Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN TUGAS

BAHAN PERKERASAN

KELOMPOK 5 TEMA 5

ASPHALT MIXING PLANT


Disusun oleh:

1. Aldifa Dzakwan Hanif 2003010057


2. R. A. Nadia Zulvha Maulaya 2003010110
3. Bagas Arya Permadi 2003010111
4. Ferdhian Bintang Hidayat 2003010016
5. Roma Prilia Primanda 2003010011
6. Noval Syabani 2003010009
7. Tedy Robiantoro 2003010021

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

Disusun Oleh : KELOMPOK 5 TEMA 5 proses ASPHALT MIXING PLANT


1. Aldifa Dzakwan Hanif 2003010057
2. R. A. Nadia Zulvha Maulaya 2003010110
3. Bagas Arya Permadi 2003010111
4. Ferdhian Bintang Hidayat 2003010016
5. Roma Prilia Primanda 2003010011
6. Noval Syabani 2003010009
7. Tedy Robiantoro 2003010021

Telah diperiksa dan disetujui oleh

Purwokerto,

Dosen Pengampu Mata Kuliah


Bahan perkerasan

(Sulfah Anjarawati, ST., MT

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahamatnya
sehingga laporan tugas Mata Kuliah Bahan Perkerasan dapat di selesaikan dengan
tepat waktu. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan laporan ini, baik dari materi maupun
pemikirannya.
Kami berharap semoga laporan tugas ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi pembaca, khusunya bagi mahasiswa Teknik Sipil Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, dan umumnya kepada semua pembaca laporan tugas
ini.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Kami menyadari
tentunya masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini, maka dari itu
kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan demi kesempurnaan
penyusunan laporan tugas berikutnya.

Purwokwerto,

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
Judul ................................................................................................................. i
Lembar Pengesahan.......................................................................................... ii
Kata Pengantar.................................................................................................. iii
Daftar Isi........................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A.Latar Belakang.................................................................................. 1
B.Rumusan Masalah............................................................................. 2
C.Tujuan dan Manfaat.......................................................................... 2
BAB II STUDI PUSTAKA..............................................................................
A. Pengertian Umum Asphalt Mixing Plant (AMP) ........................... 3
B. Pengenalan Alat............................................................................... 3
BAB III ALAT DAN BAHAN.........................................................................
A.Material............................................................................................. 15
B. Alat ..................................................................................................
17
BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN......................................................
A. Persiapan Bahan Baku..................................................................... 21
B. Proses Pencampuran........................................................................ 23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................
A. Kesimpuan....................................................................................... 31
B. Saran................................................................................................. 31
LAMPIRAN..................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 33

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asphlat mixing plant atau AMP adalah seperangkat peralatan mekanik dan elektronik
dimana agregat dipanaskan, dikeringkan, dan dicampur dengan aslpal untuk menghasilkan
campuran beraspal panas yang memenuhi persyaratan tertentu. AMP dapat tereletak di lokasi
yang premanen atau berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Apabila ditinjau dari
jenis cara memproduksi campuran beraspal dan kelengkapannya, ada beberapa jenis AMP
yaitu :
a) AMP jenis takaran (batch plant)
b) AMP jenis drum pencampur (drum mix)
c) AMP jenis menerus (continuous plant)
Namun secara umum kebanyakan AMP dikategorikan atas jenis takaran (timbangan)
atau jenis drum pencampur. Perbedaan dalam hal kelengkapan dari kedua jenis AMP tersebut
adalah ; AMP jenis takaran dilengkapi saringan panas (hot screen), bin panas (hot bin),
timbangan (weight hopper), dan pencampur (pugnill/mixer), sedangkan pada AMP jenis
pencampur drum kelengkapan tersebut tidak ada. Tentunya kedua jenis AMP tersebut juga
mempunyai persamaan yaitu sama-sama dilengkapi bin dingin, pengontrol, dan pengumpul
debu serta pencampur.
Bagian-bagian AMP jenis timbangan yaitu :
1. Bin dingin (cold bin)
2. Pintu pengatur pengeluaran agregat dari bin dingin
3. System pemasok agregat dingin (cold elevator)
4. Pengering (dryer)
5. Pengump[ul debu (dust collector)
6. Cerobong pembuangan (exhaust stack)
7. System pemasok agregat panas (hot elevator)
8. Unit ayakan panas (hot screening unit)
9. Bin panas (hot bin)
10. Timbangan agregat (weight box)
11. Pencampur (mixer)

1
12. Penyimpanan bahan pengisi (mineral filler storage)
13. Tangki aspal (hot asphalt storage)
14. Sistem penimbangan aspal ( asphalt weight bucket)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembuatan Job Mix Formula?
2. Apa saja urutan kerja AMP?
3. Bahan dan Alat apa saja yang digunakan dalam proses AMP?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Mengetahui proses pembuatan Job Mix Formula.
2. Mengetahui urutan kerja AMP.
3. Mengetahui bahan yang digunakan dalam pembuatan AMP.

