Anda di halaman 1dari 56

MAKALAH

PERAN PEMERINTAH DALAM PENGAWASAN PERENCANAAN DAN


EVALUASI PEMBANGUNAN INDONESIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pengganti Ujian Tengah Semester Mata Kuliah
Perekonomian Indonesia
Dosen Pengampu :
Erwin Kurniawan S.E., M.Si

Disusun Oleh :
Muhamad Ali Taqwim (2201016005)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2024
Kata Pengantar

Saya ingin mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat, karunia, dan petunjuk-Nya yang telah melimpahkan keberkahan kepada
saya dalam proses penyelesaian makalah Berjudul Peran Pemerintah Dalam
Pengawasan Perencanaan Dan Evaluasi Pembangunan Indonesia

Tidak lupa saya pribadi juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Erwin Kurniawan S.E., M.Si yang telah dengan sabar dan penuh dedikasi memberikan
arahan, serta ilmu yang bermanfaat bagi masa depan. Kami sadar sepenuhnya bahwa
proses penyusunan makalah ini belum tentu sempurna dan masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saya dengan tulus menerima setiap kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata, saya sekali lagi ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberkati dan melindungi kita
semua dalam setiap langkah perjalanan hidup kita.

Muhamad Ali Taqwim

Samarinda, 23 maret 2024

ii
Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................................................................ ii
Daftar Isi ........................................................................................................................... iii
Bab I Konsep Dasar Perencanaan Dan Pengawasan Pembangunan ......................... 1
I.1 Pengertian Perencanaan Pembangunan ........................................................................ 1
I.2 Pengawasan dalam Pembangunan................................................................................ 4
I.3 Sejarah Pembangunan di Indonesia ............................................................................. 5
I.4 Pentingnya Perencanaan Pembangunan ....................................................................... 7
I.5 Prinsip-prinsip pengawasan Pembangunan .................................................................. 10
I.6 Jenis-jenis pengawasan ................................................................................................ 11
I.7 Proses Melakukan Pengawasan dalam Perencanaan Pembangunan ............................ 13
I.8 Aspek Perencanaan Pembangunan ............................................................................... 15
I.9 Tahapan Perencanaan Pembangunan ........................................................................... 17
I.10 Siklus Perencanaan Pembangunan ............................................................................ 19
I.11 Masalah Dan Hambatan Dalam Pelaksanaan Rencana ............................................. 21
Bab II Peranan Pemerintah Dalam Perencanaan Pembangunan .............................. 25
II.1 Peranan Pemerintah Dalam Perencanaan Pembangunan ............................................ 25
II.2 Kewenangan Pemerintah dalam Pembangunan .......................................................... 30
II.3 Peran pemerintah dalam berkolaborasi dengan Masyarakat ...................................... 31
II.4 Kebijakan dan Dasar Hukum Pengawasan Perencanaan Pembangunan .................... 32
II.5 Pembentukan Lembaga Pengawas dan perencanaan Pembangunan .......................... 35
II.6 Manfaat Dan Strategi Perencanaan Pembangunan ..................................................... 39
II.7 Implementasi Progfram Pemerintah Dalam Pembangunan ........................................ 42
II.8 Evaluasi dalam perencanaan Pembangunan ............................................................... 45
Bab III .............................................................................................................................. 51
Kesimpulan ...................................................................................................................... 51
Saran ................................................................................................................................. 52
Daftar Pustaka ................................................................................................................. 53

iii
BAB I

I. Konsep Dasar Perencanaan Dan Pengawasan Pembangunan

I.1. Pengertian Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pembangunan adalah suatu cara atau teknik untuk mencapai tujuan
yang di inginkan dalam proses pembangunan. Tujuan utamanya adalah mewujudkan
masyarakat yang maju, makmur, dan sejahtera. Dalam konteks Indonesia, perencanaan
pembangunan memiliki peran penting dalam mengarahkan dan mengkoordinasi upaya
pembangunan secara terpadu dan efisien. Dan para ahli juga berpendapat bahwa
perencanaan Pembangunan adalah:

Arthur W.Lewis (1965) mendefenisikan perencanaan pembangunan sebagai suatu


kumpulan kebijaksanaan dan program pembangunan untuk merangsang masyarakat dan
swasta untuk menggunakan sumberdaya yang tersedia lebih produktif.

Jenseen (1995) merekomendasikan perencanaan pembangunan daerah harus


memperhatikan hal-hal yang bersifat kompleks, sehingga prosesnya harus
memperhitungkan kemampuan sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia, sumber
daya alam, sumber daya fisik, dan sumber daya lainnya. Riyadi (2002 : 8)

M.L. Jhingan (1984) mengatakan bahwa perencanaan pembangunan pada dasarnya


adalah merupakan pengendalian dan pengaturan perekonomian dengan sengaja oleh suatu
penguasa (pemerintah) pusat untuk mencapal suatu sasaran dan tujuan tertentu di dalam
jangka waktu tertentu.

Setelah reformasi, perencanaan pembangunan di Indonesia diatur dalam Undang-


Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).
SPPN merupakan payung hukum bagi pelaksanaan perencanaan pembangunan dalam
rangka menjamin tercapainya tujuan negara, yang digunakan sebagai acuan dalam Sistem
Perencanaan Pembangunan secara nasional.

1
Menurut SPPN, rencana pembangunan terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (yang selanjutnya disebut RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (yang
selanjutnya disebut RPJM), dan Rencana Kerja Pemerintah (yang selanjutnya disebut
RKP). Rencana pembangunan ini memuat arahan kebijakan pembangunan yang dijadikan
acuan bagi pelaksanaan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.Tujuan perencaaan
pembangunan, Sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, dalam rangka mendorong proses pembangunan
secara terpadu dan efesien,

Perencanaan dalam arti seluas-luasnya adalah suatu proses mempersiapkan secara


sistematis Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik- baiknya
(maximum Output) dengan sumber-sumber yang ada agar lebih afisien dan efektif.

Perencanaan adalah enentuan tujuan yang akan dicapai dilakukan, bagaimana,


bilamana,dan oleh siapa. Albert waterston menyebutkan perencanaan adalah melihat
kedepan dengan mengambil Pilihan berbagai alternatif dari kegiatan untuk mencapai
tujuan masa depan tersebut Dengan terus mengikuti agar supaya pelaksanaannya tidak
menyimpang dari tujuan.

Perencanaan pembangunan adalah suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber


(termasuk Sumber- sumber ekonomi) yang terbatas adannya, untuk mencapai tujuan-tujuan
keadaan Sosial ekonomi yang lebih baik secara efisien dan afektif. Perencanaaan
pembangunan nasional adalah suatu kesatuan tata cara perencanaan Pembangunan untuk
menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, Jangka menengah,
dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggaraan negar dan Masyarakat
ditingkat pusat dan daerah. Dalam pasal 2 ayat (4) uu No. 25 Tahun 2004 tentang sistem
perencanaan pembangunan Nasioanal, bahwa sistem perencanaan pembangunan nasional
betujuan untuk :

2
1) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi baik antar daerah, antar ruang, antar
waktu,
2) Untuk mengoptimalkan partisipasi dan peran masyarakat dalam perencanaan.
3) Untuk menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif dan
adil

Perencanaan Pembangunan memiliki ciri-ciri tersendiri yang dengan Mudahnya dapat


dibedakan dengan perencanaan yang lain. Menurut Tjokroamidjojo (1984), ciri-ciri suatu
perencanaan pembangunan bersifat usaha Pencapaian tujuan-tujuan pembangunan yang
berkaitan dengan peranan Pemerintah sebagai pendorong pembangunan (agent of
development). Secara Rinci, menurut Tjokroamidjojo (1984) perencanaan pembangunan
memiliki ciri-Ciri sebagai berikut:

1) Suatu rencana untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi yang tetap (steady
economic growth)
2) Usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita
3) Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi
4) Perluasan kesempatan kerja
5) Usaha pemerataan pembangunan
6) Adanya usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang Lebih
menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan
7) Kemampuan membangun lebih didasarkan pada kemampuan sosial Terdapatnya
usaha secara terus menerus dalam menjaga stabilitas ekonomi

3
I.2. Pengawasan dalam Pembangunan

Pengawasan dalam pembangunan merupakan aspek yang sangat penting untuk


memastikan kelancaran dan keberhasilan suatu proyek pembangunan. Djamaluddin
Tanjung dan Supardan mengemukakan Pengertian Pengawasan yaitu Salah satu fungsi
manajemen untuk menjamin agar pelaksanaan kerja berjalan sesuai Dengan standar yang
telah ditetapkan dalam perencanaan. Dengan pengawasan dapat Diketahui sampai dimana
penyimpangan, penyalahgunaan, kebocoran, pemborosan, Penyelewengan, dan lain-lain
kendala di masa yang akan datang. Jadi keseluruhan Dari pengawasan adalah kegiatan
membandingkan apa yang sedang atau sudah Dikerjakan dengan apa yang direncanakan
sebelumnya, karena itu perlu kriteria, Norma, standar dan ukuran tentang hasil yang ingin
dicapai.

Harold Koontz dan Cyriel P. Donel berpendapat bahwa perencanaan dan


pengawasan Merupakan dua sisi mata uang yang sama. Dengan demikian jelas bahwa
tanpa Rencana, maka pengawasan tidak mungkin dapat dilaksanakan, karena tidak ada
Pedoman atau petunjuk untuk melakukan pengawasan itu. Rencana tanpa pengawasan
Akan cenderung memberi peluang timbulnya penyimpangan-penyimpangan,
Penyelewengan dan kebocoran tanpa ada alat untuk mencegah, oleh karena itu Diperlukan
adanya pengawasan.Begitu pentingnya pengawasan dalam suatu organisasi sehingga
keberhasilan atau Kinerja suatu organisasi menjadi ukuran, sampai dimana pelaksanaan
pengawasan Terhadap organisasi tersebut.

Pengawasan pelaksanaan rencana pembangunan yang Dilakukan oleh pimpinan


(kementerian,lembaga,skpd) dilaksanakan sesuai dengan Peraturan perundang-undangan.
Lembaga pemerintah yang menangani bidang Pengawasan adalah BPKP (Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan). Adapun pengertian dari Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan, atau yang Disingkat BPKP, adalah Lembaga pemerintah
nonkementerian Indonesia yang Bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
pengawasan keuangan dan Pembangunan. BPKP telah mengalami serangkaian
metamorfosa yang dimulai pada Tahun 1936 berdasarkan besluit Nomor 44 tanggal 31
4
Oktober 1936 berbentuk Djawatan Akuntan Negara/DAN (Regering Accountantsdienst)
dan berada di Bawah Departemen Keuangan yang bertugas melakukan penelitian terhadap
pembukuan dari Berbagai perusahaan negara dan jawatan tertentu.

Walaupun Indonesia secara sadar telah mengakui konsep pembangunan


Berkelanjutan dan bahkan telah meratifikasi beberapa konvensi internasional yang
Berkenaan dengan pembangunan dan isu-isu lingkungan, namun implementasi Konvensi-
konvensi tersebut masih belum berjalan mulus. Beberapa konvensi Meskipun telah
diturunkan ke dalam Undang Undang, pengawasan pelaksanaannya Dan penegakan
hukumnya masih sangat lemah. banyaknya kasus korupsi, dan belum berdayanya
masyarakat. Hal ini karena belum terciptanya mekanisme yang dapat menjembatani
kepentingan masyarakat, sektor bisnis, dan pemerintah

I.3. Sejarah Pembangunan di Indonesia

Sejarah Pembangunan di Indonesia Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia mempunyai
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat besar, tetapi pelaksanan
pembanunan belum bisa maksimal atau dapat dikatakan gagal. Tentu ada faktor-faktor yang
mempengaruhi kegagalan pembangunan di Indonesia? Pemerintah tidak tinggal diam
dalam melihat hal ini. sejarah masa lalu di Indonesia ditahun 1963

saat itu dimasa kepemimpinan Presiden Sukarno. Pada mulanya lembaga ini bernama
Depernas (Dewan Perancang Nasional) dibentuk oleh Presiden Sukarno melalui Undang-
undang nomor: 80 tahun 1958 yang disahkan diJakarta pada tanggal 23 Oktober 1958, Pada
saat itu Presiden Sukarno membangun lembaga Depernas ini dengan tujuan untuk
menyusun rencana pekerjaan semua Kementrian dalam kabiner presiden Sukarno secara
bersinergi dan dalam satu komando Presiden Republik Indonesia.

Namun pada 15 Agustus 1959, Depernas ini memfokuskan pada upaya untuk mengatasi
persoalan perekonomian karena inflasi saat itu yang terjadi di dalamnegeri perlu perhatian
khusus antara lain dengan cara melakukan lima pendekatan: (1). Pemerintah Republik
Indonesia saat itu mengeluarkan kebijakan dengan menekan laju inflasi untuk

5
menstabilkan jumlah uang rupiah yang beredar dimasyarakat. (2). Pemerintah Republik
Indonesia mengeluarkan kebijakan terhadap pungutan pada perusahaan dan perseorangan
(3). Pemerintah Republik Indonesia meminta kepada pihak IMF (International Moneter
Fund) agar bersedia membantu memperbaiki kondisi perekonomian di Indonesia saat itu
(4). Pemerintah Republik Indonesia melalui Depernas menyusun program kerja berupa
pembangunan semesta dan berencana untuk kemajuan Indonesia. (5). Pemerintah Republik
Indonesia saat itu menetapkan kebijakan Devaluasi mata uang rupiah.seperti halnya
mengurangi biaya eksport, sehingga dapat meningkatkan kompetisi di pasar global dan
mengurangi intensitas dan biaya impor.

