didapatkan peta
kesesuaian lahan aktual retensi hara
tanaman tebu di DAS
Sumberagung

memodifikasi syarat
tumbuh menggunakan bahaya erosi
metode boundary line

kesesuaian syarat tumbuh hasil


modifikasi

Gambar 1.. Alur pikir penelitian


6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Tebu (Saccarum officinarum)

Tanaman tebu termasuk dalam family Gramineae atau tanaman rumput


rumputan sedangkan sub grup tanaman tebu termasuk dalam sub grup
Andropogonae. (Tjokroadikoesoemo dan Bakir, 2005) menyatakan bahwa
tanaman tebu berasal dari India hal tersebut didapat berdasarkan catatan kuno dari
bala tantara Alexander The Great pada tahun 325 SM. Tebu sendiri merupakan
salah satu tanaman yang digunakan sebagai bahan dasar gula. Kalsifikasi ilmiah
dari tanaman tebu ialah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae ( Tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermathophyta,
Sub Divisi : Angiospermae
kelas : Monocotyledone,
Ordo : Glumiflorae,
Famili : Graminae,
Genus : Saccharum,
Species : Saccharum officinarum L.
(Tarigan dan Sinulingga, 2006).
Tanaman tebu merupakan bahan baku pembuatan gula karena pada tanaman
tebu memiliki cukup banyak zat sukrosa. Tanaman tebu cukup mudah dijumpai
pada daerah dengan iklim tropis, dikarenakan syarat tumbuh tanaman tebu cukup
sesuai dengan kondisi iklim tropis (Syakir, 2010). Menurut James (2004) tanaman
tebu terbagi menjadi empat bagian yaitu terdapat akar, batang, daun dan bunga.
morfologi tanaman tebu memiliki keberagaman dari warna kulit batang terdapat
warna hijau, kuning hingga kemerahan. Batang tebu memiliki karakteristik batang
yang beruas-ruas. Ruas tanaman tebu dibedakan menjadi enam bentuk yaitu
silindris, tong, kelos, konis, konis terbalik, dan cembung cekung. selain itu
karakteristik batang tebu memimiliki lapisan lilin dan bulu halus yang terdapat
pada bagian batang atau biasa disebut glugut, lapisan lilin dan glugut memiliki ciri
yang berbeda pada setiap varietas. Letak mata tunas pada tebu terletak pada ketiak
daun, mata tunas tanaman tebu memiliki letak mata tunas yang berbeda ada yang
saling bertolak belakang atau selang seling ada pula yang memiliki letak yang
7

sejajar.bentuk mata tunas dari tanaman tebu juga memiliki bentuk yang beragam
umunya oval, membulat dan lonjong, selain itu pembeda dari mata tunas juga
terdapat dari rambut atau jambul yan terdapat dimata tunas (Suwarto dan
Octavianty, 2012).
Perakaran tanaman tebu merupak akar serabut yang memiliki kedalaman
perakaran dapat mencapai satu meter dengan 20% perakaran terdapat diatas
permukaan tanah. Daun tanaman tebu terdiri dari dua bagian yaitu pelepah daun
dan helai daun, pelepah daun terletak di bawah helai daun dan membalut helai
daun. Selain itu pada daun tebu di antara helai daun dengan pelepah terdapat lidah
daun morfologi daun tebu memiliki ujung meruncing dan memiliki pinggiran
daun yang bergerigi (James, 2004). Bunga pada tanaman tebu tersusun dari malai,
bunga tebu terbentuk setelah selesainya masa vegatatif dari tanaman tersebut,
bunga tebu termasuk dalam bunga sempurna, tangkai sari dan tepung sari akan
mengurai keluar setelah bunga cukup matang pembungaan pada setiap malai
berbeda kurang lebih di antara 5 sampai 12 hari (James, 2004).

2.2 Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Tebu

Tanaman tebu cukup banyak dibudidayakan di daerah tropis dan sub tropis
hal tersebut karena tanaman tebu memiliki kesesuaian dan syarat tumbuh yang
cukup sesuai terhadap daerah tropis dan sub tropis. Menurut Hardjowigeno dan
Widiatmaka (2011) syarat tumbuh tanaman tebu yang sesuai ialah memiliki
ketinggian 0 hingga 1400 mdpl tetapi ketinggian optimal bagi tanaman tebu ialah
500 mdpl pada ketinggian lebih dari 1200 mdpl pertumbuhan tanaman tebu akan
sedikit terhambat. Kondisi yang baik untuk tanaman tebu ialah tidak terlalu basah
dan tidak terlalu kering karena tebu memiliki kepekaan terhadap kekurangan
udara didalam tanah maka dalam budidaya tanaman tebu memerlukan drainase
yang baik. Drainase yang disarankan untuk karakteristik tanah yang cenderung
susah melepaskan air atau tanah liat memiliki drainase dengan kedalaman 1 meter,
hal tersebut berguna untuk memacu pertumbuhan perakaran agar akar dapat
menyerap air dan unsur hara di dalam tanah dan tenaman tebu dapat bertahan
dengan baik pada musim kemarau.
8

Karakteristik tanah yang baik untuk budidaya tanaman tebu cukup beragam
dikarenakan tanaman tebu cukup baik ditanam pada berbagai taksa tanah.
Kemiringan lahan pada tanaman tebu sebaiknya kurang dari 8% kemiringan
optimal pada lahan tanaman tebu untuk tanah yang ringan pada 5% (Ritung et al.,
2007). Tekstur tanah yang gembur dapat mempermudah perakaran dalam
menembus tanah dan aerasi tanah dapat berjalan dengan baik. Kondisi tanah yang
baik bagi tanaman tebu ialah tanah dengan tekstur ringan hingga agak berat
dengan kemampuan menahan air cukup dan porositas sebesar 30% (Syakir, 2010).
Tanaman tebu menghendaki pH tanah pada kisaran 6 hingga 7,5 atau pH
mendekati netral tetapi pada dasarnya tanaman tebu dapat toleran pada kondisi
tanah dengan pH 4,5 hingga 8,5 (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011). Kondisi
pH yang cukup tinggi akan menyebabkan tanaman tebu megalami gangguan
pertumbuhan karena kurangnya unsur hara tersedia dan jika pH kurang dari 5
dapat menyebabkan tanaman tebu keracunan Fe dan Al maka dari itu perlu adanya
perlakuan semisal pemberian kapur pertanian guna meningkatkan pH pada tanah.
Iklim yang baik dalam budidaya tanaman tebu memiliki curah hujan kisaran
1000 hingga 1.300 mm per tahun dengan sekurang-kurangnya terdapat 3 bulan
kering. Ketersediaan air untuk budidaya tanaman tebu cukup mempunyai peran
yang besar karena jika pada fase generative tanaman tebu masih terdapat curah
hujan yang tingi hal tersebut dapat berdampak pada rendemen pada tebu menjadi
rendah. Pengaruh suhu terhadap pembentukan sukrosa cukup tiggi menurut Syakir
(2010) suhu ideal bagi tanaman tebu berkisar antara 24-34⁰C dengan perbedaan
suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 10⁰C. Pembentukan sukrosa optimal
pada siang hari pada kisaran suhu 30⁰C sedangkan penyimpanan sukrosa optimal
pada malam hari pada suhu 15⁰C (Syakir, 2010).
9

Tabel 1. Kriteria Kesesuaian Tanaman Tebu

Sumber: Hardjowigeno dan Widiatmaka, (2011).


10

2.3 Evaluasi Lahan

Tersedianya data dan informasi sumberdaya lahan yang lengkap sangat


diperlukan dalam menunjang pembangunan pertanian berkelanjutan di Indonesia.
Data yang diperoleh dari berbagai penelitian terdahulu ataupun hasil kegiatan
survei dan pemetaan tanah, yang kelengkapanya tergantung dari skala peta tetapi,
hal tersebut hanya menyajikan informasi informasi dasar dari deskripsi dan
karakteristik kondisi sumberdaya alam pada suatu daerah tersebut hal itu cukup
sulit dimengerti oleh para petani. Maka dari itu adanya kegiatan evaluasi lahan
diperlukan agar mempermudah petani dalam menggembangkan komoditas
potensial pada daerah tersebut. Evaluasi lahan ialah sebuah proses pedugaan
potensi dari suatu sumber daya lahan untuk penggunaan lahan dalam kurun waktu
tertentu. Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011), menyatakan bahwa kegiatan
evaluasi lahan merupakan proses dari suatu tata kelola lahan dimana dari hasil
evaluasi lahan dapat dibandingkan terkait persyaratan yang dibutuhkan sebagai
suatu kegunaan tertentu dengan kondisi aktual dari lahan tersebut.
Menurut Rayes (2006) kegiatan evaluasi lahan merupakan kegiatan
menyeleksi penggunaan lahan tertentu dengan tetap mempertimbangkan dari
aspek fisik, social ekonomi serta konservasi terhadap sumber daya lingkungan.
Kegiatan evaluasi lahan pada dasarnya membutuhkan informasi dari 3 aspek yaitu
mengenai lahan, penggunaan lahan dan aspek ekonomi dikarenakan hasil yang
didapatkan dari evaluasi diharapkan dapat menjawab bagaimana pengelolaan
lahan yan baik dan optimal dalam suatu daerah tersebut. Evaluasi lahan memiliki
berbagai prosedur misalkan menurut Ritung et al., (2007) Prosedur evaluasi lahan
terdapat 2 macam pendekatan yaitu pendekatan dua tahapan dan pendekatan
pararel. Pendekatan dua tahapan terdiri dari evaluasi lahan secara fisik dan secara
ekonomi hal tersebut bertujuan untuk perencanaan baik mikro maupun makro.
Sedangkan pendekatan secara pararel merupakan pendekatan fisik dan ekonomi
dilakukan secara bersamaan hal ini biasnya dilakukan sebagai acuan dalam proyek
pengembangan pada skala semi detail hingga detail.
11

Prosedur selanjutnya dalam evaluasi lahan terdapat penyiapan data hal


tersebut tentu sangat penting sebagai acuan dalam memulai suatu penelitian atau
dalam hal ini evaluasi lahan dikarenakan data awal dapat mempermudah dalam
pendugaan maupun membantu dalam penentuan hasil survey di lapangan.
Prosedur yang ketiga dalam evaluasi lahan ialah asumsi-asumsi yang digunakan
dalam evaluasi lahan ialah sebagai berikut :

1. Prosedur evaluasi lahan secara fisik, kuantitatif atau lainya


2. Data merupakan data rata-rata atau data satuan
3. Tingkat pengolahan lahan
4. Aspek ekonomi
5. Teknologi dalam perbaikan lahan

Prosedur keempat merupakan pendugaan parameter apa saja yang akan


digunakan dalam upaya evaluasi lahan secara tepat dan cepat contohnya ialah :

1. Temperatur 7. alkalinitas
2. Drainase 9. Bahaya erosi
3. Tekstur 10. Bahaya banjir
4. Bahan kasar 11. Ketersediaan hara
5. Kedalaman gambut 12. Batas lereng budidaya
6. Ketebalan gambut
Evaluasi lahan yang akan dilakukan dalam penelitian ini guna
mengoptimalkan produktivitas tanaman tebu pada daerah DAS Mikro
Sumberagung dan guna mengetahui tingkat kecocokan dan faktor faktor pembatas
yang menyebabkan kurang optimalnya produktivitas tanaman tebu.

Berdasarkan tingkat kesesuai lahan dibagi menjadi 3 kelas lahan yang sesuai
yaitu S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), dan S3 (sesuai marjinal) selanjutnya
terdapat kelas kesesuaian lahan yang (tidak sesuai) atau (N). dari keempat kondisi
kelas kesesuaian lahan dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Kelas S1 Sangat Sesuai : Kondisi lahan memiliki karakteristik yang sesuai dengan
syarat tumbuh suatu tanaman dengan kondisi faktor
pembatas yang minor atau dapat dibilang tidak memiliki
12

pengaruh yang nyata terhadap produktivitas tanaman.

2. Kelas S2 Cukup Sesuai : Kondisi lahan memiliki karakteristik yang cukup sesuai
dengan syarat tumbuh suatu tanaman dengan faktor
pembatas yang dapat diatasi langsung oleh pengguna
lahan dengan input atau penambahan suatu perlakuan
tertentu dengan nilai ekonomis yang cukup rendah.

3. Kelas S3 Sesuai Marjinal: Lahan memiliki kondisi dengan faktor pembatas yang
berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas
suatu tanaman dan mempunyai biaya tinggi untuk
memberikan perlakuan terhadap faktor pembatas.

4. N Tidak Sesuai : Kondisi lahan dengan karakteristik tidak sesuai terhadap


syarat tumbuh tanaman dan memiliki banyak faktor
pembatas dengan sifat tidak dapat diberikan perlakuan
khusus. Faktor pembatas sangat membutuhkan biaya dan
perlakuan yang tidak dapat dinilai efisien terhadap hasil
produksi.

2.4 SIG (Sistem Informasi Geografi

Sistem informasi geografi atau sering disebut dengan SIG merupakan suatu
apklikasi berbasis computer yang dapat menganalisis, memperoleh,
memanipulasi, dan menampilkan semua bentuk data kedalam sistem yang
memiliki refrensi geografi sehingga dengan kemampuan tersebut semua data
dapat disajikan secara efisien dalam bentuk peta (Kandari et al., 2013).
Penggunaan software SIG mempunyai kemampuan dalam menggabungkan
berbagai titik dalam koordinat geografi. Menggabungkan menganalis dan
memiliki hasil akhir berupa sajian peta, data yang diolah pada SIG merupakan
data spasial yang berorientasi pada sistem geografis dan memiliki lokasi koordinat
tertentu. Sehingga dalam SIG dapat mengetahui lokasi, kondisi, tren, pola dan
pemodelan hal tersebut yang merupakan keunggulan dari SIG dibandingkan
sistem informasi lainya.
Menurut Harmon dan Anderson, (2003) Aplikasi Software SIG memiliki
prosedur-prosedur untuk mengolah data menjadi sebuah informasi misalnya
13

jointable, klasifikasi, koreksi, rotasi, query, koreksi geometri, buffer, overlay dan
masih banyak lagi fungsi yang dapat diterapkan dalam software SIG. Data yang
digunakan dalam pemprosesan diaplikasi dapat berupa data grafis dan data atribut.
Data grafis dapat berupa data posisi, koordinat atau data spasial yang dapat berupa
gambaran rupa bumi yang memiliki refrensi koordinat. Sedangkan data atribut
atau data non spasial berupa data yang merepresentasikan aspek-aspek yang dapat
dimodelkan misalnya data catatan survei, data statistik .
SIG sendiri memiliki berbagai fungsi utamanya untuk merubah data manual
menjadi data digital. Jenis jenis data geografis dalam SIG dapat dibagi sebagai
berikut :
1. Data spasial merupakan data grafis yang berkaitan dengan lokasi, area
dan posisi pada suatu koordinat tertentu. Data spasial tersusun dari
beberapa geografi meliputi :
a. Geometri merupakan elemen dan data yang dijelaskan pada
hubungan titik, garis, dan lain-lain serta system koordinat yang
digunakan.
b. Topologi merupakan hubungan suatu elemen terhadap elemen lain
c. Kartografi merupakan elemen peta yang ditampilkan pada monitor
atau plotter yang disajikan secara kartografi
2. Data Non Spasial (atribut) merupakan data yang menguraikan
karakteristik dari suatu obyek geografi dari spasialnya seperti warna,
tekstur dan keterangan lainnya.

