Anda di halaman 1dari 40

PERAN GURU DALAM MENGATASI

TINDAKAN PERUNDUNGAN PADA SEKOLAH RAMAH ANAK


DI SDN BREBES 01

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mengikuti Seminar Proposal

Disusun oleh:

DWI RISKA YUNITA


NIM 86206200018

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHADI SETIABUDI BREBES
2024
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PERAN GURU DALAM MENGATASI TINDAKAN PERUNDUNGAN
PADA SEKOLAH RAMAH ANAK
DI SDN BREBES 01

DWI RISKA YUNITA


NIM 86206200018

Proposal skripsi ini ditulis untuk mengikuti seminar proposal

Menyetujui untuk diajukan pada ujian seminar proposal skripsi

Pembimbing 1 Pembimbing II

Muamar, M.Pd.I. Dr. Moh. Toharudin, S.Pd.I,M.Pd.


NIDN. 063006810 NIDN. 0630068101

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

A. LATAR BELAKANG MASALAH......................................................... 1

B. IDENTIFIKASI MASALAH ................................................................... 7

C. RUMUSAN MASALAH ....................................................................... 10

D. TUJUAN PENELITIAN ........................................................................ 11

E. MANFAAT PENELITIAN .................................................................... 11

F. KERANGKA TEORITIS ...................................................................... 12

G. PENELITIAN RELEVAN ..................................................................... 20

H. KERANGKA BERPIKIR ...................................................................... 29

I. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN .............................................. 30

J. PENDEKATAN PENELITIAN ............................................................ 30

K. SUMBER DATA PENELITIAN ........................................................... 32

L. FOKUS PENELITIAN .......................................................................... 33

M. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ..................................................... 31

N. KEABSAHAN DATA ........................................................................... 32

O. TEKNIK ANALISIS DATA ................................................................. 36

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 40

iii
DAFTAR TABEL

TABEL WAKTU PENELITIAN


TABEL FOKUS DAN INDIKATOR

iv
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR LOKASI PENELITIAN

v
PERAN GURU DALAM MENGATASI TINDAKAN PERUNDUNGAN
PADA SEKOLAH RAMAH ANAK
DI SDN BREBES 01

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang berupaya menyelenggarakan
seluruh proses pembelajaran secara optimal dan bermutu untuk menjadikan peserta
didiknya cerdas, terampil, dan berakhlak mulia. Sekolah didirikan oleh negara dan
swasta, dan tujuannya adalah untuk mengajar, membimbing, dan melatih peserta didik
melalui bimbingan guru atau pendidik (Yamada, 2022).
Setiap manusia membutuhkan sebuah pendidikan. Pendidikan merupakan bagian
dari kehidupan manusia, demikian juga dengan Bangsa Indonesia yang mempunyai
tujuan demi terciptanya masyarakat yang lebih baik. Pendidikan merupakan proses
perubahan sikap dan tingkah laku seseorang dalam mendewasakan manusia melalui
proses pengajaran dan pelatihan (Adinda, 2024).
Pendidikan perlu diprogramkan dengan terencana agar tujuan pendidikan dapat
tercapai secara maksimal. Program pendidikan merupakan seluruh kegiatan yang
dilakukan perencanaan secara baik, melibatkan semua aspek kemudian dilaksanakan
pada dunia pendidikan seperti di sekolah. Program pendidikan ini dilaksanakan oleh
pihak sekolah melalui kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah. Dalam pembelajaran
dan yang sering berinteraksi dengan siswa, guru berperan penting dalam pelaksanaan
program pendidikan ini. (Junindra, 2022).
Guru merupakan tenaga profesional yang bertanggung jawab dengan sungguh-
sungguh untuk mendidik dan mengajarkan anak didik dengan pengalaman yang
dimilikinya, baik dalam wadah formal. Dengan upaya ini maka anak didik bisa
menjadi orang yang cerdas dan beretika tinggi. Guru sebagai komponen yang
bertanggung jawab dalam proses dan misi pendidikan secara umum serta proses
pembelajaran secara khusus, sangat rentan dengan berbagai persoalan yang mungkin
muncul apabila rencana awal proses pembelajaran ini tidak direncanakan secara
matang dan bijak, hal ini akan berimplikasi pada gagalnya proses pembelajaran. Sejak
awal guru harus mampu berperan sebagai pelaku pengelolaan kelas, sekaligus sebagai
evaluator dalam proses. Efektifitas dan mutu dalam proses pembelajaran haruslah
mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang ditetapkan.

6
Hal ini tentu akan menimbulkan masalah dalam proses pendidikan secara umum
maupun dalam proses pembelajaran secara khusus (Basri, 2021).
Perlu kerja sama antara semua pihak termasuk guru sebagai pelaksana
pembelajaran termasuk pendidikan karakter bagi siswa. Pendidikan karakter
merupakan proses pengubahan sifat, akhlak, budi pekerti, mental, dan jiwa orang atau
dari beberapa orang agar berkembang lebih dewasa (Ranam, 2024). Dengan adanya
pendidikan karakter maka siswa tidak hanya cerdas pengetahuan tetapi akan menjadi
cerdas emosionalnya. Sehingga ketika adanya permasalahan dapat diselesaikan
dengan bijaksana tanpa menyakiti dirinya ataupun orang lain.
Pada kurikulum 2013, terdapat 18 pendidikan karakter diantaranya nilai
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasaingin
tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial dan tanggung jawab (Faidin, 2019).
Melalui lembaga pendidikan seperti sekolah, dimana dapat memberikan
perkembangan kepribadian manusia dengan mengarahkan peserta didik menuju
pribadi yang baik, maka diberikannya pendidikan yang merupakan usaha sadar untuk
meningkatkan kualitas pada seseorang. Tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan
dan mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didik. Hal ini sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun
2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu sebagai berikut “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan pembentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi pesera didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.”

7
Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik di bidang ilmu pengetahuan saja namun diharapkan dapat membentuk peserta
didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan upaya
melakukan pendidikan di sekolah ditentukan beraneka macam aspek pendukung yang
salah satunya merupakan keadaan di dalam ruangan maupun di lingkungan sekolah
yang kondusif untuk peserta didik, baik kondusif secara fisik atau non fisik.
Sekolah juga bertujuan untuk memfasilitasi segala sesuatu yang berkaitan dengan
proses perkembangan peserta didik. Menurut Herianto (2020) mengemukakan sekolah
yang nyaman memiliki prinsip yaitu bebas dari kekerasan, memiliki kedamaian, rukun
serta aman. Hal ini dipertegas dalam Pasal 54 Undang-Undang Perlindungan Anak,
yang menyatakan bahwa “Anak di dalam dan lingkungan sekolah wajib dilindungi dari
tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temanya
di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya.”
Namun pada kenyataanya di lingkungan sekolah masih banyak peserta didik yang
kurang optimal dalam perkembangannya. Salah satu kasus yang saat ini sedang marak
terjadi di dunia pendidikan yaitu tentang kasus kekerasan di sekolah atau disebut
dengan perundungan.
Menurut Nurhayati (2022), terdapat tiga unsur tenaga utama yang dimiliki sistem
pendidikan di sekolah dasar yaitu tenaga pengajar, tenaga pembimbing, dan tenaga
administrasi. Tetapi pada umumnya sekolah dasar tidak memiliki tenaga pembimbing
atau guru BK, maka guru kelas harus mengambil peran tersebut dan membekali diri
dengan pengetahuan tentang membimbing siswa. Batubara (2022) mengatakan bahwa
salah satu tugas guru di sekolah dasar ialah konselor, dimana sosok guru mampu
memberikan nasihat ataupun pelayanan kepada peserta didik yang memiliki masalah
dalam belajar maupun dalam kehidupan sehari - hari.
Usaha membimbing peserta didik di sekolah untuk memberikan arahan, panduan,
nasihat berupa nilai-nilai positif yang bertujuan untuk menuntun kearah yang lebih
baik dan memberikan layanan bimbingan kepada siswa yang memiliki perilaku
menyimpang di sekolah. Salah satu perilaku yang menyimpang dilakukan adalah
tindakan perundungan.
Tindakan perundungan adalah perilaku kekerasan yang dilakukan individu
biasanya remaja yang sedang dalam masa pencarian jati dirinya. Mereka melakukan
perundungan karena haus akan kehormatan. Perundungan terjadi dipengaruhi oleh
agresivitas remaja yang berlebihan, yang tidak dapat menempatkan dirinya.
Perundungan berkaitan dengan konsep diri remaja. Oleh karena itu, sangat penting

