Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian ibu di dunia sebanyak 303.000 jiwa. Angka kematian ibu di ASEAN
yaitu sebesar 235 per 100.000 kelahiran hidup (ASEAN Secretariat, 2020). Menurut Data
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Angka kematian ibu di indonesia
meningkat menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007-2012. Angka kematian
ibu mengalami penurunan pada tahun 2012-2015 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup
dan jumlah kematian ibu pada tahun 2019 yaitu sebanyak 4.221 kasus (Kemenkes RI, 2019).
Terdapat penurunan dari 4.226 menjadi 4.221 Kematian Ibu di indonesia berdasarkan
laporan. Pada tahun 2019 penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan (1.280 kasus),
hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus), infeksi (207 kasus). Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator yang biasanya digunakan
untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu banyak upaya kesehatan
yang dilakukan untuk menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB). Jumlah kematian ibu tertinggi di kelompok usia 20-34 dan ≥35 tahun (Dinkes, 2017).
Kematian wanita dalam usia reproduksi di seluruh dunia paling banyak dikarenakan
komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan. Persalinan adalah proses
pembukaan dan menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu
maupun janin (Pemiliana et al, 2019). Proses persalinan hampir 90% yang mengalami
robekan perineum, baik dengan atau tanpa episiotomi (Antini et al, 2016).
Episiotomi yaitu tindakan dengan membuat sayatan antara vulva dan anus untuk
memperbesar pintu vagina dan mencegah kerusakan jaringan lunak yang lebih hebat akibat
daya regang yang melebihi kapasitas adaptasi atau elastisitas jaringan tersebut, agar fetus
tidak mengalami disproporsi yang membuat kelahiran menjadi tertunda dan terjadi hipoksia
pada bayi (Astuti, 2017). Tindakan episiotomi bertujuan untuk menggantikan laserasi kasar
atau robekan yang sering terjadi pada perineum dengan insisi bedah yang rapi dan lurus,
sehingga luka insisi ini akan lebih cepat pulih dan sembuh daripada laserasi kasar dengan
lebih baik (Febrianita & Hasanah, 2017).
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat dan
sebagai salah satu pusat pelayanan dari mulai ibu hamil, bersalin, nifas serta bayi baru lahir,
sehingga bidan disini bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan dan informasi yang
tepat mengenai masalah – masalah dalam masa persalinan terutama dalam tindakan
episiotomi dalam persalinan.
Berdasarkan informasi dan observasi yang telah dilakukan oleh penulis bahwa di
TPMB masih adanya ibu yang mengalami tindakan episiotomi pada saat persalinan terutama
pada ibu primipara, maka dari itu bila melihat dari uraian yang telah dipaparkan diatas, maka
laporan ini bertujuan untuk melakukan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin dengan
Episiotomi pada Ny. D P1A0 di TPMB Bratatin S.Tr.Keb.

B. Tujuan
1. Bidan mampu melakukan asuhan kebidanan persalinan dengan episiotomi.
2. Bidan mampu melakukan pendokumentasian berdasarkan SOAP.
3. Bidan mampu melakukan analisa masalah, dan menemukan kesenjangan antara teori
dan kasus.

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan yang telah dilakukan selama masa persalinan dan bayi baru lahir
dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu kebidanan terutama asuhan
kebidanan pada masa persalinan dan bayi baru lahir.
2. Manfaat Metodeologis
a) Bagi institusi program Profesi Kebidanan Politeknik Karya Husada dapat menjadi
bahan pembelajaran dan referensi dalam perkuliahan
b) Bagi tenaga kesehatan/bidan dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan asuhan
kebidanan dan teori yang berlaku

Anda mungkin juga menyukai