2.5 SPKL (Sistem Pendugaan Kesesuaian Lahan)

Sistem pendugaan kesesuaian lahan atau sering kita dengar dengan istilah
SPKL merupakan suatu software yang dibuat oleh Balai Besar Sumber Daya
Lahan Pertanian (BBSDLP) yang bertujuan sebagai alat bantu penilaian
karakteristik kesesuain lahan pada tanaman tertentu yang dapat dioprasikan
dengan mudah. Software SPKL memiliki database karakteristik tumbuh 113
komoditas tanaman dimana teknis pelaksanaanya dapat dilihat pada buku petunjuk
teknis evaluasi lahan untuk komoditas pertanian (BBSDP, 2011).
14

Sistem Penilaian Kesesuaian Lahan (SPKL) versi 2.0 merupakan aplikasi


evaluasi kesesuaian lahan yang mampu menyajikan system zona agroekologi
(AEZ) dari setiap satuan lahan yang dinilai. Metode evaluasi yang diterapkan
pada SPKL memiliki metode dengan pendekatan Maximum limiting factors yang
mengacu pada petunjuk teknis evaluasi lahan untuk komoditas pertanian (Balai
Penelitian Tanah, 2013) sedangkan pada kelas kesesuaian mengacu pada
Framework FAO (1976) yakni memiliki pembatas kelas yaitu S1, S2, S3, N
dengan adanya aplikasi SPKL bertujuan agar dapat membantu pengguna dalam
melakukan evaluasi kesesuain lahan secara lebih cepat dan tepat (Bachri et al.,
2016)

2.6 Karakteristik Tanah pada DAS Mikro Sumberagung

Kondisi karakteristik tanah di DAS Mikro Sumberagung sangat dipengaruhi


oleh aktivitas vulkanik dari Gunung Kelud. Erupsi Gunung Kelud memiliki
dampak yang cukup besar terhadap perkembangan tanah di DAS Mikro
Sumberagung dikarenakan lokasi DAS Mikro yang terletak di Lereng Barat
Gunung Kelud dan menjadi salah satu dari jalannya lahar dingin dari Gunung
Kelud. Karakteristik tanah pada daerah DAS Mikro Sumberagung cukup dominan
dengan pasir, debu dan batuan kerikil hal tersebut merupakan hasil dari tumpukan
material erupsi Gunung Kelud pada tahun 2014. Tanah dengan dominan pasir
cukup baik dalam perihal drainase karena dinilai cukup cepat dalam meloloskan
air dan tetap memberikan udara di dalam tanah yang cukup baik. Hal tersebut
cukup sesuai dengan karakteristik tanaman tebu yang cukup peka terhadap
ketersediaan udara di dalam tanah.
Tanah pada daerah gunung berapi aktif cenderung memiliki bahan induk
abu gunung api, gelas Vulcan, batu apung sinder dan bahan piroklastik lainya
yang cukup identik dengan sifat tanah andik yang termasuk dalam Ordo tanah
andisol. Tanah andisol cukup sering ditemukan pada daerah Vulkanik meskipun
seperti itu bukan berarti pada semua daerah vulkanik memiliki ordo tanah andisol
dan tidak semua andisol berkembang di daerah gunung vulkanik. Nursyamsi dan
Suprihati (2005) menyatakan tanah andisol mengandung kaolinit dan kristobalit
(oksida) dan mempunyai pH masam, Ca, Mg, dan Kdd kadar P, serta kejenuhan
15

basa (KB) rendah dan mempunyai kapasitas tukar kation (KTK) tanah tinggi.
Tanah andisol merupakan tanah yang kaya akan sumber hara walaupun tidak
sedikit juga kondisi tanah andisol dengan retensi hara P yang cukup tinggi,
produktivitas andisol yang tinggi sangat ditentukan oleh sifat dari bahan induk
yang terdiri dari komulatif deposit abu vulkan, solum tanah yang cukup yang
mengakibakan zona perakaran tidak terganggu, horizon humus cukup tebal dan
mengandung sejumlah C-organik dan air tesedia cukup banyak oleh karena itu
tanah andisol merupakan tanah yang cukup produktif. Hasil penelitian Endriani
dan Zurhalena (2008), diketahui bahwa sifat tanah andik memiliki bobot volume,
total ruang pori, distribusi pori, agregat, permeabilitas tanah dan kandngan bahan
organik tanah paling baik pada lahan hutan dan mengalami penurunan berturut
sesuai kondisi penggunaan lahan dan kelerengannya.

2.7 Analisa Metode Boundary Line

Boundary line analysis atau metode garis batas, merupakan salah satu
metode yang digunakan untuk menentukan suatu kriteria kesesuaian lahan baru
untuk suatu komoditas tertentu agar memiliki kriteria lahan yang sesuai pada
suatu daerah yang dievaluasi, pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan
dari Sutandi (1996), bahwa metode boundary line ialah salah satu metode yang
digunakan untuk menentukan kriteria baru pada kriteria kesesuaian lahan untuk
komiditas. Tahapan untuk melakukan analisa metode boundary line ialah,
melakukan survei lahan guna mendapatkan data sebagai dasar analisi keterkaitan
faktor lingkungan dan karakteristik lahan terhadap faktor produktivitas suatu
tanaman pada daerah survei. Selanjutnya dilakukan ploting data faktor lingkungan
terhadap produksi pada grafik. Sebaran atau distribusi titik sampling akan patuh
terhadap suatu model.
Grafik yang dihasilkan pada metode Boundary Line Analysis dapat
menggambarkan mengenai keterkaitan kondisi aktual dan mengetahui batas-batas
kelas kesesuaian lahan yang digunakan untuk acuan memodifikasi kriteria syarat
tumbuh baru terhadap suatu komoditas di lokasi tertentu. Hal tersebut guna
meningkatkan produktivitas suatu tanaman dengan pemberian perlakuan yang
sesuai dengan kebutuhannya secara tepat.
III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di DAS Mikro Sumberagung yang bertempat di Lereng


Barat Gunung Kelud yang termasuk dalam wilayah administrasi dari Kecamatan
Plosoklaten, Kab Kediri (Gambar 2). Pelakasanaa penelitian terbagi menjadi
empat tahapan pada tahap pertama yaitu tahap persiapan selanjutnya tahap survei
lapangan, Analisa laboratorium dan pengolahan data. Setiap tahapan telah
dijadwalkan sesuai pada Tabel 2.

Tabel 2. Jadwal pelaksanaan Penelitian


Kegiatan Waktu pelaksanaan

Persiapan April – Mei 2020

Survei Lapangan Mei – Juni 2020

Analisa Laboratorium Juni – Agustus 2020

Pengolahan Data Agustus – Oktober 2020

Validasi Lahan November - Desember 2020

3.2 Alat dan Bahan

Semua kegiatan penelitian di DAS Mikro Mikro Sumberagung didukung


oleh alat dan bahan yang telah tersaji dalam Tabel 3.
17

Tabel 3. Alat dan Bahan yang digunakan Penelitian


Alat Kegunaan
Sebagai penunjuk arah menuju titik
Avenza Maps
pengamatan
Sebagai penentu titik koordinat
GPS (Global position system)
pengambilan sampel
Untuk mendokumentasikan kegiatan
Kamera
sewaktu pengambilan sampel
Sebagai pencatat data saat berada di
Alat tulis
lapangan
Laptop/Komputer Untuk mengolah data
ArcGIS 10.3 Untuk mengelola data spasial
SPKL (Sistem Pendugaan Kesesuaian Untuk menyesuaikan kesesuaian lahan
Lahan) tanaman tebu secara cepat dan tepat
Sebagai penanda lokasi pengamatan
Patok
yang telah diambil
Microsoft office 2016 Untuk mengolah data non spasial
Sebagai alat pendukung dalam
Survey set kegiatan validasi lapangan dan
pengklasifiksaian tanah
Cangkul dan papras Untuk mengali profil dan minipit
Sebagai menggambil sampel bor pada
Bor tanah
minipit
Untuk menyimpan hasil sampel yang
Plastik
telah didapat
Ring sampel Untuk mengambil sampel BI tanah
Bahan Kegunaan
Untuk memberi nama pada hasil
Kertas Label
sampel yang didapat
Sebagai acuan terhadap pembuatan
Peta Observasi titik pengamatan dan Spl yang
didapatkan
Sampel tanah Sebagai bahan pengamatan uji lab
Peta Administrasi Untuk pembuatan peta SPL
Peta lereng Untuk pembuatan peta SPL
Peta DEM Untuk pembuatan peta SPL
Peta Geologi Untuk pembuatan peta SPL
Peta Tanah Untuk pembuatan peta SPL
Peta Penggunaan lahan Untuk pembuatan peta SPL
Sebagai peta acuan dalam penentuan
Peta SPL
titik pengamatan
18

Gambar 2. Peta Satuan Peta Lahan


19

3.3 Pelaksanaan Penelitian

3.3.1 Prasurvei
Perizinan lokasi pengamatan dikarenakan lokasi pengamatan terdapat
sebagian dalam area hak guna usaha dari PTPN X dan PTPN XII. Pembuatan peta
dasar seperti peta kelerengan, penggunaan lahan, peta DAS Mikro, peta geologi
dan peta tanah. Dari kelima peta tersebut perlu adanya kegiatan validasi terhadap
kelerengan, dan penggunaan lahan agar saat dioverlay dalam pembuatan peta
satuan penggunaan lahan (SPL) tidak banyak perbedaan dengan kondisi aktual.
Kegiatan validasi dinilai sangat penting dikarenakan akan berdampak pada hasil
dan rekomendasi yang akan didapatkan.

3.3.2 Wawancara dan Pembuatan Peta


Kegiatan wawancara bertujuan agar mengetahui bagaiamana cara budidaya
yang dilakukan oleh petani baik dari perawatan maupun dosis pupuk yang
digunakan oleh petani, selain itu yang tak kalah penting ialah data produktivitas
tanamanan tebu dalam kurun waktu tertentu hal tersebut menjadi faktor penentu
dari aspek ekonomi dalam keberlangsungan kegiatan budidaya. Langkah
selanjutnya ialah pembuatan peta SPL dengan mengoverlay peta kelerengan,
pengunaan lahan, formasi geologi. Pembuatan peta SPL dengan menggunakan
peta dasar yaitu peta administrasi yang didapatkan dari peta RBI Kabupaten
Kediri dengan skala 1:25.000 yang telah didigitasi ulang pada adaerah sekitar
DAS Mikro Sumberagung yang didapatkan dari hasil watershed pada peta Digital
Elevation Model (DEM)-SRTM dengan resolusi 30 meter. Selanjutnya ialah
pembuatan peta kelerengan dibuat menjadi enam kelas yaitu 0-3%,3-8%,8-
15%,15-25%,25-40% dan lebih dari 40% pembuatan peta kelerengan
menggunakan dasar dari peta DEM-SRTM resolusi 30 meter kemudian dislope
dengan skala pengerjaan 1:30.000 menggunakan Tools surface analysis.
Pembuatan peta geologi didapatkan dari peta geologi lembar Kediri tahun 1992
selanjutnya didigitasi berdasarkan lokasi DAS Mikro Sumberagung. Pembuatan
peta satuan Penggunaan Lahan (SPL) dengan cara overlay shapefile penggunaan
lahan, formasi geologi, serta kelerengan, hasil overlay didapatkan 10 SPL yang
nantinya sebagai acuan lokasi pengambilan sampel tanah untuk uji laboratorium.
20

3.3.3 Tahap Pengamatan Lapangan


Pengamatan lapangan dilakukan dengan dua kegiatan yaitu pengamatan
secara fisiografi dan morfologi pengamatan fisiografi dilakukan untuk
memastikan atau memvalidasi data yang telah didapat dengan kondisi aktual
lapang untuk pengamatan morfologi dilakukan dengan cara membuat minipit dan
melakukan pengeboran sebagai sampel untuk uji di laboratorium. Kedalaman
minipit yaitu 50 cm x 50cm x 50cm kegiatan yang dilakukan ialah penentuan
batas horizon, tebal horizon tanah, tekstur, struktur, jenis dan jumlah pori,
konsistensi tanah serta jika ada penciri lain.
Sampel tanah diambil berdasarkan dua kategori yaitu tanah terganggu dan
tanah tidak terganggu hal tersebut sesuai arahan dari petunjuk teknis pengamatan
tanah balai penelitian tanah (Puslitanah, 2004). Pengambilan tanah terganggu
guna untuk analisis kimia dan fisika di laboratorium sedangakan pengambila
sampel tanah tidak terganggu diperuntukan untuk parameter pengukuran berat isi
dan permeabilitas.
3.3.4 Analisa Laboratorium
Anilisa tanah dilakukan pada laboratorium fisika dan kimia di Departemen
tanah, Universitas Brawijaya. Pengujian mencakup Tekstur, Berat isi, kadar
kalium, natrium, kalsium, magnesium, kapasitas tuka kation, N total, pH baik
H2O dan KCl dan kandungan C-Organik di dalam tanah adapun metode yang
digunakan tertera pada Tabel 4.
Tabel 4. Metode Analisa uji Laboratorium
No. Jenis analisis Metode
1. Fisika Tanah
Tekstur Pipet
Berat isi Ring Volumetri
2. Kimia Tanah
Kalium dan Natrium 𝑁𝐻 Ac M, pH 7; AAS
AAS, Ekstraksi Perkolasi
Kalsium dan Magnesium
𝑁𝐻 Asetat 1M pH 7
N-Total Kjeldahl
𝑁𝐻 Ac 1, pH 7+ NaCl
Kapasitas Tukar Kation (KTK)
10% Titrimetri
P-Tersedia Olsen:Spektrofotometer
pH (H2O dan KCl) Eloctrade Glass 1:1
C-Organik Walkey and Black
21

3.3.5 Tahap Klasifikasi Tanah


Klasifikasi tanah dilakukan dengan mengacu pada tahapan-tahapan yang
telah dibuat oleh United States Departement of Agriculture (USDA) dalam buku
Kunci Taksonomi Tanah (2014). Klasifikasi tanah dilakukan dari kategori
tertinggi yaitu (ordo) sampai tingkat Sub-Grup.

