Disusun Oleh :
Muhamad Ali Taqwim (2201016005)
Saya ingin mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat, karunia, dan petunjuk-Nya yang telah melimpahkan keberkahan kepada
saya dalam proses penyelesaian makalah Berjudul Peran Pemerintah Dalam
Pengawasan Perencanaan Dan Evaluasi Pembangunan Indonesia
Tidak lupa saya pribadi juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Erwin Kurniawan S.E., M.Si yang telah dengan sabar dan penuh dedikasi memberikan
arahan, serta ilmu yang bermanfaat bagi masa depan. Kami sadar sepenuhnya bahwa
proses penyusunan makalah ini belum tentu sempurna dan masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saya dengan tulus menerima setiap kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata, saya sekali lagi ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberkati dan melindungi kita
semua dalam setiap langkah perjalanan hidup kita.
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................................................................ ii
Daftar Isi ........................................................................................................................... iii
Bab I Konsep Dasar Perencanaan Dan Pengawasan Pembangunan ......................... 1
I.1 Pengertian Perencanaan Pembangunan ........................................................................ 1
I.2 Pengawasan dalam Pembangunan................................................................................ 4
I.3 Sejarah Pembangunan di Indonesia ............................................................................. 5
I.4 Pentingnya Perencanaan Pembangunan ....................................................................... 7
I.5 Prinsip-prinsip pengawasan Pembangunan .................................................................. 10
I.6 Jenis-jenis pengawasan ................................................................................................ 11
I.7 Proses Melakukan Pengawasan dalam Perencanaan Pembangunan ............................ 13
I.8 Aspek Perencanaan Pembangunan ............................................................................... 15
I.9 Tahapan Perencanaan Pembangunan ........................................................................... 17
I.10 Siklus Perencanaan Pembangunan ............................................................................ 19
I.11 Masalah Dan Hambatan Dalam Pelaksanaan Rencana ............................................. 21
Bab II Peranan Pemerintah Dalam Perencanaan Pembangunan .............................. 25
II.1 Peranan Pemerintah Dalam Perencanaan Pembangunan ............................................ 25
II.2 Kewenangan Pemerintah dalam Pembangunan .......................................................... 30
II.3 Peran pemerintah dalam berkolaborasi dengan Masyarakat ...................................... 31
II.4 Kebijakan dan Dasar Hukum Pengawasan Perencanaan Pembangunan .................... 32
II.5 Pembentukan Lembaga Pengawas dan perencanaan Pembangunan .......................... 35
II.6 Manfaat Dan Strategi Perencanaan Pembangunan ..................................................... 39
II.7 Implementasi Progfram Pemerintah Dalam Pembangunan ........................................ 42
II.8 Evaluasi dalam perencanaan Pembangunan ............................................................... 45
Bab III .............................................................................................................................. 51
Kesimpulan ...................................................................................................................... 51
Saran ................................................................................................................................. 52
Daftar Pustaka ................................................................................................................. 53
iii
BAB I
Perencanaan pembangunan adalah suatu cara atau teknik untuk mencapai tujuan
yang di inginkan dalam proses pembangunan. Tujuan utamanya adalah mewujudkan
masyarakat yang maju, makmur, dan sejahtera. Dalam konteks Indonesia, perencanaan
pembangunan memiliki peran penting dalam mengarahkan dan mengkoordinasi upaya
pembangunan secara terpadu dan efisien. Dan para ahli juga berpendapat bahwa
perencanaan Pembangunan adalah:
1
Menurut SPPN, rencana pembangunan terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (yang selanjutnya disebut RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (yang
selanjutnya disebut RPJM), dan Rencana Kerja Pemerintah (yang selanjutnya disebut
RKP). Rencana pembangunan ini memuat arahan kebijakan pembangunan yang dijadikan
acuan bagi pelaksanaan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.Tujuan perencaaan
pembangunan, Sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, dalam rangka mendorong proses pembangunan
secara terpadu dan efesien,
2
1) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi baik antar daerah, antar ruang, antar
waktu,
2) Untuk mengoptimalkan partisipasi dan peran masyarakat dalam perencanaan.
3) Untuk menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif dan
adil
1) Suatu rencana untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi yang tetap (steady
economic growth)
2) Usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita
3) Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi
4) Perluasan kesempatan kerja
5) Usaha pemerataan pembangunan
6) Adanya usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang Lebih
menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan
7) Kemampuan membangun lebih didasarkan pada kemampuan sosial Terdapatnya
usaha secara terus menerus dalam menjaga stabilitas ekonomi
3
I.2. Pengawasan dalam Pembangunan
Sejarah Pembangunan di Indonesia Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia mempunyai
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat besar, tetapi pelaksanan
pembanunan belum bisa maksimal atau dapat dikatakan gagal. Tentu ada faktor-faktor yang
mempengaruhi kegagalan pembangunan di Indonesia? Pemerintah tidak tinggal diam
dalam melihat hal ini. sejarah masa lalu di Indonesia ditahun 1963
saat itu dimasa kepemimpinan Presiden Sukarno. Pada mulanya lembaga ini bernama
Depernas (Dewan Perancang Nasional) dibentuk oleh Presiden Sukarno melalui Undang-
undang nomor: 80 tahun 1958 yang disahkan diJakarta pada tanggal 23 Oktober 1958, Pada
saat itu Presiden Sukarno membangun lembaga Depernas ini dengan tujuan untuk
menyusun rencana pekerjaan semua Kementrian dalam kabiner presiden Sukarno secara
bersinergi dan dalam satu komando Presiden Republik Indonesia.
Namun pada 15 Agustus 1959, Depernas ini memfokuskan pada upaya untuk mengatasi
persoalan perekonomian karena inflasi saat itu yang terjadi di dalamnegeri perlu perhatian
khusus antara lain dengan cara melakukan lima pendekatan: (1). Pemerintah Republik
Indonesia saat itu mengeluarkan kebijakan dengan menekan laju inflasi untuk
5
menstabilkan jumlah uang rupiah yang beredar dimasyarakat. (2). Pemerintah Republik
Indonesia mengeluarkan kebijakan terhadap pungutan pada perusahaan dan perseorangan
(3). Pemerintah Republik Indonesia meminta kepada pihak IMF (International Moneter
Fund) agar bersedia membantu memperbaiki kondisi perekonomian di Indonesia saat itu
(4). Pemerintah Republik Indonesia melalui Depernas menyusun program kerja berupa
pembangunan semesta dan berencana untuk kemajuan Indonesia. (5). Pemerintah Republik
Indonesia saat itu menetapkan kebijakan Devaluasi mata uang rupiah.seperti halnya
mengurangi biaya eksport, sehingga dapat meningkatkan kompetisi di pasar global dan
mengurangi intensitas dan biaya impor.
Devaluasi ini berpotensi untuk mendorong para pengusaha untuk melakukan kegiatan
Ekspor, tentunya dengan pertimbangan jika menjual produk dari dalam negeri dengan mata
uang asing akan lebih menguntungkan dan dapat memberikan pemasukan bagi pemerintah
pusat dibandingkan bila dijual dengan menggunakan nilai mata uang Rupiah yang nilainya
saat itu sedang terus merosot.