Devaluasi ini berpotensi untuk mendorong para pengusaha untuk melakukan kegiatan
Ekspor, tentunya dengan pertimbangan jika menjual produk dari dalam negeri dengan mata
uang asing akan lebih menguntungkan dan dapat memberikan pemasukan bagi pemerintah
pusat dibandingkan bila dijual dengan menggunakan nilai mata uang Rupiah yang nilainya
saat itu sedang terus merosot.

Jadi tujuan pemerintah Republik Indonesia kini jelas dapat dimengerti untuk menguatkan
perekonomian dalam negeri dengan menggunakan berbagai produk lokal agar dapat
bersaing di pasar dalam negeri juga di pasar luar negeri, tentunya dengan meningkatnya
harga produk impor dipasar dalam negeri masyarakatpun akan beralih membeli produk
lokal, dengan demikian persoalan inflasi yang terjadi saat itu sedikit demi sedikit dapat
teratasi, karena barang lokal di pasar dalam negeri akan mendominasi dan mendorong
terciptanya iklim perekonomian yang sehat.

Pada tahun 1963 Presiden Sukarno telah mengubah Depernas menjadi Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (BAPPENAS) pelaksanaannya diberikan kepada seorang Menteri
Negara yang keberadaannya saat itu dibawah komando langsung oleh Presiden Sukarno.
Menteri Negara Bidang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia
yang pertama Bapak Soeharto Sastrosoeyoso Kabinet Kerja IV dilantik tanggal 13
November 1963 hingga 27 Agustus 1964. Beliau dipercaya untuk melanjutkan
kepemimpinannya pada masa Kabinet Dwikora 1, dari 27 Agustus 1964 hingga 22 Februari
6
1966. Setelah itu digantikan oleh Bapak Soemarno pada masa Kabinet Dwikora 2 yang
usianya hanya satu bulan saja, terhitung dari 22 Februari 1966 hingga 22 Maret 1966.
Karena Presiden Sukarno terjerat kasus G30S PKI.Hingga kini lembaga Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (BAPPENAS) masih ada disetiap
kabinet Pemerintahan Rebublik Indonesia. Dipimpin oleh sejumlah ketua yang
bertanggung jawab langsung kepada President Republik Indonesia.Berdasarkan Surat
Keputusan Presiden Republik Indonesia no: 35 tahun 1973 tentang Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Presiden Republik Indonesia.

Di dalam menjalankan tugas-tugasnya Ketua BAPPENAS dibantu oleh Wakil Ketua yang
bertanggungjawab pada Ketua.Pada badan organisasi dibawahnya ada enam Deputy yang
membantu pimpinan BAPPENAS di antaranya; (1) Deputy Bidang Ekonomi., (2) Deputy
Bidang Sosial Budaya., (3) Deputy Bidang Fiskal dan Moneter., (4).Deputi Bidang
Pengendalian Pelaksanaan., (5) Deputy Bidang Regional dan Daerah., (6) Deputy Bidang
Administrasi. Keenam Deputy ini bertanggung jawab pada ketua BAPPENAS.Masing
masing Deputy membawahi tiga buah Biro, yang dipimpin oleh seorang kepala Biro
bertanggung jawab pada Kepala Deputy yang terkait. Di dalam Perpres RI BAPPENAS
dimasa kepemimpinan dimasa Orde Baru.

I.4. Pentingnya Perencanaan Pembangunan

Terdapat 3 alasan mengapa perencanaan pembangunan sangat penting dilakukan,


yakni: adanya kegagalan dalam sistem mekanisme pasar ketidakpastian akan masa depan;
dan membantu memberikan arah pembangunan yang jelas. keputusan ekonomi untuk
jangka panjang tertuju untuk mengarahkan, memengaruhi, serta dapat pula mengendalikan
dalam beberapa kondisi pertumbuhan variabel ekonomi seperti, pendapatan, konsumsi,
lapangan kerja, penanaman modal dan tabungan, aktivitas ekspor dan impor. Tujuan akhir
dari keputusan ini adalah mampu terpenuhi tujuan pembangunan yang telah ditetapkan
sebelumnya.

7
Dalam proses perencanaan pemerintah terlibat dalam tahap kegiatan yang umumnya
diawali dengan pemilihan tujuan sosial, penetapan target serta pembuatan kerangka bagi
pengimplementasian, pengoordinasian, pengawasan rencana pembangunan (Kuncoro,
2018). Dasar perlunya perencanaan pembangunan ekonomi terutama di negara

sedang berkembang adalah bahwa terjadinya kondisi tidak terkendali yang terjadi
akibat sistem ekonomi pasar. Bahkan yang terparah, adalah terjadinya dualisme ekonomi,
fluktuasi harga yang tidak menentu, ketidakstabilan pasar, serta menurunnya angka
kesempatan kerja. Secara lebih spesifik dijelaskan bahwa sistem perekonomian pasar tidak
sejalan bahkan tidak berhasil dilakukan di negara-negara miskin.

Hal ini terlihat pada masalah mobilisasi sumber daya yang terbatas yang pada
akhirnya berakibat terjadinya perubahan struktur yang sebenarnya dibutuhkan dalam
merangsang terjadinya pertumbuhan ekonomi yang seimbang dan berkelanjutan secara
menyeluruh. Oleh karena itulah, perencanaan diterima sebagai alat yang sangat penting
guna menuntun serta mendorong pertumbuhan ekonomi terutama hampir di seluruh negara
sedang berkembang (Kuncoro, 2018).Secara umum gagalnya mekanisme pasar dapat
dilihat dari:

1) Tidak berfungsinya pasar secara tepat;


2) alokasi sumber daya tidak terjadi secara efisien dan efektif sebagaimana fungsi pasar
dan
3) hasil-hasil produksi yang tidak diharapkan justru itu pula yang diproduksi oleh pasar,
yang saat diukur dengan tujuan sosial tidak seimbang dengan alokasi sumber daya yang
dilakukan (Todaro and Smith, 2013).

Tujuan dan fungsi pengawasan pembangunan.

Pengawasan merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh
kegiatan pembangunan yang sedang berjalan sudah sesuai dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya. Pentingnya dilakukan pengawasan bertujuan untuk
menghindari kemungkinan terjadinya penyelewengan atau penyimpangan, baik yang

8
bersifat anggaran (budgeting) ataupun proses (prosedur) dan kewenangan (authority).
Handayaningrat (2011) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya pengawasan terhadap
suatu kegiatan pembangunan adalah:

1. Untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan,

Ketidak sesuaian penyelenggaraan yang lain-lain dan tidak sesuaidengan tugas dan
wewenang yang telah ditentukan;

2. Agar hasil pelaksanaan pekerjaan pembangunan dapat diperoleh

secara berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.Dengan demikian, pengawasan harus dilakukan untuk dapat memastikan
proses pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sedang berjalan benar-benar telah
dilakukan sesuai tujuan rencana proyek dan program pembangunan. Pengawasan
dilakukan sebagai ongoing evaluation, yang dilakukan saat kegiatan pembangunan sedang
berlangsung untuk melakukan perbaikan bila diperlukan. Pengawasan ini sangat berkaitan
erat dengan perencanaan. Hasibuan (2017) menyatakan keterkaitan antara pengawasan
dengan perencanaan saling mengisi satu sama lain, saling mendukung sehingga
pengawasan harus terlebih

pengawasan dan pengukuran dilakukan.Lebih lanjut, Makmur (2011) menyatakan


sesungguhnya pengawasan terhadap suatu kegiatan atau pembangunan memiliki fungsi
untuk memberikan suatu kejelasan secara tuntas, dapat dipercaya semua pihak terutama
pihak yang melakukan pengawasan terhadap kegiatan yang telah atau sedang dilakukan
oleh pihak yang diawasi, sehingga hasil pengawasan yang merupakan suatu temuan
senantiasa memberikan keadilan dan menjelaskan keadaan yang sesungguhnya. Artinya,
dalam proses pelaksanaan pengawasan akan ditemukan hasil kegiatan atau pembangunan
yang jelas dan tepat serta berdasarkan fakta yang tidak diragukan kebenarannya. Ali dan
Suadi (2014) menjelaskan secara lebih detail, fungsi dilakukannya pengawasan terhadap
pelaksanaan suatu kegiatan atau pembangunan, sebagai berikut:

9
1. Untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang
ditetapkan;

2. Sebagai sarana manajemen memberikan penilaian apakah pengendalian yang telah


dilakukan sudah mencukupi serta telah dikerjakan dengan efektif dalam sebuah kegiatan
pembangunan;

3. Untuk memberikan penilaian apakah sebuah kegiatan telah berjalan sesuai dengan
aturan-aturan yang telah ditetapkan dan telah dilaporkan oleh pelaksana tugas pengawasan;

4. Untuk memberikan penilaian apakah setiap bagian dari yang diawasi telah mengerjakan
tugas yang menjadi tanggung jawabnya;

I.5. Prinsip-prinsip pengawasan Pembangunan

Prinsip-prinsip dalam Melakukan Pengawasan Perencanaan Pembangunan Dalam


melakukan pengawasan diperlukan kemampuan pengawas dalam menilai setiap
pelaksanaan pembangunan yang dilakukan. Melalui pengawasan dapat diawasi sejauh
mana penyimpangan, penyalahgunaan, kebocoran, kekurangan, pemborosan,
penyelewengan, dan kendala-kendala lainnya yang sedang terjadi. Dengan demikian,
pengawasan yang dilakukan terhadap pelaksanaan kegiatan atau pembangunan merupakan
suatu aktivitas dengan membandingkan apa yang sedang atau yang sudah dikerjakan
dengan apa yang direncanakan sebelumnya. Untuk itu, dalam melaksanakan pengawasan
harus dilakukan secara integratif dengan menyusun rencana sasaran, mendesain instrumen
yang akan digunakan, melakukan berdasarkan prinsip-prinsip yang baik dan benar agar
dalam pelaksanaan pengawasan dapat berjalan dengan lancar.

Fattah (1996) mengemukakan ada 6 (enam) prinsip-prinsip dalam melakukan

pengawasan yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Prinsip berkesinambungan, artinya dilakukan secara berlanjut

10
2. Prinsip menyeluruh, artinya keseluruhan aspek dan komponen program harus dievaluasi

3. Prinsip objektif, artinya pelaksanaannya bebas dari kepentingan pribadi

4. Prinsip sahih, yaitu mengandung konsistensi yang benar-benar mengukur yang


seharusnya diukur

5. Prinsip penggunaan kritis

6. Prinsip kegunaan atau manfaat.

Pengawasan pada dasarnya berfungsi menekankan langkah-langkah pembenahan atau


koreksi (correctiveactions) jika dalam suatu kegiatan terjadi kesalahan atau perbedaan dari
tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan (Fayol, 1949; Jerome, 1961; Koonts dan
O’Donnell, 1968). Langkah-langkah pembenahan dari fungsi pengawasan sering kali lebih
dititik beratkan pada penanganan sumber-sumber dana (financial resources) agar sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan untuk lebih meningkatkan efektivitas dan efisiensi
kegiatan secara menyeluruh (Anthony, 1965).Mockler (1972) menyatakan bahwa langkah-
langkahpengawasan seyogyanya lebih ditekankan pada hal-hal yang positif dan bersifat
pencegahan.

I.6. Jenis-jenis pengawasan

1) Pengawasan Intern dan Ekstern

Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan Yang ada di
dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.” Pengawasan Dalam bentuk ini dapat
dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau Pengawasan melekat (built in
control) atau pengawasan yang dilakukan secara rutin. Pengawasan ekstern adalah
pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang Berada di luar unit organisasi yang
diawasi.

11
2) Pengawasan Preventif dan Represif

Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai, “pengawasan yang dilakukan


Terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat mencegah
Terjadinya penyimpangan.” Lazimnya, pengawasan ini dilakukan pemerintah dengan
Maksud untuk menghindari adanya penyimpangan pelaksanaan keuangan negara yang
Akan membebankan dan merugikan negara lebih besar. Di sisi lain, pengawasan ini Juga
dimaksudkan agar sistem pelaksanaan anggaran dapat berjalan sebagaimana Yang
dikehendaki. Pengawasan preventif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika Dilakukan
oleh atasan langsung, sehingga penyimpangan yang kemungkinan Dilakukan akan
terdeteksi lebih awal. Di sisi lain, pengawasan represif adalah “pengawasan yang dilakukan
terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan.” Pengawasan model ini lazimnya
dilakukan pada akhir tahun anggaran, di mana anggaran yang telah ditentukan kemudian
disampaikan laporannya. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan dan pengawasannya untuk
mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan.