2
BAB II
STUDI PUSTAKA
A. Pengertian Umum Asphalt Mixing Plant (AMP)
Proses pencampuran aspal beton campuran panas yang dilakukan pada temperatur
sekitar 140°C sehingga siap dihampar di lokasi, dilakukan pada alat pencampur aspal
panas yang umum dikenal Asphalt Mixing Plant (AMP). Jenis Asphalt Mixing Plant
(AMP) sesuai dengan komponan – komponen yang dimilikinya dapat dibagi atas 2 (dua)
jenis utama yaitu:
1. Alat pencampur dengan penakaran (tipe batch = batch plant)
2. Alat pencampur tipe menerus (continuous plant)

B. Pengenalan Alat
Dalam pekerjaan pengaspalan dibutuhkan beberapa sumber daya alat, pada kesempatan kali
ini penulis akan membahas beberapa jenis alat antara lain :
- Wheel Loader
- Asphalt Mixing Plant (AMP)
- Dump Truck
- Asphalt Finisher
- Tandem Roller
- Tire Roller

a) Loader

Loader adalah alat yang digunakan untuk menaikan material ke dalam dump truck.
Ditinjau dari pergerakannya dikenal 2 (dua) macam loader yaitu :

b) Track Loader
Track Loader adalah loader yang menggunakan penggerak crawler atau roda rantai
besi disini penulis tidak akan membahas terlalu banyak mengenai track loader karena track
loader tidak digunakan dalam pekerjaan produksi aspal beton, penulis lebih banyak
membahas mengenai wheel loader.

3
c) Wheel Loader
Wheel Loader adalah loader yang menggunakan ban karet, loader ini dipakai karena
pergerakannya lebih cepat jika dibandingkan denga loader yang menggunakan roda rantai,
oleh sebab itu whell loader sangat cocok digunakan untuk pekerjaan pemuatan material/tanah
atau batu kedalam alat pengangkut (dump truck atau bin dingin/cold bin) atau memindahkan
material ke tempat lain dengan jarak angkut sangat terbatas dan wheel loader ini hanya bisa
beroperasi di
daerah yang keras dan rata, kering tidak licin, dan juga wheel loader mempunyai gaya dorong
yang lebih kecil bila dibandingkan dengan track loader. Produktivitas dari wheel loader
biasanya dinyatakan dalam m3 (meter kubik) per jam. Ini dapat ditentukan dengan
perhitungan secara teoritis dengan mempertimbangkan dan memperhitungkan berbagai hal
yaitu :

1. Perhitungan waktu siklus


Waktu siklus untuk produksi alat meliputi :
• Raise Time yaitu waktu yang dipergunakan untuk mengangkat bucket dari bawah ke
ketinggian yang ditentukan
• Loading Time yaitu waktu yang diperlukan untuk mengisi bucket
• Dump Time yaitu waktu yang diperlukan untuk membongkar/mencurahkan muatan
• Lower Time yaitu waktu yang diperlukan untuk menurunkan bucket yang telah kosong.
Waktu untuk mengangkut dan mengatur posisi loader yang biasa disebut waktu variabel
(Variable Time) yang tergantung jarak angkut dan kecepatan loader.

2. Faktor koreksi waktu siklus

Waktu siklus diatas masih dipengaruhi oleh beberapa factor sehingga perlu dikoreksi, factor
yang mempengaruhi waktu siklus adalah :

4
 Faktor material
Tabel Faktor Material

 Faktor tinggi timbunan material


Tabel Faktor Tinggi Timbunan Material

 Faktor lain – lain


Tabel Faktor Lain – lain

5
 Faktor pengisian bucket :
Faktor pengisian bucket biasanya (dinyatakan dalam %), sedangkan factor pengisian bucket
itu sendiri adalah banyaknya material yang dapat diangkut dalam bucket untuk setiap kali
operasi alat tergantung dari jenis dan material tersebut.

 Faktor pengisian bucket


Tabel Faktor Pengisian Bucket

 Faktor Koreksi Lain


Faktor koreksi lain meliputi faktor koreksi untuk kondisi medan kerja, jam kerja, operator
alat sesuai dengan tabel yang ada.

 Faktor Koreksi Kerja


Tabel Faktor Koreksi Kerja

6
Jadi untuk menghitung produktivitas wheel loader adalah sebagai berikut :
Kita harus menghitung waktu siklus total. Setelah kita menghitung waktu siklus total, kita
lanjutkan dengan perhitungan sebagai berikut :
• Perhitungan banyaknya Trip/jam
60 menit
banyaknya trip=
waktu siklus total

produksi/ jam(lepas)
Produksi rata−rata/ jam=
berat jenis material

• Perhitungan Banyaknya Volume/Trip :


produksi rata−rata/ jam
volume/trip=
banyaknya trip

• Perhitungan Kapasitas Bucket


volume /trip
kapasitas bucket=
faktor pengisian bucket

Pemilihan Jenis Alat


Dengan mengetahui kapasitas bucket dan berat jenis material kita dapat menentukan tipe
wheel loader yang akan digunakan.