Jadi tujuan pemerintah Republik Indonesia kini jelas dapat dimengerti untuk menguatkan
perekonomian dalam negeri dengan menggunakan berbagai produk lokal agar dapat
bersaing di pasar dalam negeri juga di pasar luar negeri, tentunya dengan meningkatnya
harga produk impor dipasar dalam negeri masyarakatpun akan beralih membeli produk
lokal, dengan demikian persoalan inflasi yang terjadi saat itu sedikit demi sedikit dapat
teratasi, karena barang lokal di pasar dalam negeri akan mendominasi dan mendorong
terciptanya iklim perekonomian yang sehat.
Pada tahun 1963 Presiden Sukarno telah mengubah Depernas menjadi Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (BAPPENAS) pelaksanaannya diberikan kepada seorang Menteri
Negara yang keberadaannya saat itu dibawah komando langsung oleh Presiden Sukarno.
Menteri Negara Bidang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia
yang pertama Bapak Soeharto Sastrosoeyoso Kabinet Kerja IV dilantik tanggal 13
November 1963 hingga 27 Agustus 1964. Beliau dipercaya untuk melanjutkan
kepemimpinannya pada masa Kabinet Dwikora 1, dari 27 Agustus 1964 hingga 22 Februari
6
1966. Setelah itu digantikan oleh Bapak Soemarno pada masa Kabinet Dwikora 2 yang
usianya hanya satu bulan saja, terhitung dari 22 Februari 1966 hingga 22 Maret 1966.
Karena Presiden Sukarno terjerat kasus G30S PKI.Hingga kini lembaga Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (BAPPENAS) masih ada disetiap
kabinet Pemerintahan Rebublik Indonesia. Dipimpin oleh sejumlah ketua yang
bertanggung jawab langsung kepada President Republik Indonesia.Berdasarkan Surat
Keputusan Presiden Republik Indonesia no: 35 tahun 1973 tentang Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Presiden Republik Indonesia.
Di dalam menjalankan tugas-tugasnya Ketua BAPPENAS dibantu oleh Wakil Ketua yang
bertanggungjawab pada Ketua.Pada badan organisasi dibawahnya ada enam Deputy yang
membantu pimpinan BAPPENAS di antaranya; (1) Deputy Bidang Ekonomi., (2) Deputy
Bidang Sosial Budaya., (3) Deputy Bidang Fiskal dan Moneter., (4).Deputi Bidang
Pengendalian Pelaksanaan., (5) Deputy Bidang Regional dan Daerah., (6) Deputy Bidang
Administrasi. Keenam Deputy ini bertanggung jawab pada ketua BAPPENAS.Masing
masing Deputy membawahi tiga buah Biro, yang dipimpin oleh seorang kepala Biro
bertanggung jawab pada Kepala Deputy yang terkait. Di dalam Perpres RI BAPPENAS
dimasa kepemimpinan dimasa Orde Baru.
7
Dalam proses perencanaan pemerintah terlibat dalam tahap kegiatan yang umumnya
diawali dengan pemilihan tujuan sosial, penetapan target serta pembuatan kerangka bagi
pengimplementasian, pengoordinasian, pengawasan rencana pembangunan (Kuncoro,
2018). Dasar perlunya perencanaan pembangunan ekonomi terutama di negara
sedang berkembang adalah bahwa terjadinya kondisi tidak terkendali yang terjadi
akibat sistem ekonomi pasar. Bahkan yang terparah, adalah terjadinya dualisme ekonomi,
fluktuasi harga yang tidak menentu, ketidakstabilan pasar, serta menurunnya angka
kesempatan kerja. Secara lebih spesifik dijelaskan bahwa sistem perekonomian pasar tidak
sejalan bahkan tidak berhasil dilakukan di negara-negara miskin.
Hal ini terlihat pada masalah mobilisasi sumber daya yang terbatas yang pada
akhirnya berakibat terjadinya perubahan struktur yang sebenarnya dibutuhkan dalam
merangsang terjadinya pertumbuhan ekonomi yang seimbang dan berkelanjutan secara
menyeluruh. Oleh karena itulah, perencanaan diterima sebagai alat yang sangat penting
guna menuntun serta mendorong pertumbuhan ekonomi terutama hampir di seluruh negara
sedang berkembang (Kuncoro, 2018).Secara umum gagalnya mekanisme pasar dapat
dilihat dari:
Pengawasan merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh
kegiatan pembangunan yang sedang berjalan sudah sesuai dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya. Pentingnya dilakukan pengawasan bertujuan untuk
menghindari kemungkinan terjadinya penyelewengan atau penyimpangan, baik yang
8
bersifat anggaran (budgeting) ataupun proses (prosedur) dan kewenangan (authority).
Handayaningrat (2011) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya pengawasan terhadap
suatu kegiatan pembangunan adalah:
Ketidak sesuaian penyelenggaraan yang lain-lain dan tidak sesuaidengan tugas dan
wewenang yang telah ditentukan;
secara berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.Dengan demikian, pengawasan harus dilakukan untuk dapat memastikan
proses pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sedang berjalan benar-benar telah
dilakukan sesuai tujuan rencana proyek dan program pembangunan. Pengawasan
dilakukan sebagai ongoing evaluation, yang dilakukan saat kegiatan pembangunan sedang
berlangsung untuk melakukan perbaikan bila diperlukan. Pengawasan ini sangat berkaitan
erat dengan perencanaan. Hasibuan (2017) menyatakan keterkaitan antara pengawasan
dengan perencanaan saling mengisi satu sama lain, saling mendukung sehingga
pengawasan harus terlebih
9
1. Untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang
ditetapkan;
3. Untuk memberikan penilaian apakah sebuah kegiatan telah berjalan sesuai dengan
aturan-aturan yang telah ditetapkan dan telah dilaporkan oleh pelaksana tugas pengawasan;
4. Untuk memberikan penilaian apakah setiap bagian dari yang diawasi telah mengerjakan
tugas yang menjadi tanggung jawabnya;
10
2. Prinsip menyeluruh, artinya keseluruhan aspek dan komponen program harus dievaluasi
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan Yang ada di
dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.” Pengawasan Dalam bentuk ini dapat
dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau Pengawasan melekat (built in
control) atau pengawasan yang dilakukan secara rutin. Pengawasan ekstern adalah
pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang Berada di luar unit organisasi yang
diawasi.
11
2) Pengawasan Preventif dan Represif
12
I.7. Proses Melakukan Pengawasan dalam Perencanaan Pembangunan
2. Teknik Statistik
Perencanaan pembangunan yang baik adalah yang kongkrit dan terukur. Hal ini sangat
diperlukan baik dalam analisis tentang kondisi daerah, arah dan sasaran maupun kebijakan
yang akan ditempuh. Untuk keperluan ini diperlukan analisis data secara kuantitatif dengan
menggunakan metode atau teknik statistik yang tidak harus terlalu tinggi dan rumit, tetapi
cukup dengan yang sederhana saja dan mudah dimengerti oleh publik. Sangat disadari
bahwa hasil perhitungan statistik tidaklah bersifat pasti karena selalu mengandung
kemelesetan (error) sekitar 5% sampai 10%. Namun demikian, bila perencanaan hanya
dilakukan secara kualitatif dan normatif untuk menghindari kemelesetan tersebut, sehingga
penyusunan anggaran serta monitoring dan evaluasi terhadap keberhasilan pelaksanaan
13
rencana menjadi sulit dilakukan. Ilmu statistik itu sendiri dewasa ini ternyata telah
berkembang cukup pesat mulai dari yang sederhana sampai yang bersifat sulit dan rumit.