3.3.6 Tahap Pengolahan Data


Tahapan ini dilakukan setelah mendapatkan hasil dari pengamatan dan
analisis tanah di lapangan maupun di laboratorium serta hasil dari wawancara
jumlah produktivitas tanaman tebu pada setiap musimnya. Pengolahan data
dilakukan menggunakan aplikasi ArcGIS dan SPKL versi 2.0. Matching kelas
kesesuaian lahan dengan data dari hasil peta SPL dan uji Laboratorium dari
sampel yang telah didapat dengan menggunakan aplikasi SPKL untuk
mendapatkan peta kesesuaian lahan dengan mengacu kriteria kesesuaian lahan
tanaman tebu (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011). Kemudian setelah data
kesesuaian lahan didapatkan, dilakukan analisa korelasi guna mengetahui
hubungan karakteristik lahan terhadap nilai produktivitas tanaman tebu, lalu di
lakukan regresi berganda stepwise guna mengetahui faktor permbatas apa saja
yang memiliki pengaruh terhadap produktivitas tebu. Selanjutnya dengan
pendekatan metode boundary line analysis didapatkan nilai sebaran data dari
faktor pembatas yang paling berpengaruh terhadap produktivitas tebu guna
memodifikasi batas kriteria kesesuaian lahan baru pada lahan tersebut (FAO,
1976).

3.3.7 Pembuatan Laporan


Pembuatan laporan dilakukan dengan menulis hasil dan pembahasan yang
telah dibandingkan dengan literatur-literatur terdahulu sehingga dapat menjadi
kasatuan laporan akhir yang nantinya dapat menjawab tujuan dari penelitian yang
dilakukan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Wilayah

4.1.1 Letak Geografis dan Administratif


Secara geografis lokasi penelitian terletak di koordinat 9.123.000 –
9.132.000 m S dan 624.000 – 640.000 m E dengan system proyeksi Universal
Transverse Mercator. Sedangkan secara administratif lokasi penelitian terletak
pada 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Plosoklaten dan Kecamatan Ngancar lokasi
tersebut meliputi 5 desa, di antaranya 3 desa terletak pada Kecamatan Plosoklaten
yaitu desa Jarak, Plosokidul dan Sepawon. Sedangkan 2 desa lain terletak pada
Kecamatan Ngancar yaitu Desa Sugih Waras dan Desa Babadan. Tetapi Sebagian
besar lokasi pengamatan yang tercakup DAS Mikro Sumberagung berada di
wilayah Plosoklaten. Peta Lokasi penelitian disajikan pada Gambar 3.

4.1.2 Geologi
Daerah aliran sungai Sumberagung berdasarkan peta geologi dengan skala
1:100.000 Lembar Kediri (Santosa dan Atmawinata, 1992) memiliki 3 formasi
geologi yaitu terdapat Qvpk yang terletak pada hulu DAS Mikro Sumberagung,
Qvk yang mendominasi hampir seluruh DAS Mikro Sumberagung dan Qvlh yang
terdapat pada tengah DAS Mikro Sumberagung. Formasi geologi Qvpk dan Qvk
memiliki sedikit perbedaan dalam batuan penyusun dan umur batuan yaitu pada
Qvk tersusun dari batuan Gunung Kelud dengan umur yang lebih muda memiliki
batuan penyusun lava, breksi, tuf, anglomerat, tuf dan lahar sedangkan pada
Qvpk merupakan susunan batuan Gunung Api Kelud yang lebih tua yang terdiri
dari lava, breksi gunung api, tuf breksi, tuf, dan lahar. Formasi Geologi yang
terakhir yang terdapat dalam DAS Mikro Sumberagung ialah Qvlh yaitu terbentuk
dari endapan lahar dari Gunung Kelud yang memiliki batuan penyusun krakal
hingga pasir gunung api, tuf, lempung dan sisa sisa tumbuhan.
23

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian


24

4.1.3 Kondisi Lereng, Relief dan Elevasi


DAS Mikro Sumber Agung memiliki bentukan lahan yang cukup beragam
dikarenakan kondisi wilayah yang terdapat pada bagian tengah hingga kaki
Gunung Kelud. Hal tersebut membuat kondisi lereng yang cukup beragam rata-
rata kelerengan pada DAS Mikro Sumberagung ialah 9,6% Hal tersebut juga
nampak pada perbedaan ketinggian pada hulu DAS Mikro Sumberagung
ketinggian mencapai1.050 mdpl sedangkan pada hilir DAS Mikro ketinggiannya
ialah 200 mdpl beda tinggi pada hulu hingga hilir mencapai 850 mdpl bentukan
lahan yang bergelombang juga nampak pada beberapa SPL dengan terdapat
kondisi sungai bekas aliran lahar dengan kondisi lereng yang curam.

4.1.4 Kondisi Iklim


Kondisi iklim di wilayah Kabupaten Kediri memiliki suhu tahunan
mencapai > 22°C rincian suhu dapat dilihat pada Tabel 12. Sedangkan rerata
kelembapan udara di Kabupaten Kediri mencapai 85,5%. Curah hujan rata-rata
pertahun di Kabupaten Kediri mencapai 130-150 mm pertahun dengan jumlah
rata-rata hari hujan 6 hingga 15 hari. Data yang diperoleh tersebut diolah dalam
aplikasi Java Newhall Simulation Model (JNSM) untuk memperoleh data rejim
kelembapan dan rejim suhu tanah pada titik pengamatan.
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumur Braak menunjukan bahwa
suhu di lokasi penelitian bernilai >22°C. Memiliki rejim kelembapan tanah udik
dengan dicirikan oleh kondisi tanah yang tidak kering kumulatif selama 90 hari
pada penampang kontrol di kedalaman 10-30cm dari permukaan tanah (Soil
Survey Staff, 2014). Rejim suhu tanah di lokasi penelitian termasuk dalam
kategori isohipotermik yang didasari tiap titik pengamatan rata-rata suhu
tahunanya bernilai >22°C.
Rumus Braak yaitu, Tx = 26,5 – 0,61 x h/100
Tx : Suhu udara pada ketinggian tempat (°C)
26,3°C : Suhu udara di permukaan air laut
h : Tinggi tempat (meter)
25

Tabel 5. Curah Hujan Kabupaten Kediri 2011-2020

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kediri

Tabel 6. Rejim Suhu dan Rejim Kelembapan Tanah


26

Gambar 4. Rerata Curah Hujan Kabupaten Kediri Tahun 2011-2020

Gambar 5. Perbandingan Bulan Basah dan Bulan Kering Kabupaten Kediri

4.1.5 Penggunaan Lahan dan Tanaman yang Dibudidayakan


Kondisi penggunaan lahan pada DAS Mikro Sumberagung sebagian besar
merupakan perkebunan dan tegalan dikarenakan kondisi lokasi penelitian yang
sulit untuk mendapatkan air. Tanaman yang cukup banyak dibudidayakan di
daerah penelitian ialah tanaman tebu, kopi, kakao, karet dan nanas. Beberapa jenis
tanaman tersebut cukup mudah dijumpai pada lokasi penelitian, mengingat
kondisi lapangan yang mayoritas tegalan dan sulit untuk mendapatkan air maka
lahan tidak memungkinkan untuk ditanami tanaman hortikultura.
27

4.1.6 Satuan Peta Lahan


Penggunaan lahan daerah penelitian terbagi menjadi lima yaitu terdapat
hutan alami, hutan produksi, pemukiman, semak belukar, dan tegalan. Penelitian
kali ini hanya berfokus pada penggunaan lahan tegalan yaitu tanaman tebu.
Berdasarkan hasil survey lapangan dan analisis data serta hasil proses overlay
shapefile penggunaan lahan, lereng, dan geologi menggunakan Software ArcGis
Kemudian didigitasi berdasarkan garis batas ketiga atribut tersebut, didapatkan
sublandform lereng vulkan bawah (VAB 1.1.5), sublandform aliran lahar (VAB
1.2), dan sublandform lungur vulkan (VAB 1.6) (Marsoedi et al., 1997). Peta
satuan peta lahan dapat dilihat pada lampiran 1.
Bentukan landform yang mudah dijumpai pada lokasi penelitian ialah
sublandform lereng vulkan bawah dengan kondisi lereng 0-3% dan 8-15%.
Sublandform lungur vulkan merupakan bagian punggung-punggung yang
terbentuk akibat erosi yang berlangsung cukup lama. Bentuk lahan ini bisa
terdapat pada lereng atas, lereng bawah, atau kaki vulkan, kelas lereng lunggur
vulkan yaitu 15-25%. Sublandform aliran lahar merupakan hasil atau akibat dari
aktivitas erupsi vulkan yang berupa aliran lahar dan terdapat pada bagian krucut
hingga kakinya yang umumnya terdiri atas bahan halus dan kasar. Kelas lereng
pada aliran lahar berkisaran 3-8%, 15-25% dan 25-40%. Rincian satuan peta lahan
dapat dilihat pada lampiran 7.

4.1.7 Taksa Tanah dan Satuan Peta Tanah


Lokasi DAS Mikro Sumberagung dapat dijumpai beberapa taksa tanah yang
berbeda (Gambar 6.). Berdasarkan peta tersebut taksa tanah Typic Udipsamments
sebagian besar terdapat pada daerah jalur lahar yang diperkirakan merupakan
luberan bahan induk yang mengendap pada saat terjadi lahar dingin di sekitar
daerah tersebut. Hasil survei menunjukan bahwa terdapat 7 taksa tanah di lokasi
penelitian yaitu, Typic Hummudepts, Entic Hummudepts, Typic Eutrudepts,
Typic Udipsamments, Arenic Eutrudepts, Typic Dystrudepts, dan Typic
Udorthents. Satuan taksa tanah tersebut tersebar dalam 10 satuan peta tanah
(SPT). Setiap SPT memiliki karakteristik lahan dan tanah yang berbeda. Rincian
Satuan Peta Tanah dapat dilihat pada Tabel 7.
28

Taksa tanah Typic Udipsamments memiliki sifat merupakan Udipsamments


lain yang terdapat epipedon umbrik dengan sifat merupakan tanah mineral sengan
sub ordo Samments ordo Entisol dengan tekstur tanah pasir dan rejim lengas tanah
udik. Taksa tanah Arenic Eutrudepts merupakan tanah yang memiliki kelas tekstur
dominan pasir pada seluruh horizon dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral.
Taksa tanah Typic Udorthents merupakan Udorthents yang lain dan merupakan
tanah baru memiliki epipedon okrik di karenakan tidak memiliki syarat pada 7
epipedo lain di karenakan terlampau tipis dan memiliki endopedon kambik
dengan sifat kelas tekstur pasir sangat halus dan terdapat alterasi fisik. Typic
Dystrudept merupakan udepts lain dan Dystrudept lain yang memiliki epipedon
okrik dan endopedon kambik. Taksa tanah selanjutnya terdapat Entic Humudepts
memiliki epipedon umbrik atau molik merupakan Hummudepts lain yang tidak
memiliki horizon kambik dan pada beberapa bagian epipedon umbrik atau molik
tidak memiliki syarat horizon kambik kecuali persyaratan warna. Typic
Eutrudepts memiliki sifat kejenuhan 60% atau lebih merupakan Eutrudepts lain.
Taksa tanah yang terakhir yaitu Typic Hummudepts sama dengan Hummudepts
lain yaitu memiliki epipedon umbrik atau molik dan merupakan Hummudepts
lain.
Satuan Peta Tanah 1 meliputi tanah yang terbentuk pada daerah Lereng
Vulkan Bawah dengan relief berombak dan kemiringan lereng berkisar antara 0-
3% di lokasi penelitian. Taksa tanah yang telah diidentifikasi menunjukan taksa
tanah Typic Hummudepts. Taksa tanah Typic Hummudepts juga ditemukan
dibeberapa SPT yaitu pada SPT 2.2, 3.2, dan 6.1 dengan terletak pada Lereng
Vulkan Bawah dan pada kelerengan 3-8% . Satuan Peta Tanah dengan taksa Entic
Hummudepts dapat ditemukan pada SPT 2.1 dan 10.2 dengan memiliki kesamaan
terletak di perbatasan sisi utara dari lokasi penelitian dengan kondisi terletak di
Lereng Bawah untuk SPT 2.1 dan Aliran Lahar pada SPT 10.2. terdapat beberapa
taksa tanah yang memiliki penyebaran cukup banyak di lokasi penelitian misalnya
Typic Udorthents dengan luasan kisaran hampir 350 Ha dari luas areal penelitian
penemuan dari taksa tanah Typic Udorthents di antara 3 titik pengamatan
memiliki suatu kesamaan yaitu memiliki lokasi di dekat aliran lahar dari DAS
Mikro Sumberagung.
29

Gambar 6. Peta Satuan Peta Tanah


30

Tabel 7. Satuan Peta Tanah Di lokasi Penelitian

4.2 Karakteristik Lahan

4.2.1 Retensi Hara


a. Kemasaman tanah
Karakteristik pH pada DAS Mikro Sumberagung baik pH H O maupun pH
KCl mengacu pada Pusat Penelitian Tanah (1983) memiliki sifat relatif netral
mengarah kemasam dikarenakan rata-rata pH H O mencapai 5,9 sedangkan untuk
pH KCl memiliki nilai rata-rata 4,9. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 8,
bahwa nilai tertinggi pH mencapai 7,7 pada pH H O yang terdapat pada titik 1.1
dan 9.2. Sedangkan pada pH KCl 6.9 pada titik 1.1 hal tersebut menunjukan
bahwa pada titik 1.1 merupakan kondisi pH yang terbaik jika dibandingkan
dengan titik lainnya mengacu kelas kesesuaian lahan Hardjowigeno dan
Widiatmaka (2011) dominan masuk dalam kriteria kelas kesesuaian lahan S1, S2
dan S3
31

