Anda di halaman 1dari 14

Vol.4 No.

1 Juni 2023 75
……………………………………………………………………………………………………...
PENANGANAN RESIKO STUNTING BERBASIS DATA TINGKAT KECAMATAN
MAWASANGKA TENGAH KABUPATEN BUTON TENGAH

Oleh
Armin Saimu1,Nastia2, Sry Mayunita3
1,2,3 Jurusan Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Buton,

Jalan Betoambari No. 36 Telp. (0402)2822913 Fax. (0402) 2822913


Email: 1arminsaimu.pkb74@gmail.com

Abstrak
Kesimpulan penelitian ini adalah 1) Berdasarkan parameter persentase Stunting Berbasis Data
kelurga beresiko stunting memiliki status ekonomi keluarga rendah, yaitu terdapat 77 responden
(90,6%) mempunyai status ekonomi keluarga kurang dari Rp. 500.00, dan 8 responden (9,4%)
mempunyai status ekonomi diatas Rp.500.000; Mempunyai perbedaan pendidikan, yaitu 52
responden (61,2%) berpendidikan SD, 15 responden (17,6) berpendidikan SMP, 13 responden
(15,3%) berpendidikan SMU, dan 5 responden (5,9%) memiliki pendidikan strata I; Adanya
perbedaan fasilitas sanitasi lingkungan menjadi penyebab keluarga berisiko stunting, yaitu 21
responden (24,7%) tersedia tempat pembuangan sampah di area rumah dan 64 responden (75,3%)
tersedia tempat pembuangan sampah di area pemukiman; Adanya perbedaan sumber air minum
utama, yaitu 74 responden (87,1%) menggunakan ledeng/pam dan 11 responden (12.9%)
menggunakan air kemasan/isi ulang; 2) melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) Kecamatan Mawasangka Tengah melakukan percepatan penurunan Stunting
melalui Penyuluhan, Fasilitasi Pelayanan Rujukan, dan Fasilitasi Penerimaan Program Bantuan
Sosial. Hasil penelitian yang telah di lakukan oleh peneliti bahwa Program penyuluhan penurunan
resiko stunting sudah dilakukan sejak dari calon pengantin, dan pendampingan juga dilakukan
kepada Ibu Hamil. Fasilitas rujukan dihubungkan dengan kerjasama sektoral yang dilakukan oleh
BKKBN antara Lain Dinas Kesehatan, Puskesmas Mawasangka Tengah dan Rumah Sakit Daerah
Kabupaten Buton Tengah. Oleh karena itu, peran lintas sektor sangat penting dalam penanganan
stunting. Dan BKKBN Kecamatan Mawasangka Tengah dengan Dinas Kesehatan Kabupaten
Buton Tengah memberikan Bantuan Sosial kepada keluarga beresiko stunting di Kelurahan
Lakorua, bantuan sosial berupa pemberian makanan tambahan pada balita, Memberikan tablet zat
besi kepada ibu hamil dan remaja putri, hal ini dilakukan supaya mencegah terjadinya bayi
stunting.
Kata Kunci: Kelurgaga Bereiko Stunting, Stunting Berbasis Data, Penanganan Keluarga
Berisiko Stunting

PENDAHULUAN diupayakan menurun pada tahun 2025. Tujuan


Secara global, stunting menjadi salah satu ke-2 ini berkaitan erat dengan tujuan ke-3 yaitu
tujuan dari Sustainable Development Goals memastikan kehidupan yang sehat dan
(SDGs). Indonesia berproses mewujudkan mendukung kesejahteraan bagi semua untuk
tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs semua usia (Nirmalasari, 2020).
ke-2 yaitu mengakhiri kelaparan, mencapai Salah satu indikator keberhasilan
ketahanan pangan dan nutrisi yang lebih baik, pencapaian kesehatan dalam SDGs
dan mendukung pertanian berkelanjutan. (Sustainable Development Goals) adalah status
Target yang termasuk di dalamnya adalah gizi anak balita. Masa anak balita merupakan
penanggulangan masalah stunting yang kelompok yang rentan mengalami kurang gizi,