3) Pengawasan Aktif dan Pasif

Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk “pengawasan yang dilaksanakan di


tempat kegiatan yang bersangkutan.” Hal ini berbeda dengan pengawasan jauh (pasif) yang
melakukan pengawasan melalui “penelitian dan pengujian terhadap surat-surat
pertanggung jawaban yang disertai dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran.” Di
sisi lain, pengawasan berdasarkan pemeriksaan kebenaran formil menurut hak
(rechmatigheid) adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah sesuai dengan
peraturan, tidak kadaluarsa, dan hak itu terbukti kebenarannya.” Sementara, hak
berdasarkan pemeriksaan kebenaran materil mengenai maksud tujuan pengeluaran.

12
I.7. Proses Melakukan Pengawasan dalam Perencanaan Pembangunan

1. Teknik Perencanaan Pembanguanan

1. Teknik Analisis SWOT

Analisis SWOT lazim digunakan dalam penyusunan sebuah perencanaan, khusunya


rencana strategis (Renstra). Teknik Perencanaan ini menjadi populerkarena dia dapat
menghasilkan suatu strategi pembangunan yang lebih terarah sesuai dengan potensi yang
dimiliki oleh daerah atau institusi bersangkutan. Disamping itu, dengan menggunakan
teknik SWOT akan dapat pula dihasilkan program dan kegiatan yang lebih tepat untuk
merebut peluang yang tersedia maupun untuk mengatasi kelemahan yang dihadapi.
Dengan demikian penggunaan analisis SWOT akan dapat menggunakan analisis yang
lebihkongkrit dan realistis sesuai dengan kondisi dan situasi yang dimiliki oleh daerah atau
institusi bersangkutan. Karena itu tidaklah mengherankan bilamana analisis SWOT ini
sangat populer dikalangan aperatur pemerintahan dalam penyusunan rencana pembngunan
untuk suatu daerah atau institusi tertentu. Semula rencana strategis ini umumnya digunakan
dalam penyusunan rencana untuk dunia usaha di mana tingkat persaingan sangat tajam.
Akan tetapi karena dalam era otonomi daerah persaingan antara suatu daerah dengan
daerah

2. Teknik Statistik

Perencanaan pembangunan yang baik adalah yang kongkrit dan terukur. Hal ini sangat
diperlukan baik dalam analisis tentang kondisi daerah, arah dan sasaran maupun kebijakan
yang akan ditempuh. Untuk keperluan ini diperlukan analisis data secara kuantitatif dengan
menggunakan metode atau teknik statistik yang tidak harus terlalu tinggi dan rumit, tetapi
cukup dengan yang sederhana saja dan mudah dimengerti oleh publik. Sangat disadari
bahwa hasil perhitungan statistik tidaklah bersifat pasti karena selalu mengandung
kemelesetan (error) sekitar 5% sampai 10%. Namun demikian, bila perencanaan hanya
dilakukan secara kualitatif dan normatif untuk menghindari kemelesetan tersebut, sehingga
penyusunan anggaran serta monitoring dan evaluasi terhadap keberhasilan pelaksanaan

13
rencana menjadi sulit dilakukan. Ilmu statistik itu sendiri dewasa ini ternyata telah
berkembang cukup pesat mulai dari yang sederhana sampai yang bersifat sulit dan rumit.
Perkembangan ini menyebabkan sudah banyak teknik statistik tersedia yang dapat
digunakan sebagai alat bantu untuk penyusunan rencana pembangunan daerah. Pemilihan
teknik statistik mana yang akan digunakan sangat ditentukan oleh ketersediaan data,
kemapuan teknis yang dimiliki oleh para perencana dan dana yang tersedia untuk
penyusunan rencana. Bila dana tersedia cukup besar, kemampuan perencana cukup tinggi
dan data tersedia memadai, maka sebaiknya teknik statistik yang digunakan adalah yang
lebih baik walaupun perhitungannya lebih sulit dan rumit. Akan tetapi bilamana dan
tersedia terbatas, kemampuan tenaga perencana masih kurang dan data tersedia sangat
terbatas, maka sebaiknya digunakan teknik statistik sederhana saja walaupun tingkat
kemelesetannya akan lebih tinggi.

3.Teknik Perencanaan Regional

Dalam menyusun dokumen perencanaan pembangunan daerah yang baik, diperlukan


bebarapa teknik perencanaan khusus di bidang perencanaanregional. Alasannya adalah
bahwa teknik perencanaan yang biasanya dipakai dalam penyusunan perencanaan
pembanguna nasional banyak yang tidak sesuai dengan kondisi dan struktur pembangunan
daerah di mana aspek ruang (Space) dan perbedaan potensi pembanguna antar wilayah
merupaka unsur yang sangat penting. Dengan menggunakan teknik perencanaan regional
ini diharapkan penyusunan rencana menjadi lebih tepat dan terarah. Tenik perencanaan
regional yang banyak terpakai dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah antara
lain adalah: Koefisien Lokasi (Locatioan Quotient), Indeks Konsentrasi Wilayah, Indeks
Ketimpangan Pembangunan regional (Regional Disparity), Shift Share Analysis, Klassen
Typology, Model Gravitasi dan Lowry Model.

1. Koefisien Lokasi

Dalam melakukan analisis terhadap kondisi umu daerah dan perumusan strategi
pembangunan yang tepat dan terarah, pertanyaan pokok yang selalu muncul adalah apa

14
potensi pembangunan utamayang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Pertanyaan ini
sangat penting artinya karena analisis kondisi umum daerah harus dapat memunculkan
analsis tentang potensi utam ekonomi daerah secara sektoral dan kalau dapat sampai ke
tingkat komoditi.

2. Indeks Ketimpanagan Pembangunan Regional

Kenyataan umum hampir di semua Negara sedang berkembang, termasuk Indonesia,


menunjukkan bahwa ketimpangan pembangunan antar wilayah adalah cukup besar. Hal ini
dipicu oleh beberapa hal antara lain: perbedaan potensi daerah yang sangat besar,
perbedaan kondisi demografis dan ketenagakerjaan. Penggunaan Theil Index sebagai
ukuran ketimpangan mempunyai kelebihan tertentu. Pertama,dapat menghitung
ketimpangan dalam daerah dan antar daerah secara sekaligus, sehingga cakupan analisa
menjadi lebih luas.

3. Shift-Share Analysis

Metode Shift-Share adalah salah satu teknik analisis dalam ilmu Ekonomi Regional yang
bertujuan untuk mengetahui factor-faktor utama yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi
suatu daerah.

4. Klassen Typology

Sebagai implikasi dan perbedaan struktur dan potensi ekonomi wilayah, pertumbuhan
ekonomi masing-masing daerah cenderung sangat bervariasi satu sama lainnya.

I.8. Aspek Perencanaan Pembangunan

Aktivitas perencanaan pembangunan tidak akan dapat dilakukan secara individual


akan tetapi harus dilakukan secara tim, baik dalam artian kerja sama tim antar anggota
perencana serta kerja sama dalam artian institusional. Kemudian, perencanaan
pembangunan juga perlu keterlibatan berbagai pihak secara interdisipliner sehingga
memampukan pengkajian dan analisis yang akurat dalam perumusan hasil
perencanaannya.

15
Pihak-pihak di sini bisa berasal dari masyarakat umum, kalangan akademis, tokoh
masyarakat, partai politik, serta elemen masyarakat lainnya yang mampu memberikan
informasi penting tentang kebutuhan dasar di wilayah pembangunan tersebut. Oleh karena
itu pemerintah selaku institusi yang bertanggung jawab terkait masalah perencanaan
pembangunan daerah ini harus berbagai unsur kepentingan di dalam masyarakat dan mau
melibatkan pihak tersebut. Sejalan dengan hal itu, dalam perencanaan pembangunan
daerah ada berbagai aspek yang perlu diperhatikan dalam rangka perencanaan
pembangunan yang baik serta mampu diimplementasikan di lapangan nantinya. Aspek-
aspek tersebut antara lain (Riyadi and Bratakusumah, 2004):

1. Aspek potensi dan masalah

Potensi dan masalah adalah fakta yang ada di lapangan serta sangat memengaruhi proses
pembangunan, terlebih lagi hal tersebut dapat menjadi suatu pijakan awal dalam proses
penyusunan perencanaan yang nantinya menjadi dasar analisis berikutnya.

2. Aspek lingkungan

Lingkungan mempunyai dampak yang sangat besar terhadap berhasil atau tidaknya
program pembangunan. Bila program pembangunan kurang memperhatikan masalah
lingkungan ini akan menjadi sebuah program yang memiliki nilai relevansi yang rendah
terhadap perubahan terutama bagi masalah kemasyarakatan yang adalah ornamen penting
dalam proses pembangunan. Lingkungan terbagi atas dua, pertama, lingkungan internal
adalah lingkungan yang berada di dalam populasi perencanaan pembangunan daerah
dilakukan. Kedua, lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada di luarpopulasi
namun memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap tingkat berhasilnya sebuah program
pembangunan. Aspek lingkunganeksternal ini adalah bidang sosial, ekonomi, budaya, dan
politik.

3. Aspek ruang dan waktu

Aspek ruang dan waktu harus dengan jelas menggambarkan sebuah kebutuhan yang tepat
tentang kapan perencanaan pembangunan mulai disusun, kapan mulai ditetapkan, serta
16
untuk berapa Dari segi aspek waktu di Indonesia, perencanaan pembangunan daerah dapat
dibagi menjadi perencanaan jangka pendek jangka menengah dan jangka panjang.
Meskipun berbeda dalam waktu proses pembangunan yang ideal adalah perencanaan yang
dalam setiap periode waktu harus memiliki keterkaitan serta menunjukkan kesinambungan
yang terus-menerus sampai batas waktu yang ditetapkan sebagai fase
pembangunan.Sedangkan aspek ruang perencanaan pembangunan daerah harus dipahami
sebagai satu kesatuan yang utuh dari kondisi ruang yang ada dengan proses pembangunan
dilaksanakan. Perencanaanpembangunan daerah wajib dirumuskan secara menyeluruh
yang memperhatikan kondisi lingkungan yang mencakup lingkungan udara, darat, laut,
hutan, pertanian dan lain sebagainya Hal ini memiliki arti bahwa lingkungan yang
disebutkan tadi merupakan bahan pertimbangan prakondisi bagi proses perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan. Di sinilah kita mengenal istilah spatial planning, yaitu suatu
perencanaan yang arahnya adalah penataan ruang suatu wilayah sehingga dapat
dikembangkan dan dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan dan daya dukungnya.

4. Aspek perencana

Aspek ini adalah organisasi pemerintah yang bertanggung jawab dalam melakukan
perencanaan pembangunan daerah. Pembangunan adalah tugas pemerintah dalam
pemenuhan kewajibannya kepada masyarakat maka hal itu perlu dilaksanakan mulai dari
perencanaan hingga evaluasinya. Dalam pelaksanaannya, pemerintah perlu

I.9. TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Secara umum terdapat empat tahap dalam proses pembangunan yang sekaligus juga
Menggambarkan tugas pokok badan perencana pembangunan.

1. Tahap Penyusunan Rencana

Tahap awal kegiatan perencanaan adalah penyusunan naskah atau rancangan rencana
pembangunan yang secara formal merupakan tanggung jawab badan perencana, baik
BAPPENAS untuk tingkat nasional dan BAPPEDA untuk tingkat daerah. Penyusunan
Rencana ini dapat dilakukan secara swakelola oleh badan perencana sendiri atau
17
Dikontrakan kepada perusahaan konsultan yang relevan bila tenaga perencana yang
Terdapat pada badan perencana tidak mencukupi

2. Tahap Penetapan Rencana

Rancangan rencana pembangunan yang telah selesai baru akan berlaku secara resmi Bila
telah mendapatkan pengesahan dari pihak yang berwenang. Sesuai ketentuan Yang berlaku,
RPJP perlu mendapat pengesahan dari DPRD setempat, sedangkan RPJM dan RKPD
cukup mendapat pengesahan dari kepala daerah. Pada tahap kedua Ini kegiatan utama
badan perencana adalah melakukan proses untuk mendapatkan Pengesahan tersebut.

3. Tahap Pengendalian Pelaksanaan Rencana

Setelah rencana pembangunan tersebut ditetapkan oleh pihak yang berwenang, maka
Dimulai proses pelaksanaan rencana oleh pihak eksekutif melalui SKPD terkait. Namun
demikian, sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku, perencana Masih tetap
mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pengendalian (monitoring) Pelaksanaan
rencana bersama SKPD bersangkutan.

4. Tahap Evaluasi Keberhasilan Pelaksanaan Rencana

Setelah pelaksanaan kegiatan pembangunan selesai, badan perencana masih Mempunyai


tanggung jawab terakhir, yaitu melakukan evaluasi terhadap kinerja dari Kegiatan
pembangunan tersebut. Sasaran utama kegiatan evaluasi ini adalah untuk Mengetahui
apakah kegiatan dan obyek pembangunan yang telah selesai dilaksanakan Tersebut dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat.mengoordinasikan kegiatan pada satu instansi tersendiri
sebab perencanaan pembangunan daerah merupakan pekerjaan yang sangat kompleks, oleh
karenanya diperlukan satu institusi yang bertanggung jawab penuh untuk melaksanakan
dan mengoordinasikannya. Institusi perencana sebagai pelaksana fungsi manajemen dalam
bidang perencanaan dan bertanggung jawab penuh pada hasilnya adalah implementasi dari
pelaksanaan manajemen pembangunan. Perencana tidak hanya bertindak sebagai
penampung berbagai usulan dari institusi teknik, namun harus mampu bertindak sebagai
promotor yang dapat mengakomodir, menganalisis, menjabarkan berbagai masalah serta
18
kepentingan pada suatu kesimpulan bersama dalam wujud rumusan hasil perencanaan
pembangunan daerah oleh karenanya menjadi sangat penting.