Tabel 8. Kemasaman Tanah


No.SPT Titik Taksa Tanah pH H2O KKL
1 1.1 Typic Hummudepts 7,7 S2
1.2 Typic Hummudepts 6,6 S1
Asosiasi
2 2.1 Entic Hummudepts 6,3 S1
2.2 Typic Hummudepts 6,7 S1
Kompleks
3 3.1 Typic Eutrudepts 5,1 S2
3.2 Typic Hummudepts 6,8 S1
4 4.1 Typic Udipsamments 6,2 S1
4.2 Typic Udipsamments 5,4 S2
Asosiasi
5 5.1 Arenic Eutrudepts 6,1 S1
5.2 Typic Dystrudepts 4,9 S3
Kompleks
6 6.1 Typic Hummudepts 4,3 S3
6.2 Typic Dystrudepts 6,5 S2
7 7.1 Typic Dystrudepts 4,7 S3
7.2 Typic Dystrudepts 6,6 S2
Kompleks
8 8.1 Typic Udipsamments 4,3 S3
8.2 Typic Udorthents 5,7 S1
9 9.1 Typic Udorthents 5,1 S2
9.2 Typic Udorthents 7,7 S2
Asosiasi
10 10.1 Typic Udorthents 6 S1
10.2 Entic Hummudepts 5,7 S1
Keterangan : SPT (Satuan Peta Tanah) ; KKL : Kelas Kesesuaian lahan; Kemasaman
Tanah : S1 (sangat sesuai): 5,5 < -7,5., S2 (sesuai) : 5,0-<5,5 7,5-8., S3
(sesuai marjinal) < 5- >8.

b. Kandungan C-Organik Dalam Tanah


C-Organik pada daerah DAS Mikro Sumberagung mengacu pada (Bachri et
al, 2016) tergolong pada kelas sedang hingga sangat rendah hal tersebut
dibuktikan rata-rata kandungan C-Organik dalam tanah 1,05%. Kondisi terbaik
terdapat pada kelas sedang yaitu pada titik 5.2 vegetasi aktual tanaman Nanas hal
tersebut dipengaruhi budidaya tanaman nanas pada lahan tersebut menggunakan
pupuk organik yang cukup sering. Sedangkan kondisi terendah terdapat pada titik
3.2 dengan nilai 0,41%.
32

Tabel 9. C-Organik
No.SPT Titik Taksa Tanah C-Organik (%) KKL
1 1.1 Typic Hummudepts 1,2 S1
1.2 Typic Hummudepts 0,85 S2
Asosiasi
2 2.1 Entic Hummudepts 0,97 S2
2.2 Typic Hummudepts 1,6 S1
Kompleks
3 3.1 Typic Eutrudepts 1,33 S1
3.2 Typic Hummudepts 0,41 S3
4 4.1 Typic Udipsamments 0,58 S3
4.2 Typic Udipsamments 1,13 S1
Asosiasi
5 5.1 Arenic Eutrudepts 0,97 S2
5.2 Typic Dystrudepts 2,25 S1
Kompleks
6 6.1 Typic Hummudepts 1,92 S1
6.2 Typic Dystrudepts 1,29 S1
7 7.1 Typic Dystrudepts 0,81 S2
7.2 Typic Dystrudepts 0,9 S2
Kompleks
8 8.1 Typic Udipsamments 0,7 S3
8.2 Typic Udorthents 0,55 S3
9 9.1 Typic Udorthents 1,03 S2
9.2
Typic Udorthents 0,43 S3

Asosiasi
10 10.1 Typic Udorthents 1,28 S1
10.2 Entic Hummudepts 0,92 S2
Keterangan : SPT (Satuan Peta Tanah) ; KKL : Kelas Kesesuaian lahan; C-Organik : S1
(sangat sesuai): >1,2., S2 (sesuai) : 0,8-1,2., S3 (sesuai marjinal) <0,8.

c. Kapasitas Tukar Kation


Kapasitas Tukar Kation memiliki peranan cukup penting dalam ketersediaan
hara bagi tanaman. Ketersediaan KTK pada DAS Mikro Sumberagung memiliki
rata-rata 8 cmol/kg dimana nilai tersebut memiliki kelas rendah. Hampir seluruh
nilai KTK pada DAS Mikro Sumberagung memiliki kelas sangat rendah hingga
redah kecuali pada titik 1.1 dengan nilai KTK 19,75, titik tersebut memiliki kelas
sedang dengan penggunaan lahan tegalan dengan tanaman yang dibudidayakan
tebu. Mengacu pada kelas kesesuaian lahan Hardjowigeno dan Widiatmaka
33

(2011), hasil pada lokasi penelitian memasuki kriteria S2 dan S3 dikarenakan


memiliki kondisi kriteria sedang dan sangat rendah.

Tabel 10. Kapasitas Tukar Kation Tanah


No.SPT Titik Taksa Tanah KTK (cmol/kg Tanah) KKL
1 1.1 Typic Hummudepts 19,75 S1
1.2 Typic Hummudepts 10,34 S2
Asosiasi
2 2.1 Entic Hummudepts 7,21 S2
2.2 Typic Hummudepts 7,21 S2
Kompleks
3 3.1 Typic Eutrudepts 7,9 S2
3.2 Typic Hummudepts 7,67 S2
4 4.1 Typic Udipsamments 14,27 S2
4.2 Typic Udipsamments 5,29 S2
Asosiasi
5 5.1 Arenic Eutrudepts 5,17 S2
5.2 Typic Dystrudepts 5,19 S2
Kompleks
6 6.1 Typic Hummudepts 6,64 S2
6.2 Typic Dystrudepts 8,28 S2
7 7.1 Typic Dystrudepts 4,82 S3
7.2 Typic Dystrudepts 7,28 S2
Kompleks
8 8.1 Typic Udipsamments 8,33 S2
8.2 Typic Udorthents 4,88 S3
9 9.1 Typic Udorthents 6,9 S2
9.2
Typic Udorthents 12,17 S2

Asosiasi
10 10.1 Typic Udorthents 5,97 S2
10.2 Entic Hummudepts 5,7 S2
Keterangan : SPT (Satuan Peta Tanah) ; KKL : Kelas Kesesuaian lahan; Kapasitas Tukar
Kation : S1 (sangat sesuai): >16, S2 (sesuai) : 5-16, S3 (sesuai marjinal)
<5.
34

d. Kejenuhan Basa
Kejenuhan Basa pada DAS Mikro Sumberagung memiliki nilai rata-rata
yang tinggi mengacu pada Pusat Penelitian Tanah (1983) bahwa kondisi di DAS
Mikro Sumberagung memiliki keseburan tanah yang masih baik dari 20 sampel
hanya pada 5 sampel yang memiliki kelas tinggi sedangkan pada sampel yang lain
memiliki kelas sangat tinggi dengan nilai lebih dari 40%. Terutama pada titik 5.2
dan 8.2 memiliki nilai lebih dari 85 % menunjukan bahwa pada tanah tersebut
masih memiliki kondisi yang subur. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka
(2011) hasil yang didapatkan pada lokasi penelitian dapat masuk dalam kriteria S1
hingga S3 hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 kondisi KB diatas 50% dapat
memasuki klasifikasi S1, untuk S2 KB terdapat pada nilai 35-50% dan untuk
kelas S3 KB bernilai kurang dari 35%.
Tabel 11. Kejenuhan Basa

Keterangan : SPT (Satuan Peta Tanah) ; KKL : Kelas Kesesuaian lahan; Kejenuhan Basa
(%) : S1 (sangat sesuai): 50, S2 (sesuai) : 35 - 50, S3 (sesuai marjinal) <35.
35

4.2.2 Suhu Udara


Suhu udara pada lokasi penelitian menunjukan bahwa semakin tinggi tempat
maka suhu rata-ratanya semakin rendah. Lokasi penelitian berada di ketinggian
231-728 mdpl dengan kisaran suhu 21-24°C. Suhu di lokasi penelitian mengacu
Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011) termasuk kedalam kelas S1 dan S2 yang
dijabarkan pada Tabel 12.
Tabel 12. Temperatur di Lokasi Penelitian
Titik Suhu
No.SPT Taksa Tanah KKL
(°C)
1 1.1 Typic Hummudepts 24,9 S1
1.2 Typic Hummudepts 24,7 S1
Asosiasi
2 2.1 Entic Hummudepts 24,3 S1
2.2 Typic Hummudepts 24,2 S1
Kompleks
3 3.1 Typic Eutrudepts 22,4 S2
3.2 Typic Hummudepts 23,3 S2
4.1 Typic
4 24,6 S1
Udipsamments
4.2 Typic
24,7 S1
Udipsamments
Asosiasi
5 5.1 Arenic Eutrudepts 21,9 S3
5.2 Typic Dystrudepts 22 S2
Kompleks
6 6.1 Typic Hummudepts 23,6 S2
6.2 Typic Dystrudepts 24,7 S1
7 7.1 Typic Dystrudepts 22,9 S2
7.2 Typic Dystrudepts 23,1 S2
Kompleks
8.1 Typic
8 23,8 S2
Udipsamments
8.2 Typic Udorthents 24,6 S2
9 9.1 Typic Udorthents 23,2 S2
9.2
Typic Udorthents 24,6 S1

Asosiasi
10 10.1 Typic Udorthents 22,8 S2
10.2 Entic Hummudepts 23,9 S2
Keterangan : SPT (Satuan Peta Tanah) ; KKL : Kelas Kesesuaian lahan; Temperatur °C :
S1 (sangat sesuai): 24-30, S2 (sesuai) : >30-32 22-<24, S3 (sesuai
marjinal) >30-32 22-<24, N (tidak sesuai) >34.
36

4.2.2 Ketersediaan Air


Kondisi lapangan dari lokasi penelitian dinilai kurang terdapat sumber air
yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya pertanian. Hal tersebut dapat dilihat dari
cara budidaya dari petani pada daerah tersebut sebagian besar petani
mengandalkan embun dan air hujan sebagai sumber air utama dalam melakukan
budidaya baik tanaman tebu, nanas, maupun perkebunan karet. Keberagaman
budidaya baru dapat terlihat pada bagian hilir dari DAS Mikro Sumberagung
dikarenakan mulai melimpahnya air pada daerah tersebut. Tanaman yang banyak
dibudidayakan pada daerah bagian atas ialah tebu, nanas dan tanaman perkebunan
seperti karet, jeruk, kopi dan kakao. Jumlah bulan basah rata rata dalam DAS
Mikro Sumberagung memiliki 6 bulan basah dan 6 bulan kering menjadikan
kondisi yang cukup sesuai dalam kesesuaian lahan tanaman tebu.

4.2.3 Hara Tersedia


A. Kandungan N-Total
Ketersediaan N-Total pada lokasi penelitian tergolong sangat rendah hingga
sedang hal tersebut mengacu pada pedoman kesesuaian lahan (Hardjowigeno dan
Widiatmaka, 2011) dibuktikan dari hasil yang tertera pada Tabel 13. yang didapat
pada titik 3.2 dengan vegetasi perkebunan tanaman karet hanya memiliki
kandungan N-total mencapai 0,06% nilai tersebut masuk dalam kelas sangat
rendah dikarenakan memiliki nilai kurang dari 0,1% sedangkan untuk jumlah N-
total tertinggi didapatkan dengan nilai 0.42 yaitu memiliki kelas sedang dengan
penggunaan lahan tegalan dengan tanaman nanas dan sengon sebagai tanaman
budidaya pada daerah tersebut. Tingginya kandungan N-total pada daerah tersebut
diperkirakan karena adanya tanaman sengon yang dapat menyediakan unsur dari
Nitrogen itu sendiri.
37

Tabel 13. Kandungan N-Total


No.SPT Titik Taksa Tanah N Total (%) KKL
1.1 Typic
1 0,18 S2
Hummudepts
1.2 Typic
0,12 S2
Hummudepts
Asosiasi
2 2.1 Entic Hummudepts 0,3 S1
2.2 Typic
0,24 S1
Hummudepts
Kompleks
3 3.1 Typic Eutrudepts 0,12 S2
3.2 Typic
0,06 S3
Hummudepts
4.1 Typic
4 0,1 S2
Udipsamments
4.2 Typic
0,16 S2
Udipsamments
Asosiasi
5 5.1 Arenic Eutrudepts 0,23 S1
5.2 Typic Dystrudepts 0,29 S1
Kompleks
6.1 Typic
6 0,42 S1
Hummudepts
6.2 Typic Dystrudepts 0,13 S2
7 7.1 Typic Dystrudepts 0,27 S1
7.2 Typic Dystrudepts 0,2 S2
Kompleks
8.1 Typic
8 0,18 S2
Udipsamments
8.2 Typic Udorthents 0,1 S2
9 9.1 Typic Udorthents 0,3 S1
9.2
Typic Udorthents 0,11 S2
Asosiasi
10 10.1 Typic Udorthents 0,25 S1
10.2 Entic Hummudepts 0,19 S2
Keterangan : SPT (Satuan Peta Tanah) ; KKL : Kelas Kesesuaian lahan;
Kandungan N-Total : S1 > 0,20., S2 0,10 - 0,20., S3 < 0,10.
B. Kandungan P-Tersedia
Kandungan P-Tersedia didalam tanah pada lokasi penelitian termasuk dalam
kondisi cukup rendah hal tersebut mengacu pada pusat penelitian tanah (1983)
bahwa pada SPT 1, 2 (Typic Hummudepts), 3, 4.1, 6 (Typic Hummudepts), 7, 8,
dan 10 termasuk dalam kategori sangat rendah sedangkan Kandungan P O SPT
yang memiliki kondisi cukup baik atau sedang terdapat di SPT 2, 4.2, 5, dan 9.
38

hasil yang didapatkan juga diperkuat dengan acuan (Hardjowigeno dan


Widiatmaka, 2011) bila mana kondisi P-tersedia dalam lokasi penelitian termasuk
dalam kelas kesesuaian lahan S2 pada SPT yang memiliki nilai P-Tersedia lebih
dari 26 hingga 45 sedangkan untuk kategori S3 dapat dilihat pada Tabel 14. SPT
yang memiliki nilai kurang dari 10 dikategorikan pada kelas kesesuaian lahan S3.