8
memberikan dukungan sosial kepada korban perundungan, yaitu tidak mengabaikan
korban, memperlakukannya sebagai sahabat, dengan kasih sayang serta perhatian
(Aziziyah, 2023).
Perundungan merupakan perilaku negatif yang dilakukan oleh seseorang kepada
orang lain secara berulang-ulang dengan tujuan untuk menyakiti perasaan psikis orang
tersebut. Perundungan dapat berbentuk seperti pemukulan, penindasan, penghinaan
dan tidak dianggap sebagai bagian dari suatu kelompok. (Hendri, 2020) menemukan
bahwa siapapun bisa menjadi pelaku perundungan di sekolah, baik teman kelas, senior
ataupun guru itu sendiri. Lokasi kejadiannya pun bias di dalam kelas, di luar kelas, di
sudut-sudut gedung sekolah atau di luar area sekolah yang kurang terawasi.
Sebagai korban perundungan, anak mengalami dampak yang dapat membuatnya
merasa tidak aman dan menarik diri dari lingkungan sosial, serta sangat kesal/tertolak
terhadap si pelaku intimidasi, namun terkadang bukan sebagai pelaku intimidasi.
menyadari bahwa tindakannya salah. Dan dapat merugikan orang lain dan dirinya
sendiri jika perilaku tersebut merugikan dan mengarah pada pelanggaran hak asasi
manusia (Victoria, 2018:3).
Perundungan di sekolah merupakan suatu kegiatan dimana korbannya merasa
terisolasi, sedih, tertekan, tidak bahagia. Korban mempunyai pengaruh sosial yang
buruk terhadap dirinya, sehingga mempengaruhi mentalnya. Oleh karena itu, sangat
penting untuk memberikan dukungan sosial kepada korban bullying, yaitu dengan
tidak menghindar dari korban, menawarkan sikap peduli, kasih sayang, perhatian
sebagai sahabat (Riani, 2021: 29).
Kejadian Perundungan yang fatal sudah sering terjadi di berbagai sekolah
Indonesia. Kasus perundungan terbaru terjadi di Gresik, Jawa Timur. Dimana seorang
siswi kelas 2 SD mengalami buta permanen pada mata kanannya akibat diduga
ditusuk oleh kakak kelasnya. Peristiwa yang menimpa siswi kelas 2 SD berinisial SAH
di Menganti, Gresik, Jawa Timur, terjadi pada 7 Agustus lalu (Jemmi
Purwodian/DetikJatim, 21 September 2023).
Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan, peneliti menemukan kasus
perundungan yang terjadi di Sekolah Dasar. Dari pengamatan peneliti, peneliti
menemukan adanya perilaku perundungan yang berawal dari aksi jahil peserta didik
yang mengganggu korban dengan ledekan atau kata-kata kasar yang akhirnya terjadi
perkelahian.
Maraknya kasus perundungan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah saat ini
dianggap sangat memprihatinkan bagi pendidik dan orang tua. Sekolah yang

9
seharusnya menjadi tempat bagi anak menimba ilmu serta membantu membentuk
karakter pribadi yang positif ternyata malah menjadi tempat tumbuh suburnya
praktek tindakan perundungan, sehingga sangat membuat ketakutan pada anak
untuk memasukinya. Menurut Wiyanti (2017: 63) perundungan adalah sebuah isu
yang tidak semestinya dianggap sebelah mata dan diremehkan, bahkan disangkal
keberadaannya. Peserta didik yang menjadi korban perundungan akan
menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan berbagai cara untuk menghindari
gangguan di sekolah sehingga mereka hanya memiliki sedikit energi untuk belajar.
Tindakan dari perundungan ini kurang begitu diperhatikan, karena dianggap tidak
memiliki pengaruh yang besar terhadap peserta didik. Hal tersebut tidak bisa dianggap
normal karena peserta didik tidak dapat belajar dengan baik apabila berada dalam
keadaan tertekan, terancam. Penulis dapat menyimpulkan bahwa perundungan adalah
sikap agresif yang bersifat negatif kepada seseorang atau sekelompok yang dilakukan
secara berulang dengan sengaja.
Korban perundungan sebaiknya bertindak lebih tegas agar pelaku perundungan
tidak terus menerus melakukan perundungan yakni, bertindak percaya diri, menjauhi
pelaku intimidasi dan selalu bersikap tenang. Hal ini membuat pelaku intimidasi menjadi
malas untuk menindas korbannya, karena pelaku intimidasi tidak mendapatkan respon
yang diharapkan dari korbannya (Budhi, 2018: 38).
Namun dampak jangka panjangnya adalah korban mengalami trauma yang tidak
henti-hentinya menggerogoti pikirannya, selalu berpikiran negatif terhadap teman
baru, sulit mempercayai orang baru, dan sebagainya. Dari data penelitian (Borualogo,
2019).
Kekerasan di sekolah saat ini membuat sebagian besar orang tua khawatir
terhadap anaknya di sekolah. Untuk itulah didirikan Sekolah Ramah Anak (SRA).
Tujuan sekolah ramah anak adalah untuk mencegah meningkatnya tindakan
Perundungan di sekolah. Jika pencegahan tidak dilakukan, maka perundungan akan
terus terjadi. Kontrol sekolah, seperti halnya kontrol guru, sangatlah penting.
Sekolah ramah anak adalah suatu entitas pendidikan yang dapat menjamin,
menerapkan dan menghormati hak-hak anak dan melindungi anak dari kekerasan,
diskriminasi dan kegiatan atau perlakuan tidak biasa lainnya, serta mendukung
partisipasi anak dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran dan mekanisme
pengaduan. Deputi, Hak Asasi Manusia dan Anak, 2014). Sekolah ramah anak
merupakan program yang menjamin hak anak atas kenyamanan, keamanan, dan
kebebasan berekspresi di sekolah.

10
Pembelajaran ramah anak bertujuan untuk memberikan motivasi kepada peserta
didik, belajar menggunakan media yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik,
menerapkan metode pembelajaran yang melibatkan peserta didik, memberikan contoh
nyata yang diketahui peserta didik. Sedangkan nilai-nilai karakter yang diberikan
kepada peserta didik berupa perlakuan yang adil, penerapan norma agama, norma
sosial dan budaya lokal, kasih sayang, dan saling menghormati(Toharudin,
Florentinus, T. S., Ekosiswoyo, & Sutarto, 2018). Sebagaimana yang telah dijelaskan
dalam Undang-Undang KPPPA Nomor 11 Tahun 2011 tentang Kebijakan
Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak.
Sekolah ramah anak adalah satuan pendidikan formal, nonformal, dan informal
yang aman, sehat, bersih, peduli terhadap kerusakan lingkungan hidup, mampu
menjamin, melaksanakan, menghormati hak-hak anak dan melindungi anak dari
kekerasan dan pelanggaran lainnya, serta mendukung penuh peserta didik.
SD Negeri 01 Brebes juga telah menerapkan sekolah ramah anak sejak tahun 2017
yang bertujuan agar siswa merasa aman dan nyaman di sekolah. Dalam hal ini sekolah
memberikan kebebasan berpendapat kepada siswa, lebih menghormati hak-hak siswa,
siswa mendapat perlindungan ketika terjadi kekerasan, mereka juga berdiskusi di kelas
dan di sekolah tentang bagaimana menjadi siswa yang baik, agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan di sekolah. Hal-hal tersebut juga dijelaskan dan ditekankan
dalam slogan sekolah dan peraturan perundang- undangan yang ditetapkan di setiap
kelas.
Guru di sekolah hendaknya menginformasikan dan mendorong siswa tentang
pentingnya menghilangkan dan mengatasi perundungan di sekolah. Menurut Teza
(2022) Peran guru sebagai pembimbing sangat penting dalam mengatasi perilaku
perundungan karena guru adalah pribadi yang memiliki otoritas dan dijadikan teladan.
Sebagai pembimbing, guru menaruh perhatian secara holistis terhadap hal- hal yang
bisa dilakukan yakni memberikan nasihat, menjadi teladan, dan menanamkan
pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang dimaksud adalah kondisi siswa terkait
masalah emosional, fisik, maupun mental, yang diperlengkapi agar menjadi pribadi-
pribadi yang dewasa dan siap untuk menjadi anggota komunitas yang mampu
beradaptasi dengan lingkungan. Dengan membimbing para siswa melalui teladan yakni
mencontohkan pola interaksi yang ramah dan santun kepada siswa, sesama guru,
maupun semua orang, yang disertai pemberian motivasi, serta nasihat yang berulang-
ulang, maka respon yang muncul berupa perbaikan sikap yang berdampak pada
menurunnya perilaku perundungan yang terjadi di kelas. Proses pembimbingan

11
membutuhkan waktu dan harus secara terus menerus dilakukan guna respon dan hasil
yang baik.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Peran Guru Dalam Mengatasi Tindakan Perundungan pada
Sekolah Ramah Anak di SDN Brebes 01”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat diidentifikasi
permasalahan di SDN Brebes 01 sebagai berikut:
1. Ditemukan tindakan perundungan yang biasa terjadi pada saat jam istirahat.
2. Kurangnya pemahaman pada peserta didik tentang perundungan.
3. Kurangnya pengawasan dari guru kelas dalam mengatasi perundungan.