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
76 Vol.4 No.1 Juni 2023
………………………………………………………………………………………………………
salah satunya adalah stunting (Farah Okky Kementerian Kesehatan mengumumkan
Aridiyah, Ninna Rohmawati, 2013). Stunting hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada
merupakan masalah Gizi utama yang akan Rapat Kerja Nasional BKKBN dimana
berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi prevalensi stunting di Indonesia turun dari
dalam masyarakat. Stunting juga dapat terjadi 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022.
sejak janin dalam kandungan akibat masalah Presiden RI Joko Widodo mengatakan dalam
kurang asupan protein pada saat ibu sedang forum tersebut stunting bukan hanya urusan
hamil juga dapat berpengaruh dari kondisi tinggi badan tetapi yang paling berbahaya
lingkungan (Nur Azizah, Nastia, 2022). adalah rendahnya kemampuan anak untuk
Masalah kurang energi protein (KEP) yaitu belajar, keterbelakangan mental, dan yang
salah satu masalah utama gizi yang dapat ketiga munculnya penyakit-penyakit kronis.
berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan
anak. Kekurangan energi dan protein dalam Rakernas ini bertujuan mensukseskan Perpres
jangka waktu yang lama akan menyebabkan nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan
terhambatnya pertumbuhan balita Penurunan Stunting dengan 5 pilar. Pilar
(Tampongangoy, 2019). pertama adalah komitmen, pilar kedua adalah
Secara global kejadian stunting masih pencegahan stunting, pilar ketiga harus bisa
sangat tinggi termasuk di Indonesia. Malnutrisi melakukan konvergensi, pilar keempat
adalah kejadian gizi yang salah, bisa menyediakan pangan yang baik, dan pilar
kekurangan gizi (undernutrition) maupun kelima melakukan inovasi terobosan dan data
kelebihan gizi (over nutrition). Kekurangan yang baik
gizi pada anak dapat menyebabkan (https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-
pertumbuhan fisik dan otak anak tidak optimal, media/20230125/3142280/prevalensi-stunting-
anak menjadi kurus dan sangat pendek di-indonesia-turun-ke-216-dari-244/). Kondisi
(stunting) (Harlina & Nur, 2021). Stunting ini bisa disebabkan oleh banyak aspek, mulai
adalah bentuk paling umum dari kurang gizi dari aspek pendidikan hingga
(Irianto, 2014). Stunting adalah gangguan ekonomi. Stunting sangat penting untuk
pertumbuhan yang terjadi akibat kondisi dicegah. Hal ini disebabkan oleh
kekurangan gizi kronis atau penyakit infeksi dampak stunting yang sulit untuk diperbaiki
kronis (Harlina & Nur, 2021). dan dapat merugikan masa depan anak
Stunting merupakan gangguan Kerdil (Stunting) pada anak
pertumbuhan fisik yang ditandai dengan mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak
penurunan kecepatan pertumbuhan dan balita (bawah 5 Tahun) akibat dari kekurangan
merupakan dampak dari ketidakseimbangan gizi kronis, sehingga anak menjadi terlalu
gizi (Losong & Adriani, 2017). Stunting masih pendek untuk usianya. Kekurangan gizi kronis
merupakan satu masalah gizi di Indonesia yang terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga usia
belum terselesaikan. Stunting akan dua tahun. Dengan demikian periode 1000 hari
menyebabkan dampak jangka panjang yaitu pertama kehidupan seyogyanya mendapat
terganggunya perkembangan fisik, mental, perhatian khusus karena menjadi penentu
intelektual, serta kognitif. Anak yang terkena tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan
stunting hingga usia 5 tahun akan sulit untuk produktivitas seseorang di masa depan (Saputri,
diperbaiki sehingga akan berlanjut hingga 2019).
dewasa dan dapat meningkatkan risiko Penanganan gizi buruk sangat terkait
keturunan dengan berat badan lahir yang rendah dengan strategi sebuah bangsa dalam
(BBLR) (Gladys Apriluana, 2017). menciptakan sumber daya manusia yang sehat,
cerdas, dan produktif. Upaya peningkatan
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.4 No.1 Juni 2023 77
……………………………………………………………………………………………………...
sumber daya manusia yang berkualitas dimulai masih dalam kandungan, balita, remaja, bahkan
dengan cara penanganan pertumbuhan anak sampai dengan lanjut usia. Berdasarkan
melalui asupan gizi dan perawatan yang baik, observasi yang dilakukan oleh peneliti di
dimulai dari lingkungan keluarga. Dengan Kecamatan Mawasangka Tengah Kabupaten
lingkungan keluarga sehat, maka hadirnya Buton Tengah seperti daerah lainnya di
infeksi menular ataupun penyakit masyarakat Indonesia juga dihadapkan pada permasalahan
lainnya dapat dihindari. Ditingkat masyarakat, kekurangan gizi, salah satunya yaitu gizi buruk
faktor-faktor seperti lingkungan yang higienis, (Stunting). Infrastruktur dan lembaga yang ada,
ketahanan pangan keluarga, pola asuh terhadap harus digerakkan untuk memudahkan
anak, dan pelayanan kesehatan primer sangat menyelesaikan persoalan stunting. Dari
menentukan dalam membentuk anak yang lingkungan mulai dari air bersih, sanitasi,
tahan gizi buruk. rumah yang sehat, ini merupakan kerja
Stunting menunjukkan kekurangan gizi terintegrasi dan harus terkonsolidasi.
kronis yang terjadi selama periode paling awal Pengetahuan orang tua di Kecamatan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Tidak Mawasangka Tengah Kabupaten Buton Tengah
hanya tubuh pendek, stunting memiliki banyak mengenai stunting yang masih kurang menjadi
dampak buruk untuk anak (Yadika et al., 2019). salah satu faktor yang menyebabkan
Kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak aspek, permasalahan stunting masih ada. Kecamatan
mulai dari aspek pendidikan hingga ekonomi. Mawasangka Tengah Kabupaten Buton Tengah
Stunting sangat penting untuk dicegah. Hal ini jumlah kasus resiko stunting tiap desa dan
disebabkan oleh dampak stunting yang sulit kelurahan cukup tinggi, seperti terlihat pada
untuk diperbaiki dan dapat merugikan masa tabel di bawah ini:
depan anak (Wulandari Leksono et al., 2021). Tabel 1. Daftar Kecamatan Mawasangka
Untuk mengetahui perkembangan kasus Tengah Sasaran Resiko Stunting Tahun 2021
stunting dan capaian program pencegahan dan No Desa/Kelurahan KK Resiko
penanganan stunting, perlu adanya analisis Stunting
pengukuran. 1 Watorumbe Bata 84 KK
Berdasarkan Perpres Nomor 27 Tahun 2 Lanto 55 KK
2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting 3 Gundu-Gundu 52 KK
dengan target penurunan hingga 14% maka 4 Katukobari 85 KK
BKKBN ditunjuk sebagai koordinator 5 Watorumbe 55 KK
pelaksana lapangan percepatan penurunan 6 Langkomu 77 KK
stunting (Sinaga et al., 2022). Berdasarkan hasil 7 Lalibo 39 KK
survei Badan Kependudukan dan Keluarga 8 Lantongau 77 KK
Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan 9 Morikana 26 KK
bahwa angka stunting di Indonesia hingga 10 Lakorua 85 KK
tahun 2022 masih mencapai 24,4 persen dari Sumber: BKKBN Mawasangka Tengah
keseluruhan jumlah balita 23 juta anak yaitu
sekitar 6,1 juta anak balita yang mengalami LANDASAN TEORI
stunting (Rofiah et al., 2022). Stunting
Data mengenai status gizi balita saat ini Menurut Kementerian Kesehatan
tersedia di tingkat nasional, provinsi, dan Republik Indonesia, Stunting didefinisikan
kabupaten. Permasalahan Gizi ialah sebagai indikator status gizi tinggi badan
permasalahan dalam siklus kehidupan yang menurut umur (TB/ U) sama dengan atau
sangat kompleks dan penting untuk segera kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD)
ditangani hal ini dapat terjadi mulai dari bayi di bawah rata-rata dari standar. Menurut

