Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWATAN GERONTIK

PENYAKIT JANTUNG PADA LANSIA

KELOMPOK 04:

ADONIA ANGGI AYU ELIZABETH TAMNGE


AL-AKBAR
ANDI ZIQRA FAIQAH
ARMAYANI
FAHIRA ARIESMA LA JARIA
GISTI SIMIN
JUNI SULASRI
MELINDA
RUBI ALFARABI LABONE

POLTEKKES KEMENKES KENDARI


JURUSAN D-III KPERAWATAN
KELAS 3C
Daftar Isi
BAB I pendahuluan
a. Latar belakang
b. Rumusan masalah
BAB II Pembahasan
a. Konsep dasar penyakit
b. Asuhan keperawatan pada lansia
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah kelainan pada sistem perdarahan yang
mengakibatkan naiknya tekanan darah lebih dari normal atau tekanan darah
sistolik lebih dari 140mmHg dan diastolik lebih dari 90mmHg (Sutarga, 2017).
Definisi Hipertensi lain adalah suatu keadaan mendadak yaitu tekanan darah
diatas normal yang mengakibatkan beberapa komplikasi penyakit kronis
(Sutarga, 2017).
Menurut Riskesdas tahun 2018 pravelensi hipertensi mencapai 55,2%
dan merupakan penyakit yang paling banyak diderita lansia usia 55-64 tahun.
Menurut Kemenkes 2019 prevalensi hipertensi pada lansia usia 55-64 tahun Jawa
Barat menempati posisi paling atas yaitu mencapai 21,26%. Sukabumi
menduduki nomer pertama yaitu mencapai 12,53% kemudian Kota Bandung
11,71% dan Kabupaten Bandung 11,54% (sri mulyati rahayu, Nur Intan Hayati,
2020).
Angka kejadian hipertensi di Indonesia cenderung meningkat menurut
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (BalitBanKes) dari hasil Riset
Kesehatan Dasar Riskesdas 2018 mencapai 34,1% yang telah mengalami
kenaikan dari tahun 2013 sebanyak 25,8% (Purwono et al., 2020). Prevalensi
kejadian hipertensi menurut laporan dari Departemen Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2018 provinsi Sumatra Utara menempati posisi paling atas yaitu
mencapai 13,2%, sementara itu provinsi Papua menempati posisi paling bawah
yaitu 4,4% (Purwono et al., 2020).
Cara lain yang dilakukan selain menggunakan obat yaitu dengan
melakukan latihan yang dapat mengurangi tekanan darah tinggi yaitu dengan
teknik relaksasi progresif. Relaksasi progresif adalah cara tehnik relaksasi dengan
menggabungkan latihan tarikk nafas panjang dan bergabagi seri kontraksi otot
tertentu. Relaksasi otot progresif yaitu gerakan menegangkan dan melemaskan
otot-otot dari otot wajah sampai kaki dalam waktu 20 menit, dilakukan seminggu
3x, dilakukan saat pagi dan sore selama 2 minggu berturut-turut. Menurut
penelitian yang dilakukan (sri mulyati rahayu, Nur Intan Hayati, 2020) terdapat
penurunan 21,8mmHg tekanan darah sistolik setelah dilakukan latihan otot
progresif (sri mulyati rahayu, Nur Intan Hayati, 2020).
Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi menurut (Nuraini, 2015) antara
lain:
1. Keturunan
Bagi sesorang yang memiliki riwayat keturunan penderita hipertensi akan
megalami risiko 2x lebih besar dibandingkan sesorang yang tidak
memiliki riwayat keturunan hipertensi.
2. Obesitas
Seseorang yang memiliki berat badan berlebih akan berisiko terjadinya
peningkatan darah pada tubuh karena adanya resistensi insulin dan
hiperinsulinemia.
3. Gender
Prevalensi terjadinya naiknya tekanan darah pada laki-laki sama dengan
perempuan, tetapi pada perempuan yang belum terjadi menopouse
mendapat perlindungan oleh hormon estrogen yang mampu
menumbuhkan kadar HDL.
4. Stress
Pada saat stress hormon adrenalin akan meningkat dan jantung akan
memompa darah dengan cepat.
5. Kurang olahraga
Kurang berolahraga dapat berisiko meningkatkan tekanan darah karena
menyebabkan orang menjadi gemuk dan jantung akan memompa lebih
cepat sehingga otot jantung bekerja lebih kuat
6. Kebiasaan merokok
Merokok dapat menimbulkan peningkatan tekanan darah
Komplikasi yang terjadi pada penderita hipertensi antara lain sebagai
berikut: pertama Mata, pada penderita hipertensi akan mengalami mata
kemerahan bahkan bisa mengalami kebutaan. Kedua Stroke, stroke terjadi karena
perdarahan disebabkan oleh tekanan intra karnial yang meninggi. Ketiga
jantung , serangan jantung terjadi karena terbentuknya trombus yang
menghambat aliran darah sehingga miokardium tidak mendapat suplai oksigen
yang cukup. Keempat ginjal, rusaknya kapiler-kapiler ginjal dan glomelurus
yang akan mengakibatkan nefron terganggu kemudian akan mengakibatkan
kematian ginjal (Nuraini, 2015).
Akibat dari komplikasi tersebut mengakibatkan 9,4 kematian pada
setiap tahunnya. Penyakit stroke merupakan penyebab kematian paling banyak
setiap tahunnya yaitu sebesar 51%, kemudian pada penyakit jantung sebanyak
45%. Pada sistem kardiovaskuler diperkirakan akan menyebakan kematian yang
terus meningkat sebesar 23,3 juta pada tahun 2030 (Zaenurrohmah &
Rachmayanti, 2017).
Peran perawat ialah memberi arahan, melakukan perencanaan,
menyusun pelayanan dari seluruh anggota team kesehatan. Asuhan keperawatan
diberikan kepada pasien di seluruh pelayanan kesehatan dengan menggunakan
proses keperawatan beraal dari pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi. Peran perawat memberi asuhan
keperawatan meliputi tindakan menemani dan membantu pasien untuk
meningkatkan dan memberbaiki mutu kesehatan diri pasien melalui proses
keperawatan (Wahyudi, 2020)
BAB II