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini:
1. Bagaimanakah program sekolah dalam mengatasi perundungan yang terjadi di
lingkungan SDN Brebebs 01?
2. Bagaimanakah upaya guru dalam mengatasi tindakan perundungan di SDN Brebes
01?
3. Bagaimanakah penyebab dari adanya perundungan di SDN Brebes 01?

D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian
untuk mendeskripsikan:
1. Mendeskripsikan program sekolah dalam mengatasi perundungan yang terjadi di
lingkungan SDN Brebebs 01.
2. Mendeskripsikan upaya guru dalam mengatasi tindakan perundungan di SDN
Brebes 01.
3. Mendeskripsikan penyebab dari adanya tindakan perundungan di SDN Brebes 01.

12
E. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis maupun praktis. Secara
teoritis, penelitian ini diharapkan dapat:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tentang perundungan.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refrensi bagi penelitian yang
selanjutnya.
2. Manfaat praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan guna
antara lain:
a. Bagi Siswa
Penelitian ini dapat mengatasi tindakan perundungan dan meningkatkan motivasi
siswa agar tidak melakukan tindakan Perundungan di lingkungan sekolah.
b. Bagi Guru
Memberikan informasi kepada guru mengenai berbagai tindakan perundungan yang
terjadi baik di dalam kelas ataupun dilingkungan sekolah, agar guru dapat
menganalisis berbagai kemungkinan solusi untuk mengatasi terjadinya tindakan
menyimpang peserta didik tersebut.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan umum tentang
perundungan di sekolah dasar sehingga dapat dijadikan pedoman guru lain untuk dapat
memberikan petunjuk cara mengatasi dan penanganan yang baik terhadap kasus
perundungan.

F. Kerangka Teoritis
1. Peran Guru di Sekolah
Guru adalah orang yang berperan penting dalam memajukan pendidikan di
indonesia (Suhendri, M. D., Syahfitri, D., & Mchtar, 2022). Guru sangat berjasa
dalam dunia pendidikan. Peran guru mulai dari mendidik, mengajar dan melatih
peserta didik sehingga tujuan pendidikan tercapai secara maksimal. Banyak sekali
pendapat terkait dengan peran guru di sekolah.

13
Peran guru yang ideal itu ialah adanya kesadarandan tanggap pada perubahan
zaman, selalu upgrade ilmu secara berkesinambingan. Sebagai guru yang professional
mampu mengelola dirinya dalam melaksanakan tugas-tugas nya sehari-hari.
Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional dikatakan pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualitas
sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang ssesuai dengan kekhusussanya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan (Tanjung, 2018).
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 tahun 2005 guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Aminullah,
2021). Menurut Sistem Pendidikan Nasional (2003) pasal 39 tentang sisdiknas
mengemukakan bahwa pendidik adalah tenaga yang profesional tugasnya
merencanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan
melatih, meneliti dan mengabdi pada masyarakat.
Guru memiliki peran yang beragam dan sering kita lihat dalam proses
pembelajaran. Menurut Ki Hajar Dewantara guru memiliki peran Ing ngarso
sungtuladhayang artinya jika berada di depan dapat menjadi contoh Ing madya
mangun karsa artinya jika berada ditengah maka dapat membangkitkan hasrat dan
semangat untuk belajar dan tut wuri handayani artinya jika berada dibelakang dapat
memberi dorongan ( Musanna, 2017).
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa peran guru di
sekolah dasar sangat penting mulai dari perencanaan pembelajaran (membuat
perangkat pembelajaran, mengembangkan bahan ajar), pelaksanaan pembelaajaran
(mengelola kelas, memberikan contoh teladan yang baik, memberi dorongan dan
membangkitkan semangat maupun munat untuk belajar) dan melakukan evaluasi dan
tindak lanjut.

14
2. Perundungan (Bullying)
a. Pengertian Perundungan (Bullying)
Perundungan yang diartikan juga bullying adalah sebuah situasi di mana
terjadinya penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang
ataupun kelompok. Pihak yang kuat disini tidak hanya berarti kuat dalam ukuran fisik,
tapi bisa juga kuat secara mental. Dalam hal ini sang korban perundungan tidak mampu
membela atau mempertahaankan dirinya karena lemah secara fisik dan mental, yang
perlu diperhatikan adalah bukan sekedar tindakan yang dilakukan, tetapi dampak
tindakan tersebut bagi korban. Misal seorang siswa mendorong bahu temannya dengan
kasar.
Bila yang didorong merasa terintimidasi, apalagi bila tindakan tersebut dilakukan
berulang - ulang, maka tindakan perundungan telah terjadi. Bila siswa yang didorong
tidak merasa takut atau terintimidasi, maka tindakan tersebut belum dikatakan
perundungan.
Perundungan adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan dengan cara
melukai secara fisik, verbal atau emosional/psikologis oleh seseorang atau kelompok
yang merasa lebih kuat kepada korban yang secara fisik atau mental lemah berulang
kali tanpa perlawanan untuk membuat korban menderita. (Widya, 2020).
Menurut Indriyani (2019: 12-13) perundungan akan selalu melibatkan adanya
ketidakseimbangan kekuatan, niat untuk mencederai, ancaman agresif dan terror.
perundungan merupakan tindakan atau serangan yang diberikan dari pelaku terhadap
korban yang dilakukan secara terus menerus dan kapanpun tanpa ada perlawanan dari
korban, bukan hanya yang menjadi korban dan pelaku saja tetapi yang melihatnya akan
mendapatkan dampaknya.
b. Bentuk Perundungan
Salah satu bentuk fenomena yang menyita perhatian di dunia pendidikan zaman
sekarang adalah banyaknya tindakan kasus perundungan yang dilakukan oleh peserta
didik. Maraknya aksi-aksi tawuran dan kekerasan yang semakin banyak menghiasi
deretan berita di dunia pendidikan. Menurut Indriyani (2019) bentuk perundungan
dibagi menjadi empat jenis yaitu perundungan verbal, perundungan fisik, perundungan
hubungan sosial dan elektronik. Berikut penjelasannya.