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
78 Vol.4 No.1 Juni 2023
………………………………………………………………………………………………………
Sulistyawati, stunting merupakan keadaan optimalnya perkembangan otak dan kecerdasan
tubuh yang pendek dan sangat pendek sehingga anak, munculnya gangguan pertumbuhan fisik
melampui defisit -2 SD di bawah median yang dan gangguan metabolisme dalam tubuh,
panjang atau tinggi badan (Agus Byna, 2020:6). menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi
Stunting merupakan kondisi gagal belajar anak di sekolah, menurunnya daya imun
tumbuh pada bayi (0-11 bulan) dan anak balita sehingga anak menjadi mudah sakit, serta
(12-29 bulan), diakibatkan karena kekurangan meningkatnya resiko terkena penyakit diabetes,
gizi kronis terutama dalam 1.000 hari pertama obesitas, penyakit jantung, kanker, dan stroke.
kehidupan sehingga anak terlalu pendek untuk Stunting adalah tinggi badan yang kurang
usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi menurut umur (<-2SD), ditandai dengan
dalam kandungan dan pada masa awal setelah telatnya pertumbuhan anak yang
bayi lahir, tetapi kondisi stunting baru nampak mengakibatkan kegagalan dalam mencapai
setelah anak berusia 2 tahun (Persatuan Gizi tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia
Indonesia. 2018:9). anak. Stunting merupakan kekurangan gizi
Definisi lain menyebutkan bahwa pendek kronisatai kegagalan pertumbuhan dimasa lalu
dan sangat pendek adalah status gizi yang dan digunakan sebagai indikator jangka
didasarkan pada indeks panjang badan menurut panjang. Stunting dapat didiagnosis melalui
umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur indeks antropometrik tinggi badan menurut
(TB/U) yang merupakan padanan istilah umur yang mencerminkan pertumbuhan linier
stunting (pendek) dan saverely stunting (sangat yang dicapai pada pra dan pasca persalinan
pendek). Hafid, menjelaskan bahwa kategori dengan indikasi kekurangan gizi jangka
status gizi berdasarkan indeks panjang badan panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai
menurut umur (PB/U) atau tinggi badan dan atau kesehatan. Stunting merupakan
menurut umur (TB/U) anak umur 0-60 bulan pertumbuhan linier yang gagal untuk mencapai
bayi menjadi sangat pendek, pendek normal potensi genetik sebagai akibat dari pola makan
tinggi. sangat pendek jika Z-score <-3 SD, yang buruk dan penyakit. Stunting yang terjadi
pendek jika Z-score -3 SD sampai sampai pada masa anak merupakan faktor resiko
dengan 2 SD, normal jika Z-score -2 SD sampai meningkatnya angka kematian, kemampuan
dengan 2 SD dan tinggi jika Z-score >2 SD kognitif dan perkembangan motik yang rendah
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. serta fungsi tubuh yang tidak seimbang
2016). (Wahida dan Bawon, 2019:2).
Apriluana dan Fikawati juga menjelaskan Stunting ialah masalah gizi utama yang
bahwa, seorang anak yang mengalami stunting akan berdampak pada kehidupan sosial dan
(kekerdilan) sering terlihat seperti anak dengan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas
tinggi badan normal, namun sebenarnya bahwa individu yang stunting memiliki tingkat
mereka lebih pendek dari ukuran tinggi badan kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab
normal untuk anak seusianya (Teja, 2019). dan terjadinya peningkatan penyakit. Stunting
Menurut Pusdatin Kementerian Republik akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan
Indonesia (Dian Jayantari Putri K Hedo, fungsi mental dan intelektual akan terganggu
2020:27), stunting merupakan fenomena (Mann dan Truswell, 2002). Hal tersebut juga
kesehatan yang penting untuk diperhatikan dan didukung oleh Jackson dan calder (2004)
diwaspadai oleh berbagai elemen masyarakat. menyatakan stunting berhubungan dengan
Karena apabila seorang anak mengalami gangguan fungsi kekebalan dan meningkatkan
kondisi stunting, ia akan mengalami berbagai resiko kematian.
dampak buruk bagi perkembangan
kehidupannya, diantaranya adalah tidak
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.4 No.1 Juni 2023 79
……………………………………………………………………………………………………...
Keluarga Beresiko Stunting puteri/calon pengantin/Ibu Hamil/Anak usia 0
Secara historis, keluarga terbentuk atas (nol)-23 (dua puluh tiga) bulan/anak usia 24
satuan sosial yang terbatas, yaitu adanya ikatan (dua puluh empat)-59 (lima puluh sembilan)
yang dibentuk melalui perkawinanan antara dua bulan berasal dari keluarga miskin, pendidikan
orang (laki-laki dan wanita) (Wahid & orang tua rendah, sanitasi lingkungan buruk,
Halilurrahman, 2019). Melalui perkawinan ini, dan air minum tidak layak (Peraturan Badan
anggota keluaraga akan bertambah secara Kependudukan Dan Keluarga Berencana
berangsur-angsur dengan lahirnya anak. Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
Menurut Duvall Dan Logan dalam 2021 Tentang Rencana Aksi Nasional
Setiyowati (2008:67) keluarga adalah Percepatan Penurunan Angka Stunting
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, Indonesia Tahun 2021-2024).
kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk Stunting memiliki keterkaitan dengan
menciptakan, mempertahankan budaya dan kondisi ekonomi keluarga, mayoritas anak
meningkatkan perkembangan fisik, mental, stunting berasal dari pendidikan orang tua yang
emosional, serta sosial dari tiap anggota rendah dan ekonomi kurang sehingga
keluarga. Sedangkan menurut Balion dan menyebabkan kondisi rumah yang buruk,
Maglaya dalam Efendi dan Makhfudli kebiasaan dan sikap yang tidak
(2009:179), keluarga adalah sebagai dua atau menguntungkan, daya beli yang rendah serta
lebih individu yang berhubungan karena tidak tersedianya air bersih (Dasril, 2019).
hubungan darah, ikatan perkawinan, atau Kondisi rumah yang buruk, kebiasaan dan sikap
adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, yang tidak menguntungkan, daya beli yang
berinteraksi satu sama lain dalam perannya, rendah serta tidak tersedianya air bersih (Dasril,
menciptakan dan mempertahankan suatu 2019).
budaya. (Budi et al., 2022), dimana faktor risiko
Menurut Departeemen Kesehatan RI, lingkungan memiliki hubungan dengan
keluarga merupakan unit terkecil dalam stunting seperti penggunaan jenis dinding dan
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga lantai. (Yuniarti et al., 2019) menunjukkan
dan beberapa orang anggota keluarga lainnya bahwa anak kelompok stunting memiliki
yang tinggal dalam suatu tempat dan saling lingkungan tempat tinggal yang kebersihannya
ketergantungan (Jhonson, 2010). Badan belum terjaga, seperti lantai rumah yang
Kependudukan dan Keluarga Berencana lembab. Jenis lantai yang tidak kedap air dapat
Nasional (BKKBN) mendifinisikan bahwa menjadi sarang kuman dan debu sehingga
keluarga merupakan unit terkecil dari memicu terjadinya diare (Lestari, 2021). Diare
masyarakat ang terdiri dari suami istri, atau merupakan salah satu penyakit infeksi yang
suami istri dan anak-anaknya, atau ibu dan dapat mengganggu penyerapan zat gizi
anak-anaknya (Setiyowati, 2010). sehingga mengganggu proses pertumbuhan
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat dan dapat menyebabkan stunting (Choiroh et
diketahui bahwa keluarga merupakan al., 2020).
kelompok sosial terkecil dalam masyarakat Kepemilikan jamban yang tidak layak
yang teridiri dari orang tua dan anak yang erat kaitannya dengan terjadinya stunting pada
terbentuk melaui perkawinanan antara dua suatu wilayah dikarenakan dapat memicu
orang (laki-laki dan perempuan). penyakit infeksi yang berakhir pada
Pasal 1 ayat 11, Keluarga Berisiko terganggunya penyerapan nutrisi (Mitha
Stunting adalah Keluarga yang memiliki satu Adzura, Fathmawati, 2021). Akses sanitasi
atau lebih faktor risiko Stunting yang terdiri yang buruk khususnya pada jenis jamban yang
dari keluarga yang memiliki anak remaja tidak layak pakai dapat meningkatkan

