Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ....................................................................................................... i
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar belakang ............................................................................................ 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 4
1.3 Manfaat ...................................................................................................... 4
BAB 2. GAGASAN ............................................................................................ 5
2.1 Kondisi terkini pencetus gagasan ................................................................ 5
2.2 Solusi yang tawarkan .................................................................................. 7
2.3 Dampak apabila ide diimplementasikan ...................................................... 9
2.4 Pihak-pihak yang dilibatkan........................................................................ 9
2.5 Langkah Langkah ..................................................................................... 10
BAB 3. KESIMPULAN.................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 12
Lampiran 1. Biodata ketua dan anggota yang ditandatangani .......................... 14
Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas ........... 19
Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Tim Pengusul ........................................ 20

i
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kebutuhan dunia terhadap listrik mengalami peningkatan yang signifikan
seiring dengan pertambahan populasi manusia (Guan et al., 2023; Pinto et al.,
2023). Total konsumsi akhir (Total Final Consumption, TFC) yang dimiliki
meningkat secara signifikan, dari 0,1% (1900) menjadi 4% pada pertengahan abad
(1950), dan 19% pada tahun 2022 (Gambar 1). Kebutuhan energi ini terus
meningkat seiring dengan penambahan laju pertumbuhan penduduk, terutama pada
negara berkembang seperti Indonesia. Kebutuhan listrik di Indonesia mencapai 1,08
Gwh/tahun atau setara 26% dari kebutuhan negara China yang mencapai 8.090
Twh/tahun (Gambar 1). Menurut kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral,
Kebutuhan listrik tersebut diperkirakan terus mengalami peningkatan mencapai
7,92 %/tahun.

Gambar 1. Data konsumsi listrik terbesar dari 10 negara.


Listrik memegang peranan vital suatu bangsa. Konsumsi Listrik di indonesia
terdiri dari sektor rumah tangga, komersial, publik dan industri. Pada tahun 2016,
penjualan energi listrik PLN di setiap sektor meningkat: rumah tangga 43,35%,
komersial 18,55%, publik 6,55%, dan industri 31,55%. Namun, jumlah pelanggan
pada tahun 2017 adalah 52,02 persen untuk industri, 2,42 persen untuk komersial,
1,29 persen untuk publik, dan 44,26 persen untuk rumah tangga (Mahardiananta et
al., 2021). Peningkatan kebutuhan listrik secara nasional berpotensi terus
mengalami kenaikan seiring dengan pertumbuhan industri dan jumlah penduduk.
Prastika (2023) melakukan penelitian terhadap kausalitas penggunaan energi listrik
yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan jumlah penduduk dan
pertumbuhan ekonomi di 34 propinsi di Indonesia. Kondisi tersebut juga selaras
dengan prediksi (BPPT, 2015) terkait peningkatan konsumsi energi sampai tahun
2050 terutama dari sektor industri, rumah tangga dan komersial (Gambar 2).
Kondisi tersebut memaksa negara untuk selalu menyediakan ketersediaan energi,
meskipun cadangan terutama energi fossil semakin menipis, sehingga diperlukan
terobosan sumber energi lain yang memiliki keberlanjutan.
2

Gambar 2. Kebutuhan listrik per sektor dan produksi listri nasional


Sumber energi listrik saat ini masih berfokus pada energi tak terbarukan. Saat
ini sudah terjadi penurunan pada sumber energi batu bara pada satu abad lalu,
penurunan sudah terjadi sebesar lebih dari 20%. Di zaman kini terjadi eksploitasi
energi yang bersumber dari nuklir, yang menghasilkan 30 PWh. Jika dibandingkan
dengan energi baru terbarukan, sumber energi air justru mengalami penurunan
sebesar lebih dari 5 PWh (Gambar 3). Berdasarkan data tersebut sumber energi
listrik masih didominasi oleh sumber non-renewable.

Gambar 3. Grafik sumber energi listrik.