15
1). Perundungan verbal merupakan bentuk penindasan yang paling umum digunakan,
baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Kekerasan verbal mudah dilakukan
dan dapat bisikkan dihadapan orang dewasa serta teman sebaya, tanpa terdeteksi.
Penindasan verbal dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam dan
pertanyaan- pertanyaan yang bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual.
2). Perundungan fisik merupakan penindasan yang melibatkan kontak fisik seperti
memukul, menendang, meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi yang
menyakitkan dan menghancurkan barang milik orang yang tertindas.
3). Perundungan hubungan sosial pelemahan harga diri korban penindasan secara
sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran anak yang
digunjingkan. Penindasa relasional ini dapat digunakan untuk menolak seorang teman
atau secara sengaja ditujukan untuk merusak persahabatan.
4). Perundungan elektronik merupakan bentuk tindakan perundungan menggunakan
beberapa sarana elektronik dan fasilitas internet seperti handphone, komputer,
kamera dan website atau situs jejaring sosial lainnya. Hal tersebut ditujukan untuk
meneror korban perundungan dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar video
atau film yang sifatnya mengintimidasi, mengucilkan, menyudutkan dan menyakiti.
Perundungan sangat mudah ditemui dan terjadi dimana saja, di mana terjadi
interaksi sosial manusia seperti: sekolah, tempat kerja dan internet. Salah satu
fenomena yang menyita perhatian di dunia pendidikan zaman sekarang adalah
tindakan perundungan di sekolah, baik yang dilakukan oleh guru terhadap siswa,
maupun oleh siswa terhdap lainnya.
Menurut Amaliyah (2023) mendefinisikan bahwa perundungan merupakan
segala bentuk tindakan penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja
oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang
lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus. Adapun
dalam konteks sekolah atau perundungan secara khusus memiliki pengertian perilaku
agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seseorang atau sekelompok peserta didik
yang memiliki kekuasaan terhadap peserta didik lain yang lebih lemah, dengan tujuan
menyakiti orang tersebut.
Tindakan perundungan tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Akar masalahnya
harus segera ditemukan untuk dijadikan solusi dalam rangka mencari pemecahan
masalah. Menerapkan gagasan sekolah ramah anak dapat dijadikan sebagai obat
mujarab agar perilaku tindakan perundungan dapat berkurang bahkan dapat
dihilangkan. Hal ini karena sekolah ramah anak dapat menyiapkan generasi yang

16
cerdas nalar, cerdas emosional, cerdas spiritual, bukan menciptakan manusia yang
kerdil, pasif, dan tidak mampu mengatasi persoalan yang dihadapi. Menurut Zulyan
(2021) sekolah ramah anak merupakan sekolah yang damai, yaitu sekolah yang
kondusif bagi proses belajar mengajar yang memberikan jaminan suasana kenyamanan
dan keamanan pada setiap komponen di sekolah karena adanya kasih sayang,
perhatian, kepercayaan, dan kebersamaan.
a. Bentuk - Bentuk Tindakan Perundungan
Menurut Dewi (2020) Bentuk-bentuk perilaku perundungan yang terjadi mulai
dari lingkungan pergaulan hingga di lingkungan sekolah sangat beragam. Bentuk-
bentuk tindakan perundungan dapat dilakukan secara langsung yang berupa
perundungan verbal yang meliputi mengejek, mencela, menyindir, dan menyebarkan
gossip. Perundungan fisik seperti memukul, menendang, mencubit, dan menjegal.
Perilaku yang non verbal atau tidak langsung contohnya mengancam, dan menunjukkan
sikap yang janggal atau tidak seperti biasanya, melarang orang lain masuk dalam
kelompok, memanipulasi hubungan persahabatan.
Perundungan identik dengan kekerasan yang merupakan ancaman serius
terhadap perkembangan anak dan dapat terwujud dalam suatu bentuk gangguan
perilaku yang serius seperti perilaku anti sosial.
Menururt Aisyah (2019) menunjukkan beberapa bentuk perilaku Perundungan
diantaranya; 1) Bentuk fisik dari perilaku perundungan antara lain memegang bahu
teman, memukul dan menginjak kaki; 2) Perundungan verbal adalah dengan cara
memanggil dengan nama panggilan atau gelar, meminjam dengan paksa, memanggil
nama orang tua. Penyebab perundungan terjadi akibat pengaruh negatif dari
lingkungan rumah yang terbawa hingga lingkungan sekolah, peserta didik merasa
berkuasa dan ditakuti di kelas, siswa merasa iri dengan peserta didik lain, dan
kurangnya empati terhadap peserta didik tertentu atau berkebutuhan khusus (Mayasari
et al., 2019).
Menurut Mayasari (2019) penyebab perundungan terjadi akibat pengaruh negatif
dari lingkungan rumah yang terbawa hingga lingkungan sekolah, siswa merasa
berkuasa dan ditakuti di kelas, siswa merasa iri dengan siswa lain, dan kurangnya
empati terhadap siswa tertentu atau berkebutuhan khusus. Penyebab terbesar
bersumber dari faktor keluarga, dimana anak akan berperilaku layaknya sama seperti
ketika ia diperlakukan ketika berada di lingkungan keluarganya yang menerapkan pola
asuh kurang baik, penyebab lainnya muncul dari pengaruh media khususnya

17
penggunaan gadget tanpa diawasi oleh orang dewasa sehingga anak dengan bebasnya
mengakses situs kekerasan, dan juga tayangan televisi yang dengan bebas
menayangkan film-film aksi kekerasan
b. Faktor - Faktor Penyebab Perilaku Perundungan
Menurut Sinaga (2023 ) penyebab terjadinya Perundungan antara lain:
1. Faktor Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama anak-anak mendapatkan pendidikan dan
pengajaran, serta kasih sayang melalui kehangatan keluarga yang diberikan oleh ayah
dan ibu nya sebagai kedua orang tua. Namun, kehangatan keluarga yang diharapkan
tidak didapatkan sepenuhnya oleh anak pada masa pertumbuhan dan
perkembangannya. Kehangatan keluarga tidak dapat dirasakan oleh anak dikarenakan
orang tua yang tidak perduli dengan perkembangan anaknya, orang tua yang selalu
bertengkar atau cekcok dirumah hingga bertindak kekerasan secara fisik, bahkan
hingga kedua orang tua yang bercerai. Hal ini lah yang mengakibatkan anak
mempelajari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh orang tuanya dan menganggap hal
tersebut benar, apalagi tidak adanya edukasi dan pengwasan yang dilakukan oleh
kedua orang tuanya akan ketidakbenaran tindakan yang disaksikan oleh anaknya dan
tidak layak untuk ditiru. Dari hal ini, anak-anak akan melakukan perilaku perundungan
dengan ruang lingkup yang sempit terdahulu seperti, kepada adik nya sendiri, teman-
temanya dirumah atau tetangganya.
2. Faktor Teman Sebaya
Teman sebaya menjadi salah satu faktor penyebab perilaku perundungan pada
anak remaja. Pengaruh teman sebaya dalam perilaku sosial anak remaja sangat besar.
Para kumpulan anak remaja akan kerap ikut-ikutan dengan perilaku yang sering ada
dalam kumpulan tersebut, sehingga perilaku perundungan yang terjadi dapat ditiru
melalui teman sebaya.
3. Faktor Media Sosial
Pada era perkembangan teknologi, media sosial memiliki pengaruh yang sangat
besar dalam perilaku manusia. Pada era kini, masyarakat dapat terpengaruh dengan
konten-konten viral terkini yang kerap diikuti atau yang sering disebut dengan tren.
Tren merupakan sesuatu kebiasaaan populer, terbaru, dan banyak diikuti oleh para
pengguna media sosial. Melalui kebiasaan ini sering sekali banyak pengguna media
sosial yang melakukan perundungan kepada orang lain melalui kolom komentar atau
sebagainya dengan cara menghina atau menjelekkan fisik maupun konten orang lain.
Hal ini menjadi sesuatu yang diikuti oleh pengguna- pengguna lain dan sering terjadi

18
di media sosial.
4. Faktor Lingkungan
Lingkungan sekitar juga sangat mempengaruhi bagaiaman perilaku seorang
anak, begitu pula dalam perilaku perundungan. Lingkungan yang dimaksud dapat
berupa lingkungan masyarakat, lingkungan bermain dan lingkungan sekolah. Perilaku
perundungan dapat disebabkan melalui lingkungan-lingkungan yang ada disekitar kita,
sering sekali anak remaja mengikuti perilaku sosial yang terjadi disekitar nya berupa
perilaku yang baik maupun yang buruk seperti perundungan.