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
80 Vol.4 No.1 Juni 2023
………………………………………………………………………………………………………
terjadinya stunting 1,3 kali lebih besar sasaran yang diselenggarakan oleh Tim
dibandingakn dengan penggunaan jamban yang Percepatan Penurunan Stunting (TPPS),
layak (Wulandari, Rahayu Fitri, 2019). Upaya BKKBN membentuk Satuan Tugas Percepatan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat Penurunan Stunting di Tingkat Provinsi dan
salah satunya adalah dengan menerapkan Kabupaten / Kota serta Tim Pendamping
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang Keluarga yang bergerak di level teknis di Desa
mana pada salah satu indikatornya terdapat dan Kelurahan. Tim Pendamping Keluarga
penggunaan jamban sehat. adalah sekelompok tenaga yang terdiri dari
Fasilitas penggunaan jamban ini Bidan, Kader TP PKK dan Kader KB yang
meliputi kepemilikan jamban, jenis jamban, melaksanakan pendampingan kepada Calon
kebersihan jamban, perilaku open defecation Pengantin / Calon Pasangan Usia Subur,
dan pembuangan tinja balita tidak pada jamban keluarga dan keluarga yang berisiko Stunting
(Annita Olo, Henny Suzana Mediani, 2020). yang meliputi penyuluhan, fasilitasi pelayanan
Jamban sehat dapat mencegah terjadinya rujukan dan fasilitasi penerimaan program
penyebaran langsung penyakit yang berasal bantuan sosial serta surveilans untuk
dari kotoran manusia. Penyakit infeksi pada mendeteksi dini faktor resiko stunting. Tim
anak dapat menyebabkan penurunan berat Pendamping Keluarga ini ditetapkan
badan, sehingga jika kondisi tersebut terjadi berdasarkan Surat Keputusan (SK) oleh Kepala
dalam waktu yang lama dan tidak diimbangi Desa atau Lurah atau Pejabat yang Berwenang.
dengan pemberian asupan nutrisi yang Pemerintah memprioritaskan sumber
seimbang, maka dapat menyebabkan risiko daya yang tersedia untuk meningkatkan
stunting pada anak tersebut (Mitha Adzura, cakupan pelayanan kepada kelompok sasaran
Fathmawati, 2021) Percepatan Penurunan Stunting yang meliputi
Pendampingan Keluarga Beresiko Stunting remaja, calon pengantin / calon pasangan usia
Untuk melaksnakan kebijakan subur (PUS), ibu hamil, ibu menyusui dan anak
pengendalian penduduk dan pembangunan usia 0 (nol) hingga 59 (lima puluh sembilan)
keluarga sudah disebutkan dalam Undang- bulan. Oleh sebab itu, dalam penyelenggaraan
Undang tentang kelembagaan badan pelaksana. Percepatan Penurunan Stunting membutuhkan
Lembaga yang memiliki kewenangan dalam pendekatan intervensi yang komprehensif.
kependudukan yaitu Badan Kependudukan dan Intervensi ini mencakup aspek penyiapan
Keluarga Berenca Nasional (BKKBN). kehidupan berkeluarga, pemenuhan asupan
Pemerintah telah menetapkan Stunting gizi, perbaikan pola asuh, peningkatan akses
sebagai isu prioritas nasional dalam Rencana dan mutu pelayanan kesehatan serta
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020– peningkatan akses air minum serta sanitasi.
2024 dengan target penurunan yang signifikan Masalah kekurangan gizi pada ibu hamil
dari kondisi 24,4% pada tahun 2021 menjadi seringkali tidak disadari baik itu oleh individu,
14% pada tahun 2024. Dalam upaya keluarga maupun masyarakat sebagai sebuah
mendukung tercapainya target nasional masalah yang harus dicegah dan diselesaikan.
tersebut, telah ditetapkan sasaran dan strategi Hal ini mengindikasikan bahwa kebanyakan
nasional melalui Peraturan Presiden Nomor 72 keluarga tidak memiliki pengetahuan tentang
Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan gizi dan perilaku kesehatan yang tepat. Oleh
Stunting dimana BKKBN ditunjuk sebagai sebab itu, menempatkan keluarga sebagai lokus
Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan maupun fokus tanggung jawab pemecahan
Stunting. persoalan stunting menjadi sangat penting.
Untuk meningkatkan efektifitas Tim Pendamping Keluarga Berisiko
pelaksanaan kegiatan dan pelayanan kepada Stunting adalah tim yang terdiri dari bidan,
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.4 No.1 Juni 2023 81
……………………………………………………………………………………………………...
kader Tim Penggerak PKK dan Kader KB/IMP 1. Penyuluhan;
untuk menjadi pendamping keluarga yang 2. Fasilitasi pelayanan rujukan; dan
memiliki remaja, calon pengantin, ibu hamil 3. Fasilitasi penerimaan program bantuan
dan pascasalin, serta bayi baru lahir hingga usia sosial.
5 tahun dalam rangka pencegahan stunting. Tim
pendamping bertugas melaksanakan deteksi METODE PENELITIAN
dini faktor risiko stunting dan melakukan upaya Dalam penelitian ini, peneliti
meminimalisir atau mencegah pengaruh bila menggunakan pendekatan metode penelitian
terdapat faktor risiko stunting di suatu keluarga. kualitatif untuk menjawab rumusan masalah,
Tim ini akan memberikan edukasi, konseling dan metode penelitian kuantitatif untuk
dan fasilitas bantuan kepada keluarga-keluarga mengukur perkembangan resiko stunting
yang berisiko, baik dari aspek intervensi berbasis data.
spesifik maupun intervensi sensitive yang Penelitian kualitatif menurut Sugiyono
berpengaruh terhadap kemunculan kasus-kasus (2017:5) adalah penelitian yang digunakan
stunting. Dengan adanya Tim Pendamping untuk meneliti pada kondisi obyek yang
Keluarga (TPK) yang langsung turun di alamiah, dimana peneliti adalah sebagai
lapangan dan mengetahui masalah yang ada di instrumen kunci, teknik pengumpulan data
lingkup terkecil di tingkat Desa/Kelurahan dilakukan secara triangulasi (gabungan),
hingga keluarga, analisis data bersifat induktif, dan hasil
Peraturan Badan Kependudukan Dan penelitian kualitatif lebih menekankan makna
Keluarga Berencana Nasional Republik daripada generalisasi.
Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 Tentang penelitian kuantitatif menurut Sugiyono
Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan (2017:7) adalah penelitian dengan memperoleh
Angka Stunting Indonesia Tahun 2021-2024, data yang berbentuk angka.
Pasal 4 Strategi Percepatan Penurunan Stunting
dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan HASIL DAN PEMBAHASAN
prioritas rencana aksi nasional Percepatan Keluarga Beresiko Stunting Berbasis Data
Penurunan Stunting, meliputi: Kelurahan Lakorua
1. Penyediaan data keluarga berisiko Peneliti menggunakan Pasal 1 ayat 11
Stunting; Peraturan Badan Kependudukan Dan Keluarga
2. Pendampingan keluarga berisiko Berencana Nasional Republik Indonesia Nomor
Stunting; 12 Tahun 2021 untuk mengukur jumlah keluarga
3. Pendampingan semua calon beresiko stunting berbasis data Kelurahan
pengantin/calon pasangan usia subur; Lakorua Kecamatan Mawasangka Tengah
4. Surveilans keluarga berisiko Stunting; Kabupaten Buton Tengah, jumlah sampel dalam
5. Audit kasus Stunting; penelitian sebanyak 85 KK yang menjadi
6. Perencanan dan penganggaran; responden dengan kriteria keluarga berisiko
7. Pengawasan dan pembinaan akuntabilitas Stunting di Kelurahan Lakorua. Data yang
penyelenggaraan kegiatan Percepatan diambil untuk mengukur jumlah keluarga
Penurunan Stunting; beresiko stunting berbasis data Kelurahan
8. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan. Lakorua diambil melalui kuisioner, dengan
Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun menuangkan persentase dengan rumus sebagai
2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, berikut:
Pasal 9 ayat 2 Pendampingan keluarga berisiko Responden
Stunting, meningkatkan akses informasi dan Persentase = X 100%
pelayanan melalui: Total