Pembangkit listrik tenaga uap sekarang menjadi penghasil listrik terbesar di
berbagai negara besar salah satunya Indonesia. Sekarang ada hampir 100 PLTU
batubara di Indonesia, sebagian besar di pulau Jawa. Ada 35 PLTU tambahan yang
akan dibangun, dengan 10 di antaranya dibangun di pulau Jawa dan 25 lainnya di
luar pulau Jawa. Namun, kita tidak menyadari bahwa PLTU, selain menghasilkan
panas listrik, juga menghasilkan polutan lain yang sangat berbahaya bagi
lingkungan dan kesehatan. Polutan SOx, NOx, dan CO serta partikel fly ash
3

dikeluarkan melalui cerobong asap. Angin kemudian menghembuskannya dan


membawa debu ke penduduk sekitar yang tinggal di dekat PLTU (Wahyu Sabubu,
2020). Pembangkit listrik dengan energi baru terbarukan merupakan Solusi masalah
tersebut.
Selain permasalahan sumber energi, Indonesia juga dihadapkan oleh tata
kelola distribusi listrik yang masih belum baik, seperti distribusi listrik terutama di
kota besar yang semrawut dengan kabel mengakibatkan kecelakaan ataupun
merusak keindahan kota (Prajayani, 2023; Republika, 2023). Negara maju mereka
sudah menggunakan distribusi listrik di bawah tanah. Indonesia sendiri tidak bisa
melakukan hal ini dikarenakan bencana alam banjir (Gambar 4). Kelebihan ini
adalah murahnya dalam biayanya karena tidak perlu penggalian dan mudahnya
dalam pemasangan. Kelemahan dari tiang listrik ini pastinya akan bermasalah
dengan estetika terlebih lagi jika jarak dari pendistribusian listrik mencapai ke
pelosok, hal ini pasti akan merusak estetika dari lingkungan tersebut serta
bahayanya apabila terdapat kabel yang terkelupas.

a b

Gambar 4. Sistem distribusi listrik di Indonesia yang menggunakan kabel dan tiang
(a) dan dinegara maju yang menggunakan under ground system (b)
Dibutuhkan terobosan sumber energi yang ramah, besar dan sustain.
Pembangkit listrik tenaga surya adalah sumber energi Listrik yang ramah
lingkungan dan dapat menghasilkan energi dalam jumlah besar. Kelemahan dari
pembangkit listrik ini memerlukan lahan yang sangat luas, dan bisa saja terjadi alih
fungsi lahan karena memerlukan tempat yang strategis agar terkena matahari.
Hanya beroperasi pada saat ada matahari dan jika cuaca tidak mendukung maka
tidak bisa bekerja dengan baik. Selain itu dibutuhkan sistem pendistirbusian listrik
yang aman dan memiliki kenyamanan lingkungan/mendukung penataan kawasan
yang ramah agar jika daerah pelosok membutuhkan listrik tidak akan merusak
pemandangan lingkungan.
Oleh karena itu, PKM GFT yang kami angkat menyangkut tentang
pembangkit listrik dengan energi terbarukan yaitu matahari, dan bersifat sustain
untuk menghasilkan jumlah energi yang besar. Serta pendistribusian listrik secara
nirkabel dengan dua cara microwave untuk skala yang sangat jauh dan magnetic
resonance untuk skala menengah. Pembangkit listrik raksasa yang ramah dan tak
4

terbatas yaitu “Satelit surya sebagai renewable energy tanpa batas ruang-waktu
menggunakan teknologi microwave dan magnetic resonance”.

1.2 Tujuan
Menciptakan suatu green energy tanpa batas ruang waktu, selama 24 jam dengan
menghasilkan energi yang sangat besar melalui satelit dan di transfer ke Bumi
dengan microwave. Dapat mengurangi berbagai sumber energi listrik non-
renewable. Serta menciptakan pendistribusian listrik secara wireless dengan
ultrasonic wavr dan magnetic resonance.