3. Sekolah Ramah Anak


Sekolah Ramah Anak (SRA) merupakan satuan pendidikan, formal, non formal,
dan informal yang aman, bersih, dan sehat, peduli, dan berbudaya lingkungan hidup,
mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak anak dan perlindungan anak dari
kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya, serta mendukung partisipasi
anak terutama dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawasan, dan
mekanisme pengaduan terkait pemenuhan hak dan perlindungan anak di pendidikan.
Dengan kata lain Sekolah Ramah Anak dikembangkan dengan tujuan untuk menekan
angka kekerasan terhadap anak sehingga lembaga pendidikan menjadi tempat yang
aman dan nyaman baginya (Dewi, 2023).
Sekolah Ramah Anak adalah sekolah yang secara sadar berupaya menjamin dan
memenuhi hak-hak anak dalam setiap aspek kehidupan secara terencana dan
bertanggung jawab. Prinsip utama adalah non diskriminasi kepentingan, hak hidup
serta penghargaan terhadap anak. Sebagaimana tertuang dalam pasal 4 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, menyebutkan bahwa anak
mempunyai hak untuk dapat hidup tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
wajar sesuai harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.
Aspek yang harus diperhatikan dalam sekolah ramah anak seperti yang
dituliskan pada buku panduan Sekolah Ramah Anak (SRA) terdapat 6 komponen,
salah satunya adalah sarana dan prasarana di sekolah. Sarana prasarana di sekolah turut
memperlancar kegiatan belajar yang nyaman. Oleh karena itu dibutuhkan suatu desain
yang sesuai dengan standar Sekolah Ramah Anak yang telah ditetapkan untuk
menciptakan sebuah lingkungan yang aman bagi anak.

19
Menurut Firman (2018) menyebutkan bahwa penyelenggaraan sekolah ramah
anak didasarkan pada prinsip-prinsip: 1) tanpa kekerasan; 2) nondiskriminasi yaitu
menjamin kesempatan setiap anak dan warga sekolah untuk menikmati hak anak untuk
pendidikan tanpa diskriminasi berdasarkan disabilitas, gender, suku bangsa, agama,
dan latar belakang orangtua; 3) kepentingan terbaik bagi anak; 4) hidup, kelangsungan
hidup, dan perkembangan yaitu menciptakan lingkugan yang menghormati martabat
anak dan menjamin perkembangan holistik dan terintegrasi setiap anak; 5)
penghormatan terhadap pandangan anak; dan 6) pengelolaan yang baik yaitu menjamin
transparansi, akuntabilitas, partisipasi, keterbukaan informasi, dan supremasi hukum.
Sekolah ramah anak ini bisa terwujud apabila pemangku kepentingan
pendidikan bahu-membahu melakukan penguatan lingkungan sekolah dan lingkungan
kelas yang dapat memengaruhi rasa aman serta nyaman. Peserta didik dan pendidik
membangun suasana pembelajaran yang kondusif, menyenangkan, menantang
terwujudnya suasana belajar yang memotivasi, menginspirasi peserta didik untuk
belajar sepanjang hayat. SDN Brebes 01 berusaha mewujudkan sekolah berkarakter dan
ramah anak, yang bertujuan melahirkan prestasi yang gemilang dan merealisasikan
lingkungan sekolah yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
Berkarakter disini maksudnya adalah membentuk karakter peserta didik sesuai dengan
landasan agama.
Sekolah Ramah Anak (SRA) yang dimaksud adalah mencoba menfasilitasi
kebutuhan peserta didik secara fisik maupun non fisik sehingga peserta didik merasa
aman dan nyaman saat berada disekolah. Berprestasi bukan hanya prestasi secara
akademik saja tetapi juga prestasi ibadah yang tidak hanya berorientasi pada hasil tetapi
juga prosesnya. Sedangkan merealisasikan lingkungan kondusif maksudnya adalah
sekolah mampu menyediakan lingkungan yang edukatif, asri, bersih, nyaman, aman,
indah dan rapi.

G. PENELITIAN RELEVAN
Hasil penelitian yang relevan dengan peran guru dalam mengatasi tindakan
perundungan sebagai upaya mewujudkan sekolah ramah anak di kalangan peserta
didik digunakan pada penelitian ini adalah sebagai barikut:
a. Penelitin Nurbaeti (2020) judul penelitian "Pembelajaran Ramah Anak Berbasis
Pendidikan Karakter Pada Sekolah Inklusi". Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan
dokumentasi. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendeskripsikan manajemen

20
pembelajaran ramah anak di sekolah inklusi, dimulai dari perencanaan, implementasi,
dan evaluasi pembelajaran. Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen
pembelajaran ramah anak terjadi melalui beberapa proses yaitu:(1) Tahap perencanaan
guru menyusun RPP yang ramah anak, tidak mengandung unsur kekerasan, pornografi
dan terorisme;(2) Tahap pelaksanaan ditunjukkan dengan adanya proses pembelajaran
yang aktif, kreatif dan menyenangkan (PAKEM) serta bebas dari perlakuan
diskriminatif, pemberian sanksi dan hukuman yang bisa membuat peserta didik merasa
mendapat kekerasan baik fisik maupun psikis. Adanya kegiatan ekstrakurikuler dan
kegiatan siswa lainnya untuk pengembangan minat, bakat dan kreatifitas peserta didik,
dan adanya budaya senyum, salam, sapa, sopan dan santun bagi semua warga sekolah;
dan (3) Tahap evaluasi dilakukan oleh guru dengan mengukur kemampuan belajar
dengan memperhatikan pencapaian tujuan, tingkat penguasaan siswa, dan memberikan
nilai kepada siswa sebagai laporan hasil belajar di sekolah tanpa diskriminasi; upaya
untuk meningkatkan pembelajaran ramah anak yaitu dengan membudayakan 5S
senyum, sapa, salam, sopan dan santun. Persamaan dalam penelitian ini
mendeskripsikan tentang sekolah ramah anak dan menggunakan metode kualitatif.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian saya yaitu manajemen pembelajaran ramah
anak sedangkan penelitian yang akan diteliti saya berkaitan dengan peran guru dalam
mengatasi tindakan perundungan pada sekolah ramah anak di SDN Brebes 01.
b. Penelitian Mudrikah (2022) judul penelitian "Peran Pendidikan Moral Untuk
Mengurangi Aksi Kekerasan Komunikasi di SD Negeri Kertabesuki 01". Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif jenis studi kasus dengan teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini bertujuan untuk
dapat mengetahui tentang kajian kekerasan komunikasi dalam pembelajaran
pendidikan moral di SD Negeri Kertabesuki 01. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam penanaman pendidikan moral sangat penting karena dapat diketahui dampak
dari kekerasan komunikasi antara lain trauma psikis, rasa takut, rasa tidak aman,
dendam, menurunnya semangat belajar, konsentrasi. tenaga, kreativitas, kehilangan
inisiatif, serta daya tahan (mental) siswa, menurunnya rasa percaya diri, rendah diri,
stress, depresi, dan lain-lain. Dalam jangka panjang, dampak ini terlihat dari
menurunnya prestasi, perubahan perilaku yang terus-menerus Oleh karena itu bagi
siswa yang mengalami tindakan tersebut segeralah menceritakan kepada orang tua atau
guru atau orang yang dapat dipercaya mengenai kekerasan yang dialaminya agar siswa
tersebut segera mendapat pertolongan untuk memulihkan kondisi fisik dan psikisnya.
Oleh karena itu, sangat penting bagi semua pihak baik guru, orang tua, dan siswa untuk

21
memahami bahwa kekerasan bukanlah solusi atau tindakan yang tepat, melainkan
justru menambah masalah. Persamaan dalam penelitian ini yaitu untuk mengurangi
permasalahan perundungan yang terjaadi di sekolah dasar dan menggunakan metode
kualitatif. Perbedaan penelitian Aenun Mudrikah dengan penelitian saya yaitu
mengetahui tentang kajian kekerasan komunikasi dalam pembelajaran pendidikan
moral di SD Negeri Kertabesuki 01, sedangkan penelitian yang akan diteliti saya
berkaitan dengan peran guru dalam mengatasi tindakan perundungan pada sekolah
ramah anak di SDN Brebes 01.
c. Penelitian Noviana (2021) judul penelitian "Peran Guru Dalam Mengatasi Perilaku
Perundungan Pada Peserta Didik Kelas IV SD Negeri Banding Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan". Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif dengan jenis penelitian study kasus. Sumber data yang dapat diambil melalui
subjek wali kelas, dua partisipan pelaku, teman dekat pelaku, teman dekat dari korban,
dan kepala sekolah. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan cara mereduksi data yang tidak
relevan, memaparkan data menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
peran guru dalam mengatasi perilaku Perundungan pada peserta didik kelas IV SD
Negeri Banding yaitu ketika ada permasalahan wali kelas memanggil siswa yang
bersangkutan, siswa yang memiliki permasalahan di panggil satu-satu, mencari tahu
masalah yang terjadi, mengklarifikasi terlebih dahulu permasalahannya, guru
menemukan masalah yang terjadi, siswa yang melakukan kesalahan dipanggil dan
dipertemukan, siswa yang melakukan permasalahan ditanya satu-persatu “benar
melakukan atau tidak?”, kedua pihak di damaikan, dibuat kesepakatan supaya tidak
mengulangi perbuatannya lagi, apabila masih belum bisa terselesaikan maka panggilan
orang tua atau dialih tangan ke kepala sekolah/wakilnya. Dampak dari peran guru
tersebut yaitu pembelajaran di dalam kelas dapat berjalan kondusif, siswa tidak
melakukan perkelahian lagi dengan temannya, di dalam kelas siswa tidak mengolok-
olok temannya, siswa tidak mengucilkan temannya lagi, siswa lebih sopan terhadap
gurunya, karakter siswa dapat terbentuk sesuai visi dan misi sekolah, siswa tidak
mengulangi perbuatan yang dilakukannya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
saya yaitu pada kelas tinggi, sedangkan saya semua kelas. Persamaan dalam penelitian
ini yaitu peran guru dalam mengatasi tindakan perundungan dan menggunakan metode
kualitatif deskriptif.
d. Penelitian Sholichati (2020) dengan judul penelitian “Strategi Sekolah Menangani
School Perundungan (Studi Kasus MI)”. Penelitian ini menggunakan metode