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
82 Vol.4 No.1 Juni 2023
………………………………………………………………………………………………………
Responden Tengah Kabupaten Buton Tengah adanya
Indikator dalam penelitian, yaitu: perbedaan fasilitas tempat buang air besar
1. Status Ekonomi Keluarga menjadi penyebab keluarga berisiko stunting,
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari yaitu 51 responden (60%) dengan septic tank
85 responden keluarga berisiko stunting di dalam rumah dan 34 responden (40%) tanpa
Kelurahan Lakorua Kecamatan Mawasangka septic tank di luar rumah.
Tengah Kabupaten Buton Tengah mempunyai Penanganan Keluarga Berisiko Stunting
status ekonomi keluarga rendah, yaitu terdapat Kelurahan Lakorua adalah sebuah
77 responden (90,6%) mempunyai status kelurahan di Kecamatan Mawasangka Tengah
ekonomi keluarga kurang dari Rp. 500.00, dan di Kabupaten Buton Tengah, yang terjadi di
8 responden (9,4%) mempunyai status ekonomi Kelurahan Lakorua, 85 kepala keluarga
diatas Rp.500.000. beresiko stunting, dikarnakan kurangnya
2. Pendidikan orang tua pengetahuan tentang makanan bergizi,
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari lingkungan, air, sanitasi dan lain-lain. Peneliti
85 responden keluarga berisiko stunting di menggunakan Pasal 9 ayat 2 Peraturan Presiden
Kelurahan Lakorua Kecamatan Mawasangka Nomor 72 Tahun 2021 dalam penanganan
Tengah Kabupaten Buton Tengah mempunyai keluarga berisiko Stunting, dengan
perbedaan pendidikan, yaitu 52 responden meningkatkan akses informasi dan pelayanan
(61,2%) berpendidikan SD, 15 responden melalui:
(17,6) berpendidikan SMP, 13 responden 1. Penyuluhan
(15,3%) berpendidikan SMU, dan 5 responden Penyuluhan merupakan sebuah upaya
(5,9%) memiliki pendidikan strata I. untuk memaksimalkan kegiatan
3. Sanitasi lingkungan penanggulangan stunting agar dapat terlaksana
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari secara optimal. Pengembangan masyarakat
85 responden keluarga berisiko stunting di merupakan proses penguatan dan pemberi
Kelurahan Lakorua Kecamatan Mawasangka kemandirian dan keberdayaan masyarakat.
Tengah Kabupaten Buton Tengah adanya Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
perbedaan fasilitas sanitasi lingkungan menjadi Nasional (BKKBN) Kecamatan Mawasangka
penyebab keluarga berisiko stunting, yaitu 21 Tengah terus melatih Petugas Lapangan Non
responden (24,7%) tersedia tempat PNS (PLKB) Kelurahan dan Pembantu
pembuangan sampah di area rumah dan 64 Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD),
responden (75,3%) tersedia tempat guna mempercepat pencapaian target
pembuangan sampah di area pemukiman. penurunan keluarga berisiko Stunting, juga
4. Sumber air minum utama mendampingi sasaran prioritas pendampingan
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari keluarga dan memberi penyuluhan, fasilitasi
85 responden keluarga berisiko stunting di pelayanan rujukan dan fasilitasi penerimaan
Kelurahan Lakorua Kecamatan Mawasangka program bantuan sosial serta surveilans atau
Tengah Kabupaten Buton Tengah adanya pengamatan berkelanjutan untuk mendeteksi
perbedaan sumber air minum utama, yaitu 74 dini faktor risiko stunting dilingkungan
responden (87,1%) menggunakan ledeng/pam Kecamatan Mawasangka Tengah.
dan 11 responden (12.9%) menggunakan air Kelurahan Lakorua menurut data terdapat
kemasan/isi ulang. 85 kepala keluarga beresiko stunting,
5. Fasilitas Tempat Buang Air Besar penyuluhan adalah bentuk usaha pendidikan
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari non-formal kepada individu atau kelompok
85 responden keluarga berisiko stunting di masyarakat yang dilakukan secara sistematik,
Kelurahan Lakorua Kecamatan Mawasangka terencana dan terarah dalam usaha perubahan
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.4 No.1 Juni 2023 83
……………………………………………………………………………………………………...
perilaku yang berkelanjutan. Petugas Lapangan Sistem rujukan pelayanan kesehatan
Non PNS (PLKB) Kelurahan lakorua dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan
melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat kebutuhan medis. Pada pelayanan kesehatan
dalam penanggulangan stunting, ini dilakukan tingkat pertama Kelurahan Lakorua peserta
melalui tahapan penyadaran dan pembentukan dapat berobat ke fasilitas kesehatan seperti
perilaku menuju perilaku sadar dan peduli puskesmas Mawasangka Tengah, klinik, atau
sehingga merasa membutuhkan meningkatkan dokter keluarga/praktek mandiri yang
kapasitas diri. tercantum pada kartu peserta BPJS Kesehatan.
Salah satu strategi percepatan penurunan Apabila peserta memerlukan pelayanan
Stunting adalah pendekatan keluarga melalui lanjutan oleh dokter spesialis, maka peserta
pendampingan keluarga berisiko Stunting dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat
untuk mencapai target sasaran, dalam kegiatan kedua atau Rumah Sakit Daerah maupun Ruma
pendampingan keluarga memberikan edukasi Sakit Swasta. Rujukan inihanya diberikan jika
serta memfasilitasi calon pengantin yang pasien membutuhkan pelayanan kesehatan
memiliki faktor risiko stunting dalam upaya spesialistik dan fasilitas kesehatan yang
menghilangkan faktor tersebut, melakukan ditunjuk untuk melayani peserta, tidak dapat
pendampingan kepada semua ibu hamil di memberikan pelayanan kesehatansesuai dengan
Kelurahan Lakorua dengan melakukan kebutuhan peserta karena keterbatasan fasilitas,
pemantauan/pemeriksaan kehamilan secara pelayanan, dan atau ketenagaan.
berkala, dan memfasilitasi rujukan jika Ada kerjasama dengan beberapa instansi
diperlukan, melakukan pendampingan dalam hal penurunan resiko stunting antara lain
pengasuhan dan tumbuh kembang anak di Dinas Kesehatan Buton Tengah dan Rumah
bawah 5 tahun (balita) dengan melakukan Sakit Daerah Buton Tengah, dimana dalam hal
skrining penilaian faktor risiko Stunting, dan kerjasama ini ada pelayanan rujukan bagi
mendapat imunisasi dasar lengkap sesuai Keluarga dengan resiko stunting mulai dari
jadwal, dan memastikan keluarga mendapatkan calon pengantin, ibu hamil, balita, serta remaja.
bantuan sosial dan memastikan program Mengingat kompleksitas masalah stunting di
bantuan sosial dimanfaatkan dengan benar. Kelurahan Lokorua, dibutuhkan sinergi semua
Berdasarkan hasil penelitian, bahwa pihak untuk mengatasi stunting.
Program penyuluhan penurunan resiko stunting Kondisi stunting atau gagal tumbuh pada
sudah dilakukan sejak dari calon pengantin, dan anak sangat terkait dengan gizi penduduk yang
pendampingan juga dilakukan kepada Ibu buruk dalam periode cukup panjang. Tanpa
Hamil. penanganan serius akan semakin banyak
2. Fasilitasi Pelayanan Rujukan penduduk yang dewasa dan menua dengan
Sistem rujukan adalah suatu sistem perkembangan kemampuan kognitif yang
penyelenggaraan kesehatan yang melaksanakan lambat, mudah sakit dan kurang produktif.
pelimpahan tanggung jawab yang timbal balik Berdasarkan hasil penelitian dalam hal
terhadap satu kasus penyakit atau masalah fasilitas rujukan dihubungkan dengan
kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit kerjasama sektoral yang dilakukan oleh
yang berkemampuan kurang kepada unit yang BKKBN antara Lain Dinas Kesehatan,
lebih mampu dalam arti unit-unit yang setingkat Puskesmas Mawasangka Tengah dan Rumah
kemampuannya. Sakit Daerah Kabupaten Buton Tengah. Oleh
Sistem rujukan mengatur alur dari mana karena itu, peran lintas sektor sangat penting
dan harus ke mana seseorang yang mempunyai dalam penanganan stunting.
masalah kesehatan tertentu untuk 3. Fasilitasi Penerimaan Program Bantuan
memeriksakan masalah kesehatannya. Sosial

