Anda di halaman 1dari 38

BAB 7

Teori Ikatan dan


Interaksi Intermolekul
Struktur molekul
• Molekul yang terdiri dari 3 atau lebih atom dapat memiliki bentuk molekul yang berbeda.
• Bentuk molekul ditentukan berdasarkan jumlah domain elektron yang terkoneksi pada
atom pusat.
• Ada dua tipe domain elektron:
1. Domain ikatan, yaitu pasangan elektron yang terlibat dalam pembentukan ikatan
antara dua atom. Semua elektron dalam ikatan tunggal, ikatan rangkap 2 dan 3
dianggap domain elektron yang sama
2. Domain non ikatan, yaitu pasangan elektron yang tidak digunakan dalam
pembentukan ikatan.

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 2
Teori VSEPR
• Muatan negatif dari elektron menimbulkan gaya tolak menolak yang kuat antar elektron.

• Teori VSEPR menerangkan bahwa bentuk molekul paling stabil adalah bentuk molekul
dengan energi potensial tolakan antar domain elektron paling rendah.

• Untuk mencapai energi potensial rendah, maka domain elektron harus disusun saling
berjauhan. Susunan ini menciptakan 5 bentuk geometri dasar dari molekul.

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 3
Lima bentuk dasar domain elektron

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 4
Efek pasangan elektron ikatan

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 5
Geometri molekul

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 6
Bentuk molekul dan kepolaran
Bila bentuk molekul diketahui, kepolaran dapat diperkirakan dengan menentukan resultan
total momen dipol pada ikatan kimia dalam molekul.

Molekul simetris bersifat non-polar

Momen dipol pada molekul simetris saling meniadakan, sehingga resultannya adalah nol.
Oleh karena itu, molekul simetri bersifat nonpolar.

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 7
Bentuk molekul dan kepolaran
Molekul simteris tanpa pasangan Molekul simteris dengan pasangan
elektron non ikatan elektron non ikatan

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 8
Bentuk molekul dan kepolaran
Molekul asimetris bersifat polar

Momen dipol pada molekul asimetris tidak saling meniadakan, sehingga resultannya
adalah tidak nol. Oleh karena itu, molekul asimetri bersifat polar.

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 9
Teori ikatan valensi H2 dan F2
Menurut teori ikatan valensi, ikatan kovalen terbentuk dari hasil tumpang tindih (overlap)
orbital-orbital atom pada kulit valensi.

Molekul terbentuk dari tumpang suh orbital dari setiap atom H, sedangkan molekul
terbentuk dari orbital yang saling sumpang tindih.

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 10
Teori ikatan valensi HF dan H2S
Molekul HF terbentuk dari tumpang tindih orbital dari H dan dari F.

• Molekul terbentuk dari hasil tumpangsuh dua


orbital 1s dari H dengan orbital dari S.

• Sudut ikatan yang tebentuk dari tumpangsuh


ini adalah 90o cukup dekat dengan hasil
pengukuran eksperimen 92o.

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 11
Kesulitan penerapan teori ikatan valensi pada CH4
Konfigurasi elektron C: 1s2 2s2 2p2 dan H: 1s1

• Pada karbon semua orbital memiliki elektron yang berpasangan, kecuali 2 elektron pada
orbital 2p yang ada pada posisi 90o, sehingga diramalkan hasil tumpeng tindih dua orbital
pada H dengan orbital 2p pada C akan menghasilkan sudut ikatan 90o.

• Agar 4 H terikat pada C, maka 1 elektron pada orbital 2s dipromosikan ke orbital 2p,
sehingga saat ini ada 4 orbital dengan elektron yang tidak berpasangan, yaitu 1 orbital 2s
dan 3 orbital 2p. Hal ini menyebabkan atom H tidak terikat pada orbital yang sama.

• Fakta eksperimen, metana, CH4 memiliki empat ikatan C-H dengan energi ikatan yang
sama dan berdasarkan pada teori VSEPR bentuk molekul CH4 adalah tetrahedral dengan
sudut ikatan H-C-H adalah 109,5o.