1. Asphalt Mixing Plant (AMP)

7
Sesuai dengan komponen-komponen yang dimilikanya Asphalt Mixing Plant (AMP) dapat
dibagi atas 2 jenis utama yaitu :

a. Alat Pencampur Dengan Penakaran (tipe batch)


Alat pencampuran tipe ini memiliki komponen-komponen yang dapat mengatur
pemasukan masing-masing bahan mentah dengan kwantitas yang benar pada suatu takaran
yang dicampur pada suatu saat. Dengan demikian control yang baik lebih mudah dilakukan
pada jenis ini dibanding dengan jenis yang lain.
Komponen utama dari tipe penakaran ini yaitu :

2. Bin dingin (Cold Bin)


Merupakan tempat dimana aggregate kasar, aggregate sedang, aggregate halus dan
pasir dimasukan sesuai dengan proporsi dari perencanaan campuran (Mix design). Proporsi
campuran diatur dengan cara mengatur bukaan dari masing-masing bin dengan
mempergunakan hasil kalibrasi bin dingin tersebut. Kalibrasi dilakukan dalam keadaan
kering maupun dalam keadaan dengan kadar air tertentu. Sebaiknya aggregate yang dipasok
kedalam bin dalam keadaan kering sehingga proprorsi yang diharapkan dapat tercapai dan
dengan demikian kwalitas campuran dapat terjamin. Pengisian bin dingin dilakukan dengan
hati-hati sehingga kemungkinan terjadi segregasi ataupun degradasi dapat dihindari.

3. Elevator dingin (Cold elevator)


Elevator dingin mengangkut aggregate dingin dari bin dingin ke pengeringan.

4. Pengering (Blower)
Pada bagian ini aggregate dikeringkan dengan cara dipanaskan (api disemburkan
melalui mulut pengering dengan alat pembakar minyak atau gas) dan pengering dalam
keadaan berputar. Pengering berfungsi untuk menguapkan dan menghilangkan kadar air yang
dikandung aggregate dan kemudian memanaskannya sehingga mencapai suhu pencampuran
antara 135°C – 163°C. Pengeringan berbentuk silinder yang dilengkapi dengan aluralur
memanjang yang mengangkat dan menjatuhkan aggregate melalui nyala api diletakkan
dengan kelandaian tertentu. Kelandaian silinder, kecepatan putar,diameter, panjang silinder,
dan susunan alur menentukan lamanya proses pengeringan disamping kondisi dan jenis
aggregate itu sendiri. Temperatur pemanasan dapat diukur/dapat dilihat dari pyrometer yang
tersedia.
8
5. Kolektor debu (Dust collector)
Gas panas yang keluar dari pengering mengandung debu-debu yang dapat
menimbulkan polusi dan mengotori bagian-bagian lainnya. Oleh kerena itu gas yang
mengandung debu dihubungkan dengan kolektor debu sehingga debu dapat terkumpul dan
gas dapat dibuang melalui cerobong gas. Debu dari aggregate yang dipanaskan dikumpulkan
kedalam kolektor debu untuk kemudian dipergunakan kembali jika dibutuhkan atau dibuang
jika tidak dibutuhkan. Dari cara kerja kolektor debu dapat dibedakan atas 3 (tiga) tipe yaitu :
a. Penyapu kering, merupakan rangkaian filter-filter kain dimana debu-debu ditangkap
dan disaring dengan menggunakan kain-kain penyaring. Debudebu kemudian
dikumpulkan kembali dan dapat dibuang, atau dikumpulkan kesilo (tempat
penyimpan debu), atau dibawa kembali kebagian bawah elevator panas dipergunakan
sebagai bagian dari aspal beton. Gas yang telah bersih dari debu dibuang melalui
cerobong gas udara.
b. Kolektor mekanis, yang menggunakan metode sentrifugal untuk mengumpulkan debu.
c. Penyapu basah, gas yang mengandung debu disemprot dengan air sehingga debu
menjadi basah, berat dan jatuh serta terkumpul dibagian bawah. Air Lumpur yang
mengandung debu basah dikeringkan dan dibuang. Debu yang dikumpulkan secara
basah ini tidak dapat dipergunakan kembali sebagai bagian dari aspal beton.

6. Pengendali Gradasi
Aggregat yang telah dipanaskan dibawa oleh elevator panas kebagian pengendali
gradasi yang berupa saringan panas, pada bagian ini partikel aggregat dengan ukuran lebih
besar dari yang disyaratkan akan dibuang, dan aggregat-aggregat lain kemudian disimpan
setelah disaring sesuai saringan yang ditentukan pada pengendali gradasi kedalam bin panas
(hot bin) yang diletakkan dibawah pengendali gradasi.

7. Bin Panas (Hot Bin)


Bin panas adalah tempat penyimpan sementara aggregat panas. Aggregat yang telah
diayak menggunakan pengendali gradasi disimpan kedalam bin-bin yang tersedia. Didalam
jenis-jenis AMP ada yang mempunyai 3 (tiga) bin dan ada pula yang mempunyai 4 (empat)
bin. Masing-masing bin mempunyai pintupintu yang dapat ditutup dan terjadinya
pencampuran pada bin-bin akibat terlalu penuhnya bin tersebut, maka bin panas mempunyai
overflow chutes yaitu bagian yang dapat membuang kelebihan aggregate yang tertimbun.
9
8. Hopper Penakar
Pada AMP dengan penakar, aggregate dan bahan pengisi (filler) ditumpahkan ke
dalam pugmill sesuai proporsi yang telah ditentukan dalam campuran rencana (mix design)
dengan mempergunakan hopper timbangan. Timbangan dilakukan secara akumulatip.