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
84 Vol.4 No.1 Juni 2023
………………………………………………………………………………………………………
Stunting dapat mengindikasikan bahwa Mawasangka Tengah Kabupaten Buton
telah terjadi retardasi pertumbuhan akibat Selatan terdapat 85 KK beresiko sunting.
defisiensi zat gizi saat dalam kandungan, Berdasarkan parameter persentase
artinya ibu yang kurang gizi sejak awal Stunting Berbasis Data kelurga beresiko
kehamilan hingga lahir akan berisiko stunting memiliki status ekonomi
melahirkan anak stunting. Balita yang lahir keluarga rendah, yaitu terdapat 77
dengan berat badan rendah berpeluang menjadi responden (90,6%) mempunyai status
pendek dibandingkan dengan balita yang lahir ekonomi keluarga kurang dari Rp.
dengan berat badan normal. 500.00, dan 8 responden (9,4%)
Sampel dalam penelitian sebanyak 85 KK mempunyai status ekonomi diatas
yang menjadi responden dengan kriteria keluarga Rp.500.000; Mempunyai perbedaan
berisiko Stunting di Kelurahan Lakorua. Data pendidikan, yaitu 52 responden (61,2%)
yang diambil untuk mengukur jumlah keluarga berpendidikan SD, 15 responden (17,6)
beresiko stunting berbasis data Kelurahan berpendidikan SMP, 13 responden
Lakorua diambil melalui kuisioner. Hasil (15,3%) berpendidikan SMU, dan 5
penelitian menunjukan bahwa dari 85 responden responden (5,9%) memiliki pendidikan
keluarga berisiko stunting di Kelurahan Lakorua strata I; Adanya perbedaan fasilitas
Kecamatan Mawasangka Tengah Kabupaten sanitasi lingkungan menjadi penyebab
Buton Tengah mempunyai status ekonomi keluarga berisiko stunting, yaitu 21
keluarga rendah, yaitu terdapat 77 responden responden (24,7%) tersedia tempat
(90,6%) mempunyai status ekonomi keluarga pembuangan sampah di area rumah dan
kurang dari Rp. 500.00, dan 8 responden (9,4%) 64 responden (75,3%) tersedia tempat
mempunyai status ekonomi diatas Rp.500.000. pembuangan sampah di area pemukiman;
BKKBN Kecamatan Mawasangka Tengah Adanya perbedaan sumber air minum
juga aktif berperan dalam pemberian bantuan utama, yaitu 74 responden (87,1%)
sosial yang bekerjasama dengan Dinas menggunakan ledeng/pam dan 11
Kesehatan Kabupaten Buton Tengah berupa responden (12.9%) menggunakan air
makanan tambahan pada balita, pemberian tablet kemasan/isi ulang.
zat besi pada ibu hamil dan remaja. Hal ini 2. Stunting adalah gangguan pertumbuhan
dilakukan supaya mencegah terjadinya bayi dan perkembangan anak akibat
stunting apabila mempunyai anak. kekurangan gizi kronis dan infeksi
Berdasarkan hasil penelitian Kecamatan berulang yang ditandai dengan panjang
Mawasangka Tengah dan Dinas Kesehatan atau tinggi badan berada dibawah standar
Kabupaten Buton Tengah memberikan Bantuan yang ditetapkan oleh menteri yang
Sosial kepada keluarga beresiko stunting di menyelenggarakan urusan pemerintahan
Kelurahan Lakorua, bantuan sosial berupa di bidang kesehatan. Kelurahan Lakorua
pemberian makanan tambahan pada balita, Kecamatan Mawasangka Tengah
Memberikan tablet zat besi kepada ibu hamil terdapat 85 KK beresiko sunting, melalui
dan remaja putri, hal ini dilakukan supaya Badan Kependudukan dan Keluarga
mencegah terjadinya bayi stunting. Berencana Nasional (BKKBN)
Kecamatan Mawasangka Tengah
PENUTUP melakukan percepatan penurunan
Kesimpulan Stunting melalui Penyuluhan, Fasilitasi
Berdasarkan pada hasil penelitian, maka Pelayanan Rujukan, dan Fasilitasi
dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini: Penerimaan Program Bantuan Sosial.
1. Kelurahan Lakorua Kecamatan Hasil penelitian yang telah di lakukan
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.4 No.1 Juni 2023 85
……………………………………………………………………………………………………...
oleh peneliti bahwa Program penyuluhan DAFTAR PUSTAKA
penurunan resiko stunting sudah [1] Agus Byna. 2020. Analisis Komparatif
dilakukan sejak dari calon pengantin, dan Machine Learning Untuk Klasifikasi
pendampingan juga dilakukan kepada Ibu Kejadian Stunting. Jawa Tengah: CV.
Hamil. Fasilitas rujukan dihubungkan Pena Persada.
dengan kerjasama sektoral yang [2] Annita Olo, Henny Suzana Mediani, W.
dilakukan oleh BKKBN antara Lain R. (2020). Hubungan Faktor Air dan
Dinas Kesehatan, Puskesmas Sanitasi dengan Kejadian Stunting pada
Mawasangka Tengah dan Rumah Sakit Balita di Indonesia. Jurnal Obsesi :
Daerah Kabupaten Buton Tengah. Oleh Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2),
karena itu, peran lintas sektor sangat 1035–1044.
penting dalam penanganan stunting. Dan https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.521
BKKBN Kecamatan Mawasangka [3] Budi, E., Putri, P., Namira, F. P., &
Tengah dengan Dinas Kesehatan Minum, S. A. (2022). Gambaran
Kabupaten Buton Tengah memberikan Penyebab Keluarga Berisiko Stunting DI
Bantuan Sosial kepada keluarga beresiko Kabupaten Bojonegoro. Media Gizi
stunting di Kelurahan Lakorua, bantuan Indonesia, 1, 13–21.
sosial berupa pemberian makanan [4] Choiroh, Z. M., Windari, E. N., &
tambahan pada balita, Memberikan tablet Proborini, A. (2020). Hubungan antara
zat besi kepada ibu hamil dan remaja Frekuensi dan Durasi Diare dengan
putri, hal ini dilakukan supaya mencegah Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-36
terjadinya bayi stunting. Bulan di Desa Kedungrejo Kecamatan
Saran Pakis. Journal of Issues in Midwifery,
Berdasarkan kesimpulan, maka saran 4(3), 131–141.
yang peneliti ajukan berupa rekomendasi, https://doi.org/10.21776/ub.joim.2020.00
yaitu: 4.03.4
1. Bagi Ibu-Ibu dan Mayarakat Kelurahan [5] Dasril, O. (2019). Karakteristik Keluarga
Lakorua diharapkan untuk menajaga baik Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak
masa kehamilan ataupun dan meyususi. Sekolah Dasar di Kecamatan Nanggalo
serat menjaga kebersihan lingkung Kota Padang. Jurnal Sehat Mandiri,
keluarga. 14(2), 48–56.
2. Bagi Keluarga Berencana Nasional https://doi.org/10.33761/jsm.v14i2.116
(BKKBN) Kecamatan Mawasangka [6] Dian Jayantari Putri K Hedo. 2020. Father
Tengah diharpakan lebih Involvement di Indonesia. Surabaya:
mengoptimalisai pembinaan bagi kader- Airlangga University Press.
kader dalam pencegahan stunting. [7] Efendi, F. & Makhfudli. (2009).
3. Bagi Petugas Lapangan Non PNS Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori
(PLKB) Kelurahan Lakorua dan Dan. Praktik Dalam Keperawatan.
Pembantu Pembina Keluarga Berencana Jakarta: Seleba Medika
Desa (PPKBD) diharpkan lebih [8] Farah Okky Aridiyah, Ninna Rohmawati,
meningkatkan lagi kunjungan dan M. R. (2013). Faktor-faktor yang
sosialisai, penyuluhan kepada Mempengaruhi Kejadian Stunting pada
masayarkat. Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan
Perkotaan (The Factors Affecting
Stunting on Toddlers in Rural and Urban
Areas). JAOCS, Journal of the American