Perkembangan ini menyebabkan sudah banyak teknik statistik tersedia yang dapat
digunakan sebagai alat bantu untuk penyusunan rencana pembangunan daerah. Pemilihan
teknik statistik mana yang akan digunakan sangat ditentukan oleh ketersediaan data,
kemapuan teknis yang dimiliki oleh para perencana dan dana yang tersedia untuk
penyusunan rencana. Bila dana tersedia cukup besar, kemampuan perencana cukup tinggi
dan data tersedia memadai, maka sebaiknya teknik statistik yang digunakan adalah yang
lebih baik walaupun perhitungannya lebih sulit dan rumit. Akan tetapi bilamana dan
tersedia terbatas, kemampuan tenaga perencana masih kurang dan data tersedia sangat
terbatas, maka sebaiknya digunakan teknik statistik sederhana saja walaupun tingkat
kemelesetannya akan lebih tinggi.
1. Koefisien Lokasi
Dalam melakukan analisis terhadap kondisi umu daerah dan perumusan strategi
pembangunan yang tepat dan terarah, pertanyaan pokok yang selalu muncul adalah apa
14
potensi pembangunan utamayang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Pertanyaan ini
sangat penting artinya karena analisis kondisi umum daerah harus dapat memunculkan
analsis tentang potensi utam ekonomi daerah secara sektoral dan kalau dapat sampai ke
tingkat komoditi.
3. Shift-Share Analysis
Metode Shift-Share adalah salah satu teknik analisis dalam ilmu Ekonomi Regional yang
bertujuan untuk mengetahui factor-faktor utama yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi
suatu daerah.
4. Klassen Typology
Sebagai implikasi dan perbedaan struktur dan potensi ekonomi wilayah, pertumbuhan
ekonomi masing-masing daerah cenderung sangat bervariasi satu sama lainnya.
15
Pihak-pihak di sini bisa berasal dari masyarakat umum, kalangan akademis, tokoh
masyarakat, partai politik, serta elemen masyarakat lainnya yang mampu memberikan
informasi penting tentang kebutuhan dasar di wilayah pembangunan tersebut. Oleh karena
itu pemerintah selaku institusi yang bertanggung jawab terkait masalah perencanaan
pembangunan daerah ini harus berbagai unsur kepentingan di dalam masyarakat dan mau
melibatkan pihak tersebut. Sejalan dengan hal itu, dalam perencanaan pembangunan
daerah ada berbagai aspek yang perlu diperhatikan dalam rangka perencanaan
pembangunan yang baik serta mampu diimplementasikan di lapangan nantinya. Aspek-
aspek tersebut antara lain (Riyadi and Bratakusumah, 2004):
Potensi dan masalah adalah fakta yang ada di lapangan serta sangat memengaruhi proses
pembangunan, terlebih lagi hal tersebut dapat menjadi suatu pijakan awal dalam proses
penyusunan perencanaan yang nantinya menjadi dasar analisis berikutnya.
2. Aspek lingkungan
Lingkungan mempunyai dampak yang sangat besar terhadap berhasil atau tidaknya
program pembangunan. Bila program pembangunan kurang memperhatikan masalah
lingkungan ini akan menjadi sebuah program yang memiliki nilai relevansi yang rendah
terhadap perubahan terutama bagi masalah kemasyarakatan yang adalah ornamen penting
dalam proses pembangunan. Lingkungan terbagi atas dua, pertama, lingkungan internal
adalah lingkungan yang berada di dalam populasi perencanaan pembangunan daerah
dilakukan. Kedua, lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada di luarpopulasi
namun memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap tingkat berhasilnya sebuah program
pembangunan. Aspek lingkunganeksternal ini adalah bidang sosial, ekonomi, budaya, dan
politik.
Aspek ruang dan waktu harus dengan jelas menggambarkan sebuah kebutuhan yang tepat
tentang kapan perencanaan pembangunan mulai disusun, kapan mulai ditetapkan, serta
16
untuk berapa Dari segi aspek waktu di Indonesia, perencanaan pembangunan daerah dapat
dibagi menjadi perencanaan jangka pendek jangka menengah dan jangka panjang.
Meskipun berbeda dalam waktu proses pembangunan yang ideal adalah perencanaan yang
dalam setiap periode waktu harus memiliki keterkaitan serta menunjukkan kesinambungan
yang terus-menerus sampai batas waktu yang ditetapkan sebagai fase
pembangunan.Sedangkan aspek ruang perencanaan pembangunan daerah harus dipahami
sebagai satu kesatuan yang utuh dari kondisi ruang yang ada dengan proses pembangunan
dilaksanakan. Perencanaanpembangunan daerah wajib dirumuskan secara menyeluruh
yang memperhatikan kondisi lingkungan yang mencakup lingkungan udara, darat, laut,
hutan, pertanian dan lain sebagainya Hal ini memiliki arti bahwa lingkungan yang
disebutkan tadi merupakan bahan pertimbangan prakondisi bagi proses perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan. Di sinilah kita mengenal istilah spatial planning, yaitu suatu
perencanaan yang arahnya adalah penataan ruang suatu wilayah sehingga dapat
dikembangkan dan dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan dan daya dukungnya.
4. Aspek perencana
Aspek ini adalah organisasi pemerintah yang bertanggung jawab dalam melakukan
perencanaan pembangunan daerah. Pembangunan adalah tugas pemerintah dalam
pemenuhan kewajibannya kepada masyarakat maka hal itu perlu dilaksanakan mulai dari
perencanaan hingga evaluasinya. Dalam pelaksanaannya, pemerintah perlu
Secara umum terdapat empat tahap dalam proses pembangunan yang sekaligus juga
Menggambarkan tugas pokok badan perencana pembangunan.
Tahap awal kegiatan perencanaan adalah penyusunan naskah atau rancangan rencana
pembangunan yang secara formal merupakan tanggung jawab badan perencana, baik
BAPPENAS untuk tingkat nasional dan BAPPEDA untuk tingkat daerah. Penyusunan
Rencana ini dapat dilakukan secara swakelola oleh badan perencana sendiri atau
17
Dikontrakan kepada perusahaan konsultan yang relevan bila tenaga perencana yang
Terdapat pada badan perencana tidak mencukupi
Rancangan rencana pembangunan yang telah selesai baru akan berlaku secara resmi Bila
telah mendapatkan pengesahan dari pihak yang berwenang. Sesuai ketentuan Yang berlaku,
RPJP perlu mendapat pengesahan dari DPRD setempat, sedangkan RPJM dan RKPD
cukup mendapat pengesahan dari kepala daerah. Pada tahap kedua Ini kegiatan utama
badan perencana adalah melakukan proses untuk mendapatkan Pengesahan tersebut.