Tabel 14. Kandungan P-Tersedia


No.SPT Titik Taksa Tanah P tersedia (mg/100g) KKL
1 1.1 Typic Hummudepts 12,7 S2
1.2 Typic Hummudepts 4,1 S3
Asosiasi
2 2.1 Entic Hummudepts 24,8 S2
2.2 Typic Hummudepts 11,1 S2
Kompleks
3 3.1 Typic Eutrudepts 6,3 S2
3.2 Typic Hummudepts 2,5 S3
4 4.1 Typic Udipsamments 5,5 S3
4.2 Typic Udipsamments 32,4 S1
Asosiasi
5 5.1 Arenic Eutrudepts 25,6 S1
5.2 Typic Dystrudepts 16,6 S2
Kompleks
6 6.1 Typic Hummudepts 12,9 S2
6.2 Typic Dystrudepts 16,6 S2
7 7.1 Typic Dystrudepts 7,9 S2
7.2 Typic Dystrudepts 0,9 S3
Kompleks
8 8.1 Typic Udipsamments 3,3 S3
8.2 Typic Udorthents 6,8 S2
9 9.1 Typic Udorthents 23,2 S2
9.2
Typic Udorthents 42,7 S1

Asosiasi
10 10.1 Typic Udorthents 11,6 S2
10.2 Entic Hummudepts 9 S2
Keterangan : SPT (Satuan Peta Tanah) ; KKL : Kelas Kesesuaian lahan; Kandungan P O
: S1 > 25., S2 6 – 25., S3 < 6.
39

C. Kandungan Kdd
Ketersediaan K-dd pada lokasi penelitian memiliki nilai rata-rata yang
cukup baik dengan masuk pada kelas sedang dengan nilai 0.4 cmol/kg. terlihat
pada Tabel 15 terdapat 4 titik yang memasuki kelas sangat rendah dikarenakan
memiliki nilai kurang dari 0,1 cmol/kg sedangkan perbedaan yang paling
mencolok terdapat pada titik 9.2 yang memiliki penggunaan lahan tegalan dengan
vegetasi diatasnya ialah tebu pada titik tersebut memiliki nilai K-dd tertinggi
yaitu 2.73 cmol/kg maka dengan nilai lebih dari 1 cmol/kg titik 9.2 memiliki kelas
ketersedian K-dd sangat tinggi. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011)
dari hasil yang didapatkan kondisi K tersedia pada lokasi penelitian dapat
memasuki kriteria mulai S1 hingga S3. Kondisi kriteria S1 dapat diwakilkan dari
titik 9.2 dikarenakan memiliki nilai lebih dari 1 cmol/kg dan untuk beberapa SPT
2.1, 3.2, 5.2, dan 7.2 memiliki kelas kesesuaian lahan S3 dikarenakan memiliki
kondisi K tersedia di dalam tanah sangat rendah.

4.2.4 Media Perakaran


Karakterisitik tanah tersusun dari 3 fraksi utama yaitu terdapat pasir, debu
dan liat. Berdasarkan hasil analisis dari segitiga tekstur. Mendapatkan hasil tekstur
tanah dilokasi DAS Mikro Sumberagung yaitu lempung berdebu, lempung
berpasir, pasir berlempung, dan pasir. Tekstur tanah pasir dapat dijumpai pada
lokasi SPT 5 (Arenic Eutrudepts) dan 8 (Typic Udorthents) tekstur pasir memiliki
ciri utama tidak dapat membentuk gulungan, tekstur kasar dan tidak lekat. Tekstur
tanah lempung berdebu dapat dijumpai pada SPT 5 (Typic Dystrudepts) dengan
ciri tekstur tanah licin, membentuk bola teguh, memiliki permukaan yang
mengkilat, serta agak lekat. Tekstur tanah pasir berlempung terdapat pada SPT 3
(Typic Hummudepts), SPT 4 dan 5 (Typic Dystrudepts) dan yang terakhir pada
SPT 9.1 dan 10 (Typic Udorthents) dengan ciri tekstur sangat kasar dapat
membentuk bola mudah hancur, serta agak lekat. Tekstur yang terakhir dan
memiliki sebaran cukup luas pada lokasi DAS Mikro Sumberagung ialah lempung
berpasir dapat dijumpai pada SPT 1, 2, dan 3 (Typic Eutrudepts), SPT 6 (Typic
Dystrudepts), 7, 8, (Typic Udipsamments), 9.2 dan 10 (Entic Hummudepts).
Tekstur tanah pada lokasi penelitian termasuk dalam kelas kesesuaian lahan
N dan S3 hal tersebut mengacu pada Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011)
40

menyatakan bahwa tanah dengan tekstur kasar dan agak kasar masuk pada kelas
kesesuaian N (tidak sesuai) dan S3 (sesuai marjinal). Pada kedua kelas tersebut
dapat dijabarkan pada Tabel 16. Faktor lain yang menjadi instrunen dalam media
perakaran ialah kedalaman tanah. Kedalaman tanah di lokasi penelitian berada
pada rentang 27 hingga 80 cm dengan ditentukan berdasarkan batas perakaran
yang terdapat di titik dan profil tanah.

4.2.5 Kelas Bahaya Erosi


Kelas bahaya erosi menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011) untuk
kesesuaian lahan tanaman tebu terbagi menjadi 4 kelas pada Kelas S1
menghendaki kriteria bahaya erosi sangat ringan, kelas S2 bahaya erosi ringan,
kelas S3 bahaya erosi sedang dan kelas N memiliki bahaya erosi berat. Bahaya
erosi memiliki keterkaitan dengan kondisi kelerengan mulai dari 0 – lebih dari
30% . Lokasi DAS Mikro Sumberagung memiliki kondisi dimana kelerengan dan
bahaya erosi cukup sesuai dengan karakteristik kesesuaian lahan menurut
Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011) dimana terdapat pada Tabel 17, kondisi
bahaya erosi yang cukup berat hanya nampak pada SPT 8.2 dengan kondisi
kelerengan 15%, sedangkan pada DAS Mikro Sumberagung beberapa lokasi
pengamatan memiliki kelerengan yang agak curam dengan nilai 18% terdapat
pada SPT 2.1, 10.2 dengan tingkat bahaya erosi yang ringan. Kelas kesusaian
lahan menurut bahaya erosi dan kelerengan dijabarkan pada Tabel 17.
41

Tabel 15. Kandungan Kdd


Titik K-dd
No.SPT Taksa Tanah KKL
(cmol/kg)
1 1.1 Typic Hummudepts 0,28 S3
1.2 Typic Hummudepts 0,19 S3
Asosiasi
2 2.1 Entic Hummudepts 0,06 S3
2.2 Typic Hummudepts 0,66 S1
Kompleks
3 3.1 Typic Eutrudepts 0,19 S3
3.2 Typic Hummudepts 0,07 S3
4 4.1 Typic Udipsamments 0,11 S3
4.2 Typic Udipsamments 0,19 S3
Asosiasi
5 5.1 Arenic Eutrudepts 0,24 S3
5.2 Typic Dystrudepts 0,04 S3
Kompleks
6 6.1 Typic Hummudepts 0,25 S3
6.2 Typic Dystrudepts 0,43 S2
7 7.1 Typic Dystrudepts 0,1 S3
7.2 Typic Dystrudepts 0,04 S3
Kompleks
8 8.1 Typic Udipsamments 0,5 S2
8.2 Typic Udorthents 0,21 S3
9 9.1 Typic Udorthents 0,47 S2
9.2
Typic Udorthents 2,73 S3

Asosiasi
10 10.1 Typic Udorthents 0,25 S3
10.2 Entic Hummudepts 0,11 S3
Keterangan : SPT (Satuan Peta Tanah) ; KKL : Kelas Kesesuaian lahan; K-dd: S1 0,6 -
>1., S2 0,3-0,5., S3 ≤ 0,2.
42

Tabel 16. Kelas Kesesuaian lahan tanaman tebu dengan faktor Pembatas
Kedalaman dan Tekstur tanah
NO. Titik Taksa Tanah Kedalaman KKL Tekstur Tanah KKL
SPT tanah (cm)
1 1.1 Typic Humudepts 27 N Lempung Berpasir S3
1.2 Typic Humudepts 50 S3 Lempung Berpasir S3

Asosiasi
2 2.1 Entic Humudepts 80 S1 Lempung Berpasir S3

2.2 Typic Humudepts 50 S3 Lempung Berpasir S3

Kompleks
3 3.1 Typic Eutrudepts 75 S2 Lempung Berpasir S3
3.2 Typic Humudepts 50 S3 Pasir Berlempung N

4 4.1 Typic 41 S3 Pasir Berlempung N


Udipsamments
4.2 Typic 50 S3 Pasir Berlempung N
Udipsamments
Asosiasi
5 5.1 Arenic Eutrudepst 50 S3 Pasir N
5.2 Typic Dystrudepts 50 S3 Pasir Berlempung N
Kompleks
6 6.1 Typic Humudepts 37 N Lempung Berdebu S1
6.2 Typic Dystrudepts 50 S3 Lempung Berpasir S3
7 7.1 Typic Dystrudepts 35 N Lempung Berpasir S3
7.2 Typic Dystrudepts 35 N Lempung Berpasir S3
Kompleks
8 8.1 Typic 31 N Lempung Berpasir S3
Udipsamments
8.2 Typic Udorthents 50 S3 Pasir N
9 9.1 Typic Udorthents 50 S3 Pasir Berlempung N
9.2 Typic Udorthents 50 S3 Lempung Berpasir S3
Asosiasi
10 10.1 Typic Udorthents 50 S3 Pasir Berlempung N
10.2 Entic Hummudepts 31 N Lempung berpasir S3
Keterangan : SPT (Satuan Peta Tanah) ; KKL : Kelas Kesesuaian lahan; Kedalaman tanah
S1 (sangat sesuai) : >75, S2 (sesuai) : 55-75cm, S3 (sesuai marjinal) : 40-
<55, N (tidak sesuai) : 30->40; KKL : Kelas Kesesuaian Lahan ; Tekstur:
S1 (sangat sesuai) : halus, sedang, S2 (sesuai) : agak halus, S3 (sesuai
marjinal) : agak kasar, N (tidak sesuai) : kasar.
43

Tabel 17. Kelas Kesesuaian lahan tanaman tebu dengan faktor Pembatas Bahaya
Erosi dan Kelerengan
NO. Titik Taksa Tanah Bahaya KKL Kelerengan KKL
SPT Erosi
1 1.1 Typic Humudepts Ringan S2 4 S1
1.2 Typic Humudepts Ringan S2 5 S1

Asosiasi
2 2.1 Entic Humudepts Ringan S2 4 S1

2.2 Typic Humudepts Ringan S2 18 S3

Kompleks
3 3.1 Typic Eutrudepts Ringan S2 15 S3
3.2 Typic Humudepts Ringan S2 14 S2
4 4.1 Typic Ringan S2 2 S1
Udipsamments
4.2 Typic Ringan S2 2 S1
Udipsamments
Asosiasi
5 5.1 Arenic Eutrudepst Ringan S2 6 S1
5.2 Typic Dystrudepts Ringan S2 6 S1
Kompleks
6 6.1 Typic Humudepts Ringan S2 11 S2
6.2 Typic Dystrudepts Ringan S2 1 S1
7 7.1 Typic Dystrudepts Ringan S2 14 S2
7.2 Typic Dystrudepts Sedang S3 14 S2
Kompleks
8 8.1 Typic Ringan S2 14 S2
Udipsamments
8.2 Typic Udorthents Berat N 15 S2
9 9.1 Typic Udorthents Ringan S2 8 S2
9.2 Typic Udorthents Ringan S2 1 S1
Asosiasi
10 10.1 Typic Udorthents Ringan S2 14 S2
10.2 Entic Hummudepts Ringan S2 18 S3
Keterangan : SPT (Satuan Peta Tanah) ; KKL : Kelas Kesesuaian lahan; Bahaya erosi S1
(sangat sesuai) : Sangat Ringan, S2 (sesuai) : Ringan, S3 (sesuai marjinal) :
Sedang, N (tidak sesuai) : Berat; KKL : Kelas Kesesuaian Lahan ;
Kemiringan Lereng: S1 (sangat sesuai) : 0-8%, S2 (sesuai) : 8-15%, S3
(sesuai marjinal) : 15-30%, N (tidak sesuai) : >30%.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Evaluasi Kesesuaian Tanaman Tebu dan Produktivitas Aktual


Pembudidayaan tanaman tebu pada DAS Mikro Sumberagung dinilai cukup
dominan, tetapi setelah dilakukan running data dengan menggunakan aplikasi
SPKL terbukti bahwa pada Daerah Aliran Sungai Sumberagung memiliki kelas
44

sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N) hal tersebut dikarenakan adanya faktor
faktor pembatas seperti terlalu rendahnya kejenuhan basa pada beberapa kondisi
tanah pada DAS Mikro Sumberagung, selanjutnya terdapat kondisi tekstur tanah
yang kurang sesuai terhadap budidaya tebu, kondisi kedalaman tanah yang kurang
sesuai juga menjadi faktor penghambat pada DAS Mikro Sumberagung faktor
pembatas lain yang berpengaruh yaitu pH yang cenderung asam bagi tanaman
tebu dan kelerengan yang relatif curam di daerah perbukitan pada DAS Mikro
Sumberagung (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011). Faktor faktor pembatas
yang dinilai memiliki dampak terbesar ialah kondisi tekstur tanah dan kedalaman
tanah. Kedalaman tanah optimal yang dikehendaki pada tanaman tebu ialah 75 cm
tetapi tanaman tebu masih dapat mentolerir hingga kedalaman 50-30 cm. tekstur
tanah yang optimal untuk perakaran tanaman tebu cenderung pada tekstur halus
hingga agak kasar sedangkan pada kondisi aktual di lapang kondisi tekstur tanah
pada DAS Mikro Sumberagung cenderung kekasar hal tersebut menyebabkan rata
rata kelas tekstur pada DAS Mikro Sumberagung masuk ke kelas S3 atau sesuai
tapi marjinal (Djaenudin et al., 2011).
Total luasan lahan pada kelas kemapuan lahan sesuai marjinal (S3) di DAS
Mikro Sumberagung ialah 758,88 Ha sedangkan pada kelas kesesuaian lahan tidak
sesuai (N) untuk tanaman tebu mencapai 428,7 Ha untuk areal lahan aktual
dengan budidaya tanaman tebu saat ini mencapai 915,54 Ha. Berdasarkan hasil
analisis karakteristik dan kualitas lahan secara keseluruhan yang dilakukan di
DAS Mikro Sumberagung Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri, didapatkan
kelas kesesuaian lahan aktual yang mengacu pada kriteria (Hardjowigeno dan
Widiatmaka, 2011; dan BBSDLP, 2011) termasuk dalam kelas S3 (sesuai
marjinal) dan N (tidak sesuai). Secara umum Sebagian besar satuan peta tanah
memiliki kelas kesesuaian tanah S3. Produktivitas rata-rata tanaman tebu di
Indonesia hanya mencapai 76 ton/Ha pada tahun 2013 tetapi pada lahan tebu
rakyat dapat mencapai produktivitas hingga 100 ton/Ha menurut (Anna, 2022)
tanaman tebu digolongkan menjadi S2 dan S3 yang dapat dilihat melalui Tabel
18.
45