5. Aspek legalitas kebijakan

Aspek ini sangat penting jika akibat perencanaan pembangunan wilayah dievaluasi
menjadi suatu keputusan dari kebijakan yang harus dilaksanakan. pelanggaran terhadap
akibat perencanaan bisa dievaluasi sebagai tindak penyelewengan yang bisa menyebabkan
implikasi aturan kepada pelanggarnya. Dengan adanya legalitas, kebijakan terhadap hasil
perencanaan pembangunan daerah penerapannya harus sesuai dengan batasan yang telah
ditetapkan dalam perencanaan tersendiri ini sangat perlu guna menghindari berbagai
dampak yang timbul dari proses pembangunan. selayaknya para pelaksanaan
pembangunan memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Luaran dari perencanaan
pembangunan daerah diterima sebagai suatu kebijakan pemerintah serta produk hukum
yang harus ditaati.

I.10. Siklus Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pembangunan mempunyai siklus (putaran kegiatan) yang terpola hampir


secara seragam. Memperhatikan literatur perencanaan yang tersedia, secara umum terdapat
10 siklusminimum perencanaan pembangunan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
perencanaan Pembangunan sebagai berikut :

1) Formulasi Tujuan dan Sasaran Pembangunan


Siklus berikutnya yang perlu dilakukan adalah melakukan formulasi secara tepat
Tentang tujuan dan sasaran pembangunan. Tujuan pembangunan pada dasarnya
adalah Merupakan gambaran (deskripsi) tentang sasaran akhir yang ingin
diwujudkan melalui Kegiatan pembangunan. Sedangkan sasaran pembangunan
adalah jabaran lebih Konkret tentang tujuan pembangunan tersebut.
2) Mengkaji Alternatif Strategi Pembangunan

19
Setelah tujuan dan sasaran pembangunan dapat dirumuskan secara tepat, maka
Langkah berikutnya adalah mengkaji berbagai alternatif strategi yang dapat
dilakukan Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan tersebut.
3) Menetapkan Prioritas Pembangunan
Prioritas pembangunan perlu dilakukan secara tajam agar pencapaian tujuan dan
Sasaran pembangunan dapat dilakukan dengan kondisi dana yang terbatas.
4) Merumuskan Kebijakan Pembangunan
Perumusan kebijakan ini harus dilakukan secara tepat sesuai dengan permasalaha
Pokok yang dihadapi serta tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan
Terdahulu.
5) Identifikasi Program dan Kegiatan
Identifikasi terhadap program dan kegiatan yang diperlukan untuk dapat
Mewujudkan Melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan terdahulu dalam
rangka mewujudkan Visi dan misi pembangunan.
6) Menetapkan Perkiraan Dana Investasi Dibutuhkan
Setelah program dan kegiatan ditetapkan, maka siklus pekerjaan perencanaan
Berikutnya adalah menetapkan perkiraan dana investasi yang dibutuhkan.
7) Menetapkan Indikator Kinerja
Penetapan indikator kinerja sangat penting artinya untuk dapat mengetahui secara
Konkret tingkat keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan.
8) Penyusunan Rencana Tindak
Menyusun rencana tindak (action plan) yang berisikan berbagai ketentuan
operasional Dan cara yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan rencana, khusus
progran dan Kegiatan yang telah ditetapkan.
9) Penilaian Keadaan Saat ini
Penyusunan perencanaan pembangunan selalu dimulai dengan penilaian terhadap
kondisi umum negra atau daerah baik dibidang fisik dan sosial ekonomi saat ini
(existing condition).

20
10) Penilaian Arah Pembangunan Masa Datang
Kegiatan berikutnya yang perlu dilakukan adalah melakukan penilaian terhadap
arah pembangunan dimasa datang. Penilaian ini biasanya dilakukan dengan jalan
melakukan perkiraan (prediksi) secara terukur terhadap beberapa indikator dibidang
ekonomi, sosial, fisik dan tata ruang.
11) Formulasi Tujuan dan Sasaran Pembangunan
Siklus berikutnya yang perlu dilakukan adalah melakukan formulasi secara tepat
tentang tujuan dan sasaran pembangunan. Tujuan pembangunan pada dasarnya
adalah merupakan gambaran (deskripsi) tentang sasaran akhir yang ingin
diwujudkan melalui kegiatan pembangunan. Sedangkan sasaran pembangunan
adalah jabaran lebih konkret tentang tujuan pembangunan tersebut.
12) Ada pula negara-negara yang mencantumkan sebagai tujuan pembangunan Hal-hal
yang fundamental/ideal atau yang bersifat jangka panjang.

Jika disimpulkan, maka sesuai dengan ciri-ciri yang telah diuraikan di atas, Perencanaan
pembangunan harus dilakukan sebagaimana mestinya agar Memperoleh hasil yang baik.
Sumber daya yang ada harus dimanfaatkan secara Efektif dan efisien agar tujuan yang
diinginkan dapat tercapai. Perencanaan jugaberkaitan dengan upaya pemerintah untuk
mendorong dan menjadikan Pembangunan dengan perspektif jangka panjang

I.11 Masalah Dan Hambatan Rencana Pembanguan

Masalah Dalam Penyusunan Rencana

1) Masalah Tinjauan Keadaan


Dalam penyusunan rencana sering kali hal ini tidak dilakukan yang menyebabkan
sinergitas rencana baru dengan rencana yg lama tidak terbentuk.Tinjauan Keadaan
ini dapat berupa tinjauan sebelum memulai penyusunan rencana yang bari atau suatu
tinjauan pelaksanaan tentang rencana yang telah dibuat sebelumnya. Dengan
kegiatan ini diusahakan dapat dilakukan dan diidentifikasikan masalah-masalah
pokok yang masih dihadapi, seberapa jauh kemajuan telah dicapai untuk menjamin

21
kontinuitas kegiatan-kegiatan usaha, hambatan-hambatan yang masih ada dan
potensi-potensi serta prospek yang masih bisa dikembangkan lebih jauh.
2) Masalah Perkiraan keadaan masa yang akan datang
Persoalan ini sering muncul karena data-data dan statistik yang diperlukan
kelengkapan dan validitasnya kurang. Padahal data-data ini sangat diperlukan untuk
mengetahui kecenderungan-kecenderungan dimasa depan sehingga rencana yang
disusun dapat bersifat fleksibel atau mampu menghadapi perubahan-perubahan
yang terjadi dikemudian hari.
3) Masalah dalam penetapan tujuan rencana
Dalam hal ini masyarakat dan nilai-nilai politik memainkan peran penting dalam
perencanaan pembangunan. Namun sering kali peran masyarkat dalam partisipasi
pembangunan kurang sehingga penyusunan rencana tidak bersifat partisipatif.
4) Masalah dalam mengidentifikasi kebijakan
Persoalan ini muncul dikarenakan mayoritas dari dokumen-dokumen rencana
pembangunan mulai dari tingkat nasional hingga kota/kabupaten tidak bersinergi.
Identifikasi kebijakan akan sulit dilakukan ketika antar setiap dokumen rencana
pembangunan tidak nyambung. Selain itu kebijakan penganggaran terhadap
perencanaan pembangunan sering kali tidak tepat
5) Masalah persetujuan rencana
Proses pengambilan keputusan perencanaan pembangunan memiliki tingkatannya.
Mulai dari putusan bidang teknis dan kemudian memasuki wilayah proses politik.
Persetujuan rencana ini sangat penting untuk melanjutkan perencanaan pada tahap
berikutnya. Namun fakta dilapangan menunjukan bahwa perencanaan
pembangunan dan penganggaran dengan politik itu sering bertolak belakang dan
tidak sejalan. Selain itu sering kali perencanaan pembangunan dan penganggaran
itu dikendalikan oleh politik sehingga banyak kepentingan-kepentingan politik
(para pemegang kekuasaan) yang masuk. Hal tersebut akan membuat perencanaan
pembangunan tidak lagi sesuai dengan tujuannya yaitu untuk mensejahterakan
masyarakat melainkan untuk mensejahterakan sekelompok orang saja.

22
6) Masalah dalam Tinjauan Waktu Kegiatan
Dalam penyusunan rencana telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 16 tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Kota dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17 tahun 2009 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kabupaten.
Waktu kegiatan tersebut sebenarnya dibuat untuk menciptakan ketepatan waktu dan
ketertiban dalam penyusunan rencana namun apabila dilihat dari ketersediaan data
dan validitas data yang akan mempengaruhi tahapan analisis data maka ketetapan
waktu tersebut akan menjadi riskan dan menimbulkan peluang bagi penyusunan
rencana yang kurang berkualitas dan tidak tepat. hal tersebut dikarenakan akan
membuat para perencana menyusun rencana yang hanya mempertimbangkan
ketepatan waktu penyusunan.

B. Masalah Dalam Pelaksanaan Rencana

Perencanaan Yang Telah Disusun Dengan Baik, Tidak Ada Artinya Jika Tidak Dapat
Dilaksanakan. Setiap Pelaksanaan Rencana Tidak Akan Berjalan Lancar Jika Tidak
Didasarkan Kepada Penyusunan Perencanaan Yang Baik.

Persoalan Yang Muncul Dalam Pelaksanaan Atau Implementasi Rencana Ini Adalah
Kurangnya Sosialisasi Kepada Pelaku Pembangunan Dibawah Yaitu Masyarakat. Konsep
Pengembangan Yang Sebelumnya Telah Dibuat Dalam Proses Penyusunan Rencana Yang
Akan Di Implementasikan Sering Kali Sosialisasinya Kurang Sehingga Masyarakat Tidak
Tahu Mengenai Apa Yang Akan Dilakukan Pemerintah Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Mereka. Oleh Karena Itu Partisipasi Masyarakat Dalam Hal Pelaksanaan
Kurang Sekalipun Misalkan Dalam Proses Penyusunan Rencana Mereka Ikut
Berpartisipasi.

1) Masalah Dalam Pengawasan Dan Pengendalian RencanaDalam Rangka


Meningkatkan Efesiensi Dan Efektivitas Alokasi Sumber Daya, Serta Menigkatkan
Trasparansi Dan Akuntabilitas Pengelolaan Program Rencana Pembangunan, Perlu

23
Dilakukan Upaya Pengawasan Dan Pengendalian Terhadap Pelaksanaan Rencana
Pembangunan. Pelaksanaan Rencana Adalah Implementasi Atau Penetapan Yang
Merupakan Tahapan Lanjutan Dari Proses Penyusunan Rencana.
2) Pengawasan Dan Pengendalian Rencana Diimplementasikan Dengan
Memberlakukan Insentif Dan Disinsentif. Insentif Merupakan Upaya Untuk
Memberikan Imbalan Terhadap Pelaksanaan Kegiatan Yang Berjalan Sesuai
Dengan Aturan Rencana Yang Ditetapkan. Sedangkan Disinsentif Merupakan
Upaya Untuk Mencegah Dan Mengurangi Kegiatan Yang Tidak Sesuai Dengan
Aturan Rencana Yang Ditetapkan. Disinsentif Diberikan Dengan Cara Pengenaan
Pajak Yang Tinggi Atau Pemberian Kompensasi Kepada Pemerintah.persoalan Yang
Muncul Dalam Pemberlakuan Disinsentif Yaitu Sering Munculnya Pemangku
Kebijakan Yang Mencari Keuntungan Dari Hasil Pengenaan Pajak Tinggi Dan
Kompensasi Tersebut. Hal Tersebut Diakibatkan Lemahnya pengawasan terhadap
pemangku kebijakan. Akibat yang akan muncul dari hal tersebut adalah tidak
optimalnya pendapatan daerah yang akan berimplikasi kepada pendapatan dan
pengeluaran daerah yang tidak seimbang sehingga akan menimbulkan defisit atau
surplus dalam pembiayaan pembangunannya.

