ASET LANCAR
Aset merupakan aktiva yang mempunyai manfaat ekonomik di masa datang yang cukup
pasti, dikuasai oleh entitas dan timbul akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Aset
mencerminkan kekayaaan baik berwujud maupun tidak berwujud yang berharga atau bernilai
pada sebuah perusahaan. Aset pada perusahaan terdiri dari aset lancar, aset tetap dan aset tidak
berwujud.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) aset
adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan
dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. Pada
dasarnya aset dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu aset lancar dan aset tidak
lancar. Aset lancar adalah harta atau kekayaan perusahaan yang mudah diubah menjadi uang
tunai dalam waktu relatif singkat (kurang dari satu tahun) dan terdaftar di neraca bisnis. Contoh
aset lancer antara lain adalah kas, piutang,investasi jangka pendek, persediaan, dan beban
dibayar di muka.
Bambang Riyanto (2001) mendefinisikan aset lancar yaitu aset yang habis dalam satu kali
perputaran dalam proses produksi dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu yang
pendek (umumnya kurang dari satua tahun). Menurut Alimsyah dan Padji (2006) mendefinisikan
aset lancar merupakan harta perusahaan yang dapat ditukar dengan uang tunai dalam waktu
relatif singkat. Biasanya ukuran waktunya yang dipakai ialah siklus usaha atau tahun buku yang
Kriteria aset lancar dijelaskan dalam PSAK 201 (dulu PSAK 1): Penyajian Laporan
Keuangan, yaitu suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika memenuhi salah satu dari
kriteria berikut:
a. Aset tersebut diperkirakan akan direalisasikan atau terdapat intensi untuk dijual atau
d. Aset tersebut merupakan kas atau setara kas, kecuali aset tersebut dibatasi pertukaran atau
periode pelaporan.
Sebaliknya, jika suatu aset tidak termasuk dalam kriteria-kriteria di atas maka aset tersebut
diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar. Yang dimaksud dengan “Siklus operasi normal” pada
kriteria di atas yaitu rentang waktu sejak perolehan (pembelian) aset, proses atau produksi (jika
ada), hingga dapat direalisasikan atau diubah ke dalam bentuk kas atau setara kas (terjual).
PSAK 201 menambahkan bahwa “Ketika siklus operasi normal suatu entitas tidak dapat
diidentifikasikan secara jelas, maka diasumsikan selama 12 bulan.” Itulah sebabnya mengapa
“Persediaan” dan “Piutang” dimasukkan ke dalam kelompok aset lancar, meskipun belum tentu
Kas merupakan alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai
kegiatan Perusahaan. Sedangkan setara kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid,
berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa
menghadapi risiko perubahan nilai. Dapat di simpulkan kas dan setara kas adalah dana tunai
dan uang yang disimpan di bank yang dapat dipergunakan sewaktu-waktu untuk membiayai
kegiatan umum dan rutin perusahaan. Instrumen yang dapat diklasifikasikan sebagai setara
kas meliputi:
a. Deposito berjangka yang akan jatuh tempo dalam waktu 3 bulan atau kurang dari tanggal
b. Instrumen pasar uang yang diperoleh dan akan dicairkan dalam jangka waktu tidak lebih
dari 3 bulan.
Insturmen yang tidak bisa diklasifikasikan sebagai kas dan setara kas:
a. Kas dan setara kas yang telah ditentukan penggunaannya atau yang tidak dapat
b. Rekening giro pada bank yang tidak dapat segera dipakai (blokir) atau dana yang sudah
cadangkan untuk tujuan khusus tertentu atau dana yang dibatasi penggunaannya. Dana
yang diblokir di bank untuk tujuan bank garansi dan atau dana yang sengaja dicadangkan
untuk tujuan khusus tertentu dibukukan dan dicatat pada akun “Deposit Guarantee” pada
b. Piutang lain-lain yang timbul dari transaksi di luar kegiatan utama perusahaan yang tidak
diharapkan pencairannya dalam jangka waktu satu tahun, seperti uang muka pada pemegang
c. Persediaan
PSAK 202 (dulu PSAK 14) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan persediaan
adalah aset yang (i) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa; (ii) dalam proses
produksi untuk penjualan tersebut; (iii) dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk
digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Artinya, persediaan tidak hanya
mencakup barang jadi melainkan juga bahan baku dan setengah jadi, tergantung dari jenis
perusahaannya.
memang sudah siap untuk dijual, sehingga dalam laporan posisi keuangan hanya akan
terdapat satu akun persediaan, yaitu Persediaan Barang Dagang. Sebaliknya, untuk
Persediaan Bahan Baku, Persediaan Dalam Proses, dan Persediaan Barang Jadi.
Untuk perusahaan jasa yang menjual jasa takberwujud, persediaannya bukan berupa
produk yang dijual melainkan berupa perlengkapan. Selanjutnya untuk perusahaan agrikultur,
aset yang dianggap sebagai persediaan adalah produk agrikultur yang telah dipanen dari aset
biologis.
Pada saat pengakuan awal, persediaan akan diukur pada biaya perolehannya.
a) Harga beli, bea impor, pajak lainnya (selain yang dapat ditagih kembali setelahnya
b) Biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi,
c) Diskon dagang, rabat dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya
pembelian.
a) Biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi, misal biaya tenaga
kerja langsung.
b) Alokasi overhead produksi tetap dan variabel yang timbul dalam mengkonversi
b. Contoh overhead produksi variabel: bahan tidak langsung dan biaya tenaga kerja
tidak langsung.
c. Biaya lain-lain
Diakui sebagai biaya persediaan sepanjang biaya tersebut timbul agar persediaan
berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Misalnya dalam keadaan tertentu diperkenankan
yang tidak dapat diperhitungkan sebagai persediaan dan harus dibebankan pada periode
terjadinya, yaitu:
a. Jumlah yang tidak normal atas pemborosan bahan, tenaga kerja, atau biaya produksi
lainnya;
c. Biaya administrasi dan umum yang tidak memberikan kontribusi untuk membuat
d. Biaya penjualan. Untuk perusahaan jasa, biaya persedian tersebut meliputi biaya
tenaga kerja dan biaya personalia lainnya yang secara langsung menangani
diatribusikan. Sedangkan, biaya tenaga kerja dan biaya lainnya yang terkait dengan
personalia penjualan dan administrasi umum tidak termasuk sebagai biaya persedian
tetapi diakui sebagai beban pada periode terjadinya. Biaya persediaan pemberi jasa
tidak termasuk marjin laba atau overhead yang tidak dapat diatribusikan yang
Terdapat dua metode untuk mencatat persediaan, yaitu metode perpetual dan metode
periodik. Metode pencatatan perpetual adalah metode yang mencatat perubahan persediaan
secara terus menerus sehingga nilai persediaan akan selalu termuktahirkan. Nilai Persediaan
akhir dan Harga Pokok Penjualan (HPP) akan tercermin dalam buku besar kedua akun tersebut.
Sedangkan, metode pencatatan periodik adalah metode dimana perusahaan menentukan
kuantitas persediaan akhir secara periodik dan menghitung HPP di akhir periode.