Tabel 18. Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Hardjowigeno dan Widiatmaka, (2011).
No.
Taksa Tanah Sub KKL Faktor pembatas
SPT
Typic
1 S3rc/nr/na tekstur, kedalaman tanah, KB, K-dd
Hummudepts
Typic
S3 rc/nr struktur, kedalaman tanah, K-dd, P tersedia
Hummudepts
Asosiasi
Entic
2 S3 rc/na Tekstur, K-dd
Hummudepts
Typic
S3 rc/eh Tekstur, kedalaman tanah, lereng
Hummudepts
Kompleks
S3
3 Typic Eutrudepts Tekstur, KB, Lereng, K-dd
rc/nr/eh/na
Typic
N rc Tekstur
Hummudepts
Typic
4 N rc Tekstur
Udipsamments
Typic
N rc Tekstur
Udipsamments
Asosiasi
5 Arenic Eutrudepts N rc Tekstur
Typic Dystrudepts N rc Tekstur
Kompleks
Typic
6 S3 rc/fnr Kedalaman tanah, pH
Hummudepts
Typic Dystrudepts S3 rc/na Drainase, tekstur, kedalaman tanah, K-dd
7 Typic Dystrudepts S3 rc/nr/na tekstur, KTK, kedalaman tanah, pH, K-dd
Kedalaman tanah, tekstur, KB, K-dd, P-
Typic Dystrudepts S3 rc/nr/nr
tersedia
Kompleks
Typic Tekstur, kedalaman tanah, pH, C-organik,
8 S3 rc/nr/na
Udipsamments P-tersedia
Typic Udorthents N rc/eh tekstur, bahaya erosi
9 Typic Udorthents N rc Tekstur
Typic Udorthents S3 rc/nr/na Tekstur, kedalaman tanah, c-organik, K-dd
Asosiasi
10 Typic Udorthents N rc Tekstur
Entic
S3 rc/eh/na Kedalaman tanah, tekstur, lereng, K-dd
Hummudepts
Keterangan: SPT (Satuan Peta Tanah); SubKKL; Sub Kelas Kesesuaian Lahan; acuan
kriteria dari Hardjowigeno dan Widiatmaka, (2011).
46

Tabel 19. Produksi Aktual Tenaman Tebu pada Setiap SPL


Luas
No. Lereng Produksi Produktivitas
Kode SPL Sub Landform Litologi Relief Landuse
SPL (%) (Ton) (Ton/Ha)
Ha %
Lereng Volkan
1 Qvk.Vab.115.0-3%.u.W Lava, Breksi Tuf 0-3 Datar Tegalan 46,2 3,8 3.836 83,03
Bawah
Lereng Volkan 42,
2 Qvk.Vab.115.3-8%.u.E Lava, Breksi Tuf 3-8 Berombak Tegalan 510,1 42.346 83,01
Bawah 2
Lereng Volkan
3 Qvk.Vab.115.8-15%.r.E Lava, Breksi Tuf 8-15 Bergelombang Tegalan 49,6 4,1 4.114 83,9
Bawah
4 Qvk.Vab.12.3-8%.u.E Aliran Lahar Lava, Breksi Tuf 3-8 Berombak Tegalan 35,1 2,1 2.908 82,84

5 Qvk.Vab.16.15-25%.c.E Lungur volkan Lava, Breksi Tuf 15-25 Berbukit Kecil Tegalan 56,5 4,7 3.995 70,70
Lereng Volkan
6 Qvlh.Vab.115.3- 8%.u.E Kerakal Pasir, Tuf 3-8 Berombak Tegalan 46,5 3,9 3.861 83,03
Bawah
Qvlh.Vab.115.8- Lereng Volkan
7 Kerakal Pasir, Tuf 8-15 Bergelombang Tegalan 15,2 1,3 1.261 82,96
15%.r.E Bawah
8 Qvlh.Vab.12.3-8%.u.E Aliran Lahar Kerakal Pasir, Tuf 3-8 Berombak Tegalan 229,5 19 19.046 82,98
Qvlh.Vab.12.25-
9 Aliran Lahar Kerakal Pasir, Tuf 25-40 Berbukit Tegalan 103,3 8,6 7.231 70
40%.h.E
Qvlh.Vab.12.15-
10 Aliran Lahar Kerakal Pasir, Tuf 15-25 Berbukit Kecil Tegalan 82,1 6,8 5.750 70,03
25%.c.E
47

Tabel 20. Kelas Kesesuaian Lahan Per Satuan Peta Tanah Menurut Presentase
Produktivitas Tanaman Tebu
NO. Taksa Tanah komoditas Prod Presentase KKL
SPT (Ton/Ha) Produktivitas
1 Typic Humudepts Tebu 83,3 69,42 % S2

Typic Humudepts Tebu 83,3 69,42 % S2

Asosiasi
2 Entic Humudepts Tebu 83 69,17 % S2

Typic Humudepts Tebu 83 69,17 % S2

Kompleks
3 Typic Eutrudepts Tebu 82,9 69,08 % S2
Typic Humudepts Karet -

4 Typic Tebu 82,85 69,04 % S2


Udipsamments
Typic Tebu 82,85 69,04 % S2
Udipsamments
Asosiasi
5 Arenic Eutrudepst Tebu 70,71 58,93% S3
Typic Dystrudepts Nanas -
Kompleks
6 Typic Humudepts Nanas -
Typic Dystrudepts Tebu 83,3 69,42 % S2
7 Typic Dystrudepts Nanas -
Typic Dystrudepts Tebu 82,96 69,13 % S2
Kompleks
8 Typic Nanas -
Udipsamments
Typic Udorthents tebu 83 69,17 % S2
9 Typic Udorthents Nanas -
Typic Udorthents Tebu 70 58,33 % S3
Asosiasi
10 Typic Udorthents Tebu 70,04 58,37 % S3
Entic Hummudepts Nanas -
Keterangan : SPT ( Satuan Peta Tanah) ; KKL : Kelas Kesesuaian lahan; Potensi
produktivitas tanaman Tebu 120 Ton/Ha ; Presentase S1 (sangat
Sesuai):80-100%;S2 (sesuai): 60-80%; S3 (sesuai marjinal); 40-60%; N
(tidak sesuai): <40%.
48

Gambar 7. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual


49

4.4 Modifikasi Kriteria dan Kelas Kesesuaian Lahan

Modifikasi kriteria kesesuaian lahan dilakukan pada karakteristik-


karakteristik lahan yang memiiki pengaruh signifikan terhadap produktifitas tebu
dan diketahui melalui analisis stepwise. Modifikasi kriteria kesesuaian lahan
dilakukan untuk meningkatkan nilai kesesuaian lahan di daerah penelitian dengan
spesifikasi karakteristik tertentu. Modifikasi dilakukan dengan Boundary line
analysis.

4.4.1 Modifikasi Kriteria dan Kelas Kesesuaian Lahan


Karakteristik lahan yang mempengaruhi produktifitas tanaman tebu dapat
diketahui melalui analisis korelasi. Hasil analisis korelasi menunjukan bahwa dari
setiap karakteristik tanah yang dianalisis yaitu pada ketersediaan air (curah hujan),
media perakaran (tekstur dan kedalaman tanah), ketersediaan oksigen (Drainase),
retensi hara (KTK tanah, pH aktual, dan C-Organik ), Hara tersedia (N-Total, P-
Tersedia, dan K-dd), serta bahaya erosi (Lereng, dan bahaya erosi), terdapat dua
karakteristik yang paling berpengaruh terhadap produktivitas tanaman tebu di
lokasi penelitian yaitu tekstur tanah pH.
Tekstur tanah sendiri merupakan suatu karakteristik pada lahan yang
memiliki pengaruh signifikan terhadap produktivitas tanaman tebu (p<0.05),
dengan nilai koefisien korelasi 0,462 (Lampiran 8). berdasarkan analisis regresi,
kedua variable tersebut dapat digambarkan dengan persamaan linier y =3,31 x +
72,14 dengan 𝑅 = 0,213. Hal ini menunjukan bahwa tekstur tanah memiliki
dampak atau pengaruh langsung terhadap produktivitas tanaman tebu sebesar
21,3%. Berdasarka nilai korelasi yang didapat tekstur dan produktivitas tanaman
tebu memiliki hubungan positif (berbanding lurus). Merujuk pada Gambar 8
Menunjukan bahwa dengan peningkatan tekstur tanah juga dapat meningkatkan
produktivitas pada tanaman tebu itu sendiri. Penentuan skor tekstur tanah
berdasarkan buku petunjuk pengoprasian SPKL Versi 2.0.
Kemasaman tanah pada DAS Mikro Sumberagung memiliki pengaruh
signifikan terhadap produktivitas tanaman tebu (p<0.05) dengan koefisiesn
kolerasi 0,452 (Lampiran 8). Berdasarkan analisis regresi, kedua variabel tersebut
dapat digambarkan dengan persamaan linier y= -26.02 + 14.7*x dengan 𝑅 =
50

20.6. berdasarkan Gambar 9 menunjukan bahwa berhubungan secara positif dan


meningkatnya pH tanah akan diikuti dengan peningkatan produksi hingga batas
tertentu.
Produktivitas (ton/Ha)

Tekstur Tanah
Gambar 8. Hubungan tekstur tanah terhadap produktivitas Tebu
Produktivitas (ton/Ha)

pH
Gambar 9. Hubungan pH tanah Terhadap Produktivitas Tebu

Teksur tanah merupakan bagian dari faktor pembatas yang permanen atau
dapat dikatakan tidak dapat diperbaiki. Tekstur tanah memiliki peran penting
dalam kaitanya dengan produktivitas tanaman. Tanah yang memiliki tekstur
51

dominan pasir akan memiliki daya ikat baik air ataupun bahan organik lainya
sangat kecil. Dalam keadaan tanah tersebut, pertumbuhan akar tanaman akan
berkembang dengan baik. Akar akan dapat melakukan proses penetrasi ke dalam
tanah akan mudah. Drainase dan aerasi pada tekstur tanah dominan pasir akan
cenderung cukup baik. Namun tekstur tanah berpasir cenderung mudah melepas
unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Tanaman akan sulit untuk
mendapatkan atau mengikat unsur hara dan menyebabkan pertumbuhan tanaman
akan terganggu.
Tanah yang memiliki tekstur dominan liat justru memiliki kebalikan dengan
kondisi tekstur dominan pasir dikarenakan kondisi tekstur dominan liat memiliki
pori-pori tanah yang kecil hal tersebut menyebabkan jika tanah mudah jenuh
terhadap air yang dapat membuat kondisi tanah lengket saat basah dan mengeras
saat kering hal tersebut dapat mengganggu penetrasi akar pada tumbuhan.
Sedangkan untuk drainase dan aerasi jug cukup buruk jika memiliki presentase
dominan liat saat kondisi basah tanaman akan sulit dalam mengikat gas gas yang
berguna bagi proses fisiologi tumbuhan dan air pada tanah dominan liat akan tidak
mudah hilang hal tersebut dapat menimbulkan kematian pada suatu tanaman,
karena kurangnya unsur-unsur yang dibutuhkan untuk melakukan proses
fisiologis.
Kemasaman tanah memiliki faktor penting dalam karakteristik tanah
dikarenakan pH dapat mempengaruhi tanah dalam penyediaan unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman selain itu kadar kemasaman tanah juga dapat
mempengaruhi mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Tanah pada lokasi
pengamatan sebagian besar cenderung netral dan menempati kelas S1 tetapi
terdapat kondisi pada beberapa titik dimana tanah tersebut dinilai masam dan
sangat masam dengan nilai di bawah 4,5 hal tersebut dapat membuat tanaman tebu
keracunan unsur hara Fe dan Al.

4.4.2 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Tebu Hasil Modifikasi


Modifikasi kriteria lahan dilakukan pada tekstur tanah dikarenakan tekstur
tanah merupakan faktor penghambat yang mempunyai pengaruh signifikan
terhadap produktivitas tanaman tebu. Modifikasi kriteria kesesuaian lahan dapat
dilihat pada Tabel 21.
52

Tabel 21. Perubahan Nilai pada Karakteristik Lahan yang Paling Signifikan
Mempengaruhi Produktivitas Tebu
Perubahan Nilai Karakteristik Lahan
Karakteristik Lahan Kelas Kesesuain
Acuan BL
Media Perakaran (rc)
Tekstur S1 Halus, Sedang Halus, Agak halus, Sedang
S2 Agak halus, Kasar, Agak Kasar
S3 Agak Kasar Sangat Halus
N Kasar
Retensi Hara
pH Aktual S1 5,5 – 7 5,5 – 7
S2 5-5,5., 7,5-8 4,3-5,5., 7,5-8
S3 < 5->8 < 4,3 - >8
N
Keterangan: Acuan : Kriteria Kesesuaian menurut acuan Hardjowigeno dan Widiatmaka
(2011); BL : Kriteria Kesesuaian lahan modifikasi berdasarkan analisis
boundary line.
Tabel 21. Menunjukan bahwa perubahan nilai karakteristik lahan menurut
acuan Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011) dan kriteria kesesuaian lahan setelah
dilakukan analisis boundary line. Hasil analisis boundary line menghasilkan
kriteria kesesuaian lahan baru pada tekstur yaitu halus, agak halus, sedang (S1),
kasar, agak kasar(S2), dan sangat halus (S3), dan pada pH tanah 5,5 – 7 (S1), 4,3-
5,5., 7,5-8 (S2), dan < 4,3 - >8 (S3). Kriteria hasil modifikasi dapat dilihat pada
Tabel 22.
53

Tabel 22. Kriteria Kesesuaian Lahan Hasil Modifikasi Berdasarkan Analisa Boundary line untuk tanaman Tebu

Keterangan: Kriteria Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011); *)Kriteria hasil modifikasi ;**)Karakteristik lahan yang dimodifikasi
54