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
86 Vol.4 No.1 Juni 2023
………………………………………………………………………………………………………
Oil Chemists’ Society, 90(12), 1809– KEJADIAN STUNTING PADA
1817. https://doi.org/10.1007/s11746- BALITA DI INDONESIA. Jurnal
013-2339-4 Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas
[9] Gladys Apriluana, S. F. (2017). Analisis Akademika Dan Masyarakat, 21(2), 79–
Faktor-Faktor Risiko terhadap Kejadian 89.
Stunting pada Balita (0-59 Bulan) di [17] Nirmalasari, N. O. (2020). Stunting Pada
Negara Berkembang dan Asia Tenggara. Anak : Penyebab dan Faktor Risiko
Jurnal Departemen Gizi Fakultas Stunting di Indonesia. Qawwam: Journal
Kesehatan Masarakat, Vol. 28 No, 247– For Gender Mainstreming, 14(1), 19–28.
256. https://doi.org/10.20414/Qawwam.v14i1.
[10] Harlina, H. H., & Nur, M. I. (2021). Studi 2372
Fakor Resiko Kejadian Stunting Pada [18] Nur Azizah, Nastia, A. S. (2022). Strategi
Balita Di Wilayah Dataran Tinggi Dan Dinas Kesehatan dalam menekan laju
Dataran Rendah. Jurnal Ilmiah penderitaan stunting di Kabupaten Buton
Kesehatan Sandi Husada, 10(2), 501– Selatan. JIP: Jurnal Inovasi Penelitia,
510. 2(12), 4145–4152.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.634 [19] Persatuan Gizi Indonesia. 2018. Stop
[11] Irianto, K. (2014). Gizi Seimbang dalam Stunting Dengan Konseling Gizi. Jakarta
Kesehatan Reproduksi (Balanced Timur: Penebar Swadaya Grup.
Nutrition in Reproductive Health). [20] Peraturan Badan Kependudukan Dan
Alfabeta Keluarga Berencana Nasional Republik
[12] Jackson, A., dan Chalder, P. C. 2004. Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 Tentang
Handbook of Nutrition and Immunity Rencana Aksi Nasional Percepatan
(Servere Undernutrition and Immunity). Penurunan Angka Stunting Indonesia
M. Eric Gershwin, M. E. Netsel, P dan Tahun 2021-2024.
keen, C.L (Ed). Humana Press 77. [21] Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021
[13] Lestari, M. (2021). Kontribusi Kondisi tentang Percepatan Penurunan Stunting
Fisik Lingkungan Rumah dengan [22] Rofiah, T. A., Syaroh, N. M., Safitri, M.,
Kejadian Diare dan Hubungannya Satriaji4, F. V., & Fahrudin, T. M. (2022).
terhadap Kejadian Stunting. Indonesian Monitoring pada Keluarga dengan Anak
Journal of Public Health and Nutrition, Berisiko Stunting di Desa Candiharjo
1(1), 101–113. Kecamatan Ngoro. KARYA UNGGUL :
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/I Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat,
JPHN 1, 43–52.
[14] Losong, N. H. F., & Adriani, M. (2017). [23] Saputri, R. A. (2019). Upaya Pemerintah
Perbedaan Kadar Hemoglobin, Asupan Daerah Dalam Penanggulangan Stunting
Zat Besi, dan Zinc pada Balita Stunting Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
dan Non Stunting. Amerta Nutrition, 1(2), Jdp (Jurnal Dinamika Pemerintahan),
117. 2(2), 152–168.
https://doi.org/10.20473/amnt.v1i2.6233 https://doi.org/10.36341/jdp.v2i2.947
[15] Man, J. dan Truswell, A, S. 2002.
Essentials Of Human Nutrition. Oxfod [24] Setyowati, Sri; Murwani, Arita. 2008.
University Press. New York. Asuhan Keperawatan Keluarga.
[16] Mitha Adzura, Fathmawati, Y. (2021). Yogyakarta: Mitra Cendikia Press
HUBUNGAN SANITASI, AIR BERSIH [25] Sinaga, E. P., Bangun, S., & Kasim, F.
DAN MENCUCI TANGAN DENGAN (2022). Evaluasi Peranan Penyuluh KB
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.4 No.1 Juni 2023 87
……………………………………………………………………………………………………...
Dalam Pendampingan Keluarga Beresiko 14(2), 48–56.
Stunting Di Kabupaten Serdang Bedagai https://doi.org/10.33761/jsm.v14i2.116
Tahun 2022. Best Journal Biology [34] Farah Okky Aridiyah, Ninna Rohmawati,
Education Science & Technology, 5(2), M. R. (2013). Faktor-faktor yang
205–210. Mempengaruhi Kejadian Stunting pada
[26] Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Perkotaan (The Factors Affecting
Bandung: CV. Alfabeta. Stunting on Toddlers in Rural and Urban
[27] Tampongangoy, D. (2019). Pengaruh Areas). JAOCS, Journal of the American
Kinerja Pegawai Terhadap Kualitas Oil Chemists’ Society, 90(12), 1809–
Pelayanan Di Puskesmas Kecamatan 1817. https://doi.org/10.1007/s11746-
Lembeh Utara Kota Bitung. Jurnal 013-2339-4
Administrasi Publik, 5(78). [35] Gladys Apriluana, S. F. (2017). Analisis
[28] Teja, M. (2019). Stunting Balita Faktor-Faktor Risiko terhadap Kejadian
Indonesia Dan Penanggulangannya. Stunting pada Balita (0-59 Bulan) di
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR Negara Berkembang dan Asia Tenggara.
RI, XI(22), 13–18. Jurnal Departemen Gizi Fakultas
[29] Wahida Yuliana dan Bawon Nul Hakim. Kesehatan Masarakat, Vol. 28 No, 247–
2019. Darurat Stunting Dengan 256.
Melibatkan Keluarga. Sulawesi Selatan: [36] Harlina, H. H., & Nur, M. I. (2021). Studi
Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia Fakor Resiko Kejadian Stunting Pada
[30] Annita Olo, Henny Suzana Mediani, W. Balita Di Wilayah Dataran Tinggi Dan
R. (2020). Hubungan Faktor Air dan Dataran Rendah. Jurnal Ilmiah
Sanitasi dengan Kejadian Stunting pada Kesehatan Sandi Husada, 10(2), 501–
Balita di Indonesia. Jurnal Obsesi : 510.
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.634
1035–1044. [37] Lestari, M. (2021). Kontribusi Kondisi
https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.521 Fisik Lingkungan Rumah dengan
[31] Budi, E., Putri, P., Namira, F. P., & Kejadian Diare dan Hubungannya
Minum, S. A. (2022). Gambaran terhadap Kejadian Stunting. Indonesian
Penyebab Keluarga Berisiko Stunting DI Journal of Public Health and Nutrition,
Kabupaten Bojonegoro. Media Gizi 1(1), 101–113.
Indonesia, 1, 13–21. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/I
[32] Choiroh, Z. M., Windari, E. N., & JPHN
Proborini, A. (2020). Hubungan antara [38] Losong, N. H. F., & Adriani, M. (2017).
Frekuensi dan Durasi Diare dengan Perbedaan Kadar Hemoglobin, Asupan
Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-36 Zat Besi, dan Zinc pada Balita Stunting
Bulan di Desa Kedungrejo Kecamatan dan Non Stunting. Amerta Nutrition, 1(2),
Pakis. Journal of Issues in Midwifery, 117.
4(3), 131–141. https://doi.org/10.20473/amnt.v1i2.6233
https://doi.org/10.21776/ub.joim.2020.00 [39] Mitha Adzura, Fathmawati, Y. (2021).
4.03.4 HUBUNGAN SANITASI, AIR BERSIH
[33] Dasril, O. (2019). Karakteristik Keluarga DAN MENCUCI TANGAN DENGAN
Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak KEJADIAN STUNTING PADA
Sekolah Dasar di Kecamatan Nanggalo BALITA DI INDONESIA. Jurnal
Kota Padang. Jurnal Sehat Mandiri, Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
88 Vol.4 No.1 Juni 2023
………………………………………………………………………………………………………
Akademika Dan Masyarakat, 21(2), 79– 5(1).
89. https://doi.org/10.37348/cendekia.v5i1.7
[40] Nirmalasari, N. O. (2020). Stunting Pada 5
Anak : Penyebab dan Faktor Risiko [48] Wulandari, Rahayu Fitri, D. (2019).
Stunting di Indonesia. Qawwam: Journal Hubungan Sanitasi Lingkungan Dan
For Gender Mainstreming, 14(1), 19–28. Riwayat Penyakit Infeksi Dengan
https://doi.org/10.20414/Qawwam.v14i1. Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja
2372 Puskesmas Kerkap Kabupaten Bengkulu
[41] Nur Azizah, Nastia, A. S. (2022). Strategi Utara Tahun 2019. Avicenna: Jurnal
Dinas Kesehatan dalam menekan laju Ilmiah, 14(02), 6–13.
penderitaan stunting di Kabupaten Buton https://doi.org/10.36085/avicenna.v14i02
Selatan. JIP: Jurnal Inovasi Penelitia, .374
2(12), 4145–4152. [49] Wulandari Leksono, A., Kartika
[42] Rofiah, T. A., Syaroh, N. M., Safitri, M., Prameswary, D., Sekar Pembajeng, G.,
Satriaji4, F. V., & Fahrudin, T. M. (2022). Felix, J., Shafa Ainan Dini, M.,
Monitoring pada Keluarga dengan Anak Rahmadina, N., Hadayna, S., Roroputri
Berisiko Stunting di Desa Candiharjo Aprilia, T., Hermawati, E., Studi
Kecamatan Ngoro. KARYA UNGGUL : Kesehatan Masyarakat, P., Kesehatan
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, Masyarakat, F., Kesehatan Lingkungan,
1, 43–52. D., Kelurahan Muarasari, P., & Bogor
[43] Saputri, R. A. (2019). Upaya Pemerintah Selatan, K. (2021). Risiko Penyebab
Daerah Dalam Penanggulangan Stunting Kejadian Stunting pada Anak. Jurnal
Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pengabdian Kesehatan Masyarakat:
Jdp (Jurnal Dinamika Pemerintahan), Pengmaskesmas, 1(2), 34–38.
2(2), 152–168. [50] Yadika, A. D. N., Berawi, K. N., &
https://doi.org/10.36341/jdp.v2i2.947 Nasution, S. H. (2019). Pengaruh stunting
[44] Sinaga, E. P., Bangun, S., & Kasim, F. terhadap perkembangan kognitif dan
(2022). Evaluasi Peranan Penyuluh KB prestasi belajar. Jurnal Majority, 8(2),
Dalam Pendampingan Keluarga Beresiko 273–282.
Stunting Di Kabupaten Serdang Bedagai [51] Yuniarti, T. S., Margawati, A., &
Tahun 2022. Best Journal Biology Nuryanto. (2019). Faktor Risiko Kejadian
Education Science & Technology, 5(2), Stunting Anak Usia 1-2 Tahun Di Daerah
205–210. Rob Kota Pekalongan Risk Factor for
[45] Tampongangoy, D. (2019). Pengaruh Stunting Among 1-2 Years Children in
Kinerja Pegawai Terhadap Kualitas Tidal Area Pekalongan City. 7(2), 83–90.
Pelayanan Di Puskesmas Kecamatan
Lembeh Utara Kota Bitung. Jurnal
Administrasi Publik, 5(78).
[46] Teja, M. (2019). Stunting Balita
Indonesia Dan Penanggulangannya.
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR
RI, XI(22), 13–18.
[47] Wahid, A., & Halilurrahman, M. (2019).
Keluarga Institusi Awal Dalam
Membentuk Masyarakat Berperadaban.
CENDEKIA : Jurnal Studi Keislaman,
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)

Anda mungkin juga menyukai