Setelah rencana pembangunan tersebut ditetapkan oleh pihak yang berwenang, maka
Dimulai proses pelaksanaan rencana oleh pihak eksekutif melalui SKPD terkait. Namun
demikian, sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku, perencana Masih tetap
mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pengendalian (monitoring) Pelaksanaan
rencana bersama SKPD bersangkutan.
Aspek ini sangat penting jika akibat perencanaan pembangunan wilayah dievaluasi
menjadi suatu keputusan dari kebijakan yang harus dilaksanakan. pelanggaran terhadap
akibat perencanaan bisa dievaluasi sebagai tindak penyelewengan yang bisa menyebabkan
implikasi aturan kepada pelanggarnya. Dengan adanya legalitas, kebijakan terhadap hasil
perencanaan pembangunan daerah penerapannya harus sesuai dengan batasan yang telah
ditetapkan dalam perencanaan tersendiri ini sangat perlu guna menghindari berbagai
dampak yang timbul dari proses pembangunan. selayaknya para pelaksanaan
pembangunan memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Luaran dari perencanaan
pembangunan daerah diterima sebagai suatu kebijakan pemerintah serta produk hukum
yang harus ditaati.
19
Setelah tujuan dan sasaran pembangunan dapat dirumuskan secara tepat, maka
Langkah berikutnya adalah mengkaji berbagai alternatif strategi yang dapat
dilakukan Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan tersebut.
3) Menetapkan Prioritas Pembangunan
Prioritas pembangunan perlu dilakukan secara tajam agar pencapaian tujuan dan
Sasaran pembangunan dapat dilakukan dengan kondisi dana yang terbatas.
4) Merumuskan Kebijakan Pembangunan
Perumusan kebijakan ini harus dilakukan secara tepat sesuai dengan permasalaha
Pokok yang dihadapi serta tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan
Terdahulu.
5) Identifikasi Program dan Kegiatan
Identifikasi terhadap program dan kegiatan yang diperlukan untuk dapat
Mewujudkan Melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan terdahulu dalam
rangka mewujudkan Visi dan misi pembangunan.
6) Menetapkan Perkiraan Dana Investasi Dibutuhkan
Setelah program dan kegiatan ditetapkan, maka siklus pekerjaan perencanaan
Berikutnya adalah menetapkan perkiraan dana investasi yang dibutuhkan.
7) Menetapkan Indikator Kinerja
Penetapan indikator kinerja sangat penting artinya untuk dapat mengetahui secara
Konkret tingkat keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan.
8) Penyusunan Rencana Tindak
Menyusun rencana tindak (action plan) yang berisikan berbagai ketentuan
operasional Dan cara yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan rencana, khusus
progran dan Kegiatan yang telah ditetapkan.
9) Penilaian Keadaan Saat ini
Penyusunan perencanaan pembangunan selalu dimulai dengan penilaian terhadap
kondisi umum negra atau daerah baik dibidang fisik dan sosial ekonomi saat ini
(existing condition).
20
10) Penilaian Arah Pembangunan Masa Datang
Kegiatan berikutnya yang perlu dilakukan adalah melakukan penilaian terhadap
arah pembangunan dimasa datang. Penilaian ini biasanya dilakukan dengan jalan
melakukan perkiraan (prediksi) secara terukur terhadap beberapa indikator dibidang
ekonomi, sosial, fisik dan tata ruang.
11) Formulasi Tujuan dan Sasaran Pembangunan
Siklus berikutnya yang perlu dilakukan adalah melakukan formulasi secara tepat
tentang tujuan dan sasaran pembangunan. Tujuan pembangunan pada dasarnya
adalah merupakan gambaran (deskripsi) tentang sasaran akhir yang ingin
diwujudkan melalui kegiatan pembangunan. Sedangkan sasaran pembangunan
adalah jabaran lebih konkret tentang tujuan pembangunan tersebut.
12) Ada pula negara-negara yang mencantumkan sebagai tujuan pembangunan Hal-hal
yang fundamental/ideal atau yang bersifat jangka panjang.
Jika disimpulkan, maka sesuai dengan ciri-ciri yang telah diuraikan di atas, Perencanaan
pembangunan harus dilakukan sebagaimana mestinya agar Memperoleh hasil yang baik.
Sumber daya yang ada harus dimanfaatkan secara Efektif dan efisien agar tujuan yang
diinginkan dapat tercapai. Perencanaan jugaberkaitan dengan upaya pemerintah untuk
mendorong dan menjadikan Pembangunan dengan perspektif jangka panjang
21
kontinuitas kegiatan-kegiatan usaha, hambatan-hambatan yang masih ada dan
potensi-potensi serta prospek yang masih bisa dikembangkan lebih jauh.
2) Masalah Perkiraan keadaan masa yang akan datang
Persoalan ini sering muncul karena data-data dan statistik yang diperlukan
kelengkapan dan validitasnya kurang. Padahal data-data ini sangat diperlukan untuk
mengetahui kecenderungan-kecenderungan dimasa depan sehingga rencana yang
disusun dapat bersifat fleksibel atau mampu menghadapi perubahan-perubahan
yang terjadi dikemudian hari.
3) Masalah dalam penetapan tujuan rencana
Dalam hal ini masyarakat dan nilai-nilai politik memainkan peran penting dalam
perencanaan pembangunan. Namun sering kali peran masyarkat dalam partisipasi
pembangunan kurang sehingga penyusunan rencana tidak bersifat partisipatif.
4) Masalah dalam mengidentifikasi kebijakan
Persoalan ini muncul dikarenakan mayoritas dari dokumen-dokumen rencana
pembangunan mulai dari tingkat nasional hingga kota/kabupaten tidak bersinergi.
Identifikasi kebijakan akan sulit dilakukan ketika antar setiap dokumen rencana
pembangunan tidak nyambung. Selain itu kebijakan penganggaran terhadap
perencanaan pembangunan sering kali tidak tepat
5) Masalah persetujuan rencana
Proses pengambilan keputusan perencanaan pembangunan memiliki tingkatannya.
Mulai dari putusan bidang teknis dan kemudian memasuki wilayah proses politik.
Persetujuan rencana ini sangat penting untuk melanjutkan perencanaan pada tahap
berikutnya. Namun fakta dilapangan menunjukan bahwa perencanaan
pembangunan dan penganggaran dengan politik itu sering bertolak belakang dan
tidak sejalan. Selain itu sering kali perencanaan pembangunan dan penganggaran
itu dikendalikan oleh politik sehingga banyak kepentingan-kepentingan politik
(para pemegang kekuasaan) yang masuk. Hal tersebut akan membuat perencanaan
pembangunan tidak lagi sesuai dengan tujuannya yaitu untuk mensejahterakan
masyarakat melainkan untuk mensejahterakan sekelompok orang saja.
22
6) Masalah dalam Tinjauan Waktu Kegiatan
Dalam penyusunan rencana telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 16 tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Kota dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17 tahun 2009 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kabupaten.
Waktu kegiatan tersebut sebenarnya dibuat untuk menciptakan ketepatan waktu dan
ketertiban dalam penyusunan rencana namun apabila dilihat dari ketersediaan data
dan validitas data yang akan mempengaruhi tahapan analisis data maka ketetapan
waktu tersebut akan menjadi riskan dan menimbulkan peluang bagi penyusunan
rencana yang kurang berkualitas dan tidak tepat. hal tersebut dikarenakan akan
membuat para perencana menyusun rencana yang hanya mempertimbangkan
ketepatan waktu penyusunan.
