Anda di halaman 1dari 3

Biskuit Kacang Merah untuk Mencegah Stunting

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kasus stunting di dunia pada anak di bawah 5 tahun mencapai 21,3% pada
tahun 2019 (Maulidah et al., 2019). Cakupan persentase balita sangat pendek dan
pendek usia 0-59 bulan di Indonesia tahun 2019 adalah 12,8% dan 17,1%. Kondisi ini
meningkat dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2018 dengan persentase balita usia 0-59
bulan sangat pendek sebesar 11,5% dan balita pendek sebesar 19,3% (Kemenkes,
2020). Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan
menunjukkan, prevalensi balita stunting di Jawa Timur mencapai 19,2% pada tahun
2022. Provinsi Jawa Timur menduduki peringkat ke-25 dengan prevalensi
balita stunting tertinggi di Indonesia tahun 2021. Kabupaten Jember merupakan
wilayah dengan prevalensi balita stunting tertinggi di Jawa Timur pada tahun 2022,
yakni mencapai 34,9%. Angka tersebut naik 11 poin dari prevalensi
balita stunting daerah tersebut pada 2021 sebesar 23,9% (Kemenkes, 2023).
Kementerian Kesehatan pada tahun 2018 menyatakan bahwa sebanyak 3 dari
10 anak Indonesia bertubuh pendek. Stunting merupakan ancaman utama terhadap
kualitas manusia Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa.
Hal ini dikarenakan anak stunted, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya
(bertubuh pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya,
yang mana tentu akan sangat memengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah,
produktivitas, dan kreativitas di usia-usia produktif (Kominfo, 2019). Stunting dalam
jangka pendek menggangu perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan
fisik, gangguan metabolisme dalam tubuh, dan dalam jangka panjang stunting dapat
mengakibatkan penurunan kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya
kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit
diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan
disabilitas pada usia tua (Kemendes, 2017).
Stunting dapat dicegah sejak masa kehamilan sampai balita berumur kurang
dari tiga tahun. Salah satu pencegahan yang sangat dianjurkan adalah dengan
mengkonsumsi makanan yang bergizi. Salah satu sumber makanan yang baik untuk
mencegah stunting adalah kacang merah karena mengandung
1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui potensi pengembangan
biskuit kacang merah untuk meningkatkan gizi anak stunting melalui Bussiness
Model Canvas (BMC).
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Teknologi Pengolahan
2.2.1 Pembuatan Tepung Kacang Merah
Kacang merah disortir setelah itu dicuci hingga bersih dan dilakukan perendam
selama 12 jam. Selama dilakukan perendaman, air perendaman akan diganti 2 jam
sekali, kemudian ditiriskan. Selanjutnya kacang merah dikeringkan menggunakan
cabinet dryer dengan suhu 60oC selama 20 jam. Kacang merah dihaluskan dan diayak
menggunakan ayakan ukuran 60 mesh dan jadilah tepung kacang merah.
2.2.2 Proses Pembuatan Cookies
Proses awal pembuatan kukis yaitu, gula, margarin, garam dan telur dimasukan dalam
baskom lalu dimixer dengan kecepatan rendah dengan waktu ± 3 menit. Setelah itu
susu bubuk dan vanila cair dimasukkan dan dimixer lagi dengan waktu ±2 menit.
Selanjutnya tepung terigu dan tepung kacang merah dimasukan lalu dimixer dengan
waktu ± 2 menit. Setelah itu dilakukan proses pengakliasan dan proses pencetakan.
Setelah melakukan proses pencetakan maka adonan akan diletakan kedalam loyang
yang sudah dioles margarin. Tahap terakhir adalah pemanggangan. Suhu yang
digunakana, yaitu 150 oc dengan waku 30-35 menit.

2.2 Analisis Finansial


2.2.1 Biaya Tetap
2.2.2 Biaya Variabel
2.2.3 HPP
2.3 BMC
2.3.1 Key Partners
2.3.2 Key Activities
2.3.3 Key Resources
2.3.4 Value Prepositions
2.3.5 Customer Relationship
2.3.6 Channel
2.3.7 Revenue Stream
2.3.8 Cost Structure
2.3.9 Customer Segments
BAB III. PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai