Anda di halaman 1dari 13

TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN ZAT GIZI PADA KOPI

Mata kuliah : Ilmu Bahan Pangan

Dosen Pengampu:
Dian Ayu Ainun Nafies, M.Gz.

Disusun oleh:
Kelompok 3

Laeda Fitriatul Saedah (22044029017)

Dwi Ayuni S. B (22044029008)

Elfrida Khurnia S. (22044029010)

Harits Tsanya (22044029014)

Miftakhul Hidayah (22044029019)

PRODI GIZI SEMESTER 2


INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
TAHUN AJARAN 2022/2023

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul...........................................................................................................i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.3 Tujuan........................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5
2.1 Pengertian kopi ............................................................................................ 5
2.2 perkembangan sejarah kopi di Indonesia ..................................................... 5
2.3 morfologi kopi .............................................................................................. 6
2.4 taksomoni kopi ............................................................................................. 7
2.5 jenis jenis kopi .............................................................................................. 7
2.6 tahap pengolahan kopi ................................................................................ 10
2.7 zat gizi yang terkandung dalam kopi...........................................................11
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 13
3.2 Saran .......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komoditas kopi memegang peranan penting bagi sumber pendapatan devisa negara dan
sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia.
Keberhasilan agribisnis kopi membutuhkan dukungan semua pihak yang terkait dalam proses
produksi kopi, pengolahan, dan pemasaran komoditas kopi. Upaya meningkatkan
produktivitas dan mutu kopi terus dilakukan sehingga daya saing kopi Indonesia di pasar
dunia tetap tinggi.
Kopi sendiri merupakan salah satu hasil perkebunan yang banyak dinikmati di kalangan
masyarakat. Produk yang terbuat dari kopi sangat diminati oleh masyarakat sehingga semakin
banyak usaha masyarakat yang menyediakan produk olahan kopi. Kopi memiliki beberapa
jenis antara lain kopi robusta, kopi arabika dan kopi luwak.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian kopi?
2. Bagaimana perkembangan sejarah kopi di Indonesia?
3. Bagaimana morfologi kopi?
4. Bagaimana taksomoni kopi?
5. Apa saja jenis jenis kopi?
6. Bagaimana tahap pengolahan kopi?
7. Apa saja zat gizi yang terkandung dalam kopi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kopi
2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan sejarah kopi di Indonesia
3. Untuk mengetahui bagaimana morfologi kopi
4. Untuk mengetahui bagaimana taksomoni kopi
5. Untuk mengetahui apa saja jenis jenis kopi
6. Untuk mengetahui bagaimana tahap pengolahan kopi
7. Untuk mengetahui apa saja zat gizi yang terkandung dalam kopi

3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian kopi
Kopi merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan yang banyak dinikmati di
kalangan masyarakat. Produk yang terbuat dari kopi sangat diminati oleh masyarakat sehingga
semakin banyak usaha masyarakat yang menyediakan produk olahan kopi. Kopi memiliki
beberapa jenis antara lain kopi robusta, kopi arabika dan kopi luwak. Kafein merupakan salah
satu kandungan senyawa dalam kopi. Senyawa ini pada kondisi tubuh yang normal memiliki
beberapa khasiat salah satunya yaitu merupakan obat analgetik yang mampu menurunkan rasa
sakit dan mengurangi demam (Arwangga, et al., 2016).

2.2 Perkembangan sejarah kopi di Indonesia


Sejarah kopi di Indonesia dimulai pada tahun 1696 ketika Belanda membawa kopi dari
Malabar, India, ke Jawa Mereka membudidayakan tanaman kopi tersebut di Kedawung,
sebuah perkebunan yang terletak dekat Batavia. Namun upaya ini gagal kerena tanaman
tersebut rusak oleh gempa bumi dan banjir.
Upaya kedua dilakukan pada tahun 1699 dengan mendatangkan stek pohon kopi dari
Malabar. Pada tahun 1706 sampel kopi yang dihasilkan dari tanaman di Jawa dikirim ke negeri
Belanda untuk diteliti di Kebun Raya Amsterdam. Hasilnya sukses besar, kopi yang dihasilkan
memiliki kualitas yang sangat baik. Selanjutnya tanaman kopi ini dijadikan bibit bagi seluruh
perkebunan yang dikembangkan di Indonesia. Belanda pun memperluas areal budidaya kopi
ke Sumatera, Sulawesi, Bali, Timor dan pulau-pulau lainnya di Indonesia.
Pada tahun 1878 terjadi tragedi yang memilukan. Hampir seluruh perkebunan kopi
yang ada di Indonesia terutama di dataran rendah rusak terserang penyakit karat daun atau
Hemileia vastatrix (HV). Kala itu semua tanaman kopi yang ada di Indonesia merupakan jenis
Arabika (Coffea arabica). Untuk menanggulanginya, Belanda mendatangkan spesies kopi
liberika (Coffea liberica) yang diperkirakan lebih tahan terhadap penyakit karat daun.
Sampai beberapa tahun lamanya, kopi liberika menggantikan kopi arabika di
perkebunan dataran rendah, Di pasar Eropa kopi liberika saat itu dihargai sama dengan arabika.
Namun rupanya tanaman kopi liberika juga mengalami hal yang sama, rusak terserang karat
daun. Kemudian pada tahun 1907 Belanda mendatangkan spesies lain yakni kopi robusta
(Coffea canephora). Usaha kali ini berhasil, hingga saat ini perkebunan-perkebunan kopi
robusta yang ada di dataran rendah bisa bertahan. Pasca kemerdekaan Indonesia tahun 1945,
seluruh perkebunan kopi Belanda yang ada di Indonesia dinasionalisasi. Sejak itu Belanda
tidak lagi menjadi pemasok kopi dunia.

4
Tanaman kopi (Coffea spp.) merupakan komoditas ekspor unggulan yang
dikembangkan di Indonesia karena mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi di pasaran
dunia. Permintaan kopi Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat karena seperti kopi
Robusta mempunyai keunggulan bentuk yang cukup kuat serta kopi Arabika mempunyai
karakteristik cita rasa (acidity, aroma, flavour) yang unik dan ekselen.
Menurut data dari Worldbank, pada periode tahun 2005-2008, Indonesia
merupakan eksportir kopi ke-4 dunia, dengan kontribusi rata-rata sebesar 4.76 persen. Brazil
menempati posisi pertama dengan kontribusi rata-rata sebesar 24, 30 persen, diikuti dengan
Vietnam (17.94 persen) dan Columbia (10,65 persen). Negara tujuan ekspor kopi Indonesia
yang utama adalah Amerika Serikat dengan kontribusi rata-rata sebesar 19,35 persen dari total
ekspor kopi Indonesia, serta ke Jepang, Jerman dan Italia, masing- masing dengan kontribusi
rata-rata sebesar 14,96 persen, 15,88 persen, dan 6,71 persen.
Dalam hal perkopian di Indonesia, kopi rakyat memegang peranan yang penting,
mengingat sebagian besar (93%) produksi kopi merupakan kopi rakyat. Namun demikian
kondisi pengelolaan usaha tani pada kopi rakyat relatif masih kurang baik dibanding kondisi
perkebunan besar Negara (PBN). Ada dua permasalahan utama yang diidentifikasi pada
perkebunan kopi rakyat, yaitu rendahnya produktivitas dan mutu hasil yang kurang memenuhi
syarat untuk diekspor. Di Sulawesi Selatan berdasarkan data Statistik Dinas Perkebunan Prov.
Sul Sel tahun 2008, luas areal pertanaman kopi Arabika sebesar 47.181,46 ha yang melibatkan
65.178 KK petani dengan total produksi hanya sebesar 19.384,69 ton, karena produktivitasnya
yang masih sangat rendah yaitu hanya sebesar 636,24 kg/ha/tahun, sementara potensi
produksinya dapat mencapai 1.500 kg/ha/tahun. Demikian halnya dengan Kabupaten
Enrekang yang merupakan salah satu daerah penghasil kopi Arabika di Sulawesi Selatan dari
luas areal sebesar 11.384 ha dengan jumlah petani sebanyak 16.632 KK produksinya pada
tahum 2008 hanya sebesar 5.30 ton karena prokdutivitas hanya mencapai
648,48kg/ha/tahunnya

Busuk buah juga dilaporkan menyerang perkebunan kopi milik masyarakat di


Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Akibatnya,
jumlah hasil produksi mengalami penurunan hingga 30 persen, juga sangat meresahkan para
petani kopi di daerah itu.

2.3 Morfologi kopi


Tanaman kopi arabika tumbuh rimbun dan membentuk pohon perdu kecil. Adapun
tanaman kopi ekselsa memiliki pertumbuhan pohon yang besar dan kuat. Tanaman kopi
memiliki dua tipe pertumbuhan cabang, yaitu cabang ortotrop tumbuh ke arah vertikal dan
cabang plagiotrop ke arah horizontal. Kopi arabika memiliki percabangan yang lentur serta
berdaun tipis. Adapun spesies kopi yang lain memiliki percabangan lebih kaku serta berdaun
lebih tebal dan lebar. Daun kopi berwarna hijau mengilap yang tumbuh berpasangan dengan
berlawanan arah. Bentuk daun tanaman kopi lonjong dengan tulang daun yang tegas.

5
Tanaman kopi membutuhkan waktu 3 tahun dari saat perkecambahan sampai menjadi
tanaman berbunga dan menghasilkan buah kopi. Semua spesies kopi berbunga berwarna putih
yang beraroma wangi. Bunga tersebut muncul pada ketiak daunnya. Adapun buah kopi
tersusun dari kulit buah (epicarp), daging buah (mesocarp) dikenal dengan sebutan pulp, dan
kulit tanduk (endocarp). Buah yang terbentuk akan matang selama 7-12 bulan. Setiap buah
kopi memiliki dua biji kopi, Buah dan biji kopi liberika sangat besar. Biji kopi dibungkus kulit
keras disebut kulit tanduk (parchment skin). Biji mempunyai alur pada bagian datarnya.
Perakaran tanaman kopi arabika lebih dalam daripada kopi robusta. Oleh karena itu,
kopi arabika lebih tahan kering dibandingkan dengan kopi robusta. Tanaman dapat berakar
lebih dalam pada tanah normal, tetapi 90% dari perakaran tanaman kopi berada pada lapisan
tanah di atas 30 cm.

2.4 Taksomoni kopi


Tanaman kopi termasuk dalam genus Coffea dengan famili Rubiaceae. Famili tersebut
memiliki banyak genus, yaitu Gardenia, Ixora, Cinchona, dan Rubia. Genus Coffea mencakup
hampir 70 spesies, tetapi hanya ada dua spesies yang ditanam dalam skala luas di seluruh dunia,
yaitu kopi arabika (Coffea arabica) dan kopi robusta (Coffea canephora var. robusta).
sekitar 2% dari total produksi dunia dari dua spesies kopi lainnya, yaitu kopi liberika
(Coffea liberica) dan kopi ekselsa (Coffea excelsa) yang ditanam dalam skala terbatas,
terutama di Afrika Barat dan Asia. Ahli tumbuh-tumbuhan (botanis), Linnaeus, menamakan
tanaman kopi arabika dengan nama ilmiah Coffea arabica karena mengira kopi berasal dari
negeri Arab. (Andi,2017). Berikut sistem taksonomi kopi secara lengkap

1. Kingdom: Plantae (Tumbuhan)


2. Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
3. Super Divisi: Spermatophyta (Tumbuhan penghasil biji)
4. Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
5. Kelas: Magnoliopsida (Tumbuhan berkeping dua/dikotil)
6. Sub Kelas: Asteridae
7. Ordo: Rubiales
8. Famili: Rubiaceae (suku kopi-kopian)
9. Genus: Coffea
10. Spesies: Coffea sp. [Coffea arabica L. (kopi arabika)

6
2.5 Jenis-jenis kopi
1. Kopi arabika
Kopi arabika merupakan tipe kopi tradisional dengan cita rasa terbaik. Secara
umum, kopi ini tumbuh di negara- negara beriklim tropis atau subtropis. Kopi arabika
tumbuh pada ketinggian 700-1700 m di atas permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh
hingga 3 meter bila kondisi lingkungannya baik. Suhu tumbuh optimalnya adalah 16- 20
"C. Walau berasal dari Ethiopia, kopi arabika menguasai sekitar 70% pasar kopi dunia dan
telah dibudidayakan di berbagai negara (Rahardjo,2013)
Ciri-ciri dari tanaman kopi arabika ini yaitu panjang cabang primernya rata-rata
mencapai 123 cm, sedangkan ruas cabangnya pendek-pendek. Batangnya berkayu, keras,
dan tegak serta berwarna putih keabu-abuan. Keunggulan dari kopi arabika antara lain
bijinya berukuran besar, beraroma harum, dan memiliki cita rasa yang baik. Tetapi tidak
hanya keunggulan, kopi arabika juga memiliki kelemahan. Kelemahan kopi ini adalah
rentan terhadap penyakit HV. Oleh karena itu, sejak muncul kopi robusta yang tahan
terhadap penyakit HV, dominasi kopi arabika mulai tergantikan.

Secara umum, ciri-ciri kopi arabika yaitu sebagai berikut

a. Beraroma wangi yang sedap menyerupai aroma perpaduan bunga dan buah-
b. Terdapat cita rasa asam yang tidak terdapat pada kopi jenis robusta
c. Saat disesap di mulut akan terasa kental
d. Cita rasanya akan jauh lebih halus (mild) dari kopi robusta
e. Terkenal pahit

2. Kopi robusta
Kopi robusta pertama kali ditemukan di Kongo pada tahun 1898 dan mulai masuk
Indonesia pada tahun 1900. Kopi jenis ini merupakan keturunan dari beberapa spesies kopi,
yakni Coffea canephora, Coffe quillou, dan Coffe Uganda. Jenis robusta tahan terhadap
serangan jamur karat. Kopi ini mengandung kafein dalam kadar yang jauh lebih banyak.
Kopi robusta dapat ditumbuhkan dengan ketinggian 800 m (Panusa,2017).
keunggulan dari kopi robusta:

a. Lebih resisten terhadap serangan hama dan penyakit (khususnya penyakit HV)
b. Mampu tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat 400-700 m dpl (suhu 21- 21-24°C)
c. Produksinya lebih tinggi dari kopi arabik Secara umum, ciri-ciri dari kopi robusta
adalah sebagai berikut:
a. Memiliki rasa yang menyerupai coklat
b. Aroma yang dihasilkan khas dan manis
c. Warna bijinya bervariasi, tergantung dari cara pengolahannya
d. Teksturnya lebih kasar dari kopi arabika

7
3. Kopi Jenis Lain
Selain jenis kopi arabika dan robusta, masih ada bebrapa jenis kopi yang juga dikenal
yaitu diantaranya:

a. Kopi Liberika (Coffe libberica)

Kopi yang dapat tumbuh di daerah dataran rendah ini berasal dari Angola dan mulai
masuk ke Indonesia pada tahun 1965. Kopi ini berbuah sepanjang tahun, tetapi kualitas
buahnya relative rendah dan tidak seragam.

b. Kopi golongan Ekselsa

Kopi golongan ini memiliki cabang primer yang dapat bertahan lama, berbatang kekar,
dan dapat berbunga pada batang tua. Kopi golongan ini memiliki daya adaptasi terhadap iklim
yang lebih luas dan resisten terhadap penyakit HV, tetapi pembentukan buah kopi ekselsa
lambat serta memiliki ukuran buah yang kecil dan tidak seragam.

c. Kopi Hibrida

Kopi hibrida merupakan jenis kopi hasil persilangan antara dua spesies atau varietas
yang memiliki sifat-sifat unggul. Pembiakan kopi hibrida biasanya dilakukan melalui cara
vegetative, misalnya dengan stek atau sambungan.

4. Kopi Luwak
Kopi luwak dikenal banyak masyarakat di dunia dikarenakan proses pembentukannya
yang unik sehingga kopi luwak kerap disebut sebagai subvarietas yang baru dari kopi.
Keunikannya berasal dari biji buah kopi yang telah dimakan oleh musang kelapa Asia/luwak
(Paradoxurus hermaphroditus) dan kerabat musang lainnya.
Biji kopi yang dimakan oleh musang tersebut secara alami akan difermentasikan di
dalam organ pencernaannya. Selanjutnya, biji kopi di ekskresi melalui kotoran musang yang
tetap mengandung biji kopi utuh yang berwarna lebih gelap dan lebih rapuh. Kopi yang
dihasilkan beraroma sedap dan tidak terlalu pahit. Kopi luwak menjadi lebih istimewa karena
luwak hanya mencari buah kopi yang 90% matang
Biji kopi yang dimakan oleh musang tersebut secara alami akan difermentasikan di
dalam organ pencernaannya. Selanjutnya, biji kopi di-ekskresi melalui kotoran musang yang
tetap mengandung biji kopi utuh yang berwarna lebih gelap dan lebih rapuh. Kopi yang
dihasilkan beraroma sedap dan tidak terlalu pahit. Kopi luwak menjadi lebih istimewa karena
luwak hanya mencari buah kopi yang 90% matang dengan menggunakan daya penciumannya
yang tajam. Dalam satu pohon kopi, hanya 1-2 butir buah saja yang dimakan, yakni buah
dengan kematangan tertinggi. Sampai saat ini kopi luwak dikenal sebagai kopi paling dicari
dan paling mahal di dunia.

8
Di Indonesia, kopi luwak diproduksi di Sumatera, Bali, Sulawesi, dan Kepulauan
Indonesia lainnya. Di negara lain, kopi luwak diproduksi diFilipina, dengan nama kopi motit
di daerah Cordillera dan kope alamid di daerah Tagalog, Selain di Filipina, kopi luwak
diproduksi juga di Timor Leste dengan nama kafe-loku.

2.6 Tahap pengolahan kopi


Proses pengolahan produksi biji kopi mentah (hasil petikan dari pohon) menjadi kopi
bubuk bercita rasa tinggi melibatkan serangkaian kegiatan yang berkesinambungan. Masing-
masing tahapan kegiatan dilakukan secara terpisah dan menggunakan peralatan yang berbeda-
beda dengan sistem operasi yang terpisaha, akan tetapi mempunyai potensi untuk
diintegrasikan satu dengan yang lainnya. Tahap awal adalah proses pemetikan biji kopi dari
pohon kopi yang dilakukan oleh para petani kopi secara manual. Tahapan selanjutnya
dilakukan secara berurutan, yang dapat dibagikan kepada dua kelompok besar yaitu proses
pengolahan kopi primer dan proses pengolahan kopi sekunder.
1. Proses pengolahan kopi primer
Proses pengolahan kopi primer adalah proses pengeringan tahap pertama hingga
mencapai kandungan kadar air 25%, proses pengupasan kulit buah, pengeringan tahap
kedua sehingga kandungan kadar air 12% dan proses penyortiran (Santos,2016)
2. Proses pengolahan kopi sekunder
Pengolahan kopi sekunder adalah proses penyanggraian, pendinginan, pengilingan
menjadi bubuk kopi, pengepakan dan pengemasan serta pemasaran. Salah satu proses
pengolahan biji kopi yang sangat penting dan krusial adalah proses pengeringan karena
hasil dari capaian proses pengeringan akan menentukan kwalitas biji kopi untuk proses
berikutnya, termasuk mengolah biji kopi menjadi kopi bubuk. Setelah biji kopi
dikeringkan hingga mencapai kadar air 12,5%, proses selanjutnya adalah proses
pengolahan untuk menjadi kopi bubuk
3. Proses pengeringan menggunakan sistem
gasifikasi dapat menghasilkan kwalitas pengeringan yang lebih baik dan seragam pada
semua biji kopi, selanjutnya proses pengolahan dapat menjamin kebersihan dan higenis.
Pengeringan model ini memanfaatkan panas hasil pembakaran limbah kopi sebagai
sumber panas untuk proses pengeringan Hal ini dilakukan sebagai salah satu teknik
pengeringan kopi yang ramah lingkungan dan memanfaatkan sumber daya energi yang
tersedia (teknik sederhana dan biaya rendah). Ini tidak hanya dapat dilakukan pada siang
hari, tetapi juga dapat dilakukan pada musin hujan atau malam sumber panas yang
gunakan adalah sumber panas gasifikasi.

9
Dengan demikian dapat dikatakan proses pengeringan dapat dilakukan sepanjang waktu,
selama limbah kulit kering kopi masih tersedia. Bahan baku untuk pembakaran tidak
hanya bergantung pada limbah kulit kopi kering, akan tetapi juga dapat digunakan sekam
padi, yang tersedia di banyak tempat. Selain tunggu gasifikasi yang hendak introduksi,
industri mitra juga memerlukan alat penukar kalor, agar udara panas pengering dapat
dikontrol sesuai degan kadar suhu yang diperlukan.

2.7 Zat gizi yang terkandung dalam kopi


1. Kafein
Kafein adalah senyawa kimia alkaloid dikenal sebagai trimetilsantin dengan rumus
molekul C8H10N4O2. Jumlah kandungan zat kafein yang terdapat pada kopi adalah antara 1
hingga 1,5%.Kandungan kafein yang terdapat di dalam kopi mampu menekan pertumbuhan
sel kanker secara bertahap, serta mampu menurunkan risiko terkena diabetes melitus tipe 2
dengan cara menjaga sensitivitas tubuh terhadap insulin. Kafein dalam kopi juga telah terbukti
mampu mencegah penyakit serangan jantung . Pada beberapa kasus, konsumsi kopi juga dapat
membuat tubuh tetap terjaga dan meningkatkan konsentrasi walau tidak signifikan
2. Asam Klorogenat
Klorogenat adalah senyawa golongan fenilpropanoid yang tersebar luas di berbagai
bagian dari banyak tumbuhan. Dalam biji kopi, konsentrasi asam klorogenat sangat tinggi, dan
kandungan asam klorogenat yang mudah larut dalam kopi kering dapat mencapai 12 persen
berdasarkan bobot. Oksidasi dari asam klorogenat yang diikuti oleh polimerisasi (gabungan
dari monomer-monomer) menyebabkan pembentukan quinon. Asam klorogenat yang
dihasilkan dari kopi salah satu khasiatnya adalah berperan sebagai antioksidan eksogen yang
berperan dalam mencegah kerusakan sel serta menghambat pertumbuhan sel kanker melalui
pengikatan sejumlah radikal bebas(Farhaty, 2014)
3. Dicaffeoylquinic Acid
Zat ini merupakan salah satu zat antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas.
Perlu Anda ketahui bahwa kopi adalah salah satu penyuplai antioksidan paling banyak
dikonsumsi di seluruh dunia bahkan kandungannya paling tinggi di banding semua jenis
buah dan sayuran.
4. Ethyphenol
Kandungan yang satu inilah yang memberikan aroma khas pada kopi.
5. Quinic Acid
Quinic acid merupakan zat yang berperan sebagai pemberi rasa asam pada kopi.
Jadi bagi Anda yang suka atau baru mau mencicipi kopi jangan khawatir dengan rasa asam
yang Anda rasakan saat mengkonsumsi kopi.
6. Dimethyl Disulfide
Kopi juga mengandung Dimethyl Disulfide, zat ini banyak dijumpai saat biji kopi
masih belum dikeringkan dan disangrai. Zat ini yang biasanya membuat kotoran manusia
mejadi bau, mirip dengan bau sulfur.

10
7. Niacin
Senyawa ini sebenarnya kurang baik untuk tubuh karena dapat menyerap vitamin-
vitamin dari dalam tubuh. Oleh karena itu tidak dianjurkan mengkonsumsi kopi dalam
jumlah yang berlebih.
8. Acetylmethylcarbinol
Zat acetylmethylcarbinol ini merupakan zat yang memberikan rasa gurih pada
lidah saat Anda mengkonsumsi kopi. Zat ini biasanya juga terdapat dalam mentega.
9. Trigonelline
Trigonelline merupakan zat yang berfungsi untuk melindungi gigi. Walaupun
banyak peminum kopi yang giginya hitam, namun zat ini mampu membuat gigi peminum
kopi tidak mudah berlubang.

11
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kopi merupakan salah satu produk unggulan ekspor Indonesia dan bahkan komoditas
ini merupakan salah satu komoditas dengan volume produksi terbesar. Komoditas ini juga
mampu memberikan lapangan pekerjaan dan penambah devisa negara. Sebagaimana negara
pada umumya, Indonesia rutin melakukan aktivitas ekspor impor dengan negara lain, yang
berguna untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Salah satunya adalah denganmengekspor
kopi ke India. Dalam hal ini, India memang memiliki lahan, kondisi geografis, dan iklim yang
kompatibel untuk menanam kopi.
.
3.2 Saran
Tentunya dari penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah diatas masih
banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera
melakukan berbagai susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa
sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arwangga, A. F., Asih, I. A. R. A., & Sudiarta, I. W. (2016). Analisis Kandungan Kafein pada Kopi di
Desa Sesaot Narmada menggunakan Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Kimia (Journal of
Chemistry), 10(1), 110-114.

Farhaty, N. dan Muchtaridi. 2014. Tinjauan kimia dan aspek farmakologi senyawa asam klorogenat pada
biji kopi : Review. Farmaka Suplemen, 14(1):214-227/

Panusa, A., R. Petrucci, R. Lavecchia and A. Zuorro. 2017. UHPLC-PDAESI-TOF/MS metabolic


profiling and antioxidant capacity of Arabica and Robusta coffee silverskin: Antioxidants vs
phytotoxins. Food Res. Int., 99:155-165.

Santos, J.R., Lopo, M., Rangel, A.O.S.S. and Lopes, J.A. 2016. Exploiting near infrared spectroscopy as
an analytical tool for on-line monitoring of acidity during coffee roasting. Food Control, 60: 408-
415.

Farida, Ana, E.Ristanti, dan A.C. Kumoro. 2013, penurunan Kadar kafein Dan Asam Total Pada Biji
Kopi Robusta Menggunakan Teknologi Fermentasi Anaerob Fakultatif Dengan Mikroba Nopkor
MZ-15, Teknik Kimia dan Industri,Universitas Diponegoro, Semarang. Jurnal Teknologi kimia
dan Industri, Vol.2, No.3, 2013.

Rahardjo, P. Cet 2. (2013). Panduan Budi Daya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta., Penebar
Swadaya. Jakarta.

Andi Dharmawan. 2017. Teknik Seduhan Kopi: Sensasi Kesegaran Kopi Cold Brewing. Jember: )Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.

13

Anda mungkin juga menyukai