KONSEP DASAR

A. Konsep Dasar Gerontik


1. Pengertian Lansia
Menurut WHO lansia adalah setiap orang yang sudah berusia diatas 60
tahun. Lansia merupakan sekumpulan manusia yang memasuki tingkat akhir
kehidupan, sekelompok manusia ini akan memasuki suatu proses yaitu
aging process atau proses penuaan. Dengan meningkatnya usia maka
manusia akan mengalami beberapa perubahan antara lain perubahan struktur
dan fungsi sel, jaringan serta sistem organ. Perubahan itu akan mengarah
pada kemunduduran fisik dan psikis yang kemudian akan mempengaruhi
kebutuhan ekonomi dan sosial lansia (Tristanto, 2020).
2. Aging Proses
Menurut (Pangkahila, 2013) Proses penuaan adalah suatu hal yang
pasti dialami oleh manusia karena hal tersebut sudah kehendak Allah SWT
dan manusia tidak mampu mencegahnya. Terdapat 4 teori penuaan antara
lain:
a. “Wear and Tear” Theory
Teori ini mengatakan bahwa organ akan mengalami kerusakan
apabila digunakan secara berlebih dan membuatnya akan semakin
rusak dan tidka mampu diperbaiki.
b. The Neuroendocrinology Theory
Ketidakcukupan memproduksi hormon karena fungsinya yang
berlebih kemudian hormone didalam tubuh akan berkurang dan
mengalami proses penuaan. Meskipun mekanisme umpan balik
hipotalamus-hipofise dan organ sasaran masih bekerja namun
mereka bekerja secara berlebih makan mereka tidak bisa
mengimbangi dan terjadilah proses penuaan.
c. The Genetic Control Theory
Kontrol genetik mengatur sama dengan yang sudah diatur di DNA
manusia, namun seiring dengan berkembangnya ilmu kedokteran
khususnya di bidang kedokteran anti penuaan telah ditelusuri
untuk memutus rantai dari DNA untuk mencegah penuaan dan
memperbaiki DNA.
d. The Free Radical Theory
Radikal bebas merupakan salah satu unsur yang paling cepat
dalam proses penuaan sehingga harus dihindari.
3. Penurunan Fungsi Pada Lansia
Menurut (Damanik & Hasian, 2019) penurunan fungsi lansia antara lain:
a. Sistem pengindraan
Pada lansia akan terjadi penurunan pendengaran, penurunan daya
ingat dan suara yang kurang jelas hall ini diasanya tejadi pada
usia 60 tahun keatas.
b. Sistem integumen
Pada lansia akan terjadi perubahan bentuk kulit yaitu kulit
kendor, tidak elastis, terjadi penyusutan jaringan otot dan syaraf.
Kulit menjadi tipis dan kering, kulit kering karena adanya atropi
glandula sbasea dan glandula sudoritoria serta timbul pigmen
berwarna coklat yang disebut dengan liver spot.
c. Sistem muskuloskeletal
Jaringan pendukung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot
dan sendi terjadi penurunan. Jaringan pendukung dan jaringan
pengikat menjadi tidak tersusun. Kartilago, jaringan kartilago di
persendian menjadi rapuh sehingga mengalami pertumbuhan