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 12
Hibridisasi
• Hibridisasi adalah peleburan orbital atom pada kulit valensi dengan tujuan untuk
mendapatkan tumpang tindih maksimum dan sudut ikatan yang lebih realistis.

• Ketika orbital s dan p saling melebur


akan terbentuk orbital baru yang
disebut sebagai orbital hibrida.

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 13
Pembentukan ikatan pada orbital sp
• Be memiliki konfigurasi elektron 1s2 2s2 dimana
elektron hanya mengisi orbital s. Orbital 2p masih
kosong.

• Pada pembentukan molekul BeH2, atom pusat Be


harus memiliki dua elektron tidak berpasangan untuk
dapat mebentuk ikatan kovalen dengan H. Hal ini
dilakukan dengan mempromosikan 1 elektron pada
orbital 2s ke orbital 2p.

• Agar terbentuk ikatan yang ekivalen, maka orbital 2s


dan 2p melebur membentuk dua orbital hibrida sp,
dengan cara ini elektron 1s pada H akan tumpang
tindih pada orbital yang sama.

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 14
Pembentukan orbital hibrida sp 3

1. Promosi elektron 3. Kombinasi orbital hibrida:

2. Hibridisasi

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 15
Tabel orbital hibrida

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 16
Hibridisasi molekul yang memiliki pasangan
elektron non-ikatan
Molekul Orbital Hibrida Geometri Sudut Ikatan
CH4 Sp3 Tetrahedral 109,5o
NH3 ? ? 107o
H2O ? ? 104,5o

• Sudut ikatan pada NH3 dan H2O menyarankan bahwa kedua molekul menggunakan
orbital hibrida sp3.

• Namun, tidak semua orbital hibrida digunakan oleh elektron ikatan, sebagian diisi oleh
pasangan elektron non-ikatan.

• Pasangan elektron non-ikatan harus selalu dihitung untuk menentukan geometri.

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 17
Hibridisasi dalam molekul NH3

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 18
Hibridisasi dalam molekul H2O

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 19
Ikatan rangkap dua dan tiga
• Menurut teori VSEPR, ikatan rangkap dua dan tiga tidak mempengaruhi geometri.
• Ikatan kovalen tambahan pada ikatan rangkap dua dan tiga tidak ada dalam orbital hibrida,
karena setiap orbital hibrida maksimum hanya menampung dua elektron.
• Pada ikatan rangkap ada dua tipe ikatan, yaitu:
1. Ikatan sigam (𝜎) yang menerangkan ikatan pertama.
2. Ikatan pi (π) yang menerangkan ikatan kedua dan ketiga.

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 20
Ikatan sigma (𝜎)

• Terbentuk dari tumpang tindih orbital yang saling berhadapan dalam satu sumbu (head to
head).
• Awan elektron terkonsentrasi di antara dua inti.

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 21
Ikatan pi (π)

• Terbentuk dari tumpang tindih sejajar (side by side) dua orbital p yang tidak terhibridisasi.
• Kerapatan elektron terbagi menjadi dua daerah yang terletak pada posisi berlawanan dan
mengapit ikatan sigma (𝜎).

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 22
Ikatan pada etena (C2H4)
Setiap karbon pada terhibridisasi Ikatan sigma
dan menyisakan satu orbital p yang tidak
terhibridisasi

Ikatan terdiri dari: Ikatan pi


• satu ikatan (𝜎)
• satu ikatan (π)

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 23
Ikatan pada formaldehid (CH2O)

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 24
Ikatan pada etuna
• Setiap karbon terhibridisasi sp menyisakan
dua orbital, yaitu Px dan Py yang tidak
terhibridisasi.

• Ikatan terdiri dari:


• satu ikatan 𝜎
• dua ikatan π

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 25
Interaksi intermolekul
• Interaksi intermolekul dapat menghasilkan gaya tarik-menarik atau tolak-menolak
bergantung pada keadaan muatan molekul yang berinteraksi.

• Gaya tarik-menarik akan mendekatkan jarak antar molekul, semakin kuat gaya tariknya
semakin besar kemungkinan molekul beragregat membentuk cairan dan padatan.