Perencanaan Yang Telah Disusun Dengan Baik, Tidak Ada Artinya Jika Tidak Dapat
Dilaksanakan. Setiap Pelaksanaan Rencana Tidak Akan Berjalan Lancar Jika Tidak
Didasarkan Kepada Penyusunan Perencanaan Yang Baik.
Persoalan Yang Muncul Dalam Pelaksanaan Atau Implementasi Rencana Ini Adalah
Kurangnya Sosialisasi Kepada Pelaku Pembangunan Dibawah Yaitu Masyarakat. Konsep
Pengembangan Yang Sebelumnya Telah Dibuat Dalam Proses Penyusunan Rencana Yang
Akan Di Implementasikan Sering Kali Sosialisasinya Kurang Sehingga Masyarakat Tidak
Tahu Mengenai Apa Yang Akan Dilakukan Pemerintah Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Mereka. Oleh Karena Itu Partisipasi Masyarakat Dalam Hal Pelaksanaan
Kurang Sekalipun Misalkan Dalam Proses Penyusunan Rencana Mereka Ikut
Berpartisipasi.
23
Dilakukan Upaya Pengawasan Dan Pengendalian Terhadap Pelaksanaan Rencana
Pembangunan. Pelaksanaan Rencana Adalah Implementasi Atau Penetapan Yang
Merupakan Tahapan Lanjutan Dari Proses Penyusunan Rencana.
2) Pengawasan Dan Pengendalian Rencana Diimplementasikan Dengan
Memberlakukan Insentif Dan Disinsentif. Insentif Merupakan Upaya Untuk
Memberikan Imbalan Terhadap Pelaksanaan Kegiatan Yang Berjalan Sesuai
Dengan Aturan Rencana Yang Ditetapkan. Sedangkan Disinsentif Merupakan
Upaya Untuk Mencegah Dan Mengurangi Kegiatan Yang Tidak Sesuai Dengan
Aturan Rencana Yang Ditetapkan. Disinsentif Diberikan Dengan Cara Pengenaan
Pajak Yang Tinggi Atau Pemberian Kompensasi Kepada Pemerintah.persoalan Yang
Muncul Dalam Pemberlakuan Disinsentif Yaitu Sering Munculnya Pemangku
Kebijakan Yang Mencari Keuntungan Dari Hasil Pengenaan Pajak Tinggi Dan
Kompensasi Tersebut. Hal Tersebut Diakibatkan Lemahnya pengawasan terhadap
pemangku kebijakan. Akibat yang akan muncul dari hal tersebut adalah tidak
optimalnya pendapatan daerah yang akan berimplikasi kepada pendapatan dan
pengeluaran daerah yang tidak seimbang sehingga akan menimbulkan defisit atau
surplus dalam pembiayaan pembangunannya.
Pengawasan tidak mungkin dapat dilaksanakan tanpa adanya kegiatan perencanaan dan
rencana tidak akan tercapai secara optimal jika tidak disertai dengan pelaksanaan fungsi
pengawasan. Pengawasan ini berkaitan erat sekali dengan perencanaan dan kedua fungsi
ini merupakan hal yang saling berkaitan satu sama lain. Kato, et al (2021) menyatakan
dalam melaksanakan pengawasan dan evaluasi terhadap pembangunan bukanlah pekerjaan
yang mudah, karena akan berhadapan dengan berbagai hambatan atau permasalahan yang
sangat kompleks dan komprehensif meliputi berbagai aspek sosial, situasi dan keadaan
yang di daerah tersebut. Lebih lanjut, Hadi (2011) menyatakan dalam melakukan
pengawasan terhadap perencanaan pembangunan di daerah banyak faktor yang menjadi
penghambat pengawasan pembangunan tersebut, di antaranya sebagai berikut:
24
1. Sumber Daya Manusia, yaitu sumber daya manusia (SDM)
sangat berperan dalam kelancaran proses pengawasan agar pencapaian tujuan yang telah
ditentukan dapat tercapai dengan maksimal dan sesuai yang diinginkan. Anggaran yang
digunakan untuk kelancaran kegiatan pengawasan pembangunan adalah anggaran
operasional, yaitu untuk biaya administrasi umum dan biaya pemeliharaan;
yang digunakan dalam melakukan proses kegiatan, untuk mewujudkan tujuan yang hendak
dicapai sehingga dapat melaksanakan pengawasan dengan baik dan lancar.
25
masyarakat pada umumnyadalam suatu lingkungan atau wilayah yangdirencanakan dalam
jangka waktu tertentu.
Riyadi & Bratakusamah (2004: 8). Dalam pengertian inipemerintah daerah sebagai
peran perencana untuk mendesain dan membentuk intreaksi dalam suatuproses menuju
sasaran yang ingin dicapai. Dengan ini pemerintah harus berperan utama dengan
tugaspokok danfungsinyapemerintah daerahdanmenyesuaikan dengan fungsivisi,misi,
sasarandantujuan yang terapkan. Sedangkan berkaitan dengan pengertian ini maka,
Soemendar (1985:1) dalam(Sayafiie 2011:8) bahwa, pemerintah sebagai badan yang
penting dalam rangka pemerintahannya,pemerintah mestimemperhatikanketenteramandan
ketertibanumum, tuntutan danharapan sertapendapat rakyat, kebutuhan dan kepentingan
masyarakat, pengaruh-pengaruh lingkungan, pengaturan-pengaturan, komonikasi peran
serta seluruh lapisan masyarakat dan legitimasi. sebagian dari fungsiutama pemerintahan
daerah yang terutama adalah memperbaiki dan menyelesaikan
tuntutan/aspirasimasyarakat.
Riyadi & Bratakusamah (2004: 8). Dalam pengertian ini pemerintah sebagai peran
perencana untuk mendesain dan membentuk intreaksi dalam suatu proses menuju sasaran
yang ingin dicapai. Dengan ini pemerintah harus berperan utama dengan tugas pokok dan
fungsinya pemerintah daerah dan menyesuaikan dengan fungsi visi, misi, sasaran dan
26
tujuan yang terapkan. Sedangkan berkaitan dengan pengertian ini maka, Soemendar
(1985:1) dalam (Sayafiie 2011:8) bahwa, pemerintah sebagai badan yang penting dalam
rangka pemerintahannya, pemerintah mesti memperhatikan ketenteraman dan ketertiban
umum, tuntutan dan harapan serta pendapat rakyat, kebutuhan dan kepentingan
masyarakat, pengaruh-pengaruh lingkungan, pengaturan- pengaturan, komonikasi peran
serta seluruh lapisan masyarakat dan legitimasi. sebagian dari fungsi utama pemerintahan
daerah yang terutama adalah memperbaiki dan menyelesaikan tuntutan/aspirasi
masyarakat.
Sebagai koordinator
27
koordinasi dan dukungan semua kegiatan layanan pemerintah di tingkat kabupaten.