jaringan baru akibatnya permukaan sendi menjadi datar.
Kemampuan kartilago untuk generasi baru menurun dan generasi
sebelumnya menjadi ke arah progresif, akibatnya kartilago pada
persendian menjadi sensitif pada pergesekan. Tulang, kepadatan
tulang berkurang sehingga mengakibatkan osteoforosis yang
akan menimbulkan nyeri, deformitas dan fraktur. Otot, ukuran
dan jumlah serabut otot berkurang, jaringan penghubung dan
jaringan lemak meningkat yang akan menimbulkan efek
samping. Sendi, terjadi penurunan elastisitas pada tendon,
ligamen dan fasia.
d. Sistem kardiovaskuler
Pada sistem kardiovaskuler akan terjadi penumpukan lipofisin
yang akan menimbulkan massa jantung meningkat, terjadinya
hipertropi pada ventrikel kiri yang akan menimbulkan penurunan
pada peregangan jantung, hal tersebut terjadi dikarenahkan
jaringan ikat berubah.
e. Sistem respirasi
Adanya perubahan pada jaringan ikat paru sehingga
menimbulkan volume cadangan paru meningkat dan
mengakibatkan berkurangnya udara didalam paru-paru. Adanya
perubahan otot, kartilago sendi dan thorax menyebabkan
pernafasan terhalang dan peregangan thorax menurun.
f. Sistem pencernaan dan metabolisme
Terjadinya penurunan produksi yang disebabkan oleh
berkurangnya gigi dan indra pengecap.
g. Sistem perkemihan
Terjadinya kemunduran pada setiap fungsi seperti laju filtrasi,
ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
h. Sistem saraf
Terjadinya peningkatan perubahan anatomi dan antropi dalam
selaput saraf lansia, sehingga menimbulkan koordinasi menurun
dan melakukan aktifitas sehari-hari berkurang
i. Sistem reproduksi
Terjadi pengecilan ovary dan uterus. Terjadinya atrofi pada
payudara. Pada laki laki terjadinya penurunan produksi
spermatozoa oleh testis.
Selain perubahan pada fisik terjadi perubahan fungsi kognitif juga pada
lansia antara lain:
a. Daya ingat
b. Kecerdasan
c. Kemampuan belajar
d. Kemampuan penafsiran
e. Penyelesaian persoalan
f. Mengambil putusan
g. Kebijaksanaan
h. Cara kerja
i. Motivasi
4. Penyakit Yang Terjadi Pada Lansia
Menurut (Gustina, 2016) penyakit yang sering muncul pada lanjut
usia antara lain:
a. Hipertensi
Tekanan darah di atas
140/90mmHg. Tanda dan gejala:
1) Sesak nafas
2) Pandangan kabur
3) Sulit tidur
4) Tengkuk terasa berat
5) Pusing
Komplikasi:
1) Gagal ginjal
2) Gagal jantung
3) Stroke
4) Gangguan penglihatan
b. Diabetes militus
Naiknya kadar gula dalam tubuh lebih dari 200mg/dl
Tanda dan gejala:
1) Mudah haus
2) Cepat lelah
3) Berat badan menurun
4) Sering kencing
5) Penyembuhan luka yang
lambat Komplikasi:
1) Gangguan penglihatan
2) Penyakit kulit
3) Penyakit jantung
4) Penyakit ginjal
5) Gangguan pada gigi
c. Penyakit Paru-paru Obstruktif Kronis(PPOK)