1.3 Manfaat
Sebagai sumber energi berkeberlanjutan 24 jam untuk memenuhi kebutuhan energi
Memberikan nilai keindahan pada lingkungan karena dapat mengurangi alih fungsi
lahan untuk pembangkit listrik di Bumi. Pendistribusian listrik secara wireless
untuk solusi baru bagi Indonesia menghadapi kesemrawutan kabel.
5

BAB 2. GAGASAN

2.1 Kondisi terkini pencetus gagasan


Kebutuhan energi listrik di setiap sektor relatif meningkat per dekade
(Santamouris and Vasilakopoulou, 2021; Pinto et al., 2023). Perusahaan kini
menjadi sektor teratas dalam kebutuhan listrik, dan stabil dengan membutuhkan 25
PWh dalam satu abad terakhir (Gambar 5). Setelah Perusahaan terdapat perumahan
yang merupakan sektor krusial, karena beberapa dekade terakhir perumahan stabil
dengan membutuhkan kurang lebih 20 PWh. Sektor pertanian, dimana sekarang
pertanian menggunakan energi listrik untuk meningkatkan efesiensi hasil pertanian
dan angkanya relatif meningkat dalam beberapa dekade terakhir hingga mencapai
angka 20 PWh lebih.

Gambar 5. Grafik sektor konsumsi listrik


Kebutuhan listrik dunia sampai saat ini terpenuhi dengan sumber daya batu
bara sebagai pembangkit listrik. Indonesia sendiri menggunakan 61% pembangkit
listrik dengan batu bara, dengan hampir 100 PLTU (Putra et al., 2020) (Wahyu
Sabubu, 2020). PLTU ini menyebabkan polusi yang sudah terbukti di kota DKI
Jakarta Indonesia (Gambar 6). "Jadi dikonfirmasi kembali bahwa angka-angka yang
dilihat sebagai sumber pencemaran atau pun penurunan kualitas udara Jabodetabek
yaitu 44 persen kendaraan, 34 persen PLTU dan sisanya adalah lain-lain termasuk
dari rumah tangga, pembakaran dan lain-lain," ujar Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Siti Nurbaya.
6

Gambar 6. Gambar dari satelit yang mendeteksi polusi dari PLTU yang terbawa
oleh angin ke DKI Jakarta.
Mengingat pentingnya akses energi yang berkeberlanjutan, forum negara-
negara di dunia menjadikannya sebagai salah satu komitmennya yang tertuang
dalam Sustainable Development Goals (SDG’s) sasaran ke tujuh, yaitu Pada tahun
2030, melakukan perbaikan efisiensi energi di tingkat global sebanyak dua kali
lipat. Oleh karena itu diperlukan sistem PLTS yang akan bekerja tanpa batas ruang
dan waktu dan menghasilkan energi listrik dalam skala yang besar untuk energi
yang berkeberlanjutan dan modern.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 7 mengutamakan energi bersih
dan terjangkau, dan berfokus pada mendorong sektor-sektor berikut: pertanian,
bisnis, komunikasi, pendidikan, kesehatan, dan transportasi. Kurangnya pasokan
energi menghambat pertumbuhan ekonomi dan manusia (Jie et al., 2023). Secara
umum, ada banyak efek sinergis dan trade-off di antara 17 SDG, dan SDG 7 adalah
tujuan paling penting yang memiliki kapasitas untuk mendorong kemajuan SDG
lainnya. Selain itu, SDG 7 memiliki hubungan langsung dengan Aksi Iklim
(Madurai Elavarasan et al., 2022).
Kesemrawutan kabel listrik di Indonesia sudah memberikan berbagai
dampak buruk bagi warga, seperti mengurangi keindahan sampai membahayakan
warga. Dikutip dari tirto.id kasus di Kawasan Marunda Jakarta Utara, senin
(1/1/2017) Tiga anak lelaki ditemukan tewas lantaran diduga tersengat listrik dari
kabel. Dikutip dari republika PT PLN (Persero) menjelaskan, kabel dan tiang yang
banyak ditemui di berbagai ruas jalan bukan hanya dimiliki PLN. Utilitas itu dimiliki
oleh berbagai instansi mulai kelistrikan hingga telekomunikasi. Executive Vice
President Komunikasi Korporat dan TJSL PLN, Gregorius Adi Trianto menjelaskan,
penting bagi masyarakat untuk mengenali ciri-ciri utilitas tersebut guna mengetahui
kabel dan tiang milik PLN.
7

2.2 Solusi yang tawarkan


Energi surya berbasis ruang angkasa adalah sumber daya terbarukan yang
paling menjanjikan karena dapat memenuhi kebutuhan energi selama 24 jam.
Satelit surya untuk memenuhi energi listrik dunia, sebagai sumber energi tanpa
batas ruang dan waktu, sehingga membuat semua pembangkit listrik di bumi
berkurang dan menjadi lahan yang lebih berguna. Setiap satelit memiliki bentuk
yang mirip dengan bunga matahari besar yang diarahkan ke bumi. Bunganya
menunjukkan pengaturan pemancar dalam strukturnya, dan selebaran di jalan
setapak adalah akumulator tenaga surya (Gambar 7; Chaudhary and Kumar, 2018).