9. Pugmill (Unit Pencampuran)


Aggregat dari masing-masing bin pada bak panas dengan berat sesuai proporsinya
dimasukkan kedalam pugmil/unit pencampur dimulai dari fraksi yang paling besar ke yang
lebih halus dan paling akhir filler (bahan pengisi) jika dibutuhkan. Aggregat kemudian
dicampur kering selama tidak kurang dari 4 (empat) detik dan selanjutnya ditempat ini
campuran aggregate panas tersebut disemprotkan aspal panas dengan kadar bitumen yang
telah ditentukan. Aggregat dan aspal panas kemudian diaduk kembali selama tidak kurang
dari 30 (tiga puluh) detik dan tidak lebih dari 75 (tujuh puluh lima) detik. Setelah
pencampuran dilakukan dengan baik dan merata maka pugmill dibuka untuk mengeluarkan
aspal beton campuran panas kedalam truck pengangkut dan selanjutnya memulai
pencampuran yang selanjutnya. Pencampuran berhasil baik jika pugmill tidak terlalu penuh
dan tidak terlalu kosong.

10. Station pengontrol


Setiap AMP mempunyai stasiun pengontrol dimana operator dapat mengontrol proses
pencampuran. Terdapat 2 (dua) jenis stasiun pengontrol yaitu, stasiun pengontrol bersifat
manual dan stasiun pengontrol bersifat otomatis.
a. Alat Pencampur Sistem Menerus (Continuous Plant)
Dilihat dari komponen yang dimiliki dan sistem pencampurannya jens ini dapat dibedakan
atas :
 Alat pencampur sistem menerus dengan bin panas
 Alat pencampur sistem menerus tanpa bin panas
 Drum Mix

b. Alat Pencampur Sistem menerus Dengan Bin Panas (Continuous Plant With Hot Bin)
Jenis ini hampir sama dengan jenis alat pencampur dengan penakar (batch plant),
hanya saja bin panas tidak mempunyai penutup dan tidak terdapat kotak penimbang, sehingga

10
aggregat yang telah dipanaskan dan diayak oleh pengendali gradasi langsung masuk ke dalam
bin panas dan selanjutnya sesuai dengan proporsinya diatur berdasarkan bukaan bin langsung
masuk kedalam pubmill melalui elevator panas secara terus menerus selama proses
pencampuran. Pengontrolan kwalitas dan variasi produksi sangat ditentukan dari bukaan bin
dingin dan bin panas.
c. Alat Pencampur Sistem Menerus Tanpa Bin Panas (Continuous Plant Without Hot
Bin)
Jenis ini tidak mempunyai bak panas, sehingga aggregat yang telah dipanaskan
langsung masuk ke pugmill. Pengontrolan gradasi campuran sangat ditentukan dari
pengontrolan yang dilakukan di bak dingin.

d. Drum Mix
Jenis ini hampir sama dengan alat pencampur tipe menerus tanpa bin panas, hanya
saja pemasukan aggregat dari bin dingin, Pemanasan aggregat dan pencampuran aggregat
panas dengan aspal seluruhnya dilakukan didalam drum. Mengenai AMP jenis ini penulis
tidak akan membahas terlalu banyak karena AMP yang digunakan ditempat study penelitian
adalah AMP (Asphalt Mixing Plant) dengan penakaran (tipe batch=batch plant).
1. Dump Truck
Dump truck dipakai untuk mengangkut material dari suatu tempat ketempat
lain dengan jumlah material yang diangkut cukup banyak serta jarak angkut yang
relatif cukup jauh. Ada 3 (tiga) jenis dump truck yaitu :
 Dump Truck penumpahan kesamping (Side dump truck)
 Dump Truck penumpahan kebelakang (Rear dump truck)
 Dump Truck penumpahan kesamping dan kebelakang (Side & rear dump truck)
Dump truck yang dipakai untuk mengangkut material aspal beton dari AMP ke lokasi
pekerjaan pengaspalan adalah dump truck penumpahan kebelakang (Rear dump
truck).
Menurut ukuran pada umumnya dump truck dibagi menjadi 3 (tiga) golongan yaitu :
 Dump truck ukuran kecil, yaitu truck yang mempunyai kapasitas sampai 25 ton.
 Damp truck ukuran sedang, yaitu truck yang mempunyai kapasitas antara 25 – 100
ton.

11
 Dump truck ukuran besar, yaitu truck yang mempunyai kapasitas diatas 100 ton.
Keuntungan dan kerugian dari pemakaian dump truck kecil dan besar adalah sebagai
berikut :
Dump truck kecil keuntungannya yaitu :
1. Lebih mudah dan lincah dioperasikan
2. Cocok untuk pengangkutan jarak dekat
3. Jalan kerja dapat dari konstruksi sederhana karena ringan
4. Kerusakan salah satu dump truck tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap
produksi alat
Kerugianya yaitu :
 Diperlukan lebih banyak dump truck
 Sulit untuk memuat material dari loader karena ukuran bak yang kecil, banyak
kehilangan material selama operasi bongkar muat loader.
 Lebih banyak sopir yang diperlukan
 Biaya pemeliharaan lebih besar, karena terlalu banyak truck dan tenaga pemeliharaan
Dump truck besar keuntungannya yaitu :
1. Diperlukan lebih sedikit dump truck
2. Cocok untuk pengangkutan jarak jauh
3. Lebih mudah memuat material dari loader
Kerugiannya yaitu :
 Diperlukan jalan kerja dengan konstruksi yang memadai karena beratnya muatan
 Kerusakan pada salah satu dump truck akan mempengarui terhadap produksi alat
 Lebih sulit dioperasikan.
Dengan memperhatikan keuntungan dan kerugian yang ada di atas kiranya cukup
untuk menentukan pilihan terhadao jenis dump truck yang akan digunakan, sehingga
penggunaan dump truck tersebut betul-betul effisien. Perhitungan produktivitas dump truck
dimulai dengan : Penentuan rimpull dan kecepatan. Dump truck dengan kondisi medan naik
harus diperhitungkan terhadap tahanan total (total resistance) yaitu jumlah dari % grade
(kemiringan) + % grade konversi dari besarnya tahanan gelinding, 1 % grade konveris dari
tahanan gelinding adalah sama dengan 10 kg/ton berat total alat. Tahanan gelinding naik
untuk dump truck berdasarkan percobaan adalah 40 kg/ton berat alat. Tahanan total dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :

12
besar tahanan gelinding
Tahanan total=kemiringan+ x100%
10

Dump truck yang menjalani medan turun harus diperhitungkan terhadap grade
(kemiringan) efektif yaitu % grade - % grade konversi dari besarnya tahanan gelinding.
Tahanan gelinding turun untuk dump truck berdasarkan percobaan adalah sebesar 50 kg/ton
berat alat. Dengan memperhitungkan grade efektif diharapkan bahwa kecepatan dump truck
pada saat turun dapat dikontrol tanpa pemakaian rem. Perhitungan grade efektif dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
besar tahanan gelinding
Grade efektif =kemiringan− x100%
10

Siklus dump truck sekurang-kurangnya mencakup unsur-unsur sebagai berikut :


 Waktu muat (load)
 Waktu angkut (haul)
 Waktu buang/curahkan (dump)
 Waktu kembali (return)
 Waktu penggantian dump truck/menunggu
Perhitungan Banyaknya Trip/jam
60
banyaknya trip=
waktu siklus

Perhitungan Produksi Dump Truck


Berat muatan = Berat total dump truck – berat kosong

berat muatan
volume muatan=
BJ . material

Produksi teoritis/jam = Banyaknya trip/jam x Volume muatan


Produksi rata-rata/jam = Faktor koreksi total x Produksi toeritis/jam.
Perhitungan banyaknya dump truck :
produksirata−rata AMP
banyaknya dumptruck=
produksirata−ratadump truck / jam

13
BAB III
ALAT DAN BAHAN

A. Bahan

1. Abu Batu

14
2. Agregat 1:1

3. Agregat 1:2

4. Agregat 2:3

15
B. Alat

1. Cold Bin
Fungsi dari bin pendingin adalah untuk menampung agregat melalui
pembukaan dan penutupan pintu pengeluaran agregat yang diatur sedemikian rupa
agar jumlah agregat tiap fraksi harus sesuai dengan spesifikasi Job Mix Formula yang
sudah direncanakan. Cold bin ini harus dijaga agar tidak terjadi penyumbatan dan
harus selalu dikalibrasi.

2. Belt Conveyor

16
Terdiri dari Conveyor penampung, Conveyor pengumpul, dan Conveyor
pengantar. Fungsi dari ban berjalan ini adalah untuk mentransportasi fraksi agregat
dari bin pendingin yang berjalan berputar. Pada tahap pertama masing-masing fraksi
agregat dari masing-masing bin ditampung pada ban berjalan atau belt masing-masing
yang diputar oleh tenaga motor listrik. Dari masing-masing belt tersebut agregat
dingin ditampung pada belt pengumpul atau collecting belt conveyor, dan selanjutnya
agregat yang sudah tercampur pada collecting conveyor tersebut diteruskan untuk
dimasukkan ke dalam dryer melalui elevating conveyor atau feeder conveyor. Untuk
lebih meningkatkan ketelitian pengukuran jumlah agregat dingin (dari tiap fraksi)
yang ditimbang dengan berat (bukan volume), maka pada pengeluaran agregat dingin
dari binnya ditempatkan sensor, dan pengukur berat agregat ditempatkan pada ban
berjalan dari tiap fraksi agregat.
Perubahan timbangan berat agregat yang keluar akan terdeteksi oleh sensor
tersebut dan diteruskan ke pengatur otomatis kecepatan putaran motor listrik
penggerak ban berjalan agregat dingin. Perlengkapan peralatan ini biasanya dipasang
pada AMP tipe continuous jenis Drum Mix dengan pengontrolan otomatis.

3. Unit Dryer
Drum dryer berfungsi sebagai pemanas dan pengering agregat. Suhu agregat
dapat mempengaruhi suhu campuran. Drum dryer bergerak berputar dan pada bagian
dalamnya terdapat aliran gas yang berfungsi untuk mengeringkan agregat. Drum
diletakkan miring dengan bagian ujung bawah terdapat pembakaran (burner) drum
untuk pengering agregat.

17
4. Elevator
Material yang sudah di olah dari unit dryer nanti akan di naikan atau diangkat
ke hot bin menggunakan elevator ini.

5. Hot Bin

18
Bin panas atau hot bin adalah
tempat penampungan agregat panas
yang telah lolos dari saringan panas.
Agregat panas yang lolos penyaringan
tersebut akan mengisi tempat masing-
masing sesuai dengan fraksi atau
ukuran agregatnya.

6. Dust Collector
Alat pengumpul debu (dust collector) harus berfungsi sebagai alat pengontrol
polusi udara di lingkungan lokasi AMP (aspal mixing plant).