4.4.3 Kesesuaian Lahan Menurut Kriteria Hasil Modifikasi


Kesesuaian Lahan menurut hasil boundary line analysis yaitu kelas S2
(cukup sesuai), S3 (sesuai marjinal) dan N (tidak sesuai). Peta kelas kesesuaian
lahan lokasi penelitian hasil boundary line dapat dilihat pada Gambar 8 dan
Gambar 9. Faktor pembatas produksi menurut kriteria tersebut antara lain adalah
tekstur tanah, retensi hara baik dalam kejenuhan basa, pH aktual, C-organik, N-
Total, P-tersedia, K-dd dan bahaya erosi. Kesesuaian lahan menurut hasil
modifikasi berdasarkan Boundary line analysis dapat dilihat pada Tabel 22.
Menunjukan bahwa terdapat perbedaan kelas Kesesuaian lahan pada taksa
tanah yang berbeda. Tanah Typic Hummudepts memberikan berbagai kelas yaitu
mulai dari S2 rc hingga S3 rc/nr/na hal tersebut disebabkan karena kondisi
wilayah dengan kondisi kejenuhan basa, kedalaman tanah dan hara tersedia yang
rendah yang dipengaruhi oleh kondisi vegetasi yang diatasnya. taksa tanah Entic
Hummudepts dalam lokasi penelitian mendapat kelas S2 (cukup sesuai) dan S3
(sesuai marjinal) kasus tersebut disebabkan pada S3 memiliki kondisi lereng yang
curam dan pada S2 memiliki kondisi tergantung kontak litik dilokasi penelitian.
Typic Eutrudepts memiliki kelas kesesuaian lahan S3 (sesuai marjinal). Taksa
tanah Typic Udipsamments memberikan 1 kelas kesesuaian lahan yaitu S3 (sesuai
marjinal) hal tersebut dipengaruhi oleh kedalaman kontak litik pada masing
masing titik. Arenic Eutrudepts memiliki kondisi kesesuaian lahan S3 (sesuai
marjinal). Taksa tanah Typic Dystrudepts memiliki kelas kesesuaian lahan S3
(sesuai marjinal) faktor pembatas yang mempengaruhi kondisi kesesuaian lahan
pada taksa tanah tersebut ialah Kondisi KB, pH, KTK, K-dd, P-Tersedia dan
kedalaman kontak litik. Taksa tanah terakhir yaitu Typic Udorthents pada tanah
tersebut mayoritas memiliki kelas kesesuaian lahan S3 (sesuai marjinal) dan
terdapat salah satu lokasi yang memiliki kelas kesesuaian lahan N (tidak sesuai)
hal tersebut memiliki faktor pembatas yang paling berpengaruh ialah bahaya erosi
pada lokasi penelitian.
55

Tabel 23. Kesesuaian Lahan Hasil Modifikasi Berdasarkan Analisis Boundary line
untuk tanaman Tebu
No.SPT Taksa Tanah Sub KKL Faktor pembatas
1 Typic Hummudepts S3 nr KB
Typic Hummudepts S2 rc Kedalaman tanah
Asosiasi
2 Entic Hummudepts S2 rc/nr/eh drainase, corganik, ktk, bahaya erosi
Typic Hummudepts S3 rc/eh lereng, kedalaman tanah
Kompleks
S3
3 Typic Eutrudepts KB, Lereng, K-dd
nr/eh/na
Kedalaman tanah,N total, P-tersedia, K-dd,
Typic Hummudepts S3 rc/na/nr
C-organik, KB
Kedalaman tanah, P-tersedia, K-dd, C-
4 Typic Udipsamments S3 rc/na/nr
organik, KB
Typic Udipsamments S3 na/rc Kedalaman tanah, K-dd
Asosiasi
5 Arenic Eutrudepts S3 rc/na/tc temperatur, kedalaman tanah, K-dd
Typic Dystrudepts S3 rc/na Kedalaman, K-dd
Kompleks
6 Typic Hummudepts S3 rc/nr Kedalaman, pH
Typic Dystrudepts S3 rc/na Drainase, kedalaman, K-dd
7 Typic Dystrudepts S3 rc/nr/na KTK, kedalaman, pH, K-dd
Typic Dystrudepts S3 rc/nr/nr Kedalaman, KB, K-dd, P-tersedia
Kompleks
8 Typic Udipsamments S3 rc/nr/na kedalaman, pH, C-organik, P-tersedia
Typic Udorthents N eh bahaya erosi
9 Typic Udorthents S3 rc Kedalaman tanah
Typic Udorthents S3 rc/nr/na kedalaman, c-organik, K-dd
Asosiasi
10 Typic Udorthents S3 rc/na Kedalaman tanah, K-dd
Entic Hummudepts S3 rc/eh/na kedalaman, lereng, K-dd
Keterangan; SPT: Satuan peta Tanah; Sub KKL: Sub Kelas Kesesuaian Lahan;Kriteria
kesesuaian berdasarkan hasil analisis Boundary line
56

Gambar 10. Peta Kesesuaian Lahan Lokasi Penelitian Menurut Hasil Analisis Boundary Line
57

4.5 Upaya Manajemen Lahan untuk Mengatasi Faktor Pembatas

Faktor – faktor pembatas dalam evaluasi lahan dibedakan atas dua faktor
yaitu, faktor pembatas yang bersifat permanen dan nonpermanen atau dapat
diperbaiki (Rayes, 2007). Faktor pembatas yang tidak dapat diperbaiki (permanen)
merupakan pembatas yang secara ekonomis dan metode tidak memungkinkan
untuk dilakukan perbaikan atau jika dilakukanya akan menyebabkan kerugian.
Faktor pembatas yang dapat diperbaiki (non permanen) merupakan pembatas yang
mudah untuk dilakukan perbaikan secara ekonomis dan masih dapat memberikan
keuntungan dengan teknologi atau metode yang tepat guna.
Hasil evaluasi lahan dilokasi penelitian menunjukan bahwa terdapat tiga
kelas kesesuaian lahan S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marjinal, dan N (tidak
sesuai). Faktor-faktor tersebut yang menjadi pembatas di lokasi penelitian antara
lain retensi hara baik kejenuhan basa, pH tanah, KTK dan C-Organik selanjutnya
terdapat hara tersedia (N-total, P-Tersedia, dan K-dd), serta bahaya erosi.
Terdapat faktor pembatas yang tidak dapat diperbaiki yaitu tekstur tanah.
Kemudian untuk kedalaman tanah pada umumnya tidak dapat dilakukan
perbaikan namun dalam suatu kondisi tertentu bisa diperbaiki dengan nilai
ekonomis yang sangat tinggi. Retensi hara, hara tersedia, serta bahaya erosi
merupakan faktor pembatas yang dapat diperbaiki.
Faktor Pembatas berupa media perakaran (tekstur tanah) dan retensi hara
(pH Aktual) di lokasi penelitian merupakan karakteristik yang berpengaruh paling
signifikan terhadap produktivitas tanaman tebu, sehingga perlu dilakukanya upaya
perbaikan guna mengoptimalkan produktivitas tanaman tebu. Namun tekstur tanah
merupakan pembatas yang permanen atau tidak dapat diperbaiki kerena
berhubungan langsung dengan faktor alam yang tidak dapat diperbaiki oleh
manusia secara langsung. Sedangkan pH tanah merupakan faktor pembatas yang
umumnya dapat diperbaiki dengan pengaplikasian kapur.
Agar dapat mencapai produktivitas optimal tanaman tebu memerlukan
kondisi lahan yang memiliki pH 5,5-7,5 atau dapat dikatakan pH netral
(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011). Kondisi aktual pada lokasi penelitian
menunjukan rentan nilai pH pada 4,3 hingga 7,7. Tingkat kemasaman tanah dapat
diberi perlakuan dengan pemberian kapur pertanian pada tanah, pengapuran
58

digunakan untuk bertujuan meningkatkan pH tanah sehingga sesuai pada


kebutuhan tanaman (Ispandi et al., 2005). Faktor pembatas hara tersedia (N, P,
dan K) di lokasi penelitian menunjukan hasil nilai kesesuaian yang berbeda-beda.
Kelas Kesesuaian N, P, dan K tersedia dalam lokasi pengamatan termasuk dalam
kategori rendah dan sedang dalam hal ini dapat diberikan kelas kesesuaia lahan S1
dan S2 untuk tanaman tebu (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011). Upaya yang
dilakukan untuk peningkatan unsur hara tersedia pada lokasi penelitian ialah
pemberian pupuk berimbang dan tepat waktu Sutedjo (2008) selain itu upaya lain
yang saat ini telah dilakukan ialah pengistirahatan lahan atau sitem bero dan
terdapat upaya lain yaitu rotasi tanaman dengan leguminose atau tepatnya kacang
tanah guna meningkatkan N tersedia dan peningkatan bahan organik tanah dari
sisa batang kacang tanah yang dikembalikan ke tanah.
Kapasitas Tukar Kation juga merupakan faktor pembatas yang dapat
menentukan bagaimana produktivitas tanaman jika semakin optimal kapasitas
tukar kation diharapkan serapan serapan unsur hara pada tanah akan semakin baik
guna meningkatkan produktivitas tanaman. Kondisi lapangan KTK tanah
memiliki nilai kelas kesesuaian lahan dinilai cukup rendah mencapai kelas S2 dan
S3 dengan rentan nilai pada 4,82 dengan kriteria sangat rendah dan 19,75 dengan
masuk kriteria sedang (Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983) hal tersebut dapat
diupayakan dengan pengapuran dan penambahan bahan organik pada saat ini telah
dilakukan upaya penambahan bahan organik dengan cara pergantian tanaman
dengan kacang tanah dan batang kacang tanah yang sesudah panen dibenamkan
kembali ketanah. Faktor pembatas berupa bahaya erosi di lokasi penelitian dapat
dikelola dengan beberapa Tindakan. Untuk bahaya erosi dapat dilakukan
penanaman tanaman penutup tanah (cover crop) guna menekan tingkat erosi dari
tanah (Rayes, 2007). Dengan tanaman penutup tanah dapat mengurangi tingkat
erosi lapisan tanah permukaan akibat dari air hujan. Kemudian untuk bahaya erosi
akibat dari kemiringan lereng, dapat dilakukan pembutan embung dan
mengarahkan air ke dalam embung guna mengurangi debit air agar tidak
terakumulasi dan menyebabkan erosi dengan dampak yang cukup tinggi.
Kemudian terdapat metode terasering guna mengurangi kecepatan aliran air.
Menurut Jayanti et al. (2013) usaha perbaikan yang dapat dilakukan adalah
59

dengan usaha atau tindakan konservasi tanah misalnya, pengurangan erosi dengan
pembuatan teras dan guludan, penanaman tidak searah dengan lereng, pengolahan
tanah menurut kontur, pengotimalan embung atau rorak guna mengurangi
limpasan air permukaan dan air dapat tersimpan kembali kedalam tanah dan lain
sebagainya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan pada DAS Mikro
Sumberagung Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri, terdapat beberapa hasil
yang dapat disimpulakan yaitu:
1. Kelas kesesuaian lahan aktual berdasarkan kriteria acuan meliputi kelas
S3 dan N. faktor-faktor pembatas pada kelas kesesuaian lahan tersebut
yaitu media perakaran (tekstur tanah, kedalaman tanah), terensi hara
(KTK tanah, pH aktual dan C-organik), hara tersedia (N-Total, P-
Tersedia, dan K-dd), serta bahaya erosi ( lereng, dan bahaya erosi).
2. Karakteristik lahan yang paling mempengaruhi produktivitas tanaman
tebu di lokasi penelitian ialah tekstur tanah dan pH tanah dengan hasil
dari korelasi data, menunjukan bahwa tekstur tanah dan pH
mempengaruhi produktivitas tanaman tebu secara signifikan.
3. Berdasarkan produktivitas tanaman tebu pada beberapa SPL, kriteria
kesesuaian lahan hasil modifikasi menggunakan boundary line analysis
menghasilkan perubahan pada salah satu karakteristik yang paling
mempengaruhi yaitu tekstur tanah (S1: halus, agak halus, sedang; S2:
kasar, agak kasar; S3: sangat halus) dan pH tanah (S1 5,5 < - 7,5., S2
4,3-<5,5 dan 7,5-8,0., S3 <4,3 >8,0).

5.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan pada penelitian selanjutnya adalah


dilakukanya penelitian lebih lanjut mengenai topik evaluasi kesesuaian lahan
untuk tanaman tebu di DAS Mikro Sumberagung Kecamatan Plosoklaten
Kabupaten Kediri dengan pengambilan sampel aktual dari masa awal panen
hingga dengan akhrin panen dengan bertujuan agar dapat menyempurnakan
kriteria persyaratan tumbuh tanaman tebu di Kecamatan Plosoklaten Kabupaten
Kediri, JawaTimur.
DAFTAR PUSTAKA

Anna, A., dan Kencana, R. 2022. Outlook Komoditas Perkebunan Tebu. Pusat
Data dan Sitem Informasi Pertanian Sekertariat Jenderal – Kementrian
Pertanian.
Bachri, S., Sulaeman, Y., Ropik., Hidayat, H., dan A.Mulyani. 2016. Sistem
Penilaian Kesesuaian Lahan versi 2.0. Badan Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2023. Statistik Tebu Indonesia Tahun 2019. www.bps.go.id
Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Balai
Penelitian Tanah. Bogor.
BBSDLP. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian
Edisi Revisi 2011. Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian. Bogor
Djaenudin, D., Harwan, H., Subagjo, H., dan Hidayat, A. 2011. Petunjuk Teknis
Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Bogor. 154 hlm.
Endriani, dan Zurhalena. 2008. Kajian Beberapa Sifat Fisika Andisol Pada
Beberapa Penggunaan Lahan dan Beberapa Kelerengan di Kecamatan
Gunung Kerinci. Posiding Seminar Nasioanal Sains dan Teknologi-II.
Universitas Lampung, 17-18 November 2008.
FAO. 1976. Framework for Land Evaluation. Soil Resources Management and
Consevation Service Land and Water Development Division. FAO Soil
Bulletin No. 32. FAO-UNO, Rome
Hardjowigeno, S., dan Widiatmaka. 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan
Perencanaan Tataguna Lahan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
352 halaman.
Harmon, J. E., and Anderson, S. J. 2003. Design and Implementation pf
Geographic Information System. John Wiley and Sons: New Jersey
Ispandi, A dan Munip, A. 2005. Efektivitas Pengapuran Terhadap Serapan Hara
dan Produksi Beberapa Klon Ubikayu di Lahan Kering Masam. Ilmu
Pertanian. 12(2) : 125-139
James, G. 2004. Sugarcane. Blackwell Publishing Company. Oxford OX4 2Dq,
UK. 216 hlm.
Jayanti, D.S., Goenadi, S., dan Hadi, P. 2013. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan
Optimasi Penggunaan lahan Untuk Pengembangan Tanaman Kakao
(Theobroma cacao L.)(studi kasus di kecamatan Betee dab Kecamatan
Padang Tiji Kabupaten Pidie Provinsi Aceh). Jurnal Agritech 33 (2) : 208-
218
Kandari, A.M., Safuan, L.O., dan Natsir, M. 2013. Evaluasi Kesesuaian Lahan
Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) Berdasarkan Aplikasi Analisis Data
Iklim Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografi. Jurnal
AGROTEKNOS, 3(2): 80-85.
Krisdianto, A. Y. 2011. Penyebaran Spasial pH, N-Total, dan P-Tersedia pada
Lahan Pertanian Kelurahan Malawili Distrik Aimas. Skripsi. Jurusan Tanah
Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian. Universitas Papua. Manokwari.
62