I.11. Hambatan dalam Pelaksanaan Pengawasan Pembangunan

Pengawasan tidak mungkin dapat dilaksanakan tanpa adanya kegiatan perencanaan dan
rencana tidak akan tercapai secara optimal jika tidak disertai dengan pelaksanaan fungsi
pengawasan. Pengawasan ini berkaitan erat sekali dengan perencanaan dan kedua fungsi
ini merupakan hal yang saling berkaitan satu sama lain. Kato, et al (2021) menyatakan
dalam melaksanakan pengawasan dan evaluasi terhadap pembangunan bukanlah pekerjaan
yang mudah, karena akan berhadapan dengan berbagai hambatan atau permasalahan yang
sangat kompleks dan komprehensif meliputi berbagai aspek sosial, situasi dan keadaan
yang di daerah tersebut. Lebih lanjut, Hadi (2011) menyatakan dalam melakukan
pengawasan terhadap perencanaan pembangunan di daerah banyak faktor yang menjadi
penghambat pengawasan pembangunan tersebut, di antaranya sebagai berikut:

24
1. Sumber Daya Manusia, yaitu sumber daya manusia (SDM)

merupakan salah satu faktor pertama yang memengaruhi penghambat pengawasan


pembangunan di daerah, menyangkut jumlah petugas pengawasan dan kualitas
pengawasan, dalam arti dilihat dari segi tingkat pengetahuan, kemampuan, dan
keahliannya yang dimiliki dalam melaksanakan pekerjaan, karena pengetahuan dan
kemampuan adalah modal pertama dalam melaksanakan pengawasan pembangunan di
daerah;

2. Dana/biaya, yaitu dalam melaksanakan pengawasan faktor dana

sangat berperan dalam kelancaran proses pengawasan agar pencapaian tujuan yang telah
ditentukan dapat tercapai dengan maksimal dan sesuai yang diinginkan. Anggaran yang
digunakan untuk kelancaran kegiatan pengawasan pembangunan adalah anggaran
operasional, yaitu untuk biaya administrasi umum dan biaya pemeliharaan;

3. Fasilitas, yaitu sarana dan prasarana merupakan seperangkat alat

yang digunakan dalam melakukan proses kegiatan, untuk mewujudkan tujuan yang hendak
dicapai sehingga dapat melaksanakan pengawasan dengan baik dan lancar.

II. Peranan Pemerintah Dalam Perencanaan Pembangunan

II.1. Peranan Pemerintah Dalam Perencanaan Pembangunan

Peranan pemerintah dalam perencanaan pembangunan merupakan pemerintah yang


mempunyai kewenangan yang sangat strategis dan kedudukan yang strategis hal ini
berkaitan dengan fungsinya selaku “pelayananpublik” guna meningkatkan
kesejahteraan,kemakmuran,keamanan,keadilan dan ketenteraman bagimasyarakat. Sebab
perencanaan pembangunan daerah adalah suatu kegiatan untukdilakasanakan dimasa
depan dalam hal ini berawal dari tahapan-tahapan proses penyusunan program dan aktivitas
yang melibatkan berbagai elemen didalamnya, demipemanfaatan dan pengalokasian
sumber-daya-sumberdaya yang ada dengan tujuannya untuk menigkatkan kesejahteraan

25
masyarakat pada umumnyadalam suatu lingkungan atau wilayah yangdirencanakan dalam
jangka waktu tertentu.

Riyadi & Bratakusamah (2004: 8). Dalam pengertian inipemerintah daerah sebagai
peran perencana untuk mendesain dan membentuk intreaksi dalam suatuproses menuju
sasaran yang ingin dicapai. Dengan ini pemerintah harus berperan utama dengan
tugaspokok danfungsinyapemerintah daerahdanmenyesuaikan dengan fungsivisi,misi,
sasarandantujuan yang terapkan. Sedangkan berkaitan dengan pengertian ini maka,
Soemendar (1985:1) dalam(Sayafiie 2011:8) bahwa, pemerintah sebagai badan yang
penting dalam rangka pemerintahannya,pemerintah mestimemperhatikanketenteramandan
ketertibanumum, tuntutan danharapan sertapendapat rakyat, kebutuhan dan kepentingan
masyarakat, pengaruh-pengaruh lingkungan, pengaturan-pengaturan, komonikasi peran
serta seluruh lapisan masyarakat dan legitimasi. sebagian dari fungsiutama pemerintahan
daerah yang terutama adalah memperbaiki dan menyelesaikan
tuntutan/aspirasimasyarakat.

Peranan pemerintah dalam perencanaan pembangunan merupakan pemerintah yang


mempunyai kewenangan yang sangat strategis dan kedudukan yang strategis hal ini
berkaitan dengan fungsinya selaku “pelayanan publik” guna meningkatkan kesejahteraan,
kemakmuran, keamanan ,keadilan dan ketenteraman bagi masyarakat. Sebab perencanaan
pembangunan adalah suatu kegiatan untuk dilakasanakan dimasa depan dalam hal ini
berawal dari tahapan-tahapan proses penyusunan program dan aktivitas yang melibatkan
berbagai elemen didalamnya, demi pemanfaatan dan pengalokasian sumber-daya-sumber
daya yang ada dengan tujuannya untuk menigkatkan kesejahteraan masyarakat pada
umumnya dalam suatu lingkungan atau wilayah yang direncanakan dalam jangka waktu
tertentu.

Riyadi & Bratakusamah (2004: 8). Dalam pengertian ini pemerintah sebagai peran
perencana untuk mendesain dan membentuk intreaksi dalam suatu proses menuju sasaran
yang ingin dicapai. Dengan ini pemerintah harus berperan utama dengan tugas pokok dan
fungsinya pemerintah daerah dan menyesuaikan dengan fungsi visi, misi, sasaran dan
26
tujuan yang terapkan. Sedangkan berkaitan dengan pengertian ini maka, Soemendar
(1985:1) dalam (Sayafiie 2011:8) bahwa, pemerintah sebagai badan yang penting dalam
rangka pemerintahannya, pemerintah mesti memperhatikan ketenteraman dan ketertiban
umum, tuntutan dan harapan serta pendapat rakyat, kebutuhan dan kepentingan
masyarakat, pengaruh-pengaruh lingkungan, pengaturan- pengaturan, komonikasi peran
serta seluruh lapisan masyarakat dan legitimasi. sebagian dari fungsi utama pemerintahan
daerah yang terutama adalah memperbaiki dan menyelesaikan tuntutan/aspirasi
masyarakat.

Ndraha (1987 : 110) menyatakan bahwa peranan pemerintah dalam pembangunan


masyarakat amat luas, berawal dari hal yang bersifat pelayanan operasional sampai pada
hal yang bersifat ideologi dan spiritual dengan ini peran pemerintah akan mempunyai
wewenang dan kemampuan seseorang tersendiri untuk melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya seorang pemimping, karena tuntutan dari tugas pokok dan fungsinya sendiri bisa
menyelesaikan persoalan-persoalan dilingkungan masyarakat maupun pemerintah.

Rasyid (2000 : 48) menyampaikan bahwa pelaksanaan pemerintahan yang baik


selalu berpatokan pada tugas pokok dan fungsi yang diatur oleh peraturan yang ditentukan
dan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya tergantung pihak pemimpinnya sendiri. Dalam
hal ini kegiatan yang harus dilaksanakan / dijalankan terdapat tiga fungsi yang hakiki yaitu
: pelayanan (service), pemberdayaan (empowerment), dan pembangunan (development).”
dalam hubungan tersebut menegaskan bahwa, pelayanan yang baik akan membuahkan
keadilan bagi masyarakat bangsa dan negara, sedangkan pemberdayaan adalah mendorong
kemandirian masyarakat dan pembangunan akan menciptakan kesejahteraan dan
kemakmuran dalam masyarakat.

Sebagai koordinator

Peranan pemerintah daerah sebagai koordinator, bilamana ditinjauh dari tugas


pokok dan fungsi pemerintah daerah sehingga kepala Administrasi Kabupaten adalah
layanan desentralisasi pemerintah daerah untuk bertanggungjawab atas pelaksanaan,

27
koordinasi dan dukungan semua kegiatan layanan pemerintah di tingkat kabupaten.
Khususnya pelaksanaan, implementasi dan monitoring kebijakan pembangunan daerah
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Sejalan dengan ini pemerintah daerah
mengunakan wewenang dan kompotensi untuk berperan sebagai koordinator untuk
mengkordinir semua kegiatan dan pekerjaan yang ada didaerah dan bagimana menciptakan
perubahan proses pembangunan.

Kerena kepala pemerintahan daerah/ Bupati di Distrik Manatuto mempunyai


komitmen sebagai pemimpin yang bermakna untuk berkoordinasi dan berorientasi kepada
sektor-sektor/ lembaga pemerintahan, NGO Nasional, NGO Internasional dan Civil
Society yang ada. Dan bagimana melakukan perubahan-perubahan di masing-masing
sektor untuk membangun dan mengembangkan segala kegiatan yang diperlukan sebagai
faktor-faktor terpenting dalam pembangunan di daerah. Pemerintah daerah berkonsultasi
langsung dengan perangkat daerah dan masyarakat untuk memahami situasi dan kondisi
riil daerah untuk menganalisis keadaan daerah. Dan bagimana merencanakan untuk
membangun daerah ini kedepan hal ini pemerintah daerah melakukan survei dan sosialisasi
kepada masyarakat untuk memperoleh data dan informasi dari masyarakat sendiri. Atau
melalui pemotretan/profil daerah, fisik wilayah geografis, keadaan sosial ekonomi,
keadaan sosial budaya, lingkungan hidup, potensi wilayah, dan pemerintah daerah juga
harus memperhatikan kepada peluang dan tantangannya daerah tersebut.

Sebagai Fasilitator

Peranan pemerintah sebagai fasilitator, Riyadi dan Bratakusuma (2003:6)


perencanaan Pembangunan adalah suatu proses perencanaan pembangunan yang
dimaksudkan untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik bagi suatu komunitas
masyarakat, pemerintah, dan lingkungannya dalam wilayah/daerah tertentu, dengan
memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai sumber daya yang ada, dan harus memiliki
orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap tapi tetap berpegang pada azas prioritas.

28
Perenan pemerintah daerah untuk mengfasilitasi program perencanaan
pembangunan daerah terpadu perlu melibatkan partisipasi masyarakat populer di sebut
Bottom up Planning (perencanaan dari bawah) ketrlibatan masyarakat langsung berkaitan
dengan slogan negara demokratis yaitu perencanaan sampai pada masyarakat yang paling
bawah. Pembahasan ini peneliti simpulkan dari beberapa teori dan hasil penelitian
lapangan tentang peranan pemerintah daerah sebagai fasilitator yaitu, pelaksanaan program
pemerinthan harus sesuai dengan sarana dan prasaran dan sesuai dengan pedoman
perencanan investasi daerah, PID (Plano Investemento Distrital) sebab program pada
pedoman tersebut telah disusun oleh pemerintah daerah dan komonitas masyarakat.

Sebagai Stimulator

Peranan pemerintah sebagai stimulator untuk pemerintah dapat berperan sebagai


stimulan dalam penciptaan dan pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khususus
yang dapat memengaruhi dunia usaha untuk masuk ke daerah tersebut dan menjaga agar
perusahaan-perusahaan yang telah ada tetap eksis berada di daerah tersebut.

Pemerintah berperan aktif sebagai stimulator yang mendorong msyarakatnya untuk


terus berkarya untuk mecapai kemakmuran dan kejayaan. Banyak cara yang dilakukan
mulai dari memberikan bantuan dana hingga mempromosikan produk masyarakat melalui
pameran dan beberapa media masa dan elektronik tentang sumberdaya-sumberdaya yang
dimiliki.

Upaya membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat


merupakan pemikiran pemerintah, termasuk kepedulian dunia usaha kepada pengusaha
kecil. Maka pemerintah daerah tetap konsisten dengan arah kebijakan pembangunan yang
berorientasi kepada pengembangan ekonomi kerakyatan. Dalam pengertian ini peneliti
mengkaitan dengan teori dan hasil penelitian lapangan bahwa pemerintah mesti lebih
banyak memotivasi kepada pengusaha lokal untuk meningkatkan usahanya, dan pemrintah
juga menarik investasi dari luar daerah atau internasional ke daerah dalam rangka untuk
mengelolah usaha dan bisnis, karena perkembangan perekonomian daerah melalui sektor

29
swasta yang paling banyak memberikan keuntungan dan pendapatan bagi daerah secara
langsung maupun tidak langsung.

II.2. Kewenangan Pemerintah dalam pembangunan

1) Bundles of rights (hak atas lahan)


Kewenangan untuk mengatur hak atas lahan, hubungan hukum antara
orang/badan dengan lahan, dan perbuatan hukum mengenai lahan.
2) Police power (pengaturan)
Kewenangan menerapkan peraturan hukum (pengaturan, pengawasan, dan
pengendalian pembangunan di atas lahan maupun kegiatan manusia yang
menghuninya) untuk menjamin kesehatan umum, keselamatan, moral, dan
kesejahteraan. Seringkali dianggap sebagai ‘limitation of private
property/individual rights’.
3) Eminent domain (pencabutan hak atas lahan)
Yaitu kewenangan tindakan mengambil alih atau mencabut hak atas lahan di
dalam batas kewenangannya dengan kompensasi seperlunya dengan alasan
untuk kepentingan umum.
4) Taxation
Yaitu kewenangan mengenakan beban atau pungutan yang dilandasi kewajiban
hukum terhadap perorangan/kelompok atau pemilik lahan untuk tujuan
kepentingan umum.
5) Spending power (Government Expenditure)
Yaitu kewenangan membelanjakan dana publik untuk kepentingan umum
(melalui APBN dan atau APBD). Pemerintah berkewajiban untuk

30
II.3 Peran pemerintah dalam berkolaborasi dengan Masyarakat dalam perencanaan
pembanguanan

Bagaimana pun juga, partisipasi publik merupakan jalan dua arah (two-way street) yang
mencakup komunikasi yang efektif dan mekanisme pemecahan masalah kolaboratif,
dengan tujuan mencapai keputusan yang lebih baik dan lebih dapat diterima baik dari
pemerintah maupun masyarakat. Partisipasi publik juga dapat disebut sebagai keterlibatan
publik (public involvement), keterlibatan masyarakat (community involvement) atau
keterlibatan pemangku kepentingan (stakeholder involvement). Untuk membuat keputusan
yang bermakna tentang kebutuhan dan tuntutan publik, pembuat kebijakan dan pelaksana
harus mendapatkan informasi terkini tentang kebutuhan dan tuntutan tersebut. Partisipasi
masyarakat merupakan mekanisme yang tepat untuk menyampaikan informasi tersebut dan
karenanya harus didorong dan dilestarikan.