7. Tangki Aspal

19
8. Lubang Keluarnya Asphalt Concrete pada AMP

20
BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN
A. Persiapan Bahan Baku

Bagan Alur Proses Produksi Aspal Beton


1. Batu Pecah/Agregat

21
Agregat adalah bahan utama yang digunakan untuk lapisan permukaan
perkerasan jalan atau beton, agregat ini diperoleh dari hasil penambangan batu-batuan
pada sungai-sungai yang ada di Desa Wlahar dan daerah lainya, kemudian batu–
batuan tersebut diproses melalui mesin perengkahan Stone Crusher yang
menghasilkan beberap jenis agregat sesuai dengan yang di inginkan. dalam perkerjaan
kosntruksi menurut standar SNI (Satandar Nasional Indonesia) tentang penggunaan
agregat yang diproduksi adalah agregat dengan ukuran 1, 1/2, ¾ inch, dan abu batu
pada umumnya, yang selanjunya disimpan di gudang untuk dijadikan stock dan
sebagian di simpan pada bin-bin penampung bahan baku untuk pembuatan aspal pada
unit AMP (Aspal Mixing Plant).

2 . Bahan Baku Aspal


Aspal ialah bahan baku yang digunakan untuk mengikat antara agregat yang
satu dengan yang lainya atau juga sebagai katalis agar agregat dapat menjadi satu
padu, kuat, keras dan tahan terhadap perubahan cuaca. Jenis aspal yang digunakan
ialah aspal retonai yang diperoleh dari hasil penyulingan minyak bumi. didapat dari
berbagai produsen yang ada di Bandung. Aspal Retona dapat dilihat pada Gambar
dibawah.

3 . Filler
Filler adalah bahan penambah pada proses pencampuran atara agregat dengan
aspal yang berfungsi untuk menutup pori-pori yang ada pada permukaan aspal beton
yang disebabkan karena kurangnya campuran dari gradasi agregat pada unit
timbangan. Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas debu batu kapur (limestone
dust), kapur padam (hydrated lime), semen atau abu terbang yang sumbernya disetujui
oleh Direksi Pekerjaaan. Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas

22
dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI (Standar
Nasional Indonesia) 03-1968-1990 harus mengandung bahan yang lolos ayakan
No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 % terhadap beratnya. Batu kapur (limestone
dust) sebagai filler bahan pengisi pori-pori pada aspal dapat dilihat pada Gambar
berikut:

B. Proses Pencampuran
1. Bin Dingin
Bin dingin (coold bin) adalah bak tempat menampung material agregat dari
tiap-tiap fraksi mulai dari agregat halus sampai agregat kasar yang diperlukan dalam
memproduksi campuran aspal
panas (hot mix). Bagian
pertama dari AMP (Aspal
Mixing Plant) adalah bin
dingin, yaitu tempat
penyimpanan fraksi agregat
kasar, agregat sedang, agregat
halus dan pasir. Bin dingin
harus terdiri dari minimum 3
sampai 5 bak penampung (bin).
Masing-masing bin berisi
agregat dengan gradasi tertentu. Agregat-agregat tersebut harus terpisah satu sama
lain, untuk menjaga keaslian gradasi dari masing masing bin sesuai dengan rencana
campuran kerja (RCK). Untuk memisahkannya, dapat dipasang pelat baja pemisah
antara bin. Dengan demikian maka loader (alat pengangkut) yang digunakan mengisi
masing-masing bin harus mempunyai bak (bucket) yang lebih kecil dari mulut
pemisah masing-masing bin. Jika pemisah tidak ada maka pengisian masing-masing
23
bin tidak boleh berlebih yang dapat berakibat tercampurnya agregat. Bin dingin (cool
bin) yang digunakan dapat dilihat pada Gambar berikut:

2. Proses Pengeringan Agregat Pada Unit Dryer


Agregat yang diperoleh dari hasil penambangan dan telah diproses di unit
stone crusher yang kemudian disimpan pada bin-bin dingin (Cool bin) yang sesuai
dengan ukuran masing-masing selanjutnya disuplai atau diangkut menuju dryer
dengan menggunakan belt conveyor untuk dikeringkan dengan unit dryer tujuannya
untuk menghilangkan kadar air, kadar air harus seminim mungkin karena kalau tidak
akan berpengaruh pada pencampuran aspal nantinya. Proses pengeringan pada dryer
adalah dengan cara membakar agregat di dalam kilen yang berputar dengan suhu ±
1500 C proses pembakaran dengan menggunakan bahan bakar solar lama pembakaran
ini belangsung selama ± 45 detik dengan kapasitas ± 80 ton/jam.
Pada unit pengering (dryer) perlu diperhatikan beberapa faktor agar diperoleh
campuran beraspal yang memenuhi syarat, yaitu antara lain:
- Kalibrasi alat pengukur temperatur dan pemeriksaan temperatur pemanasan.
Perubahan kuantitas agregat yang masuk ke unit pengering akibat dari pengaturan
bukaan bin dingin dapat menyebabkan pemanasan berlebih (jumlah agregat yang
masuk berkurang sementara panas pembakar tetap).
- Pembakaran harus sempurna, hal ini dapat diindikasikan dari warna asap yang
keluar dari cerobong asap adalah putih dan nyala api pembakaran berwarna biru.
Warna asap yang hitam menandakan pembakaran tidak sempurna. Contoh dari
akibat pembakaran yang tidak sempurna adalah, pada saat pengambilan agregat
dari hot bin, agregat terlihat berwarna hitam terselimuti jelaga. Akibat dari hal
tersebut aspal tidak dapat masuk ke pori-pori agregat dan juga tidak dapat melekat
dengan baik ke agregat.
- Kadar air pada agregat harus seminimum mungkin, oleh karena itu dilakukan
pemeriksaan kadar air secara cepat; diambil contoh secukupnya, kemudian
dilewatkan pada cermin yang kering, atau spatula diatas agregat tersebut. Diamati
jumlah kadar air yang mengembun pada permukaan cermin atau spatula. Agregat
yang masih mengandung kadar air akan menghalangi melekatnya aspal ke
agregat, sehingga campuran beraspal berprilaku seolah-olah kelebihan aspal. Unit
dryer yang ada pada PT.Terus Jaya Sentosa dapat dilihat pada Gambar berikut:

24
3. Pengumpul Debu (dust collector)
Alat pengumpul debu (dust collector) harus berfungsi sebagai alat pengontrol polusi
udara di lingkungan lokasi AMP (aspal mixing plant). Gas buang yang keluar dari sistem
pengering ditambah dengan dorongan kipas pengeluar (exhaust fan) akan dialirkan ke
pengumpul debu. Alat pengumpul debu yang tidak berfungsi dengan baik akan menyebabkan
terjadinya polusi udara, dan ini terlihat jelas dari adanya kotoran atau debu di pohon-pohon
atau atap rumah di sekitar lokasi AMP (Aspal Mixing Plant). Pada PT. Terus Jaya Sentosa
yang digunakan adalah sistem pengumpul debu jenis basah (wet scrubber dust collector),
debu yang terbawa gas buangan disemprot dengan air, sehingga partikel berat akan terjatuh
ke bawah dan gas yang telah bersih keluar dari cerobong asap. Partikel berat tersebut
kemudian dialirkan ke bak penampung (bak air). Jika pada bak air penampung terlihat jelaga
yang mengambang dengan jumlah yang cukup banyak, maka hal ini menunjukkan terjadi
pembakaran yang tidak
sempurna pada pengering
(dryer). Untuk mencegah
hal yang tidak diinginkan
maka dilakukan koreksi
atau perbaikan pada

25
pengering (dryer). Gambar Pengumpul debu (dust collector) dapat dilihat pada Gambar
berikut.

4. Proses Pemisahan Agregat Pada Hot Screen


Agregat yang panas yang telah melalui proses pembakaran dari dryer
selanjutnnya di bawa oleh hot elevator menuju ke atas tower untuk di lakukan
pemisahan pada hot screen, peroses pemisahan agregat ini adalah dengan cara
gravitasi agregat dijatuhkan pada ayakan/screen yang dirancang sedikit miring agar
dapat mengayak atau memisahkan agregat sesuai dengan ukurannya masing-
masing. Pada screen dilengkapi alat bantu yaitu vibrator yang berfungsi untuk
menggetarkan ayakan agar terjadi ayakan yang optimal. Agregat yang telah
disaring/dipisahkan berdasarkan ukurannya kemudian masuk pada unit hot bin guna
untuk menampung sementara agregat yang akan masuk pada timbangan.
Pemasangan saringan pada unit ayakan panas harus tidak pada ukuran yang
berdekatan. Contoh susunan ayakan untuk campuran beraspal dengan ukuran butir
agregat maksimum 19 mm adalah:
- Saringan pertama/teratas berukuran 19 mm, butir agregat yang ukurannya lebih
besar (oversize) dibuang ke saluran pembuangan.
- Saringan kedua berukuran 12,5 mm (1/2 inchi). Ukuran butir agregat antara 19
mm sampai 12,5 mm masuk ke bin 1.
- Saringan ketiga berukuran 4,75 mm (No. 4). Ukuran butir agregat antara 9,5
sampai dengan 4,75 mm masuk ke bin 2.
- Saringan keempat berukuran 2,36 mm (No. 8). Ukuran butir agregat antara 4,75
sampai dengan
2,36 mm masuk
ke bin 3.
Sementara agregat
yang lolos
saringan 2,36 mm
masuk ke bin 4.
Alat hot screen dapat
dilihat pada gambar berikut.
26
5. Bin panas (hot binn)
Bin panas (hot bin) dipasang pada AMP (aspal mixing plant) jenis takaran
(batch). Pada AMP (aspal mixing plant) jenis takaran umumnya akan terdapat 4 bin
yang dilengkapi dengan pembatas yang rapat dan kuat dan tidak boleh berlubang serta
mempunyai tinggi yang tepat sehingga mampu menampung agregat panas dalam
berbagai ukuran fraksi yang telah dipisah-pisahkan melalui unit ayakan panas. Pada
bagian bawah dari tiap bin panas harus dipasang saluran pipa untuk membuang
agregat yang berlebih dari tiap bin panas yang dapat dioperasikan secara manual atau
otomatis. Jika agregat halus masih menyisakan kadar air (pengering kurang baik)
setelah pemanasan, maka agregat yang sangat halus (debu) akan menempel dan
menggumpal pada dinding bin panas dan akan jatuh setelah cukup berat. Hal tersebut
dapat menyebabkan perubahan gradasi agregat, yaitu penambahan material yang lolos
saringan No. 2000.