• Kekuatan gaya tarik intermolekul dapat dikendalikan dengan mengatur kandungan energi
termal dalam sistem.
Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 26
Kekuatan relatif gaya intra dan inter molekul

Ikatan kovalen dalam molekul kuat Bekerja antar molekul lemah


ΔHikatanH−Cl = 431 kJ/mol ΔHpenguapanH−Cl = 16 kJ/mol

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 27
Tipe interaksi intermolekul
Tipe Interaksi Energi (kJ/mol) Spesi yang Berinteraksi
Ion-Ion 400 ‒ 4000 Ion
Ion-Dipol 40 ‒ 600 Ion dan molekul polar
Ikatan Hidrogen 10 ‒ 40 H-X (X = N, O, F)
Dipol-Dipol 5 ‒ 25 Dua molekul polar
London 0,05 ‒ 40 Semua jenis molekul

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 28
Dipol
• Merupakan ikatan kovalen yang dibentuk oleh pasangan atom dengan keelektronegatifan
berbeda.

• Senyawa polar adalah molekul dengan resultan momen dipol tidak sama dengan nol
dengan kata lain vektor momen dipolnya tidak saling meniadakan. Efeknya molekul polar
merupakan suatu dimana kutub negatif merupakan bagian dengan kerapatan elektron lebih
tinggi dibanding bagian lain (kutub positif).

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 29
Interaksi dipol-dipol
Merupakan interaksi yang bergantung pada orientasi dari dipol-dipol.

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 30
Interaksi dipol-dipol khusus: ikatan hidrogen
• Merupakan tipe interaksi dipol-dipol
khusus yang sangat kuat. Kekuatan
interaksinya sekitar ikatan kovalen.

• Melibatkan interaksi atom H yang terikat


pada atom yang memiliki
keelektronegatifan tinggi, yaitu N, O, dan
F, dengan atom N, O, dan F dari molekul
yang sama maupun berbeda.

Contoh:
N−H, O−H, dan F−H

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 31
Interaksi dipol-dipol khusus: ikatan hidrogen

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 32
Gaya dispersi London
• Ketika atom/molekul saling berdekatan, elektron valensinya akan mengalami interaksi tolak
menolak dan menyebabkan awan elektron mengalami distorsi dan polarisasi membentuk.
Interaksi tarik-menarik antar dipol sesaat ini dikenal sebagai gaya dispersi London.

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 33
Gaya dispersi London
Gaya dispersi London bergantung pada mudah tidaknya awan elektron suatu atom/molekul
dipolarisasi membentuk dipol. Hal ini berhubungan dengan faktor:
1. Polarisabilitas bergantung pada ukuran awan elektron, semakin besar semakin mudah
dipolarisasi.

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 34
Efek polarisabilitas pada titik didih
• Molekul yang lebih besar memiliki gaya London lebih kuat sehingga memiliki titik didih
lebih tinggi.
Titik Didih Senyawa Halogen dan Gas Mulia
Golongan 7A Titik Didih (oC) Golongan 8A Titik Didih (oC)
F2 -188,1 He -268,9
Cl2 -34,6 Ne -245,9
Br2 58,8 Ar -185,7
I2 184,4 Kr -152,3
Xe -107,1
Rn -61,8

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 35
Gaya dispersi London
2. Semakin makin banyak titik kontak semakin mudah dipolarisasi. Oleh karena itu bentuk
molekul mempengaruhi kekuatan gaya London.

• Struktur yang kompak dan memanjang memiliki jumlah kontak lebih banyak dibanding yang
bercabang.

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 36
Interaksi ion dipol
• Interaksi ion dipol merupakan interaksi lebih kuat dibanding interaksi dipol-dipol, karena
ion memiliki muatan penuh sedangkan dipol hanya muatan parsial.

Sumber: Brady, James E., Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014. Chemistry: The Molecular Nature of Matter, 7th Edition. New York: Wiley. MDS’21 37
Terima Kasih
Referensi utama: Brady, James E.,
Jespersen, Neil D., Hyslop, A. 2014.
Chemistry: The Molecular Nature of
Matter, 7th Edition. New York:
Wiley.

Anda mungkin juga menyukai