Nabatchi & Armsler (2014) menyebutkan bahwa keterlibatan publik mencakup banyak
metode untuk menyatukan orang-orang untuk mengatasi masalah yang dihadapi demi
kepentingan publik. Keterlibatan publik dapat membantu pemerintah daerah dalam
melaksanakan proses perencanaan dan mencapai sasaran yang diharapkan, seperti:

1. Identifikasi yang lebih baik terhadap nilai-nilai, ide dan rekomendasi yang disampaikan
oleh masyarakat; Pemerintah Dalam Melibatkan Publik Dalam Perencanaan Pembangunan

2. Akan menyebabkan lebih banyak keterlibatan masyarakat dan mendapat dukungan


untuk kegiatan terkait perencanaan pembangunan, misalnya berhubungan dengan
penggunaan lahan milik masyarakat

3. Pengambilan keputusan yang lebih baik dengan hasil pelaksanaan yang juga lebih baik

4. Warga akan mendapatkan informasi yang lebih banyak dan lengkap tentang isu-isu
perencanaan saat ini dan mengurangi kekhawatiran mereka terhadap kesalahan kebijakan
pemerintah daerah

31
5. Implementasi atau pelaksanaan proyek akan lebih cepat dan peninjauan lokasi kembali
bisa lebih sedikit (aspek efisiensi)

6. Terbangunnya rasa saling percaya antara pemerintah daerah dengan Masyarakat dan

7. Pemahaman pemerintah daerah yang lebih baik tentang visi masyarakat secara lebih
luas. Artinya, horizon yang tercakup dalam dokumen perencanaan bisa lebih lengkap dan
komprehensif. Keterlibatan publik yang asli (authentic) sejatinya bersifat inklusif,
disengaja, berbasis dialog, dan kompeten secara budaya. Ketika keterlibatan publik yang
otentik terjadi, kepemimpinan di pemerintah daerah lebih memahami di mana posisi publik
dan memberikan kesempatan kepada warga untuk berkontribusi pada solusi melalui
masukan, ide, dan tindakan mereka.

Melibatkan publik saat keputusan dibuat mengarah pada pengambilan keputusan yang
berbasis informasi sehingga menghasilkan solusi yang lebih kuat untuk setiap masalah.
Semakin banyak pandangan yang dikumpulkan dalam proses pengambilan keputusan,
semakin besar kemungkinan pilihan akhir akan memenuhi sebagian besar kebutuhan dan
mengatasi sebagian besar masalah yang ada di masyarakat, serta meningkatnya saling
pengertian. Partisipasi masyarakat menyediakan forum bagi para pengambil keputusan dan
stakeholders untuk saling memahami masalah dan sudut pandang.

Artinya, apa pun namanya, partisipasi publik adalah keterlibatan orang-orang dalam
proses pemecahan masalah atau pengambilan keputusan yang mungkin menarik atau
memengaruhi mereka di masa yang akan datang. Partisipasi publik adalah sebuah proses,
bukan peristiwa tunggal.

II.4. Kebijakan dan Dasar Hukum Pengawasan Perencanaan Pembangunan

A. Kebijakan dalam pengawasan pembangunan

Dalam pelaksanaan berbagai aktivitas kelembagaan harus berdasarkan kepada


ketentuan yang berlaku, ketentuan inilah yang dimaksudkan di sini kebijakan. Oleh sebab
itu pengawasan berperan untuk menuntun kepada seseorang yang melakukan kegiatan

32
tersebut senantiasa tidak terjadinya penyempangan dari pada ketentuan. Kebijakan
pengawasan yang memiliki kualitas yang tinggi karena proses penetapannya dilakukan
berbagai tenaga ahli yang memiliki kompetensi di bidang masing-masing akan sangat
menentukan kualitas kebijakan yang hendak ditetapkan tersebut.

Seseorang yang melakukan tugas atau fungsi di bidang pengawasan tidak akan eksis
tanpa ditunjang oleh kebijakan yang jelas dan tepat untuk mengatur tentang pelaksanaan
suatu kegiatan kelembagaan, oleh karena itu para pakar pengawasan maupun para
pengawas profesional yang melakukan tugas masing-masing perlu melakukan pendekatan
kepada religionisme (pendekatan keyakinan agama) sehingga pernyataan yang dikeluarkan
senantiasa menunjukan adanya kebenaranyang dapat menerangiperjalanan pelaksanaan
kegiatan kelembagaan selanjutnya, sehingga pertumbuhan yang dialami adalah
pertumbuhan dalam kebenaran

B. Dasar hukum Pengawasan Perencanaan Pembangunan di Indonesia

Perencanaan dan pengawasan pembangunan di Indonesia memiliki dasar, yaitu


Undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara
perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam
jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur
penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional bertujuan untuk 1) Mendukung koordinasi antarpelaku
pembangunan; 2) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik
antarDaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan
Daerah; 3) Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran
pelaksanaan, dan pengawasan; 4) Mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan 5)
Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan
berkelanjutan. Menurut Undang-undang nomor 25 tahun 2004, rencana pembangunan
nasional meliputi:

33
1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) yang merupakan dokumen perencanaan
untuk periode 20 (dua puluh) tahun, baik untuk nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota.

2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang merupakan dokumen


perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun, baik untuk nasional, provinsi, dan kabupaten/
kota.

3) Rencana Pembangunan Tahunan Nasional yang merupakan dokumen perencanaan


tahunan, baik untuk nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota.

Pendekatan perencanaan pembangunan seperti yang diatur dalam Undang-undang


nomor 25 tahun 2004 maupun Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah meliputi 1) Pendekatan teknokratis, 2) Pendekatan partisipatif, 3) Pendekatan
politis, serta 4) Pendekatan atas-bawah dan bawah atas (top down dan bottom up). Selain
itu, perlu mengusung prinsip tematik, holistik, integratif, dan spasial sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan
Penganggaran Pembangunan Nasional. Pendekatan ini merupakan pendekatan
perencanaan yang menyeluruh mulai dari hulu hingga hilir dimana rangkaian kegiatan
dilaksanakan dalam keterpaduan pemangku kepentingan dan pendanaan, serta dalam satu
kesatuan wilayah dan keterkaitan wilayah.

Yang dimaksud dengan tematik adalah penentuan tema prioritas dalam suatu
jangka waktu perencanaan. Yang dimaksud dengan holistik adalah penjabaran tematik
program kepala daerah ke dalam perencanaan yang komprehensif mulai dari hulu hingga
hilir. Yang dimaksud dengan integratif adalah upaya keterpaduan pelaksanaan
perencanaan program kepala daerah yang dilihat dari peran berbagai pemangku
kepentingan dan upaya keterpaduan berbagai sumber pendanaan. Yang dimaksud
dengan spasial adalah penjabaran program kepala daerah dalam satu kesatuan wilayah dan
keterkaitan antar wilayah

34
II.5. Pembentukan Lembaga Pengawas dan perencanaan pembangunan

Dari konsep pengawasan yang demikian, lahirlah kelembagaan aparat pengawasan


pembangunan yang terdiri atas: aparat pengawasan intern pemerintah, yang disebut juga
Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah (APFP), dan Aparat Pengawasan Ekstern
Pemerintah (APEP).Secara garis besar, struktur dan mekanisme pengawasan yang berlaku
di Indonesia adalah sebagai berikut:

A. Bappenas

Sesuai dengan Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas RI Nomor 3 Tahun 2022


tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PPN/Bappenas. Pasal 191 Direktorat
Pemantauan, Evaluasi, dan Pengendalian Pembangunan Daerah mempunyai tugas
melaksanakan koordinasi dan perumusan kebijakan di bidang pemantauan, evaluasi, dan
pengendalian pembangunan daerah dalam kerangka rencana pembangunan nasional. Pasal
192 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 191, Direktorat
Pemantauan, Evaluasi, dan Pengendalian Pembangunan Daerah menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi dan perumusan kebijakan di bidang pemantauan, evaluasi, dan


pengendalian kebijakan pembangunan dalam kerangka rencana pembangunan
nasional;
b. koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi rencana pembangunan dan pengalokasian
anggaran pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik;
c. penyusunan dan pengembangan prosedur pemantauan, evaluasi, dan pengendalian
pembangunan daerah dalam kerangka rencana pembangunan nasional;
d. koordinasi, pemantauan, evaluasi, pengendalian, dan penilaian capaian pelaksanaan
kebijakanpembangunan daerah dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik
dalam kerangka rencana pembangunan nasional;

35
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan tugas dan fungsi di bidang pemantauan,
evaluasi, dan pengendalian pembangunan daerah dalam kerangka rencana
pembangunan nasional; dan
f. pelaksanaan urusan ketatausahaan DirektoratPemantauan, Evaluasi, dan
Pengendalian Pembangunan Daerah.

B. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

Sesuai dengan Pasal 2 dan 3 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2023
Tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). BPKP mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/daerah
dan pembangunan nasional.

Dalam melaksanakan tugasnya, BPKP menyelenggarakan fungsi:

perumusan kebijakan nasional pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan


negara/daerah dan pembangunan nasional meliputi kegiatan yang bersifat lintas sektoral,
kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan
selaku Bendahara Umum Negara, dan kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden;

pelaksanaan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya


terhadap perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban akuntabilitas penerimaan
negara/daerah dan akuntabilitas pengeluaran keuangan negara/daerah serta pembangunan
nasional dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau sebagian keuangannya dibiayai oleh
anggaran negara/daerah dan/atau subsidi termasuk badan usaha dan badan lainnya yang
didalamnya terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah serta akuntabilitas pembiayaan keuangan negara/ daerah;

pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan aset


negara/daerah;pemberian konsultansi terkait dengan manajemen risiko, pengendalian
intern, dan tata kelola terhadap instansi/badan usaha/badan lainnya dan program/ kebijakan

36
pemerintah yang strategis;pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program
dan/atau kegiatan yang dapat menghambat kelancaran pembangunan, audit atas
penyesuaian harga, audit klaim, audit investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan
yang berindikasi merugikan keuangan negara/daerah, audit penghitungan kerugian
keuangan negara/daerah, pemberian keterangan ahli,dan upaya pencegahan korupsi;

pengoordinasian dan sinergi penyelenggaraan pengawasan intern terhadap


akuntabilitas keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional bersama-sama dengan
aparat pengawasan intern pemerintah lainnya.

C. Kantor Staf Kepresidenan

Kantor Staf Presiden memiliki tugas dan fungsi memberi dukungan kepada Presiden
dan Wakil Presiden dalam melaksanakan pengendalian program-program prioritas
nasional, komunikasi politik, dan pengelolaan isu strategis. Dalam pelaksanaan tugasnya
akan melakukan fungsi pengendalian dalam rangka memastikan bahwa program-program
prioritas nasional dilaksanakan sesuai visi dan misi Presiden. Selain melakukan
pengendalian, Kantor Staf Presiden juga melaksanakan fungsi memberikan dukungan
percepatan pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program prioritas nasional dan isu
strategis, menyelesaikan masalah secara komprehensif terhadap program-program prioritas
nasional yang dalam pelaksanaannya mengalami hambatan, pengelolaan isu strategis.

Fungsi lain dari Kantor Staf Presiden adalah bertanggung jawab atas pengelolaan
strategi komunikasi politik dan diseminasi informasi, termasuk penyampaian analisis data
dan informasi strategis dalam rangka mendukung proses pengambilan keputusan. Kantor
Staf Kepresidenan memainkan peran penting dalam pengawasan perencanaan
pembangunan di tingkat pemerintahan pusat. Mereka bertanggung jawab untuk menyusun
agenda kebijakan, mengkoordinasikan program-program prioritas, dan memastikan
implementasi kebijakan sesuai dengan visi dan misi pemerintah. Dengan demikian, mereka
memiliki peran kunci dalam memastikan efisiensi dan efektivitas pembangunan nasional.

37
D. Inspektur wilayah provinsi/kabupaten/kota

merupakan aparat pengawasan di daerah masing-masing yang mengawasi kegiatan sejauh


wewenang pengawasannya dan menyampaikan hasil-hasilnya kepada instansi yang lebih
tinggi.

E. Inspektur jenderal departemen

melaksanakan pengawasan sesuai dengan ruang lingkup wewenangnya dan melaporkan


hasilnya kepada menteri dan departemen yang bersangkutan.