27
6. Timbangan
Timbangan adalah alat yang digunakan untuk menakar/menimbang jumlah
masing-masing agregat sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan, proses
penimbanga dilakukan dengan sistem komputerisasi/otomatis. sebelum timbangan
digunakan timbangan telebih dahulu dikalibrasi agar hasil timbangan dapat akurat
biasanya timbangan dikalibrasi dengan bobot teringanya 10 kg, ini dikarenakan berat
jenis dari agregat yang terlalu tinggi sehingga timbangan tidak akan akurat/ tidak dapat
membaca apabila agregat yang ditimbang di bawah 10 kg.
Faktor-faktor penting pada unit timbangan agregat yang perlu mendapat perhatian
antara lain sebagai berikut:
- Kalibrasi timbangan.
- Weigh box tergantung bebas.
- Kontrol harian terhadap kinerja operator AMP (aspal mixing plant).
Timbangan agregat dapat dilihat pada Gambar berikut.

7. Proses Akhir Mixer


Mixer adalah alat untuk proses pencampuran dimana agregat yang telah
dipanaskan dan telah melalui timbangan ditakar sesuai dengan komposisi yang
diinginkan selanjutnya dituangkan kedalam mixer dengan membuka pintu bin panas
menggunakan sistem hidrolik yang dikendalikan secara otomatis/manual.
Proses pencampuran pada mixer adalah proses pencampuran antara agregat
panas, aspal, dan filler dengan suhu ± 1500 C cara pengadukan dilakukan dengan
memutar poros pengaduk dengan menggunakan motor listrik lama pengadukan antara
30-40 detik pengadukan dengan kapasitas 800 kg/ 30-40 detik setelah itu agregat yang
telah sehomogen mungkin dicampurkan maka akan dituang langsung ke dalam truk
pengankut dengan cara membuka pintu bukaan yang ada pada bagian bawah mixer
dengan control hidrolik. Campuran aspal beton yang telah keluar dari mixer ini

28
bersuhu ± 1500C dan setiap jamnya suhunya akan berkurang ± 2.5 - 50C. Alat mixer
dapat dililat pada Gambar berikut:

8. Tenaga penggerak (genset)


Untuk menjalankan semua bagian-bagian atau komponen-komponen AMP
sumber tenaga utamanya adalah generator set atau genset. Pada umumnya genset ini
diputar oleh mesin diesel. Kekuatan atau kapasitas genset ini berkapasitas 250 KVA
(Kilo Volt Ampere) cukup untuk melayani kebutuhan motor-motor listrik yang
dipakai serta peralatan-peralatan lain yang memakai tenaga listrik dan untuk
penerangan. Semua sambungan-sambungan aliran listrik harus tertutup untuk
mencegah arus pendek serta untuk keamanan lingkungan.

29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut :
1. Asphalt mixing plant/AMP (unit produksi campuran beraspal) adalah seperangkat
peralatan mekanik dan elektronik dimana agregat dipanaskan, dikeringkan dan
dicampur dengan aspal untuk menghasilkan campuran beraspal panas yang memenuhi
persyaratan tertentu.
2. Terdapat perbedaan diantara keempat kategori batu serpih yang diproduksi dari Stone
Cruiser ini,yaitu:
 Ukuran dari Sten Clay sebesar 5 - 7cm
 Ukuran dari Splite sebesar 3- 5cm Ukuran dari Chipping sebesar 1 -3cm
 Ukuran dari Abu Batu sebesar 0.5 -1cm
3. Di Indonesia sebagian besar jenis AMP yang ada adalah dari AMP jenis
takaran.Sementara jenis drum relatif sedikit dengan kapasitas yang kecil.
4. Dengan melakukan survey langsung kelapangan, jadi mengetahui bagaimana proses
pembuatan JMF dengan alat AMP.

30
B. Saran
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan di atas maka diperoleh beberapa saran,yaitu
sebagai berikut :
1. Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar
Campuran beraspal sesuai dengan rumusan campuran kerja dan memenuhi Semua
ketentuan yang disyaratkan. Karena salah satu parameter kekuatan Konstruksi jalan
terletak pada pemilihan yang tepat dari material yang akan Digunakan didalam
suatu rancangan perkerasan jalan.
2. Sebelum diperkenankan untuk menghampar setiap campuran beraspal dalam
Pekerjaan, perlu dilakukan pengujian campuran di laboratorium dengan
Penghamparan pencampuran percobaan yang dibuat di instalasi pencampuran
Aspal.
3. Semua hasil pengujian sesudah pelaksanaan sebaiknya tidak Berbeda jauh dengan
rancangan Job Mix Formula (JMF) yang dibuat.
4. Pengawasan yang baik adalah keberhasilan pelaksanaan agar sesuai dengan
Rancangan.
5. Kepada adik tingkat yang akan melakukan survei untuk pembuatan tugas bahan
perkerasan, bisa datang saja ke PT. Terus Jaya Sentosa, yang berada di wangon.

31
LAMPIRAN

 Dokumentasi

32
DAFTAR PUSTAKA

http://jharwinata.blogspot.com/2016/04/amp-asphalt-mixing-plant.html
https://simantu.pu.go.id/epel/edok/
0b0d6_7._Peralatan_Produksi_Untuk_Pekerjaan_Jalan.pdf
https://docplayer.info/storage/54/34160301/1558514885/LnM_g6Mra01f1HnPkAE7kg/
34160301.pdf
https://docplayer.info/39778409-Bab-iii-proses-produksi-asphalt-mixing-plant.html

33
34

Anda mungkin juga menyukai