Gambar 7. Skema Satelit yang dijadikan sebagai Pembangkit Listrik Satelit Tenaga
Surya yang selalu mengelilingi garis orbit.
Ide SSPS berbasis Sun Tower yang disebutkan di atas adalah berdasarkan satelit
berukuran standar yang hanya dihubungkan dengan kemiringan gravitasi yang tepat. Ini
memiliki pemancar dan generator gelombang mikro yang dibuat berdasarkan konsep
tenaga surya luar angkasa. Transfer energi dari satelit ke bumi merupakan suatu
masalah besar mengingat jarak antara bumi dengan bulan adalah 384.400 Km. Para
peneliti dari Space Solar Power Project (SSPP) di Caltech baru-baru ini
menyelesaikan transfer daya nirkabel pertama yang berhasil dengan menggunakan
Array Mikro untuk Microwave Array for Power-transfer Low-orbit Experiment
(MAPLE) (Gambar 8). Untuk beban dasar pembangkit listrik, penelitian ini
mengusulkan model SSPS 10 GW yang didasarkan pada orbit SSPS geosinkron
(36.000 km). Untuk mengumpulkan tenaga gelombang mikro, antena bumi ukuran
besar diperlukan. Penyearah terintegrasi antena bumi mengubah gelombang mikro
menjadi energi Listrik (Gambar 8; Chaudhary and Kumar, 2018; Matt Williams,
2023).
8

Gambar 8. Konsep produksi energi listrik melalui Pembangkit Listrik Satelit


Tenaga Surya (PLSTS) dan transfer energi dengan gelombang mikro ke pemancar
dipermukaan bumi.
Antena listrik yang menampung energi dalam jumlah besar ini perlu di
transfer ke berbagai terminal terminal yang dekat dengan sektor-sektor yang
memerlukan listrik. Alternatif terbaik untuk transfer daya elektromagnetik nirkabel
adalah transfer energi akustik/ultrasonic, karena dapat mengirim energi dalam
jangkauan yang jauh. Gelombang ultrasonik yang dihasilkan oleh transduser
piezoelektrik dapat mengirimkan energi getaran melalui penghalang logam, yang
selanjutnya diterima oleh penerima piezoelektrik sekunder di sisi lain (Kar and
Wallrabe, 2020).
Ultrasonic power transmission (UPT) melalui penghalang logam telah
menjadi bidang penelitian yang menarik, karena penghalang logam mencegah
penggunaan transfer daya nirkabel elektromagnetik karena efek pelindung Faraday.
Saluran akustik-listrik dibentuk dengan menyelaraskan dan memasangkan
sepasang transduser piezoelektrik secara koaksial ke kedua sisi pelat. Gliserin
digunakan untuk memasangkan transduser ke dalam medium, yang terbukti
digunakan dalam pengujian nondestruktif ultrasonik (Kar and Wallrabe, 2020).
Berbeda dengan ultrasonic, magnetic resonance dibuat untuk mengirimkan energi
dari terminal ke sektor yang membutuhkan seperti perumahan. Transfer energi
listrik tanpa kabel mengirimkan energi listrik dari satu tempat ke tempat lain
melalui media udara tanpa kabel. Salah satu rangkaian kumparan berfungsi sebagai
pengirim, dan rangkaian kumparan lain berfungsi sebagai penerima. Transfer energi
listrik tanpa kabel menggunakan metode coupling induktif untuk jarak pendek,
resonansi induksi untuk jarak menengah, dan gelombang elektromagnetik untuk
jarak jauh (Kristiyono and Supriyanto, 2020).
9