22
penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini membahas tentang gambaran perilaku
Perundungan yang terjadi pada peserta didik. Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini membahas tentang gambaran
Perundungan menggunakan nilai - nilai pendidikan karakter berupa kegiatan belajar
mengajar, ekstrakulikuler, dan budaya sekolah. Sedangkan penelitian yang akan saya
lakukan yaitu tentang peran guru dalam mengatasi perundungan di sekolah dasar.
e. Penelitian Ismail (2019) dengan judul penelitian “Pentingnya Peran Guru Kelas
dalam Mengatasi Perilaku Perundungan Siswa di sekolah “. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif. Pada Penelitian ini membahas tentang
gambaran perilaku Perundungan yang terfokuskan pada peserta didik. Teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dsn dokumentasi. Persamaan
pada penelitian ini membahas mengenai bagaimana peran guru dalam mengatasi
perundungan serta menggunakan metode kualitatif. Perbedaan pada penelitian ini
berkoordinasi dengan wali peserta didik dan lebih mengarah pada perilaku
perundungan.
f. Penelitian Laila (2019) dengan judul penelitian “Analisis Factor - Factor yang
Mempengaruhi Terjadinya Perundungan bagi Siswa (Studi Kasus di MI
Muhammadiyah Rambeanak 2 Kabupaten Magelan”. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif. Penelitian ini membahas tentang gambaran Perundungan
yang terjadi pada peserta didik. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi,
wawancara, dsn dokumentasi. Penelitian ini membahas tentang gambaran
Perundungan serta peran guru dalam memberikan nasehat. Sedangkan pada penelitian
yang saya lakukan tentang peran guru dalam mengatasi tindakan perundungan di
sekolah dasar. Persamaan pada penelitian ini dengan penelitian yang akan saya buat
membahas mengenai perundungan yang ada di sekolah dasar.
g. Penelitian Adiyono (2022) dengan judul penelitian “Peran Guru Dalam Mengatasi
Perilaku Bullying”. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif
dengan menggunakan metode studi kasus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana peran guru dalam mengatasi perilaku Perundungan di sekolah.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peran guru terhadap Perundungan pada
siswa yaitu sebagai orang yang membimbing atau yang memberi nasehat dan arahan
serta membina siswa sehingga dapat mengatasi kasus atau masalah yang terjadi
mengenai Perundungan supaya dapat meminimalisir Perundungan yang terjadi
disekoloh. Guru juga harus mampu membentuk kepribadian siswa dan membangun
hubungan positif dengan siswa, dan guru perlu mewaspadai tindakan kekerasan yang

23
dilakukan siswanya. Untuk itu guru sangat berperan penting dalam mengatasi tindak
Perundungan kepada peserta didik, agar perilaku Perundungan tidak berlanjut sampai
ke usia remaja nanti. Persamaan pada penelitian ini yaitu bagaimana peran guru dalam
mengatasi adanya tindakan perundungan serta menggunakan metode kualitatif.
Sedangkan perbedaan pada penelitian Adiyono dengan penelitian saya terletak pada
bagaimana sekolah dan guru dalam mengatasi perundungan yang terjadi dilingkungan
sekolah
h. Penelitian Bu’ulolo (2022) dengan judul penelitian “Peran Guru Bimbingan dan
Konseling Dalam Mencegah Perundungan di SMA Negeri 1 Amandraya”. Penelitian
ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan perilaku Perundungan serta mendeskripsikan peranan
guru Bimbingan dan Konseling dalam mencegah Perundungan siswa. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku Perundungan secara fisik yaitu siswa
memukul temannya, mendorong temannya, mengganggu temannya yang sedang
belajar, sedangkan perilaku Perundungan non fisik yaitu menghina dan mengejek
temannya, memanggil nama temannya dengan nama orang tuanya atau sebutan lain,
bagaimana peran guru Bimbingan dan Konseling dalam mencegah perilaku
Perundungan dilakukan dengan cara memberikan layanan informasi, konseling
individu dan bimbingan kelompok, tindakan preventif, kuratif dan preservatif.
Persamaan pada penelitian ini yaitu bagaimana peran guru dalam mengatasi adanya
tindakan perundungan serta menggunakan metode kualitatif. Sedangkan perbedaan
pada penelitian Saferius tentang bagaimana peran guru BK dalam menangani
perundungan serta menjelaskan perilaku Perundungan terhadap peserta didik,
sedagakan pada penelitian saya yaitu mendeskripsikan bagaimana sebagai guru kelas
yang berperan dalam mengatasi perundungan yang terjadi dilingkungan sekolah.
i. Penelitian Karim (2023) dengan judul penelitian “Implementasi Landasan
Pendidikan Dalam Mengoptimalkan Peran Guru dan Manajemen Sekolah dalam
Mencegah Perilaku Bullying”. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan implementasi yayasan
pendidikan dalam mengoptimalkan peran guru dan manajemen sekolah dalam
mencegah perilaku bullying. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peran guru
dan manajemen sekolah dapat membantu mengatasi masalah Perundungan dengan
membangun kerjasama dan tanggung jawab dengan seluruh komponen sekolah,
termasuk orang tua dan pihak terkait lainnya, sehingga tercipta lingkungan sekolah
yang aman dan inklusif. Persamaan pada penelitian ini yaitu bagaimana peran guru

24
dalam mengatasi adanya tindakan perundungan serta menggunakan metode kualitatif.
Perbedaan pada penelitian Ajerin Karim tentang bagaimana implementasi yayasan
pendidikan dalam mengoptimalkan peran guru, sedagakan pada penelitian saya yaitu
peran guru dalam mengatasi tindakan perundungan pada sekolah ramah anak di SDN
Brebes 01.
j. Penelitian Yamada (2022) judul penelitian “Peran Guru dalam Mengatasi Tindakan
School Bullying Sebagai Upaya Untuk Mewujudkan Sekolah Ramah Anak di SMP
Negeri 2 Wates”. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif
deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui tugas dan peran guru dalam mengatasi tindakan school
bullying. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Hasil dalam penelitian ini
menunjukan peran guru dalam mengatasi tindakan school bullying yang terjadi di
SMP Negeri 2 Wates yaitu perencanaan kebijakan dalam mengatasi tindakan school
bullying, mengetahui akar permasalahan terjadinya tindakan school bullying,
memberikan hukuman, membuat kelompok belajar, memberikan himbauan kepada
siswa yang melakukan tindakan school bullying dan siswa lainnya, memberikan
layanan BK, memberikan penghargaan atau reward, memberikan program “say stop
school bullying”, melakukan pengawasan atau monitoring, dan mewujudkan sekolah
ramah anak. Persamaan pada penelitian ini yaitu bagaimana peran guru dalam
mengatasi adanya tindakan perundungan serta menggunakan metode kualitatif.
Sedangkan perbedaan pada penelitian Salsa Yamada untuk mengetahui tugas guru
serta tentang bagaimana peran guru dalam menangani school bullying, sedagakan pada
penelitian saya yaitu mendeskripsikan bagaimana sebagai guru kelas yang berperan
dalam mengatasi perundungan yang terjadi dilingkungan sekolah.
k. Penelitian Aswat (2022) dengan judul penelitian “Eksistensi Peranan Penguatan
Pendidikan Karakter terhadap Bentuk Perilaku Bullying di Lingkungan Sekolah
Dasar”. Penelitian ini menggunakan menggunakan pendekatan kualiatatif dengan
metode teknik pengumpulan data observasi non partisipatif, angket, wawancara
mendalam (in depth interview), dokumen pendukung lainnya seperti catatan kasus,
riwayat prestasi belajar korban maupun pelaku, dan catatan lapangan lainnya. Tujuan
penelitian ini untuk melihat sejauh mana Penguatan Pendidikan Karakter ditanamkan
di Sekolah Dasar untuk menghalau bentuk-bentuk perilaku bullying di sekitar
lingkungan belajar anak. Hasil penelitian menunjukkan bentuk perilaku bullying ini
bersifat langsung (direct bullying)yang berbentuk bullying verbal, fisik, dan