Marsoedi, Widagdo, j., Dai, N., Suharta, Darul, S. W. P., Harjdowigeno, S., Hof,
H. dan Jorden, E. R. 1997. Pedoman Klasifikasi Landform. Bogor: Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat.
Martasih, F., Juliasih, N. L. G. R. dan Dewi, R. M. 2012. Studi Analisis Mineral
Elektrolit Tertentu (𝐶𝑎 ,𝑀𝑔 dan 𝐶𝐼 ) dalam Air Minum Kemasan dan
Air Minum Sumber Mata Air Permukaan Tanah Dengan Menggunakan
Metode Titrimitri EDTA dan Argentrometri. Prosiding SN SMAIP III.
Lampung. 28-29 Juni 2012. Pp: 398-406.
Nursyamsi, D., dan Suprihati. 2005. Sifat-sifat Kimia dan Mineralogi Tanah serta
Kaitanya dengan Kebutuhuan Pupuk untuk Padi, Jagung, dan Kedelai.
Journal Bul. Argon, 33 (3) : 40-47. DOI:
https://doi.org/10.24831/jai.v33i3.1263.
Pusat Penelitian Tanah. 1983. Kriteria Penilaian Data Sifat Analisis Kimia Tanah.
Bogor: Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen
Pertanian.
Rayes, M. L. 2006. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Andi Offset.
Yogyakarta.
Ritung, S., Wahyunto, Agus F., dan Hidayat H. 2007. Panduan Evaluasi
Kesesuaian Lahan dengan COntoh Peta Arahan Penggunaan Lahan
Kabupaten Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah dan Word Agroforestry
Center (ICRAFT). Bogor. Indonesia. 45 hlm
Santosa, S dan Atmawijaya. 1992. Peta Geologi Lembar Kediri, Jawa Timur.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Indonesia, Bandung.
Sodik, D. M. 2008. Teknik Penetapan Berat Isi Tanah di Laboratorium Fisika
Tanah Balai Penelitian Tanah. Buletin Teknik Pertanian, 13 (2).
Soil survey staff. 2014. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi Ketiga, 2015. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Sulaeman, Suparto dan Eviat. 2005. Petunjuk Teknis Analisa Kimia Tanah,
Tanaman, Air dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Bogor. 136 hal.
Sutedjo, M. M. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Suwarto dan Yuke, O.2012. Budidaya Tanaman Perkebunan Unggulan. Penerbit
Swadaya.
Syakir, M., Chandra, I., Purwono., Siswanto., dan Rumini,W. 2010. Budidaya dan
Pasca Panen Tebu. ESKA Media. Jakarta.
Tarigan, B. Y. dan J. N. Sinulingga. 2006. Laporan Praktek Kerja Lapangan di
Pabrik Gula Sei Semayang PTPN II Sumatera Utara. (Laporan).
Universitas Sumatera Utara, Medan
Tjokroadikoesoemo, P.S. dan A.S. Bakir. 2005. Teknologi dan Peralatan Industri
Gula (I) Ekstraksi Nira Tebu. Yayasan Pembangunan Indonesia Sekolah
Tinggi Teknologi Industri. Surabaya.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Satuan Peta Lahan


64

Lampiran 2. Peta Bentuk Lahan


65

Lampiran 3. Peta Geologi


66

Lampiran 4. Peta Kelerengan


67

Lampiran 5. Peta Penggunaan Lahan


68

Lampiran 6. Peta Satuan Peta Tanah


69

Lampiran 7. Tabel Keterangan Satuan Peta Lahan (SPL)


Sub Luas
No. Litolo Lereng
Kode SPL Landfo Relief Landuse
SPL gi (%) Ha %
rm
1 Qvk.Vab.115.0- Lereng Lava, 0-3 Datar Tegalan 46,2 3,8
3%.u.W Volkan Breksi
Bawah Tuf
2 Qvk.Vab.115.3- Lereng Lava, 3-8 Berombak Tegalan 510,1 42,
8%.u.E Volkan Breksi 2
Bawah Tuf
3 Qvk.Vab.115.8- Lereng Lava, 8-15 Bergelomban Tegalan 49,6 4,1
15%.r.E Volkan Breksi g
Bawah Tuf
4 Qvk.Vab.12.3- Aliran Lava, 3-8 Berombak Tegalan 35,1 2,1
8%.u.E Lahar Breksi
Tuf
5 Qvk.Vab.16.15- Lungur Lava, 15-25 Berbukit Tegalan 56,5 4,7
25%.c.E volkan Breksi Kecil
Tuf
6 Qvlh.Vab.115.3- Lereng Kerak 3-8 Berombak Tegalan 46,5 3,9
8%.u.E Volkan al
Bawah Pasir,
Tuf
7 Qvlh.Vab.115.8- Lereng Kerak 8-15 Bergelomban Tegalan 15,2 1,3
15%.r.E Volkan al g
Bawah Pasir,
Tuf
8 Qvlh.Vab.12.3- Aliran Kerak 3-8 Berombak Tegalan 229,5 19
8%.u.E Lahar al
Pasir,
Tuf
9 Qvlh.Vab.12.25- Aliran Kerak 25-40 Berbukit Tegalan 103,3 8,6
40%.h.E Lahar al
Pasir,
Tuf
10 Qvlh.Vab.12.15- Aliran Kerak 15-25 Berbukit Tegalan 82,1 6,8
25%.c.E Lahar al Kecil
Pasir,
Tuf
Keterangan :
Total Luas Wilayah Penelitian : 1207,7 Ha
Qvk : Batuan gunung api kelud muda
Qvlh : Endapan Lahar
Vab.115 : Sub Landform Lereng Volkan Bawah
Vab.12 : Sub Landform Aliran Lahar
70

Vab.16 : Sub Landform Lungur Volkan


u : Relief Berombak
r : Relief Bergelombang
c : Relief Berbukit kecil
h : Relief Berbukit
W : Penggunaan Lahan Sawah
E : Penggunaan Lahan Tegalan
(Sumber : Marsoedi, et al. 1997)

Lampiran 8. Tabel Pearson Correlation faktor-faktor pembatas


Pearson
No. Variabel Sig. (2-tailed)
Correlation
1. pH .454 .044
2. Tekstur Tanah .462 .040
3. kelerengan -.352 .128
4. K-DD .084 .724
5. N tersedia -.339 .143
6. P tersedia .078 .743
7. C Organik .122 .610
8. Kejenuhan Basa -.037 .876
9. Kapasitas Tukar Kation .338 .144
10. Kedalaman tanah .372 .107
11. suhu .419 .066
12. ketinggian -.320 .169

Lampiran 9. Tabel Pearson Correlation


Correlations
produksi Tekstur tanah
produksi Pearson 1 .462*
Correlation
Sig. (2-tailed) .040
N 20 20
*
Tekstur tanah Pearson .462 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .040
N 20 20
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 10. Tabel Model Summary Hasil Regresi Berganda Metode Stepwise
Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .462a .213 .169 35.95197
a. Predictors: (Constant), Tekstur tanah
71

Lampiran 11. Tabel ANOVA Hasil Analisis Regresi Berganda Metode Stepwise
ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 6300.489 1 6300.489 4.874 .040b
Residual 23265.790 18 1292.544
Total 29566.279 19
a. Dependent Variable: produksi
b. Predictors: (Constant), Tekstur tanah

Lampiran 12. Tabel Koefisien Hasil Analisi Regresi Berganda Metode Stepwise
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 12.437 19.665 .632 .535
Tekstur tanah 18.430 8.347 .462 2.208 .040
a. Dependent Variable: produksi

Lampiran 13. Tabel Exclude variables Hasil Analisis Berganda Metode Stepwise
Excluded Variablesa
Collinearity
Partial Statistics
Model Beta In t Sig. Correlation Tolerance
1 Ketinggian -.206b -.941 .360 -.222 .920
Suhu .304b 1.417 .175 .325 .901
b
Kedalaman tanah .256 1.179 .255 .275 .909
b
Kapasitas Tukar .196 .864 .399 .205 .866
Kation
Kejenuhan Basa .144b .635 .534 .152 .875
b
C Organik .096 .447 .661 .108 .997
P tersedia -.014b -.064 .950 -.015 .961
b
N tersedia -.267 -1.282 .217 -.297 .970
b
K-DD -.008 -.034 .973 -.008 .961
Kelerengan -.262b -1.239 .232 -.288 .950
b
pH .273 1.021 .321 .240 .612
a. Dependent Variable: produksi
b. Predictors in the Model: (Constant), Tekstur tanah
72

Lampiran 14. Lokasi Titik Pengamatan


73

Lampiran 15. Peta Kesesuaian Lahan Menurut Kriteria Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011)
74

Lampiran 16. Peta Kesesuaian Lahan Menurut Analisis Boundary line


75

Lampiran 17. Dokumentasi Survei Tanah dan Pengambilan Data


No. Keterangan Gambar

1. Pengamatan
Fisiografi

2. Pembutan Minipit

3. Pengamatan
Morfologi
76

4. Pengambilan Sampel
Tanah

5. Wawancara Petani
77

Lampiran 18. Dokumentasi Analisis Laboratorium Fisika Tanah


No. Keterangan Gambar

1. Analisa FISIKA
78

Lampiran 19. Dokumentasi Analisis Laboratorium Kimia Tanah


No. Keterangan Gambar

1. Analisa Kimia di Lab.


Kimia Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jatim
79

Lampiran 20. Metode pengerjaan uji kimia dan fisika tanah


1. Fisika Tanah
a. Tekstur tanah (Metode Pipet)
Analisi tekstur tanah menggunakan metode pipet. Metode pipet
merupakan metode dengan penggambilan langsung sampel partikel ke
dalam suspensi dengan menggunakan pipet. prinsip kerja dalam
metode pipet ialah pasir dapat dipisahkan dengan pengayakan basah
sedangkan debu dan liat dilakukan dengan cara pengendapan yang
berdasarkan hukum stoke.

b. Berat isi (Metode Ring volumetri)


Analisis berat isi tanah pada penelitian ini menggunakan metode
Ring Volumetri yang dilakukan dengan pengambilan tanah utuh yang
didapatkan dari ring sampel yang telah diketahui volumenya. Prinsip
kerja pada metode ring volumetri menurut Sodik, (2008) sampel tanah
yang telah didapatkan di dalam ring dilakukan penimbangan dengan
anggapan volume tanah di dalam ring sama dengan volume ring bagian
dalam, setelah dilakukan penimbangan dilakukan pengukuran kadar
airnya untuk selanjutnya dihitung berat kering tanahnya.
2. Kimia Tanah
a. Kalium dan Natrium (Metode Flamephotometer)
Analisis kalium dan natrium dilakukan dengan metode
Flamephotometer. Flamephotometer merupak sebuah metode yang
didasarkan pada penyerapan energi oleh atom. Energi yang digunakan
pada metode Flamephotometer didapat melalui pembakaran Bunsen.
Metode ini dinilai efektif dalam menentukan konsentrasi rendah ion-
ion logam seperti Na, K dan Ca. Mekanisme kerja pada
Flamephotometer ialah apabila ion atom logam dibakar, maka atom
logam akan menyerap energi lalu tereksitasi dan saat terjadi perubahan
kebentuk dasar sujumlah energi akan dilepaskan. Flamephotometri
memiliki rentang ukur optimal pada Panjang gelombang 400 hingga
800 nm maka dari itu metode tersebut cukup efektif dalam melakukan
pengukuran untuk unsur-unsur dengan energi eksitasi rendah.
80

b. Kalsium dan Magnesium (Metode Titrasi EDTA)


Proses analisis menggunakan titrasi EDTA merupakan suatu cara
konvensional yang digunakan dalam menentukan kadar kalsium
maupun magnesium atau logam lainya dengan kalsium atau
magnesium dapat dilekatkan oleh EDTA selama proses Titrasi dan
titik air akan ditunjukan oleh perubahan warna dari indicator yang
telah ditentukan.(Martasih et al., 2012)
c. N-Total (Metode Kjeldahl)
Analisa N-Total bertujuan untuk mendapatkan jumlah Nitrogen
keseluruhan di dalam tanah. Metode yang digunakan pada Analisa N-
Total ialah metode Kjedhal (Krisdianto, 2011). Metode kjeldahl
memiliki tiga proses utama yaitu Digestasi, Destilasi dan Titrasi. Hasil
dari digestasi disebut digest kemudian asam digest yang mengandung
ammonium dibebaskan dengan NaOH sehingga ion dikonvesi menjadi
amoniak lalu didestilisasi menjadi ammonium hidoksida. NH OH
ditentukan jumlahnya dengan cara mentitrasi dengan H SO
(Sulaeman et al., 2005)
d. Kapasitas Tukar Kation (Metode Kjeldahl)
Analisis KTK tanah pada penelitian ini menggunakan metode
Kjeldahl dengan menggunakan proses Destilasi dengan penambahan
NaOH, asam karbonat dan indikator dan selanjutnya dilakukan Titrasi
menggunakan asam sulfat 0,05N hingga mengalami perubahan warna
menjadi merah muda. (BPTP.2013)
e. P-Tersedia (P-Bray II)
Analisis P-Tersedia dalam tanah menggunakan metode P-Bray II
untuk mengetahui jumlah P-tersedia pada DAS Mikro Sumberagung.
Fosfat yang memiliki suasana asam dapat terikat oleh senyawa Fe.
NH F yang terdapat dalam larutan bray akan membentuk senyawa
dengan Fe dan Al dan membebaskan ion 𝑃𝑂 . (Sulaeman et al.,2005)
f. pH H O dan KCl (Electrade Glass 1:1)
Analisis pH tanah menggunakan metode Eletrade Glass bertujuan
untuk mendapatkan konsentrasi ion H dalam larutan tanah yang
81

dinyatakan dalam bentuk -log[H ]. Bertambahnya konsentrasi


H dalam larutan tanah meningkatkan potensial larutan yang diukur
oleh alat yang dikonversikan dalam skala pH.(Sulaeman et al., 2005)
g. C-Organik (Walkley and Black)
Analisis persen C-Organik dapat menggunakan metode Walkley
and Black (Barus, et al., 2013). Karbon akan mereduksi 𝐶𝑟 yang
memiliki warna jingga menjadi 𝐶𝑟 yang memiliki warna hijau dalam
kondisi asam. Selanjutnya dapat diukur menggunakan
spektrofotometer pada Panjang gelombang 561nm (Sulaeman et al.,
2005)
82

Lampiran 21. Tabel perbandingan kriteria kesesuaian lahan Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011) dibandingkan hasil Modifikasi

Anda mungkin juga menyukai