Khususnya pelaksanaan, implementasi dan monitoring kebijakan pembangunan daerah
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Sejalan dengan ini pemerintah daerah
mengunakan wewenang dan kompotensi untuk berperan sebagai koordinator untuk
mengkordinir semua kegiatan dan pekerjaan yang ada didaerah dan bagimana menciptakan
perubahan proses pembangunan.
Sebagai Fasilitator
28
Perenan pemerintah daerah untuk mengfasilitasi program perencanaan
pembangunan daerah terpadu perlu melibatkan partisipasi masyarakat populer di sebut
Bottom up Planning (perencanaan dari bawah) ketrlibatan masyarakat langsung berkaitan
dengan slogan negara demokratis yaitu perencanaan sampai pada masyarakat yang paling
bawah. Pembahasan ini peneliti simpulkan dari beberapa teori dan hasil penelitian
lapangan tentang peranan pemerintah daerah sebagai fasilitator yaitu, pelaksanaan program
pemerinthan harus sesuai dengan sarana dan prasaran dan sesuai dengan pedoman
perencanan investasi daerah, PID (Plano Investemento Distrital) sebab program pada
pedoman tersebut telah disusun oleh pemerintah daerah dan komonitas masyarakat.
Sebagai Stimulator
29
swasta yang paling banyak memberikan keuntungan dan pendapatan bagi daerah secara
langsung maupun tidak langsung.
30
II.3 Peran pemerintah dalam berkolaborasi dengan Masyarakat dalam perencanaan
pembanguanan
Bagaimana pun juga, partisipasi publik merupakan jalan dua arah (two-way street) yang
mencakup komunikasi yang efektif dan mekanisme pemecahan masalah kolaboratif,
dengan tujuan mencapai keputusan yang lebih baik dan lebih dapat diterima baik dari
pemerintah maupun masyarakat. Partisipasi publik juga dapat disebut sebagai keterlibatan
publik (public involvement), keterlibatan masyarakat (community involvement) atau
keterlibatan pemangku kepentingan (stakeholder involvement). Untuk membuat keputusan
yang bermakna tentang kebutuhan dan tuntutan publik, pembuat kebijakan dan pelaksana
harus mendapatkan informasi terkini tentang kebutuhan dan tuntutan tersebut. Partisipasi
masyarakat merupakan mekanisme yang tepat untuk menyampaikan informasi tersebut dan
karenanya harus didorong dan dilestarikan.
Nabatchi & Armsler (2014) menyebutkan bahwa keterlibatan publik mencakup banyak
metode untuk menyatukan orang-orang untuk mengatasi masalah yang dihadapi demi
kepentingan publik. Keterlibatan publik dapat membantu pemerintah daerah dalam
melaksanakan proses perencanaan dan mencapai sasaran yang diharapkan, seperti:
1. Identifikasi yang lebih baik terhadap nilai-nilai, ide dan rekomendasi yang disampaikan
oleh masyarakat; Pemerintah Dalam Melibatkan Publik Dalam Perencanaan Pembangunan
3. Pengambilan keputusan yang lebih baik dengan hasil pelaksanaan yang juga lebih baik
4. Warga akan mendapatkan informasi yang lebih banyak dan lengkap tentang isu-isu
perencanaan saat ini dan mengurangi kekhawatiran mereka terhadap kesalahan kebijakan
pemerintah daerah
31
5. Implementasi atau pelaksanaan proyek akan lebih cepat dan peninjauan lokasi kembali
bisa lebih sedikit (aspek efisiensi)
6. Terbangunnya rasa saling percaya antara pemerintah daerah dengan Masyarakat dan
7. Pemahaman pemerintah daerah yang lebih baik tentang visi masyarakat secara lebih
luas. Artinya, horizon yang tercakup dalam dokumen perencanaan bisa lebih lengkap dan
komprehensif. Keterlibatan publik yang asli (authentic) sejatinya bersifat inklusif,
disengaja, berbasis dialog, dan kompeten secara budaya. Ketika keterlibatan publik yang
otentik terjadi, kepemimpinan di pemerintah daerah lebih memahami di mana posisi publik
dan memberikan kesempatan kepada warga untuk berkontribusi pada solusi melalui
masukan, ide, dan tindakan mereka.
Melibatkan publik saat keputusan dibuat mengarah pada pengambilan keputusan yang
berbasis informasi sehingga menghasilkan solusi yang lebih kuat untuk setiap masalah.
Semakin banyak pandangan yang dikumpulkan dalam proses pengambilan keputusan,
semakin besar kemungkinan pilihan akhir akan memenuhi sebagian besar kebutuhan dan
mengatasi sebagian besar masalah yang ada di masyarakat, serta meningkatnya saling
pengertian. Partisipasi masyarakat menyediakan forum bagi para pengambil keputusan dan
stakeholders untuk saling memahami masalah dan sudut pandang.
Artinya, apa pun namanya, partisipasi publik adalah keterlibatan orang-orang dalam
proses pemecahan masalah atau pengambilan keputusan yang mungkin menarik atau
memengaruhi mereka di masa yang akan datang. Partisipasi publik adalah sebuah proses,
bukan peristiwa tunggal.
32
tersebut senantiasa tidak terjadinya penyempangan dari pada ketentuan. Kebijakan
pengawasan yang memiliki kualitas yang tinggi karena proses penetapannya dilakukan
berbagai tenaga ahli yang memiliki kompetensi di bidang masing-masing akan sangat
menentukan kualitas kebijakan yang hendak ditetapkan tersebut.
Seseorang yang melakukan tugas atau fungsi di bidang pengawasan tidak akan eksis
tanpa ditunjang oleh kebijakan yang jelas dan tepat untuk mengatur tentang pelaksanaan
suatu kegiatan kelembagaan, oleh karena itu para pakar pengawasan maupun para
pengawas profesional yang melakukan tugas masing-masing perlu melakukan pendekatan
kepada religionisme (pendekatan keyakinan agama) sehingga pernyataan yang dikeluarkan
senantiasa menunjukan adanya kebenaranyang dapat menerangiperjalanan pelaksanaan
kegiatan kelembagaan selanjutnya, sehingga pertumbuhan yang dialami adalah
pertumbuhan dalam kebenaran
33
1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) yang merupakan dokumen perencanaan
untuk periode 20 (dua puluh) tahun, baik untuk nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota.
Yang dimaksud dengan tematik adalah penentuan tema prioritas dalam suatu
jangka waktu perencanaan. Yang dimaksud dengan holistik adalah penjabaran tematik
program kepala daerah ke dalam perencanaan yang komprehensif mulai dari hulu hingga
hilir. Yang dimaksud dengan integratif adalah upaya keterpaduan pelaksanaan
perencanaan program kepala daerah yang dilihat dari peran berbagai pemangku
kepentingan dan upaya keterpaduan berbagai sumber pendanaan. Yang dimaksud
dengan spasial adalah penjabaran program kepala daerah dalam satu kesatuan wilayah dan
keterkaitan antar wilayah
34
II.5. Pembentukan Lembaga Pengawas dan perencanaan pembangunan
A. Bappenas
35
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan tugas dan fungsi di bidang pemantauan,
evaluasi, dan pengendalian pembangunan daerah dalam kerangka rencana
pembangunan nasional; dan
f. pelaksanaan urusan ketatausahaan DirektoratPemantauan, Evaluasi, dan
Pengendalian Pembangunan Daerah.