Nikola Tesla pertama kali melakukan percobaan untuk transfer energi listrik
tanpa kabel pada tahun 1893. Pada tahun 2007, MIT menggunakan teknik resonansi
elektromagnetik—suatu fenomena di mana suatu objek bergetar dengan frekuensi
tertentu dapat mempengaruhi objek lain dengan frekuensi yang sama atau hampir
sama. Energi listrik dapat ditransfer tanpa kabel melalui kopling induktif dengan
rangkaian pengirim dan penerima (Kristiyono and Supriyanto, 2020). Magnetic
resonance dan Ultrasonic wave menjadi sebuah Solusi dari kesemrawutan dari kabel
listrik. Ketika dilihat dari jarak transmisi, resonansi magnetik kopling kuat jarak
menengah. magnetic resonance coupled wireless power transmission (MRCWPT)
(Güldal et al., 2021). Ultrasonic wave sampai saat ini menjadi satu-satunya cara
dalam pengukuran kedalaman laut. Dengan dibuktikannya hal tersebut Ultrasonik
power transmission (UPT) menjadi solusi dalam pendistribusian listrik ke berbagai
pelosok dunia.

2.3 Dampak apabila ide diimplementasikan


Pemenuhan SDGs sasaran ke tujuh akan menjadi dampak utama bagi ide
ini. Karena selain menciptakan green energy, ini juga akan menghasilkan energi
secara 24 jam dengan jumlah yang sangat besar. Apabila teknologi satelit surya
berhasil direalisasikan semua kebutuhan energi listrik pasti akan terpenuhi, dan
dapat mengurangi polutan dari pembangkit listrik batu bara yang sekarang
mendominasi sebagai sumber energi listrik. Pendistribusian listrik secara wireless
juga menjadi solusi yang advance. Terutama di Indonesia, dimana Indonesia akan
terjadi bencana banjir bila dilakukan distribusi listrik di bawah tanah. Sehingga
diperlukan pengganti dari distribusi listrik dari kabel kabel yang ada di tiang listrik.

2.4 Pihak-pihak yang dilibatkan


1. Pemerintahan: sebagai pembuat regulasi untuk izin mendirikan bangunan
(IMB) dalam pendirian antena besar yang menangkap listrik. Selain itu, tercantum
jelas berbagai regulasi yaitu PP 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik (Pasal 42, 43, 44 dan 45). Pemerintah melalui Perusahaan Listrik
Negara (PLN) menjadi badan pengelola dan juga memiliki kewenangan terkait
dengan semua fasilitas dan tata kelola listrik.
2. Akademisi: Space Solar Power Project (SSPP) adalah peneliti yang bertujuan
mengumpulkan tenaga surya di luar angkasa dan mentransmisikan energinya secara
nirkabel ke Bumi melalui gelombang mikro memungkinkan ketersediaan tenaga
terestrial tidak terpengaruh oleh cuaca atau waktu. Tenaga surya dapat terus tersedia
di mana saja di muka bumi.
3. Pemilik modal: Mengingat teknologi Pembangkit Listrik Satelit Tenaga Surya
merupakan mega proyek, maka diperlukan supporting pendanaan yang tidak
sedikit. Dengan pengelolaan secara profesional, meskipun listrik adalah aset vital
tetapi bisa memberikan keuntungan yang menjanjikan bagi investor.
10

4. Persatuan Bangsa-Bangsa: Memiliki peranan yang signifikan mengingat


pembangkit listrik berada di orbit bumi sehingga akan rentan terkait dengan
keamanan antar negara. Apabila mega proyek tersebut berhasil, maka tidak
menutup kemungkinan penyediaan listrik di bumi dikelola secara global dalam satu
institusi antar bangsa yang menaunginya yaitu PBB dan badan hukum yang
dibentuknya.