Penyakit paru-paru menahun ditandai dengan terdapat hambatan


pada saluran pernafasan yang semakin lama akan semakin parah
hingga sulit untuk disembuhan.
Tanda dan gejala:
1) Terdapat bunyi nafas tambahan
2) Sesak nafas
3) Batuk berdahak kronis
4) Mudah lelah
d. Stroke
Kurangnya suplai oksigen didalam otak yang disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah dalalm otak yang akan mengakibatkan
kerusakan jaringan otak.
Tanda dan gejala:
1) Gangguan berbicara
2) Penurunan kesadaran
3) Gangguan penglihatan
4) Gangguan menelan
e. Penyakit Jantung Koroner(PJK)
Penyempitan jatung yang terjadi karena penyempitan pembuluh
darah koroner yang mengakibatkan serangan jantung.
Tanda dan gejala:
1) Nyeri pada bagian tubuh atas sebelah kiri
2) Nyeri ulu hati
3) Sesak nafas
4) Keringat dingin
f. Osteoforosis
Berkurangnya fungsi tulang sehingga tulang tidak mampu
menahan terhadap benturan sehingga tulang menjadi mudah
patah.
Tanda dan gejala:
1) Mudah jatuh
2) Gangguan pada pergerakan
3) Tulang terasa nyeri
4) Membungkuk
g. Pikun (Demensia)
Terjadi penurunan pada daya ingat, kemampuan berbahasa,
perubahan perilaku dan gangguan fungsi otak lainnya yang
semakin lama akan semakin memburuk sehingga akan
mengganggu aktfitas sehari-hari.
Tanda dan gejala:
1) Mudah lupa terhadap hal baru
2) Salah mengenal sesuatu
3) Kesulitan merangkai kata
4) Mudah marah
5) Sering bertanya
h. Menopouse
Tidak terjadinya mentruasi secara menetap minimal 1
tahun. Tanda dan gejala:
1) Menstruasi berhenti
2) Takikardi
3) Selera makan berubah
4) Sulit tidur
5) Pusing
6) Berkurangnya lendir pada vagina
5. Konsep Askep Pada Lansia
a. Pengkajian
Menurut (Çelik et al., 2018) pengkajian keperawatan pada
lansia yaitu suatu tindakan untuk mendapatkan data dengan tujuan
untuk mengetahui penyakit, diagnosa keperwatan serta kebutuhan
promkes pada lanjut usia.
Data yang harus dikaji antara lain:
1) Perubahan fisik
Melalui wawancara
a) Pengetahuan lansia mengenai kesehatan
b) Kegiatan yang masih bisa dilakukan pada lansia
c) Kebiasaan menjaga kesehatan
d) Kekuatan fisik pada lansia
e) Kebiasaan untuk membugarkan badan
f) Perubahan fungsi tubuh
g) Cara lansia menjaga kesehatan
Pengkajian fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
a) Pengkajian sistem persyarafan
b) Mata
c) Pendengaran
d) Sistem kardiovaskuler
e) Sistem gastrointestinal
f) Sistem genitourinarius
g) Sistem integumen
h) Sistem muskuloskeletal
Pengkajian nyeri menurut (Khoirunnisa et al., 2015) , ada 2
cara untuk membantu mengetahui penyebab nyeri yaitu
pengkajian nyeri tunggal dan multidimensi.
a) Pengkajian nyeri tunggal
(1) Visual Analog Scale
(2) Verbal Rating Scale
(3) Numeric Rating ScaleWong Baker Pain Rating
Scale
b) Multidimensi
(1) Mcgill Questionnaire
(2) The Brief Pain Inventory
(3) Memorial Pain Assesment Card
Evaluasi nyeri menggunakan PQRST
P: Penyebab nyeri/paliatif
Q: Kualitas nyeri/Quality
R: Lokasi nyeri/Regio
