KELOMPOK 04:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah kelainan pada sistem perdarahan yang
mengakibatkan naiknya tekanan darah lebih dari normal atau tekanan darah
sistolik lebih dari 140mmHg dan diastolik lebih dari 90mmHg (Sutarga, 2017).
Definisi Hipertensi lain adalah suatu keadaan mendadak yaitu tekanan darah
diatas normal yang mengakibatkan beberapa komplikasi penyakit kronis
(Sutarga, 2017).
Menurut Riskesdas tahun 2018 pravelensi hipertensi mencapai 55,2%
dan merupakan penyakit yang paling banyak diderita lansia usia 55-64 tahun.
Menurut Kemenkes 2019 prevalensi hipertensi pada lansia usia 55-64 tahun Jawa
Barat menempati posisi paling atas yaitu mencapai 21,26%. Sukabumi
menduduki nomer pertama yaitu mencapai 12,53% kemudian Kota Bandung
11,71% dan Kabupaten Bandung 11,54% (sri mulyati rahayu, Nur Intan Hayati,
2020).
Angka kejadian hipertensi di Indonesia cenderung meningkat menurut
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (BalitBanKes) dari hasil Riset
Kesehatan Dasar Riskesdas 2018 mencapai 34,1% yang telah mengalami
kenaikan dari tahun 2013 sebanyak 25,8% (Purwono et al., 2020). Prevalensi
kejadian hipertensi menurut laporan dari Departemen Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2018 provinsi Sumatra Utara menempati posisi paling atas yaitu
mencapai 13,2%, sementara itu provinsi Papua menempati posisi paling bawah
yaitu 4,4% (Purwono et al., 2020).
Cara lain yang dilakukan selain menggunakan obat yaitu dengan
melakukan latihan yang dapat mengurangi tekanan darah tinggi yaitu dengan
teknik relaksasi progresif. Relaksasi progresif adalah cara tehnik relaksasi dengan
menggabungkan latihan tarikk nafas panjang dan bergabagi seri kontraksi otot
tertentu. Relaksasi otot progresif yaitu gerakan menegangkan dan melemaskan
otot-otot dari otot wajah sampai kaki dalam waktu 20 menit, dilakukan seminggu
3x, dilakukan saat pagi dan sore selama 2 minggu berturut-turut. Menurut
penelitian yang dilakukan (sri mulyati rahayu, Nur Intan Hayati, 2020) terdapat
penurunan 21,8mmHg tekanan darah sistolik setelah dilakukan latihan otot
progresif (sri mulyati rahayu, Nur Intan Hayati, 2020).
Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi menurut (Nuraini, 2015) antara
lain:
1. Keturunan
Bagi sesorang yang memiliki riwayat keturunan penderita hipertensi akan
megalami risiko 2x lebih besar dibandingkan sesorang yang tidak
memiliki riwayat keturunan hipertensi.
2. Obesitas
Seseorang yang memiliki berat badan berlebih akan berisiko terjadinya
peningkatan darah pada tubuh karena adanya resistensi insulin dan
hiperinsulinemia.
3. Gender
Prevalensi terjadinya naiknya tekanan darah pada laki-laki sama dengan
perempuan, tetapi pada perempuan yang belum terjadi menopouse
mendapat perlindungan oleh hormon estrogen yang mampu
menumbuhkan kadar HDL.
4. Stress
Pada saat stress hormon adrenalin akan meningkat dan jantung akan
memompa darah dengan cepat.
5. Kurang olahraga
Kurang berolahraga dapat berisiko meningkatkan tekanan darah karena
menyebabkan orang menjadi gemuk dan jantung akan memompa lebih
cepat sehingga otot jantung bekerja lebih kuat
6. Kebiasaan merokok
Merokok dapat menimbulkan peningkatan tekanan darah
Komplikasi yang terjadi pada penderita hipertensi antara lain sebagai
berikut: pertama Mata, pada penderita hipertensi akan mengalami mata
kemerahan bahkan bisa mengalami kebutaan. Kedua Stroke, stroke terjadi karena
perdarahan disebabkan oleh tekanan intra karnial yang meninggi. Ketiga
jantung , serangan jantung terjadi karena terbentuknya trombus yang
menghambat aliran darah sehingga miokardium tidak mendapat suplai oksigen
yang cukup. Keempat ginjal, rusaknya kapiler-kapiler ginjal dan glomelurus
yang akan mengakibatkan nefron terganggu kemudian akan mengakibatkan
kematian ginjal (Nuraini, 2015).
Akibat dari komplikasi tersebut mengakibatkan 9,4 kematian pada
setiap tahunnya. Penyakit stroke merupakan penyebab kematian paling banyak
setiap tahunnya yaitu sebesar 51%, kemudian pada penyakit jantung sebanyak
45%. Pada sistem kardiovaskuler diperkirakan akan menyebakan kematian yang
terus meningkat sebesar 23,3 juta pada tahun 2030 (Zaenurrohmah &
Rachmayanti, 2017).
Peran perawat ialah memberi arahan, melakukan perencanaan,
menyusun pelayanan dari seluruh anggota team kesehatan. Asuhan keperawatan
diberikan kepada pasien di seluruh pelayanan kesehatan dengan menggunakan
proses keperawatan beraal dari pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi. Peran perawat memberi asuhan
keperawatan meliputi tindakan menemani dan membantu pasien untuk
meningkatkan dan memberbaiki mutu kesehatan diri pasien melalui proses
keperawatan (Wahyudi, 2020)
BAB II
KONSEP DASAR
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan ringkasan yang didapatkan dari
pengkajian lansia yang digunakan sebagai penentuan masalah pada
lansia (Çelik et al., 2018).
Berikut ini adalah diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada
pasien hipertensi menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016 :
1. Nyeri akut
Kriteria mayor :
a. Subjektif: merasakan nyeri
b. Objektif : tampak meringis, gelisah, nadi meningkat,
bersikap protektif, kesulitan tidur
Kriteria minor :