DISUSUN OLEH:
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana merupakan kejadian yang tidak diinginkan oleh siapapun, namun
demikian kondisi tersebut dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan kepada siapa saja.
Salah satu bencana yang sering terjadi yaitu gempa bumi. Indonesia merupakan salah
satu negara paling rawan bencana di dunia, seringkali dan tidak terduga, yaitu salah
satunya yaitu gempa bumi (CFE-DM, 2018). Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) mencatat pada 2017 terjadi 2.862 kejadian bencana alam, diantaranya banjir
(34,2%), puting beliung (31%), tanah longsor (29,6%), kebakaran hutan dan lahan
(3,4%), gempa bumi (0,7%), kekeringan (0,6%), gelombang pasang/abrasi (0,4%), dan
letusan gunung api (0,1%) (BNPB, 2018).
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) memiliki peran aktif dalam
meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam upaya penanggulangan bencana sebagai
unit pelayanan kesehatan terdekat di masyarakat (BNPB, 2015b). Puskesmas bertugas
untuk memberikan pelayanan kesehatan saat krisis bencana dengan melakukan
berbagai kegiatan seperti: pelayanan gawat darurat 24 jam, pendirian pos kesehatan 24
jam di sekitar lokasi bencana, upaya gizi, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan sanitasi
pengungsian, upaya kesehatan jiwa serta upaya kesehatan rujukan sesaat setelah
terjadinya bencana (DEPKES, 2007).
Tenaga kesehatan di puskesmas memiliki peran untuk mempersiapkan
kelompok rentan pada fase akut bencana (Tatuil, Mandagi and Engkeng, 2015). Mereka
perlu untuk membekali diri dengan skill manajemen bencana yang baik (Tatuil,
Mandagi, & Engkeng, 2015).
Hasil studi pendahuluan mengindikasikan bahwa tenaga kesehatan yang bekerja
di Puskesmas Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat belum pernah mendapatkan
pelatihan dan manajemen tanggap bencana. Beberapa di antara mereka menyatakan
belum mengetahui tentang manajemen bencana ataupun terlibat langsung dalam
penanganan bencana. Hal ini menunjukkan bahwa kesiapan tenaga kesehatan dalam
menghadapi potensi bencana di Kabupaten Sumbawa Barat masih diragukan. Penelitian
sebelumnya menjelaskan bahwa lemahnya kompetensi profesional telah menyebabkan
tenaga kesehatan gagal untuk berperan saat bencana (Tatuil, Mandagi and Engkeng,
2015). Dalam penelitian ini bermaksud mengidentifikasi sosiodemografi tenaga
kesehatan di puskesmas serta menggambarkan pengetahuan tenaga kesehatan dalam
manajemen bencana di Puskesmas wilayah rawan bencana di Kabupaten Sumbawa
Barat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau getar-getar yang terjadi di
permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan
gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak
bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa
Bumi yang dialami selama periode waktu. Gempa Bumi diukur dengan menggunakan
alat Seismometer. Momen Magnitudo adalah skala yang paling umum di mana gempa
Bumi terjadi untuk seluruh dunia.
Skala Rickter adalah skala yang dilaporkan oleh observatorium seismologi
nasional yang diukur pada skala besarnya lokal 5 magnitude. Kedua skala yang sama
selama rentang angka mereka valid. Gempa 3 magnitude atau lebih sebagian besar
hampir tidak terlihat dan jika besarnya 7 lebih berpotensi menyebabkan kerusakan
serius di daerah yang luas, tergantung pada kedalaman gempa. Gempa Bumi terbesar
bersejarah besarnya telah lebih dari 9, meskipun tidak ada batasan besarnya.
B. Manajemen Bencana
Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007, manajemen bencana adalah suatu proses
dinamis, berlanjut dan terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang
berhubungan dengan observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi
bencana.
Tujuan manajemen bencana secara umum adalah sebagai berikut:
1. Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda dan
lingkungan hidup.
2. Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan penghidupan
korban.
3. Mengembalikan korban bencana dari daerah penampungan/ pengungsian ke daerah
asal bila memungkinkan atau merelokasi ke daerah baru yang layak huni dan aman.
4. Mengembalikan fungsi fasilitas umum utama, seperti komunikasi/ transportasi, air
minum, listrik, dan telepon, termasuk mengembalikan kehidupan ekonomi dan
sosial daerah yang terkena bencana.
5. Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut.
6. Meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi dalam konteks pembangunan.
ANALISIS KASUS
Berdasarkan kasus yang ada di Sumbawa Barat dimana daerah tersebut merupakan
salah satu daerah yang rawan bencana salah satunya yaitu gempa bumi. Sebagian besar tenaga
kesehatan (dokter, perawat, dan bidan) memiliki pengetahuan yang baik tentang manajemen
bencana, khususnya terkait pengertiannya, dan upaya-upaya yang dilakukan di setiap fasenya,
walaupun sebagian besarnya masih salah dalam membedakan klasifikasi bencana alam, non
alam daan bencana sosial. Di beberapa penelitian sejenisnya yang dilakukan pada tenaga
kesehatan yaitu perawat menunjukkan bahwa hasil ini tidak sejalan dengan penelitian
Hermawati (2010), yang menunjukkan bahwa perawat memiliki tingkat pengetahuan tentang
bencana yang lebih rendah. Demikian pula, hasil studi Hammad et al (2011) yang
menyimpulkan bahwa perawat memiliki pengetahuan kebencanan yang kurang.
A. Kesimpulan
Gambaran pengetahuan tenaga kesehatan tentang manajemen bencana di
puskesmas wilayah rawan bencana di Kabupaten Sumbawa Barat sebagian besar
termasuk pada kategori baik. Tingkat pendidikan, tempat bekerja, dan pernah terlibat
dalam kegiatan tanggap darurat bencana secara signifikan berhubungan dengan
pengetahuan tenaga kesehatan di puskesmas tentang manajemen bencana. di puskesmas
agar lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang kesiapsiagaan bencana
dengan mengikuti pelatihan kebencanaan dan kegawatdaruratan secara kontinue dalam
rangka menunjang kesiapan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang cepat,
tanggap, sigap dan tepat saat menghadapi situasi krisis bencana.
Pemantauan kesiapan tenaga kesehatan dalam manajemen bencana dapat
dilakukan secara berkala oleh Dinas Kesehatan, dimana hasilnya dapat menjadi
rekomendasi untuk peningkatan kompetensi tenaga kesehatan yang ada, peningkatan
sarana dan prasarana serta akses informasi di bidang kesehatan dan penanggulangan
bencana. Diperlukan adanya tim yang terlatih untuk menangani kesiapsiagaan bencana,
untuk mewujudkan sumber daya manusia yang terlatih maka diperlukan adanya
pelatihan kegawatdaruratan dan kebencanaan bagi setiap individu terutama tenaga
kesehatan di puskesmas.
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dan wawasan informasi untuk bisa
dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk metode atau desain penelitian lainnya dengan
jumlah sampel yang lebih banyak sehingga hasilnya dapat dijadikan bahan referensi
untuk penelitian lanjutan menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapsiagan
bencana.
B. Saran
Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dan
wawasan informasi untuk bisa dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk metode atau
desain penelitian lainnya dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan menjadi bahan
refrensi untuk penelitian lanjutan yang menyangkut faktor kesiapsiagaan bencana.
Bagi tenaga kesehatan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dari
penelitian ini bagaimana cara manajemen bencana, khususnya terkait pengertiannya,
dan upaya-upaya yang dilakukan di setiap fasenya, walaupun sebagian besarnya
masih salah dalam membedakan klasifikasi bencana alam, non alam daan bencana
sosial.
Bagi masyarakat masyarakat di kabupaten sumbawa barat dapat memahami
mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi yang berupa pengetahuan
dan sikap terhadap risiko gempa bumi, rencana tanggap darurat terhadap bencana
gempa bumi, sistem peringatan bencana gempa bumi dan dapat menyebarluaskan ke
anggota keluarga dan masyarakat yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
1. Manulu, H., & Elon, Y. (2019). Peningkatan Kesiagaan Bencana Gempa Bumi
Melalui Pendekatan Drilling. In Jurnal Keperawatan Galuh (Vol. 1, Issue 2).
https://doi.org/10.25157/jkg.v1i2.2634
2. Susilawati, A., Efendi, F., & Hadisuyatmana, S. (2019). Gambaran Kesiapan Tenaga
Kesehatan dalam Manajemen Bencana di Puskesmas Wilayah Rawan Bencana.
Indonesian Journal of Community Health Nursing, 4(1), 11.
https://doi.org/10.20473/ijchn.v4i1.12395