25
psikologis. Persamaan pada penelitian ini yaitu mendeskripsikan bentuk perilaku
perundungan serta menggunakan pendekatan kualitataif. Perbedaan pada penelitian
Aswat dengan penelitian yang akan saya teliti terletak pada fokus yang akan diteliti.

l. Penelitian Jumarnis (2023) dengan judul penelitian “Strategi Penanaman Pendidikan


Karakter Dalam Meminimalisir Terjadinya Bullying Siswa Sekolah Dasar Studi
Literatur ”. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui strategi dalam meminimalisir perundungan melalui pendidikan
karakter pada peserta didik sekolah dasar. Perbedaan pada penelitian ini dengan
penelitian saya. Pada penelitian Jumarnis meneliti mengenai penerapan program
budaya sekolah seperti pembinaan karakter hormat dan tanggung jawab di sekolah.
Persamaan pada penelitian yang akan saya teliti dengan penelitian Jumarnis terletak
pada sosialisasi dengan topik pembahasan perundungan, dampak bullying dan cara
mencegah bullying, dan menciptakan sekolah yang nyaman.

m. Penelitian Gularso (2022) dengan judul penelitian “Kenakalan Siswa di Sekolah


Dasar”. Data yang dikumpulkan adalah transkip wawancara, lembar observasi, dan
dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model Miles dan Huberman yaitu
pengumpulan data, penyajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan.
Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi
sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kenakalan-kenakalan siswa yang
muncul seperti berkelahi, membuat masalah, dan tidak patuh pada peraturan di
sekolah.Kenakalan tersebut tidak hanya disebabkan dari diri siswa sendiri tapi juga
disebabkan oleh keluarga dan lingkungan sekitar.Pengaruh dari keluarga diantaranya
adalah kurangnya perhatian dari orang tua dan ketidakharmonisan keluarga.
Lingkungan yang kurang baik juga berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan siswa.
(2) bentuk kenakalan yang dilakukan oleh siswa yaitu mengucapkan kalimat-kalimat
kotor dan mengganggu teman saat pembelajaran dengan sengaja sehingga
mengakibatkan keributan di kelas. Upaya guru dan sekolah dalam mengatasi
kenakalan siswa adalah (a) memberikan teguran,(b) memberikan hukuman,dan (c)
membuat surat perjanjian siswa. Upaya tersebut dilakukan untuk memberikan efek jera
sehingga tidak mengulangi kenakalannya kembali. Mencegah perilaku siswa berupa
kenakalan ini memerlukan adanya evaluasi pada program sekolah serta upaya
kolaboratif antara pihak sekolah dan keluarga. Persamaan pada penelitian ini terletak
pada bagaimana upaya guru dalam mengatasi perundungan yang terjadi di
lingkungan sekolah. Sedangkan perbedaan pada penelitian ini terletak pada
penggunaan teknik analisis data yang digunakan.

26
n. Penelitian Dahlan (2021) dengan judul penelitian “Perilaku Perundungan (Bullying)
dan Dampaknya Bagi Anak Usia Sekoalah”. Penelitian ini menggunkan metode
kualitataif. Hasil Penelitian sebagai berikut: (1) Bentuk-bentuk perilaku perundungan
(bullying) yang kerapkali terjadi pada siswa SMP Negeri Se- Kecamatan Kediri
Lombok Barat adalah verbal bullying (menghina mengejek, mengintimidasi, atau
memberikan julukan nama), (financial bullying), (pemalakan
(2) Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perundungan (bullying) bagi siswa
SMP Negeri Se-Kecamatan Kediri Lombok Barat yaitu: faktor keluarga (perceraian
orang tua, orang tua yang bekerja di luar negeri), faktor , faktor ekonomi, dan faktor
lingkungan sosial (3) Dampak perilaku perundungan (bullying) bagi siswa SMP
Negeri Se-Kecamatan Kediri Lombok Barat adalah merasa takut (merasa tidak aman)
pada saat berpapasan dengan pelaku bullying, Jangka panjang depresi, motivasi belajar
menurun, menutup diri dari pergaulan. Persamaan pada penelitian ini yaitu membahas
mengenai perilaku perundungan serta faktor dari penyebab tindakan perundungan.
Perbedaan penelitian ini terletak pada fokus yang ingin dicapai.
o. Penelitian Pratiwi (2021) dengan judul “Pola Penanganan Guru dalam menghadapi
bullying di PAUD”. Penelitian ini di lakukan dengan menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif melalui wawancara dan observasi secara langsung dengan enam
orang guru di sekolah. Tujuan penelitian ini untuk melihat Pola Penanganan Guru
Dalam Menghadapi Bullying di PAUD, apa bentuk tindakan yang di lakukan oleh guru
dalam menanggapi bullying yang ada di sekolah. Persamaan penelitian Pratiwi dengan
penelitian saya yaitu membahas mengenai bagaimana guru dalam menangani adanya
tindakan perundungan serta menggunakan pendekatan kualitatif. Perbedaan penelitian
Pratiwi dengan penelitian yang akan saya teliti yaitu pada tempat penelitian serta peran
guru dalam mengatasi tindakan perundungan yang terjadi di sekolah dasar.
p. Penelitian Saputra (2023) dengan judul “Peran Guru BK/ Konselor dalam
Pembentukan Agen Anti Bullying di Sekolah”. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitataif. Tujuan dari penelitian ini fokus membahas peran
guru BK dalam pembentukan agen bullying. Persamaan penelitian Saputra dengan
penelitian yang akan saya lakukan yaitu tentang peran guru dan mendeskripsikan
perilaku perundungan serta menggunakan kualitataif. Perbedaan penelitian Saputra
dengan penelitian yang akan saya lakukan yaitu pada penelitian Saputra hanya
bertujuan untuk membahas peran guru BK dan pembentukan agen anti bullying,
sedangkan saya mengenai peran guru dalam mengatasi perundungan di sekolah dasar.