F. BPKP

melakukan koordinasi teknis pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan di pusat
dan daerah.

G. Menteri

menerima laporan Irjen Departemen untuk pertimbangan kebijaksanaan lebih lanjut serta
sebagai bahan konsultatif bagi persidangan antar menteri.

H. Menteri Ekku dan Wasbang

mengkoordinasikan para menteri/pimpinan LNPD sepanjang menyangkut bidang


pengawasan.

I. Wakil presiden

mendapat tugas khusus Presiden untuk mengkoordinasikan seluruh aparat pengawasan


pemerintah dan kegiatannya.

J. Presiden

melakukan pembinaan pengawasan yang dilakukan aparat pengawas, yang dalam


pelaksanaannya dibantu oleh Irjenbang selaku staf pembantu Presiden.

K. BPK

38
mempunyai tugas memeriksa tanggungjawab pemerintah tentang keuangan dan kekayaan
Negara serta semua pelaksanaan APBN, APBD, dan anggaran BUMN/ BUMD
berdasarkan ketentuan UU, dan berkewajiban untuk memberitahukan hasil
pemeriksaannya kepada DPR

L. DPR

sebagai lembaga perwakilan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas-tugas


pemerintahan. j.

M. Mahkamah Agung

melakukan pengawasan atas jalannya peradilan untuk diambil tindakan


perbaikan/penertiban.

II.6. Manfaat Dan Strategi Perencanaan Pembangunan

A. Manfaat Pengawasan Pembangunan untuk Meningkatkan Kualitas Hasil


Pembangunan

Pengawasan pembangunan merupakan salah satu cara untuk memastikan bahwa


hasil pembangunan yang dihasilkan memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan.
Pengawasan pembangunan juga dapat membantu dalam meningkatkan kualitas hasil
pembangunan.Pengawasan pembangunan dapat memastikan bahwa proyek pembangunan
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Ini termasuk memastikan bahwa
semua pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pengawasan
pembangunan juga dapat memastikan bahwa semua bahan yang digunakan memenuhi
standar kualitas yang telah ditetapkan.

Selain itu, pengawasan pembangunan juga dapat memastikan bahwa semua


pekerjaan yang dilakukan dilakukan dengan benar. Ini termasuk memastikan bahwa semua

39
pekerjaan yang dilakukan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Pengawasan
pembangunan juga dapat memastikan bahwa semua pekerjaan yang dilakukan dilakukan
dengan efisiensi dan efektif. Pengawasan pembangunan juga dapat memastikan bahwa
semua pekerjaan yang dilakukan dilakukan dengan aman. Ini termasuk memastikan bahwa
semua pekerjaan yang dilakukan dilakukan dengan benar dan tidak menimbulkan bahaya
bagi pekerja.Dengan melakukan pengawasan pembangunan, kualitas hasil pembangunan
akan meningkat.

Hal ini karena semua pekerjaan yang dilakukan dilakukan dengan benar dan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Selain itu, pengawasan pembangunan juga dapat
memastikan bahwa semua bahan yang digunakan memenuhi standar kualitas yang telah
ditetapkan. Dengan demikian, pengawasan pembangunan dapat membantu dalam
meningkatkan kualitas hasil pembangunan. Hal ini karena pengawasan pembangunan
dapat memastikan bahwa semua pekerjaan yang dilakukan dilakukan dengan benar dan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Selain itu, pengawasan pembangunan juga
dapat memastikan bahwa semua bahan yang digunakan memenuhi standar kualitas yang
telah ditetapkan.

B. Strategi Pengawasan Pembangunan untuk Meningkatkan Kualitas Hasil


Pembangunan

Strategi Pengawasan Pembangunan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan


kualitas hasil pembangunan. Pengawasan pembangunan bertujuan untuk memastikan
bahwa proyek pembangunan yang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan
yang telah ditetapkan.

1) Untuk meningkatkan kualitas hasil pembangunan, ada beberapa strategi


pengawasan pembangunan yang dapat dilakukan. Pertama, adalah melakukan
evaluasi secara berkala. Evaluasi berkala dapat membantu mengidentifikasi

40
masalah yang terjadi selama proses pembangunan. Dengan evaluasi ini, kita dapat
mengambil tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.

2) Kedua, adalah melakukan pemantauan yang ketat. Pemantauan yang ketat dapat
memastikan bahwa proyek pembangunan berjalan sesuai dengan rencana. Dengan
pemantauan ini, kita dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi selama proses
pembangunan dan mengambil tindakan yang tepat untuk menyelesaikannya.

3) Ketiga, adalah melakukan audit secara berkala. Audit berkala dapat memastikan
bahwa proyek pembangunan telah diselesaikan sesuai dengan rencana dan tujuan
yang telah ditetapkan. Dengan audit ini, kita dapat mengidentifikasi masalah yang
terjadi selama proses pembangunan dan mengambil tindakan yang tepat untuk
menyelesaikannya.

4) Keempat, adalah melakukan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif


dapat memastikan bahwa proyek pembangunan berjalan sesuai dengan rencana dan
tujuan yang telah ditetapkan. Dengan komunikasi yang efektif, kita dapat
mengidentifikasi masalah yang terjadi selama proses pembangunan dan mengambil
tindakan yang tepat untuk menyelesaikannya.

Strategi pengawasan pembangunan ini dapat membantu meningkatkan kualitas hasil


pembangunan. Dengan melakukan evaluasi, pemantauan, audit, dan komunikasi yang
efektif, kita dapat memastikan bahwa proyek pembangunan berjalan sesuai dengan
rencana dan tujuan yang telah ditetapkan.

41
II.7. Implementasi Progfram Pemerintah Dalam Pembangunan

A. Implementasi Pembangunan di daerah yang ada di indonesia

Berdasarkan pada sejarah pemerintahan Republik Indonesia bahwa Provinsi Jawa


Barat ini adalah Provinsi yang pertama dibentuk di wiSlayah Republik Indonesia sejak
masa Kolonial Belanda dahulu (staatblad Nomer: 378). Kemudian dimasa pasca
kemerdekaan Republik Indonesia, saat itu Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan
UU no:1 tahun 1945 dan UU no:11 tahun 1950, tentang Pembentukan Provinsi Jawa
Barat. Selanjutnya secara administratif terhitung sejak tahun 2008, jumlah Kabupaten
dan Pemerintahan Kota yang terdapat di provinsi Jawa Barat jumlahnya menjadi 17
Kabupaten, 9 Kota, 625 Kecamatan dan 5877 desa dan kelurahan yang bertanggung
jawab untuk menunjang terselenggaranya rencana pembangunan di Jawa Barat dari
mulai tingkat Provinsi (Gubernur) hingga tingkat Desa dan Kelurahan.

Dalam perjalanannya provinsi Jawa Barat ternyata banyak tertinggal oleh provinsi
yang lainnya, khususnya oleh provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan hal tersebut maka
Pemerintah Pusat Republik Indonesia melalui Kementrian Koordinator Bidang
Perekonomian Republik Indonesia menyata kan bahwa Pemerintah Pusat akan
memfasilitasi program percepatan pengembangan wilayah Provinsi Jawa Barat,
program percepatan pengembangan wilayah di kawasan Cirebon-Patimban-Kertajati
yang dikenal dengan nama program “Rebana” dan seluruh daerah penyangganya seperti
Kabupaten Cirebon, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten
Kuningan.

Kebijakan ini dikeluarkan dalam rangka untuk mempercepat pertumbuhan


perekonomian wilayah dan pembangunan daerah yang berkeadilan serta berkelanjutan.
Berkenaan dengan hal tersebut Pemerintah Pusat telah mengeluarkan Peratusan
Presiden (Perpres) Nomor:87 tahun 2021 tentang Percepatan Pembangunan Kawasan

42
“Rebana” dan Kawasan Jawa Barat di bagian Selatan. hal ini diharapkan untuk dapat
menjawab tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN, afirmasi dan keberpihakan
terhadap lingkungan hidup serta pembangunan yang berkelanjutan serta untuk
mengurangi disparitas perekonomian antar wilayah.Selanjutnya disampaikan pula
bahwa melalui kebijkan tersebut diharapkan terdapat komitmen bersama dalam
pembangunan daerah dan kawasan Jawa Barat yang meliputi tujuh daerah dibagian
utara diataranya wilayah Subang, Majalengka, Sumedang, Indramayu, Kabupaten
Cirebon, Kota Cirebon, dan Kuningan. Sedangkan untuk wilayah Jawa Barat bagian
selatan ada enam daerah yang menjadi perhatian pusat diataranya, daerah Sukabumi,
Cianjur, Garut, Ciamis, Tasikmalaya dan daerah Pangandaran. Ini menjadi daerah
lingkar hijau (Green Belt) provinsi Jawa Barat.

Dari keterangan Menkoperekonomian Republik Indonesia bahwa di daerah provinsi


Jawa Barat itu secara keseluruhan mendapatkan 81 buah projek dikawasan Rebana
sebagai Super Koridor Ekonomi Pantura Jawa dan 89 buah proyek dikawasan Jawa
Barat bagian selatan. Jumlah keseluruhan proyek tersebut sebesar Rp.400 triliun,
jumlah ini sangat besar mencapai hampir sepuluh kali lipat APBD tahun 2020 Provinsi
Jawa Barat. Beberapa proyek dan program yang masuk dalam Perpres 87/2021 antara
lain Pembangunan Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Seksi 3-6), Pembangunan
Jalan Tol Kertajati-Indramayu, Pembangunan Kereta Cepat Bandung-Kertajati,
Pengembangan Kawasan lndustri Sultan Werdinata, Pembangunan Jalan Tol dari
wilayah Gedebage menuju Tasikmalaya kemudian dilanjutkan hingga menuju daerah
Cilacap.

Selanjutnya Pembangunan infrastruktur Jalan Tol Ciawi menuju daerah Sukabumi


kemudian dilanjutkan ke daerah Ciranjang hingga sampai di kawasan Padalarang.
Kegiatan Pengembangan infrastruktur lainnya yaitu Pump Storage Upper Cisokan,
dilanjutkan Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Matenggeng
Pumped Storage, sedangkan Pembangunan infrastruktur Pembangkit Listrik Tenaga

43
Bayu (PLTB) terletak diwilayah Kabupaten Sukabumi, dan Pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Bayu (PLTB) letaknya diwilayah Kabupaten Garut, sedangkan
Pembangunan infrastruktur Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) lokasinya
berada diwilayah Gunung Galunggung

B. Program Pemerintah yang berhasil dalam pengawasan perencanaan


pembangunan

1. Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) SIPD merupakan program yang


memuat seluruh informasi terkait pembangunan daerah, mulai dari perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, hingga pelaporan. SIPD memungkinkan masyarakat untuk
memantau dan mengawasi proses pembangunan di daerahnya secara real-time. SIPD telah
digunakan oleh seluruh pemerintah daerah di Indonesia dan terbukti meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas proses pembangunan daerah.

2. Program Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara Elektronik (LPSE) LPSE


merupakan sistem pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik yang bertujuan
untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas proses pengadaan. LPSE
memungkinkan masyarakat untuk memantau dan mengawasi proses pengadaan
barang/jasa pemerintah secara online. :LPSE telah digunakan oleh seluruh pemerintah
daerah di Indonesia dan terbukti meningkatkan transparansi dan akuntabilitas proses
pengadaan barang/jasa pemerintah.

3. Program Monitoring dan Evaluasi (Monev) Monev merupakan program yang


dilakukan untuk menilai kinerja pelaksanaan pembangunan. Monev dapat dilakukan oleh
pemerintah, lembaga independen, atau masyarakat. Hasil Monev dapat digunakan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kinerja pembangunan di masa depan.

4. Program Open Government Open Government merupakan program yang bertujuan


untuk meningkatkan keterbukaan informasi publik. Program ini memungkinkan

44
masyarakat untuk mengakses informasi terkait pembangunan, seperti anggaran, perizinan,
dan laporan kemajuan pekerjaan. Monev telah dilakukan oleh pemerintah dan lembaga
independen dan terbukti meningkatkan kinerja pembangunan di beberapa sektor, seperti
pendidikan dan kesehatan. Open Government telah meningkatkan akses masyarakat
terhadap informasi publik, seperti anggaran dan perizinan.

5. Program Citizen Report Card (CRC) CRC merupakan program yang memungkinkan
masyarakat untuk memberikan penilaian terhadap kinerja pemerintah dalam menyediakan
layanan publik. Hasil CRC dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas layanan publik
dan meningkatkan akuntabilitas pemerintah. CRC telah digunakan untuk meningkatkan
kualitas layanan publik di beberapa daerah, seperti pendidikan dan kesehatan.

II.8. Evaluasi dalam perencanaan pembangunan

Perencanaan pembangunan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk


menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan prioritas atau pilihan, dengan
memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam melaksanakan pembangunan daerah
melibatkan pemerintah daerah, badan hukum swasta, dan masyarakat sebagai pelaku
pembangunan daerah. Artinya, kebersamaan antara pemerintah daerah, swasta dan
masyarakat diharapkan dapat melaksanakan pembangunan di daerah berdasarkan
kebutuhan.