S: Tingkat nyeri
T: Waktu lamanya nyeri
2) Perubahan psikologis
a) Bagaimana respon lansia terhadap aging process
b) Apakah lansia merasa dibutuhkan atau tidak
c) Sikap lansia dalam melihat kehidupan
d) Cara lansia mengatasi stress
e) Apakah lansia mudah beradaptasi
f) Apakah lansia banyak mengalami ketidakberhasilan
g) Apa yang diharapkan lansia dalam waktu dekat
dan dalam waktu pajang
h) Fungsi kognitif lansia
3) Perubahan sosial ekonomi
a) Sumber penghasilan lansia
b) Apa yang dilakukan lansia saat waktu kosong
c) Dengan siapa dia tinggal
d) Kegiatan organisasi yang diikuti lansia
e) Pandangan terhadap lingkungan sekitar
f) Seberapa banyak lansia mengikuti kegiatan diluar
rumah
g) Orang yang mengunjungi lansia
h) Ketergantungan yang dialami lansia
i) Penyaluran hobi pada lansia
4) Perubahan spiritual
a) Bagaimana lansia dalam melakukan ibadah sesuai
agama yang dianutnya
b) Bagaiman lansia dalam melakukan kegiatan
keagamaan
c) Bagaimana penyelesaian lansia saat ada masalah
d) Apakah lansia teguh dan
sabar Pengkajian Khusus Pada Lansia
a) Pengajian status fungsional dengan pemeriksaan index katz
Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, minum, berpindah,
ke kamar mandi, berpakaian, dan mandi
B Kemandirian dalam melakukan kegiatan sehari-hari
kecuali salah satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam melakukan kegiatan sehari hari
kecuali makan, dan salah satu fungsi lainnya
D Kemandirian dalam melakukan kegiatan sehari-hari
kecuali makan, minum, dan salah satu fungsi
lainnya
E Kemandirian dalam melakukan kegiatan sehari hari
kecuali makan, minum, berpindah dan salah satu
fungsi lainnya
F Kemandirian dalam melakukan kegiatan sehari-hari
kecuali makan, minum, berpindah, ke kamar mandi
dan salah satu fungsi lainnya
G Ketergantungan seluruhnya yaitu: makan, minum,
berpindah, ke kamar mandi, berpakaian, dan mandi.
Index katz: Untuk mengetahui kondisi kesehatan lansia

b) Pengkajian status kognitif SPMSQ (Short Portable Mental Status


Questionaire) adalah penilaian fungsi intelektual lansia

No Pertanyaan Benar Salah


1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa tempat ini?
4 Dimana alamat anda?
5 Berapa umur anda?
6 Kapan anda lahir? (Minimal tahun)
7 Siapa presiden indonesia sekarang?
8 Siapa presiden indonesia sebelumnya?
9 Siapa nama ibu anda?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
setiap angka baru, lakukan secara menurun

b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan ringkasan yang didapatkan dari
pengkajian lansia yang digunakan sebagai penentuan masalah pada
lansia (Çelik et al., 2018).
Berikut ini adalah diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada
pasien hipertensi menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016 :
1. Nyeri akut
Kriteria mayor :
a. Subjektif: merasakan nyeri
b. Objektif : tampak meringis, gelisah, nadi meningkat,
bersikap protektif, kesulitan tidur