2.5 Langkah Langkah


Langkah strategis yang perlu dilakukan untuk merealisasikan gagasan
kurang lebih membutuhkan waktu 20 tahun, yaitu melalui empat tahapan meliputi:
persiapan kebijakan dan koordinasi antara negara regional, penyiapan infrastruktur
dan SDM, pembangunan, dan pengelolaan-kontrol-evaluasi. Adapaun penjelasan
dari masing-masing tahapan tersebut serta indikator tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Langkah-langkah strategis penyediaan listrik menuju Indonesia Emas
Taha Kegiatan dan
Durasi Indikator
p ke- stakeholder
1 2024-2027 Kebijakan dan Kesepakatn regional terkait dengan
koordinasi rencana PLSTS orbit bumi.
(Pemerintah RI
melalui kementrian
ESDM, Kemenlu,
dan PLN; ASEAN;
PBB)
2 2027-2032 Persiapan a. Kesiapan sumber anggara yang
infrastruktur dan diperkirakan mencapai 100 T rupiah
SDM b. Material dan SDM terbaik dengan
melibatkan seribu ahli dari berbagai
ilmu, diantaranya: antariksa, energi
baru terbarukan, elektronika (daya),
fisikawan, dan lingkungan
3 2032-2040 Pembangunan Melakukan pembangunan infrastruktur
PLSTS dan stasiun reseiver energi di
bumi dengan kemampuan mencapai
500 Mega Watt Peak (MWp). Pada
tahap pembangunan memerlukan
waktu yang lebih panjang dibanding
tahap lainnya.
4 2040-2045 Pengelolaan- Tiga kegiatan tersebut sangat penting
kontrol-dan karena melibatkan teknologi dengan
Evaluasi kapasitas daya yang besar dan berada
pada zona yang memungkinkan
muncul konflik regional apabila terjadi
kegagalan. Oleh karena itu harus
dipastikan zero mistake dan
pengelolaan energi dari PLSTS.
11

BAB 3. KESIMPULAN

Satelit surya sebagai penghasil energi listrik dalam jumlah besar dan
beroperasi selama 24 jam penuh. Satelit ini akan menjadi satu satunya sumber
dalam pemenuhan energi listrik di Bumi dengan produksi listrik sebesar 200 MWp.
Dengan microwave dalam pendistribusian listrik dari satelit ke Bumi. Juga
terobosan baru dalam tata kelola pendistribusian listrik ke berbagai sektor aktivitas
manusia, yaitu ultrasonic wave dan magnetic resonance.
Dalam merealisasikan gagasan ini diharapkan setidaknya 20 tahun dapat
terealisasi sekaligus menjadi kado terindah Indonesia Emas 2045. Empat tahapan
perlu dilakukan untuk merealisasikan gagasan besar tersebut. Zero mistake menjadi
harga mutlak mengingat pemanenan energi berada pada garis orbit bumi yang akan
memiliki dampak terhadap keamanan global. Setiap tahapan memiliki indikator
keberhasilan dan harus terpenuhi apabila akan masuk pada tahapan selanjutnya.
Tahap pembangunan infrastruktur merupakan tahapan dengan durasi yang lebih
panjang (8 tahun) karena untuk memastikan bahwa kualitas pekerjaan dilakukan
dengan sempurna tanpa kesalahan.
Dampak dari gagasan ini diharapkan akan memenuhi sumber energi listrik
bagi seluruh bangsa tanpa batasan waktu dan ruang. Energi matahari bisa dipanen
sepanjang waktu karena berada di orbit bumi sehingga tidak ada waktu malam.
Sedangkan jangkauan listrik juga akan mampu sampai pelosok tanah air karena
sistem pendistribusian menggunakan gelombang mikro (nir kabel) dari PLSTS ke
energy receiver di bumi, kemudian pendistribusian antara menara energi di bumi
juga menggunakan gelombang elektro magnetik. Gagasn ini, selain akan
memberikan kemandirian energi diseleuruh pelosok tanah air, juga akan
mengurangi kerusakan lingkungan akibat penggunaan sumber energi tidak ramah
lingkungan seperti: batu bara dan minyak bumi.
12