Sesuai dengan Pasal 2 dan 3 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2023
Tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). BPKP mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/daerah
dan pembangunan nasional.
36
pemerintah yang strategis;pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program
dan/atau kegiatan yang dapat menghambat kelancaran pembangunan, audit atas
penyesuaian harga, audit klaim, audit investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan
yang berindikasi merugikan keuangan negara/daerah, audit penghitungan kerugian
keuangan negara/daerah, pemberian keterangan ahli,dan upaya pencegahan korupsi;
Kantor Staf Presiden memiliki tugas dan fungsi memberi dukungan kepada Presiden
dan Wakil Presiden dalam melaksanakan pengendalian program-program prioritas
nasional, komunikasi politik, dan pengelolaan isu strategis. Dalam pelaksanaan tugasnya
akan melakukan fungsi pengendalian dalam rangka memastikan bahwa program-program
prioritas nasional dilaksanakan sesuai visi dan misi Presiden. Selain melakukan
pengendalian, Kantor Staf Presiden juga melaksanakan fungsi memberikan dukungan
percepatan pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program prioritas nasional dan isu
strategis, menyelesaikan masalah secara komprehensif terhadap program-program prioritas
nasional yang dalam pelaksanaannya mengalami hambatan, pengelolaan isu strategis.
Fungsi lain dari Kantor Staf Presiden adalah bertanggung jawab atas pengelolaan
strategi komunikasi politik dan diseminasi informasi, termasuk penyampaian analisis data
dan informasi strategis dalam rangka mendukung proses pengambilan keputusan. Kantor
Staf Kepresidenan memainkan peran penting dalam pengawasan perencanaan
pembangunan di tingkat pemerintahan pusat. Mereka bertanggung jawab untuk menyusun
agenda kebijakan, mengkoordinasikan program-program prioritas, dan memastikan
implementasi kebijakan sesuai dengan visi dan misi pemerintah. Dengan demikian, mereka
memiliki peran kunci dalam memastikan efisiensi dan efektivitas pembangunan nasional.
37
D. Inspektur wilayah provinsi/kabupaten/kota
F. BPKP
melakukan koordinasi teknis pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan di pusat
dan daerah.
G. Menteri
menerima laporan Irjen Departemen untuk pertimbangan kebijaksanaan lebih lanjut serta
sebagai bahan konsultatif bagi persidangan antar menteri.
I. Wakil presiden
J. Presiden
K. BPK
38
mempunyai tugas memeriksa tanggungjawab pemerintah tentang keuangan dan kekayaan
Negara serta semua pelaksanaan APBN, APBD, dan anggaran BUMN/ BUMD
berdasarkan ketentuan UU, dan berkewajiban untuk memberitahukan hasil
pemeriksaannya kepada DPR
L. DPR
M. Mahkamah Agung
39
pekerjaan yang dilakukan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Pengawasan
pembangunan juga dapat memastikan bahwa semua pekerjaan yang dilakukan dilakukan
dengan efisiensi dan efektif. Pengawasan pembangunan juga dapat memastikan bahwa
semua pekerjaan yang dilakukan dilakukan dengan aman. Ini termasuk memastikan bahwa
semua pekerjaan yang dilakukan dilakukan dengan benar dan tidak menimbulkan bahaya
bagi pekerja.Dengan melakukan pengawasan pembangunan, kualitas hasil pembangunan
akan meningkat.
Hal ini karena semua pekerjaan yang dilakukan dilakukan dengan benar dan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Selain itu, pengawasan pembangunan juga dapat
memastikan bahwa semua bahan yang digunakan memenuhi standar kualitas yang telah
ditetapkan. Dengan demikian, pengawasan pembangunan dapat membantu dalam
meningkatkan kualitas hasil pembangunan. Hal ini karena pengawasan pembangunan
dapat memastikan bahwa semua pekerjaan yang dilakukan dilakukan dengan benar dan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Selain itu, pengawasan pembangunan juga
dapat memastikan bahwa semua bahan yang digunakan memenuhi standar kualitas yang
telah ditetapkan.
40
masalah yang terjadi selama proses pembangunan. Dengan evaluasi ini, kita dapat
mengambil tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.
2) Kedua, adalah melakukan pemantauan yang ketat. Pemantauan yang ketat dapat
memastikan bahwa proyek pembangunan berjalan sesuai dengan rencana. Dengan
pemantauan ini, kita dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi selama proses
pembangunan dan mengambil tindakan yang tepat untuk menyelesaikannya.
3) Ketiga, adalah melakukan audit secara berkala. Audit berkala dapat memastikan
bahwa proyek pembangunan telah diselesaikan sesuai dengan rencana dan tujuan
yang telah ditetapkan. Dengan audit ini, kita dapat mengidentifikasi masalah yang
terjadi selama proses pembangunan dan mengambil tindakan yang tepat untuk
menyelesaikannya.
41
II.7. Implementasi Progfram Pemerintah Dalam Pembangunan
Dalam perjalanannya provinsi Jawa Barat ternyata banyak tertinggal oleh provinsi
yang lainnya, khususnya oleh provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan hal tersebut maka
Pemerintah Pusat Republik Indonesia melalui Kementrian Koordinator Bidang
Perekonomian Republik Indonesia menyata kan bahwa Pemerintah Pusat akan
memfasilitasi program percepatan pengembangan wilayah Provinsi Jawa Barat,
program percepatan pengembangan wilayah di kawasan Cirebon-Patimban-Kertajati
yang dikenal dengan nama program “Rebana” dan seluruh daerah penyangganya seperti
Kabupaten Cirebon, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten
Kuningan.
42
“Rebana” dan Kawasan Jawa Barat di bagian Selatan. hal ini diharapkan untuk dapat
menjawab tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN, afirmasi dan keberpihakan
terhadap lingkungan hidup serta pembangunan yang berkelanjutan serta untuk
mengurangi disparitas perekonomian antar wilayah.Selanjutnya disampaikan pula
bahwa melalui kebijkan tersebut diharapkan terdapat komitmen bersama dalam
pembangunan daerah dan kawasan Jawa Barat yang meliputi tujuh daerah dibagian
utara diataranya wilayah Subang, Majalengka, Sumedang, Indramayu, Kabupaten
Cirebon, Kota Cirebon, dan Kuningan. Sedangkan untuk wilayah Jawa Barat bagian
selatan ada enam daerah yang menjadi perhatian pusat diataranya, daerah Sukabumi,
Cianjur, Garut, Ciamis, Tasikmalaya dan daerah Pangandaran. Ini menjadi daerah
lingkar hijau (Green Belt) provinsi Jawa Barat.
43
Bayu (PLTB) terletak diwilayah Kabupaten Sukabumi, dan Pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Bayu (PLTB) letaknya diwilayah Kabupaten Garut, sedangkan
Pembangunan infrastruktur Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) lokasinya
berada diwilayah Gunung Galunggung
44
masyarakat untuk mengakses informasi terkait pembangunan, seperti anggaran, perizinan,
dan laporan kemajuan pekerjaan. Monev telah dilakukan oleh pemerintah dan lembaga
independen dan terbukti meningkatkan kinerja pembangunan di beberapa sektor, seperti
pendidikan dan kesehatan. Open Government telah meningkatkan akses masyarakat
terhadap informasi publik, seperti anggaran dan perizinan.