Untuk mengetahui keberhasilan dalam pembangunan di daerah maka dilakukan


evaluasi terhadap pembangunan yang dilaksanakan.Evaluasi merupakan proses
menentukan nilai yang objektif dan sistematik terhadap suatu program yang sedang
berlangsung ataupun yang telah diselesaikan. Evaluasi sebagai suatu proses menentukan
hasil yang telah dicapai dari beberapa kegiatan yang telah direncanakan untuk mendukung
tercapainya tujuan yang diharapkan (Arikunto, 2010). Sedangkan, Umar (2005)
menyatakan evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi sejauh mana suatu
kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar

45
tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih di antara keduanya, serta bagaimana manfaat
yang telah dikerjakan itu dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang
ingin diperoleh.

Menurut PP No. 39/2006 bahwa pengertian evaluasi adalah rangkaian kegiatan


membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap
rencana dan standar yang telah ditetapkan. Masukan untuk perencanaan yang akan datang.
Berdasarkan pernyataan tersebut, evaluasi dilakukan pada pelaksanaan program
berdasarkan penilaian yang objektif, rasional dan berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan. Artinya, evaluasi baru bisa dilakukan jika program itu telah berjalan setidaknya
dalam suatu periode (tahapan), sesuai dengan tahapan rancangan dan jenis program yang
dibuat dalam perencanaan dan dilaksanakan.

Seperti yang disampaikan Ismail (2014) bahwa evaluasi dilakukan pada tahap akhir
dari penilaian dan pengukuran serta di dalamnya memiliki unsur pertimbangan dan
keputusan terhadap suatu program berdasarkan standar ataukriteria yang telah ditetapkan
sebelum program tersebut berjalan. Dengan demikian, evaluasi pembangunan dilakukan
dan diperlukan untuk mengetahui kemajuan, pencapaian hasil dan kendala yang dijumpai
dalam melaksanakan pembangunan.

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah program itu mencapai sasaran yang
diharapkan sesuai dengan rencana sebelumnya. Evaluasi lebih menekankan pada aspek
hasil yang dicapai (output). Evaluasi dilaksanakan untuk melihat kembali apakah suatu
program atau kegiatan telah sesuai dengan perencanaan atau belum. Arikunto dan Jabar
(2009) mengatakan bahwa tujuan diadakannya evaluasi adalah untuk mengetahui
pencapaian tujuan program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan program.
Dari kegiatan evaluasi akan diketahui hal-hal yang telah dan akan dicapai sudahkah
memenuhi kriteria yang ditentukan. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dinyatakan
evaluasi bertujuan memperoleh informasi yang tepat sebagai bahan pertimbangan untuk
mengambil keputusan tentang perencanaan program, keputusan tentang komponen input

46
pada program, implementasi program yang mengarah kepada kegiatan dan keputusan
tentang output menyangkut hasil dan dampak dari program kegiatan.

Kato, et al (2021) menyatakan evaluasi dilakukan pada pelaksanaan program


berdasarkan penilaian yang objektif, rasional dan berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan. Artinya, evaluasi baru bisa dilakukan jika program itu telah berjalan setidaknya
dalam suatu periode (tahapan), sesuai dengan tahapan rancangan dan jenis program yang
dibuat dalam perencanaan dan dilaksanakan.

A. Tujuan Dan Manfaat Evaluasi dalam Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pembangunan daerah yang telah disusun dengan baik, diharapkan dalam
pelaksanaannya dapat dilakukan dengan baik sehingga hasil pembangunan dapat terukur
dan tercapainya tujuan yang diharapkan. Sudarmanto, et al (2021) menyatakan evaluasi
bertujuan memperoleh informasi yang tepat sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil
keputusan tentang perencanaan program, keputusan tentang komponen input pada
program, implementasi program yang mengarah kepada kegiatan dan keputusan tentang
output menyangkut hasil dan dampak dari program kegiatan. Sedangkan, Sriharyati &
Sholihannisa (2020) menyatakan bahwa tujuan umum dari evaluasi adalah memberikan
masukan umpan balik yang dapat digunakan untuk meningkatkan program, kebijakan, dan
strategi, serta ditujukan pula untuk akuntabilitas dan transparansi, sedangkan tujuan khusus
dari evaluasi adalah untuk menentukan kerelevansian objek, efisiensi, dan efektivitas
terhadap pencapaian objek, dan mengukur dampak dan keberlanjutan dari suatu kebijakan,
program, atau kegiatan. secara spesifik, tujuan akhir pentingnya evaluasi dilakukan dalam
setiap kegiatan atau pembangunan menurut Crawford (2000) adalah untuk memberikan
bahan-bahan pertimbangan dalam menentukan/membuat kebijakan tertentu, yang diawali
dengan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dan lebih rinci, yaitu:

1. Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dalam
kegiatan

47
2. Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap perilaku hasil
3. Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan
4. Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan tujuan pelaksanaan Evaluasi


Pembangunan Daerah (EPD) adalah untuk mendapatkan informasi hasil pencapaian
pembangunan di daerah dan berdasarkan informasi tersebut akan dapat diberikan
rekomendasi untuk perencanaan pembangunan berikutnya. Institut Pemerintahan
Dalam Negeri (2011) menyatakan evaluasi merupakan sebuah penilaian yang objektif
dan sistematik mungkin terhadap sebuah intervensi yang direncanakan, sedang
berlangsung atau pun yang telah diselesaikan. Hal-hal yang harus dievaluasi, yaitu
proyek, program, kebijakan, organisasi, sektor, tematik, dan bantuan negara.

Adapun manfaat dari evaluasi tersebut adalah untuk:

1) Memberikan informasi yang valid tentang kinerja kebijakan, program dan kegiatan,
yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan yang telah dapat dicapai;
2) Memberikan sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang
mendasari pemilihan tujuan dan target;
3) Melihat peluang adanya alternatif kebijakan, program, kegiatan yang lebih tepat,
layak, efektif, dan efisien;
4) Memberikan umpan balik terhadap kebijakan, program dan proyek;
5) Menjadikan kebijakan, program dan proyek serta diharapkan mampu
mempertanggung jawabkan penggunaan dana publik;
6) Membantu pemangku kepentingan untuk belajar lebih banyak tentang kebijakan,
program dan proyek;
7) Dilaksanakan berdasarkan kebutuhan pengguna utama yang dituju oleh evaluasi;
8) Negosiasi antara evaluator dan pengguna utama yang dituju oleh evaluasi.

48
B. Prinsip Dalam Melakukan Evaluasi Pembangunan

Untuk menindak lanjuti hasil pengawasan maka dilakukan evaluasi dengan


memanfaatkan data atau informasi dari hasil pengawasan. Arikunto dan Jabar(2009)
menyatakan bahwa tujuan diadakannya evaluasi adalah untuk mengetahui pencapaian
tujuan program atau kegiatan telah sesuai dengan langkah keterlaksanaan kegiatan program
tersebut, serta apakah sudah memenuhi kriteria yang telah ditentukan.

Evaluasi (penilaian) terhadap pelaksanaan suatu pembangunan biasanya dilakukan


pada suatu waktu tertentu (one short) atau pada suatu tahap tertentu (sebelum program,
pada proses pelaksanaan atau setelah program dilaksanakan), dengan membandingkan
keadaan yang nyata dengan keadaan yang diharapkan dalam tujuan program pembangunan
akan dinilai dengan melakukan evaluasi. Penilaian dalam evaluasi ini tidak saja perubahan
yang direncanakan akan tetapi juga perubahan-perubahan yang tidak direncanakan
(unforeseen side effects). Artinya, evaluasi pembangunan daerah (EPD) merupakan
kegiatan evaluasi untuk menilai pencapaian sasaran pembangunan di daerah serta
menganalisis permasalahan dan faktor keberhasilan dalam proses pelaksanaan
pembangunan sehingga menjadi lesson learned bagi perbaikan kebijakan pembangunan
daerah pada tahap berikutnya.

Nurmawati (2016) menyatakan evaluasi merupakan suatu kegiatan yang memiliki


tahapan yang berbeda. Namun dapat menghasilkan data yang akurat dan bermakna.
Dengan demikian, evaluasi terhadap pembangunan daerah dilakukan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan pelaksanaan program pembangunan daerah yang dilakukan dengan
berpedoman terhadap perencanaan yang telah dibuat sehingga diperoleh data tentang
pembangunan tersebut. Dalam melakukan evaluasi, harus diperhatikan prinsip-prinsip
yang menjadi acuan dalam melakukan evaluasi, yaitu:

1) Penentuan indikator yang akan dievaluasi;


2) Mendesain kegiatan evaluasi;

49
3) Mengumpulkan data evaluasi;
4) Menganalisis dan mengolah data; dan
5) Melaporkan hasil evaluasi.

Sedangkan, Moerdiyanto (2009) menyatakan untuk mendapatkan hasil yang baik, maka
dalam pelaksanaan evaluasi haruslah dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip, seperti
berikut:

1) Berorientasi pada tujuan, yaitu hendaknya dilaksanakan mengacu pada tujuan yang
ingin dicapai sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan untuk perbaikan atau
peningkatan program;
2) Mengacu pada kriteria keberhasilan, yaitu harus dilaksanakan mengacu pada
kriteria keberhasilan program yang telah ditetapkan sebelumnya;
3) Mengacu pada asas manfaat, yaitu harus dilaksanakan dengan manfaat yang jelas.
Manfaat tersebut adalah berupa saran, masukan atau rekomendasi untuk perbaikan
program yang sejenis di masa mendatang;
4) Dilakukan secara objektif, yaitu harus dilaksanakan secara objektif. Petugas yang
melakukan evaluasi harus bersifat independen, yaitu bebas dari pengaruh pihak
pelaksana program, bertindak objektif sehingga melaporkan temuannya apa adanya.

50
BAB III

III.1 Kesimpulan

Perencanaan pembangunan adalah suatu cara atau teknik untuk mencapai tujuan
yang diinginkan dalam proses pembangunan. Tujuan utamanya adalah mewujudkan
masyarakat yang maju, makmur, dan sejahtera

Pengawasan dalam pembangunan memiliki peran untuk menjamin agar pelaksanaan


kerja berjalan sesuai Dengan standar yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Dengan
pengawasan dapat Diketahui sampai dimana penyimpangan, penyalahgunaan, kebocoran,
pemborosan, Penyelewengan, dan lain-lain kendala di masa yang akan datang.

Peranan pemerintah dalam perencanaan pembangunan merupakan pemerintah yang


mempunyai kewenangan yang sangat strategis dan kedudukan yang strategis hal ini
berkaitan dengan fungsinya selaku “pelayanan publik” guna meningkatkan kesejahteraan,
kemakmuran, keamanan ,keadilan dan ketenteraman bagi masyarakat.

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah program itu mencapai sasaran yang
diharapkan sesuai dengan rencana sebelumnya. Evaluasi lebih menekankan pada aspek
hasil yang dicapai (output). Evaluasi dilaksanakan untuk melihat kembali apakah suatu
program atau kegiatan telah sesuai dengan perencanaan atau belum

Kebijakan pengawasan yang memiliki kualitas yang tinggi karena proses


penetapannya dilakukan berbagai tenaga ahli yang memiliki kompetensi di bidang masing-
masing akan sangat menentukan kualitas kebijakan yang hendak ditetapkan tersebut Dasar
hukum Pengawasan Perencanaan Pembangunan di IndonesiaPerencanaan dan pengawasan
pembangunan di Indonesia memiliki dasar, yaitu Undang-undang nomor 25 tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

51
III.2 Saran

1.Pemerintah Indonesia harus lebih teliti dalam melakukan pengawasan karena masih
sering terjadi penyelewengan anggaran yang terjadi

2.Regulasi Dan hukum dalam perencanaan dan pengawasan pembangunan harus lebih di
perjelas regulasi yang menimbangkan lingkungan dan efesiensi

3.Pemerintah harus memastikan transparansi dalam proses perencanaan dan pembangunan,


termasuk alokasi dana dan keputusan yang diambil. Mekanisme akuntabilitas juga perlu
diterapkan agar pejabat publik bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan mereka.

4. Pemerintah harus mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam proses perencanaan dan
evaluasi pembangunan. Ini dapat dilakukan melalui konsultasi publik, forum diskusi, dan
mekanisme partisipasi lainnya untuk memastikan bahwa kebutuhan dan aspirasi
masyarakat tercermin dalam kebijakan dan program pembangunan.

5. Pemerintah perlu menginvestasikan dalam meningkatkan kapasitas institusi terkait


dengan perencanaan dan evaluasi pembangunan, seperti Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Ini termasuk pelatihan bagi
pegawai pemerintah dalam manajemen proyek, evaluasi kebijakan, dan analisis data.

52
Daftar Pustaka

Sjafrizal. (2016). Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi.

Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Nursini. (2010). Perencanaan Pembangunan dan Penganggaran Daerah Teori

dan Aplikasi. Makassar: FE-UH.

Priyono, B., & Yudianto, E. (2018). Pengantar Perencanaan Pembangunan Daerah.

PT Bumi Aksara: Jakarta.

Riyadi and Bratakusumah, D.S. (2004) Perencanaan Pembangunan Daerah:

Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama.

53

Anda mungkin juga menyukai