Kriteria minor :

a. Subjektif: tidak ada


b. Objektif : tekanan darah naik, perubahan pernafasan,
perubahan pola makan, gangguan dalam berfikir,
berfokus pada diri sendiri, menarik diri
2. Intoleransi aktivitas
Kriteria mayor :
a. Subjektif: mengeluh lelah
b. Objektif : peningkatan frekuensi jantung >20% dan
kondisi istirahat
Kriteria minor :
a. Subjektif: dispnea saat/setelah aktifitas, merasa tidak
nyaman saat melakukan aktifitas, merasa lelah
b. Objektif : tekanan darah berubah > 20% dari kondisi
istirahat, gambaran EKG menunjukkan aritmia, gambaran
EKG menunjukkan iskemia, sianosis
3. Gangguan pola
tidur Kriteria mayor
a. Subjektif : mengeluh kesulitan tidur, sering terjaga, tidak
cukup tidur, kebiasaan tidur berubah, istirahat tidak
cukup
b. Objektif : tidak ada
Kriteria minor
a. Subjektif: merasakan kemampuan beraktifitas menurun
b. Objektif : tidak tersedia
4. Perfusi perifer tidak efektif
Kriteria mayor :
a. Subjektif : tidak ada
b. Objektif : nadi perifer menurun/tidak ada, pengisian
kapiler >3detik, akral dingin, warna kulit tidak segar,
penurunan turgor kulit
Kriteria minor :
a. Subjektif: parastesia, nyeri ekstermitas
b. Objektif : pembengkakan, penyembuhan luka lama, bruid
femoralis
5. Hipervolemia
Kriteria mayor:
a. Subjektif: ortopnea, dispnea, PND (paroximal nocturnal
dyspnea)
b. Objektif : edema anasarka, edema perifer, BB meningkat,
JVP dan CPV meningkat, reflek hepatojugular positif
Kriteria minor :
a. Subjektif: tidak ada
b. Objektif : suara nafas tambahan, distensi vena jugularis,
hepatomegali, intage lebih banyak dari output, kadar
Hb/Ht mneingkat, kongesti paru
c. Intervensi
Intervensi keperawatan merupakan langkah ketiga dalam pembuatan
asuhan keperawatan. Intervensi adalah rencana tindakan keperawatan
yang akan dilakukan guna meminimalkan permasalahan pada lansia
(Çelik et al., 2018).
Intervensi keperawatan sesuai diagnosa keperawatan diatas menurut
Tim Pokja DPP PPNI 2016 yaitu :
1. Nyeri akut
Intervensi :
a. Identifikasi tempat, karakteristik nyeri, waktu, frekuensi,
intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi faktor yang menambah dan mengurangi nyeri
d. Berikan terapi non farmakologis guna mengurnagi nyeri
yang dirasakan
e. Kolaborasi pemberian analgetik
2. Intoleransi aktifitas
Intervensi :
a. Monitor keletihan fisik dan emosi
b. Monitor pola dan waktu tidur
c. Berikan aktifitas distraksi yang menyenangkan
d. Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
e. Anjurkan tirah baring
3. Gangguan pola
tidur Intervensi :
a. Identifikasi pola dan aktifitas tidur
b. Identifikasi faktor yang mengganggu tidur
c. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
d. Anjurkan untuk tidak makan atau minum yang bisa
menjadi penghalang tidur
4. Perfusi perifer tidak efektif
Intervensi :
a. Monitor TTV
b. Identifikasi penyebab perubahan TTV
c. Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
d. Jelaskan tujuan dan prosedur interval
5. Hipervolemia
Intervensi :
a. Periksa tanda gejala hipervolemia