5. Program Citizen Report Card (CRC) CRC merupakan program yang memungkinkan
masyarakat untuk memberikan penilaian terhadap kinerja pemerintah dalam menyediakan
layanan publik. Hasil CRC dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas layanan publik
dan meningkatkan akuntabilitas pemerintah. CRC telah digunakan untuk meningkatkan
kualitas layanan publik di beberapa daerah, seperti pendidikan dan kesehatan.
45
tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih di antara keduanya, serta bagaimana manfaat
yang telah dikerjakan itu dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang
ingin diperoleh.
Seperti yang disampaikan Ismail (2014) bahwa evaluasi dilakukan pada tahap akhir
dari penilaian dan pengukuran serta di dalamnya memiliki unsur pertimbangan dan
keputusan terhadap suatu program berdasarkan standar ataukriteria yang telah ditetapkan
sebelum program tersebut berjalan. Dengan demikian, evaluasi pembangunan dilakukan
dan diperlukan untuk mengetahui kemajuan, pencapaian hasil dan kendala yang dijumpai
dalam melaksanakan pembangunan.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah program itu mencapai sasaran yang
diharapkan sesuai dengan rencana sebelumnya. Evaluasi lebih menekankan pada aspek
hasil yang dicapai (output). Evaluasi dilaksanakan untuk melihat kembali apakah suatu
program atau kegiatan telah sesuai dengan perencanaan atau belum. Arikunto dan Jabar
(2009) mengatakan bahwa tujuan diadakannya evaluasi adalah untuk mengetahui
pencapaian tujuan program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan program.
Dari kegiatan evaluasi akan diketahui hal-hal yang telah dan akan dicapai sudahkah
memenuhi kriteria yang ditentukan. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dinyatakan
evaluasi bertujuan memperoleh informasi yang tepat sebagai bahan pertimbangan untuk
mengambil keputusan tentang perencanaan program, keputusan tentang komponen input
46
pada program, implementasi program yang mengarah kepada kegiatan dan keputusan
tentang output menyangkut hasil dan dampak dari program kegiatan.
Perencanaan pembangunan daerah yang telah disusun dengan baik, diharapkan dalam
pelaksanaannya dapat dilakukan dengan baik sehingga hasil pembangunan dapat terukur
dan tercapainya tujuan yang diharapkan. Sudarmanto, et al (2021) menyatakan evaluasi
bertujuan memperoleh informasi yang tepat sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil
keputusan tentang perencanaan program, keputusan tentang komponen input pada
program, implementasi program yang mengarah kepada kegiatan dan keputusan tentang
output menyangkut hasil dan dampak dari program kegiatan. Sedangkan, Sriharyati &
Sholihannisa (2020) menyatakan bahwa tujuan umum dari evaluasi adalah memberikan
masukan umpan balik yang dapat digunakan untuk meningkatkan program, kebijakan, dan
strategi, serta ditujukan pula untuk akuntabilitas dan transparansi, sedangkan tujuan khusus
dari evaluasi adalah untuk menentukan kerelevansian objek, efisiensi, dan efektivitas
terhadap pencapaian objek, dan mengukur dampak dan keberlanjutan dari suatu kebijakan,
program, atau kegiatan. secara spesifik, tujuan akhir pentingnya evaluasi dilakukan dalam
setiap kegiatan atau pembangunan menurut Crawford (2000) adalah untuk memberikan
bahan-bahan pertimbangan dalam menentukan/membuat kebijakan tertentu, yang diawali
dengan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dan lebih rinci, yaitu:
1. Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dalam
kegiatan
47
2. Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap perilaku hasil
3. Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan
4. Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan.
1) Memberikan informasi yang valid tentang kinerja kebijakan, program dan kegiatan,
yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan yang telah dapat dicapai;
2) Memberikan sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang
mendasari pemilihan tujuan dan target;
3) Melihat peluang adanya alternatif kebijakan, program, kegiatan yang lebih tepat,
layak, efektif, dan efisien;
4) Memberikan umpan balik terhadap kebijakan, program dan proyek;
5) Menjadikan kebijakan, program dan proyek serta diharapkan mampu
mempertanggung jawabkan penggunaan dana publik;
6) Membantu pemangku kepentingan untuk belajar lebih banyak tentang kebijakan,
program dan proyek;
7) Dilaksanakan berdasarkan kebutuhan pengguna utama yang dituju oleh evaluasi;
8) Negosiasi antara evaluator dan pengguna utama yang dituju oleh evaluasi.
48
B. Prinsip Dalam Melakukan Evaluasi Pembangunan
49
3) Mengumpulkan data evaluasi;
4) Menganalisis dan mengolah data; dan
5) Melaporkan hasil evaluasi.
Sedangkan, Moerdiyanto (2009) menyatakan untuk mendapatkan hasil yang baik, maka
dalam pelaksanaan evaluasi haruslah dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip, seperti
berikut:
1) Berorientasi pada tujuan, yaitu hendaknya dilaksanakan mengacu pada tujuan yang
ingin dicapai sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan untuk perbaikan atau
peningkatan program;
2) Mengacu pada kriteria keberhasilan, yaitu harus dilaksanakan mengacu pada
kriteria keberhasilan program yang telah ditetapkan sebelumnya;
3) Mengacu pada asas manfaat, yaitu harus dilaksanakan dengan manfaat yang jelas.
Manfaat tersebut adalah berupa saran, masukan atau rekomendasi untuk perbaikan
program yang sejenis di masa mendatang;
4) Dilakukan secara objektif, yaitu harus dilaksanakan secara objektif. Petugas yang
melakukan evaluasi harus bersifat independen, yaitu bebas dari pengaruh pihak
pelaksana program, bertindak objektif sehingga melaporkan temuannya apa adanya.
50
BAB III
III.1 Kesimpulan
Perencanaan pembangunan adalah suatu cara atau teknik untuk mencapai tujuan
yang diinginkan dalam proses pembangunan. Tujuan utamanya adalah mewujudkan
masyarakat yang maju, makmur, dan sejahtera
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah program itu mencapai sasaran yang
diharapkan sesuai dengan rencana sebelumnya. Evaluasi lebih menekankan pada aspek
hasil yang dicapai (output). Evaluasi dilaksanakan untuk melihat kembali apakah suatu
program atau kegiatan telah sesuai dengan perencanaan atau belum
51
III.2 Saran
1.Pemerintah Indonesia harus lebih teliti dalam melakukan pengawasan karena masih
sering terjadi penyelewengan anggaran yang terjadi
2.Regulasi Dan hukum dalam perencanaan dan pengawasan pembangunan harus lebih di
perjelas regulasi yang menimbangkan lingkungan dan efesiensi
4. Pemerintah harus mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam proses perencanaan dan
evaluasi pembangunan. Ini dapat dilakukan melalui konsultasi publik, forum diskusi, dan
mekanisme partisipasi lainnya untuk memastikan bahwa kebutuhan dan aspirasi
masyarakat tercermin dalam kebijakan dan program pembangunan.
52
Daftar Pustaka
53