DAFTAR PUSTAKA

BPPT. 2015. Outlook Energi Indonesia 2015: Pengembangan Energi untuk


Mendukung Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta, p. 106.
Chaudhary, K. and Kumar, D. 2018. Satellite solar wireless power transfer for
baseload ground supply: clean energy for the future. European Journal of
Futures Research. 6(1): 1-21.
Guan, Y. et al. 2023. Burden of the global energy price crisis on households. Nature
Energy. 8(3): 304–316.
Güldal, S. et al. 2023. Energy Production, Transportation and Environmental
Effects. Energy Journal. 1(2): 1-21.
Jie, H. et al. 2023. Sustainable energy policy, socio-economic development, and
ecological footprint: The economic significance of natural resources,
population growth, and industrial development. Utilities Policy. 2(10): 56-81.
Kar, B. dan Wallrabe, U. 2020. Performance Enhancement of an Ultrasonic Power
Transfer System Through a Tightly Coupled Solid Media Using a KLM
Model. Micromachines. 11(4): 335-355.
Kristiyono, R. and Supriyanto, B. 2020. Wireless Power Transfer System
Menggunakan Magnetic Resonant Coupling. Preprint. 2(10): 1-20.
Madurai Elavarasan, R. et al. 2022. A novel Sustainable Development Goal 7
composite index as the paradigm for energy sustainability assessment: A case
study from Europe. Applied Energy. 307, p. 118173.
Mahardiananta, I.M.A. et al. 2021. Saklar Otomatis Berbasis Mikrokontroler Untuk
Mengurangi Penggunaan Energi Listrik. Jurnal RESISTOR (Rekayasa Sistem
Komputer). 4(1): 59–66.
Matt Williams, U. 2023. Scientists Beam Solar Power From Space to Earth in World
First, ScienceAlert. Available at: https://www.sciencealert.com/scientists-
beam-solar-power-from-space-to-earth-in-world-first (Diakses pada tanggal:
26 Februari 2024).
Pinto, R. et al. 2023. The rise and stall of world electricity efficiency:1900–2017,
results and insights for the renewables transition. Energy. 269, p. 126775.
Prajayani, H. 2023. Kecelakaan “Kabel Terjuntai”, Siapa Bertanggung Jawab?’,
detiknews. Available at: https://news.detik.com/kolom/d-
6895562/kecelakaan-kabel-terjuntai-siapa-bertanggung-jawab (Diaskes pada
tanggal 1 Maret 2024).
Prastika, A. 2023. Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi Listrik dengan
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi. 7(01): 18–29.
Putra, D.R., Yoesgiantoro, D. and Thamrin, S. 2020. Kebijakan Ketahanan Energi
Berbasis Energi Listrik Pada Bidang Transportasi Guna Mendukung
Pertahanan Negara Di Indonesia: Sebuah Kerangka Konseptual. Preprint.
2(10): 16-28.
13

Republika. 2023. Banyak Kabel dan Tiang Utilitas Semrawut, Punya PLN?’,
Republika Online. Available at: https://republika.co.id/share/rz63t3490
(Diakses pada tanggal 1 Maret 2024).
Santamouris, M. and Vasilakopoulou, K. 2021. Present and future energy
consumption of buildings: Challenges and opportunities towards
decarbonisation. e-Prime - Advances in Electrical Engineering, Electronics
and Energy. 1(2): p. 100002.
Wahyu Sabubu, T.A. 2020. Pengaturan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara
Di Indonesia Prespektif Hak Atas Lingkungan Yang Baik dan Sehat. Jurnal
Lex Renaissance. 5(1): 1-20.
14

Lampiran 1. Biodata ketua dan anggota yang ditandatangani


Biodata ketua
15

Biodata anggota 1
16

Biodata anggota 2
17
18
19

Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas


Alokasi
Program
No Nama/NIM Bidang Ilmu Waktu Uraian Tugas
Studi
(jam/minggu)
1 Muhammad Teknik Energi baru 20 Penyusun
Yasin Ar Pertanian terbarukan konsep, Drafting
Rantisi proposal
2 Hazel Teknik Pengelolaan 20 Pencarian daftar
Rajendra Pertanian dan pusataka,
Yuristiz pengendalian Mengembangkan
Nahel lingkungan ide menjadi
tulisan
3 Kanaya Teknik Energi baru 20 Mencari pustaka,
Keysha Pertanian terbarukan diskusi dengan
Naswaloka nara sumber
Swasono
4 Afik Teknik Pengelolaan 20 Melakukan
hardanto Pertanian sumber daya arahan atas ide
air dan yang
lingkungan didiskusikan
20

Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Tim Pengusul

Anda mungkin juga menyukai