b. Monitor intake output cairan
c. Batasi asupan cairan dan garam
d. Monitor efek samping deuretik
e. Kolaborasi pemberian deuretik
d. Implementasi
Tindakan keperawatan merupakan langkah ke empat dalam pemberian
asuhan keperawatan. Tindakan keperawatan yaitu tindakan yang
langsung dilakukan kepada lansia untuk mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan. Pada langkah berikut seorang perawat harus mengetahui
hal-hal dalam melakukan tindakan keperawatan antara lain bahaya
yang akan terjadi pada lansia, cara berkomunikasi pada lansia, paham
terhadap tindakan yang akan dilakukan selain itu perawat juga harus
memahami perkembangan lansia (Çelik et al., 2018).
e. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan penilaian dari intervensi dan
implementasi untuk memenuhi kebutuhna lansia (Çelik et al.,
2018).
6. Konsep Penatalaksanaan
Menurut (Damanik & Hasian, 2019) penatalaksanaan keperawatan
merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan dengan melakukan
implementasi keperawatan. Dalam tahap ini ada beberapa intervensi. Dalam
tahap ini perawat harus mengetahui beberap hal antara lain: ancaman fisik
dan perlindungan terhadap lanjut usia, cara berkomunikasi, kemampuan
dalam melakukan tindakan, pengetahuan mengenai hak lanjut usia, serta
paham terhadap peningkatan perkembangan lanjut usia. Penatalaksanaan ini
ditunjukkan guna memaksimalkan keadaan lanjut usia supaya lebih mandiri
dan produktif.
Strategi mempertahankan kebutuhan aktifitas pada lansia antara lain:
a. Beraktifitas fisik
Berjalan, menyapu, mencuci, masak,dll
b. Berolahraga
Aktifitas fisik yang tersusun serta menyertakan pergerakan tubuh
secara berulang yang berfungsi untuk kesehatan fisik
c. Melakukan senam aerobik
Olahraga yang berfungsi untuk kerja jantung dan paru untuk
meningkatkan kebutuhan oksigen. Contoh: berjalan, berenang,
bersepada, senam. Olahraga ini membutuhkan waktu 30 menit
dilakukan 5x dalam seminggu (intensitas sedang), 20 menit
dilakukan
3 kali dalam seminngu (intensitas tinggi). Kombinasi 20 menit
intensitas rendah dan tinggi dilakukan selama 2 hari dalam
seminngu.
d. Latihan penguatan otot
Latihan dilakukan agar otot bisa membentuk kekuatan guna
menggerakkan serta menahan beban seperti menahan gaya gravitasi.
e. Fleksibilitas dan latihan keseimbangan
Aktifitas guna menegakkan rentan gerak sendi (ROM) bertujuan
untuk melakukan kegiatan setiap harinya
f. Terapi Aktivitas Kelompok
Ada 2 jenis terapi aktivitas kelompok yaitu stimulasi sensori(Musik)
dan stimulasi persepsi.
g. Orientasi realitas
Lansia diorientasikan dengan realitas yang terjadi disekeliling klien
antara lain: orientasi manusia, waktu, tempat, benda yang ada
disekitar klien.
h. Sosialisasi
Klien dilatih untuk melakukan sosialisasi interpersonal, kelompok,
massa dengan individu di lingkungan klien.(Lara, 2022)
Daftar pustaka
Lara. (2022). No Title2005–2003 ,8.5.2017 ,‫ הארץ‬.‫הכי קשה לראות את מה שבאמת לנגד העינים‬.
www.aging-us.com

Anda mungkin juga menyukai