27
q. Penelitian Rahman (2023) dengan judul “Peran Guru dalam tindakan Kekerasan
fisik pada siswa SMPN 1 Banuhampu”. Penelitian ini menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif dengan tipe penelitian studi kasus. Lokasi penelitian di SMPN
1 Banuhampu Kecamatan Banuhampu Kabupaten Agam. Pemilihan informan
dilakukan dengan cara purposive sampling dengan 16 informan yang terdiri dari 6
guru, 5 siswa sebagai pelaku dan 5 korban. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan observasi dimana peneliti mengamati bagaimana cara guru mencegah
kekerasan fisik di sekolah. Wawancara mendalam peneliti mengajukan beberapa
pertanyaan terkait bagaimana peran guru dalam mencegah tindakan kekerasan fisik di
sekolah. Dan studi dokumen digunakan dalam penelitian ini dengan mengambil foto
di lingkungan sekolah terkait tindakan kekerasan fisik. Teknik analisis data yang
digunakan yaitu teknik analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan
Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab dari tindakan
kekerasan fisik di SMPN 1 Banuhampu yaitu saling mengejek yang berujung
pertengkaran, terjadi sinis, dan siswa yang memang dikenal nakal dan usil. Dan peran
guru dalam mencegah terjadinya tindakan kekerasan fisik di SMPN 1 Banuhampu ini
adalah dengan cara pertama, menanamkan pendidikan karakter di dalam pembelajaran.
Kedua, penguatan nilai-nilai sosial melalui materi pembelajaran. Ketiga, sosialisasi
program Roots Anti Bully, memilih dan melatih agen perubahan Anti Bully. Keempat,
kolaborasi antara pihak guru dengan satuan pengamanan sekolah. Kelima
memberikan layanan konseling kepada siswa. Persamaan penelitian ini yaitu
membahas mengenai peran guru dalam mengatasi perundungan yang terjadi di
lingkungan sekolah serta menggunakan pendekatan kualitataif. Perbedaan penelitian
ini yaitu pada bagaimana cara guru dalam mengatasi perundungan yang terjadi di
lingkungan sekolah.
r. Penelitian Rahmawati (2020) dengan judul “Pencegahan Bullying dalam Pendidikan
Karakter Melalui Peran Guru di Sekolah”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengantisipasi perundungan yang terjadi di sekeliling kita. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode fenomonologi. Metode fenomonologi adalah metode
penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan pengalaman seseorang terhadap
suatu fenomena. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa perundungan
yang terjadi dikalangan siswa lebih cenderung kepada perundungan verbal
menyangkut fisik. Baik itu dari segi fisik mengenai berat badan, wajah, tinggi badan.
Untuk kasus perundungan verbal lainnya termasuk IQ, sikap, pakaian, barang, status,

28
dan masa depan. Persamaan penelitian Rahmawati dengan penelitian saya yaitu
membahas mengenai bagaimana mengantisipasi perundungan yang terjadi di sekolah.
Perbedaan penelitian Rahmawati dengan penelitian saya yaitu pada metode yang
digunakan.
s. Penelitian Anisah (2024) “Kemampuan Mengelola Kelas Untuk Mengantisipasi
Perilaku Bullying Melalui Model Manajemen Kelas Ramah Anak”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui keterampilan guru PAUD dan calon guru dalam
mengelola kelas untuk mengantisipasi perilaku bullying di lembaga PAUD melalui
penerapan Model Pengelolaan Kelas Ramah Anak (MKRA). Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik survei pada guru PAUD dan
penelitian tindakan kelas (PTK) pada calon guru PAUD dengan teknik pengumpulan
data menggunakan angket, tes dan observasi. Persamaan penelitian Anisah dengan
penelitian yang akan saya lakukan yaitu tentang bagaimana cara mengatasi perilaku
perundungan. Perbedaan penelitian Anisah dengan penelitian yang saya lakukan yaitu
pada penggunaan metode serta teknik pengumpulan data yang digunakan.
t. Penelitian Tizaka (2023) “Analisis Pelaksanaan Program Sekolah Ramah Anak di
Surabaya”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan Program Sekolah
Ramah Anak (SRA) di SDN Kedungdoro V Surabaya dengan menitikberatkan pada
penciptaan lingkungan sekolah yang bebas dari kekerasan fisik dan perundungan.
Dalam konteks pendidikan Indonesia, penerapan SRA dipandang penting untuk
menjamin hak-hak anak terjamin dan terlindungi, serta terlindungi dari situasi
kekerasan dan perlakuan yang diskriminatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif dengan data primer berupa hasil wawancara dan observasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa SDN Kedungdoro V Surabaya telah melaksanakan
SRA dengan mengacu pada Peraturan Menteri PPPA Nomor 8 Tahun 2014. Namun
kendala muncul dari segi sumber daya terutama dari segi sumber daya keuangan dan
waktu. Meskipun terjadi peningkatan positif pada perilaku guru dan siswa, namun
kejadian bullying masih terus terjadi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel sumber daya masih memerlukan perbaikan dalam pengelolaannya. Pada
variabel koordinasi antar instansi pelaksana sudah berjalan dengan baik, namun perlu
adanya perbaikan dalam hal alokasi waktu yang optimal. Namun program SRA di
sekolah telah memberikan dampak positif terhadap lingkungan sekolah dan partisipasi
aktif siswa. Persamaan pada penelitian Tizaka dengan penelitian yang akan saya
lakukan yaitu penciptaan lingkungan ramah anak yang bebas dari kekerasan serta pada
penelitian menggunakan pendekatan kualitataif. Perbedaan penelitian Tizaka dengan

29
penelitian saya yaitu, pada penelitian Tizaka hanya untuk menganalisis pelaksanaan
program sekolah ramah anak dalam menciptakan sekolah yang bebas dari
perundungan, sedangkan penelitian saya yaitu peran guru dalam mengatasi tindakan
perundungan pada sekolah ramah anak di sekolah dasar negeri brebes 01.

H. Kerangka Berpikir
Sekolah sebagai salah satu media belajar bagi peserta didik yang diharapkan
dapat memberikan keterampilan, nilai-nilai dan pengetahuan untuk peserta didik.
Selain itu sekolah juga memiliki karakteristik yang sesuai dengan wilayah lingkungan
tersebut. Sekolah yang berada di kawasan beresiko terhadap berbagai kasus tindakan
kriminal, Perundungan sebagai salah satu kasus yang mudah terjadi di kalangan peserta
didik sekolah dasar. Namun pada kenyataannya seringkali terjadi peserta didik di SDN
Brebes 01 melakukan tindakan kasus perundungan tersebut yang dilakukan oleh
pelaku yang disebabkan karena sikap senioritas kepada beberapa peserta didik lainnya
yang di lihat sangat lemah, kasus kekerasan yang dilakukan pelaku seperti tindakan
intimidasi, ancaman, pengejekan dan perkataan yang tidak pantas, hal tersebut
membuat korban merasa tidak percaya diri dalam melakukan aktivitas belajar.
Terjadinya tindakan Perundungan yang ada disekolah disebabkan karena kurangnya
pemahaman tentang Perundungan dari pihak sekolah kepada peserta didik.
Perundungan merupakan tindakan yang membawa kekerasan, baik kata-kata yang
tersurat atau tersirat dan merugikan korban baik fisik maupun mental.
Dari penjelasan tersebut, peneliti berharap agar tidak terjadi lagi kasus tindakan
perundungan di sekolah dasar dan guru dapat memberi pemahaman mengenai
Perundungan agar dapat mencegah dan mengatasi terjadinya tindakan tersebut.
Kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan berikut ini

Permasalahan Proses Harapan


Ditemukan Adanya peran guru dalam Dengan adanya peran guru
tindakan mengatasi perundungan dalam mengatasi tindakan
perundungan yang dengan memberikan perundungan, serta adanya
biasa terjadi pada pemahaman kepada peserta peraturan yang diterapkan
saat jam istirahat didik tentang perundungan di sekolah. Peserta didik
serta kurangnya serta menjelaskan akibat lebih disiplin serta dapat
pemahaman pada dari adanya perundungan, meningkatkan
peserta didik dan membuat peraturan di perkembangan kepribadian
tentang tindakan sekolah terkait tindakan yang baik khususnya di
perundungan pencegahan tindakakn lingkungan sekolah.
perundungan.

Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian

30
Dalam hal ini kasus tindakan perundungan dapat diminimalisir dengan peran
guru yang memberikan pengetahuan tentang Perundungan agar dapat mencegah dan
mengatasi terjadinya tindakan Perundungan di sekolah.

l. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SDN Brebes 01 yang beralamat di Jalan Jemdral
Sudirman No. 183 Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, 52212.

Gambar 2. Denah lokasi

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama tahun akademik 2023-2024 semester genap.
Pada penelitian ini, peneliti mendatangi lokasi secara langsung untuk melakukan
observasi awal dan melakukan wawancara dengan guru dan siswa. Adapun waktu
penelitian yang akan direncanakan dari bulan Januari sampai dengan Mei 2024.
Rencana waktu penelitian ini sesuai dengan tabel berikut.

31
Tabel 1. Waktu Penelitian

Februari Maret April Mei Juni


Tahap
Penelitian 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan

Judul
Penyusunan
✓ ✓ ✓
Proposal
Seminar

Proposal
Penyusunan
✓ ✓
Instrumen
Pengumpulan
✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Data
Pengolahan
✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Data
Penyusunan
✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Laporan

Penelitian ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓

Artikel ✓ ✓

Sidang
Skripsi

32
I. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif,
yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metedologi yang
menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Menurut Sugiyono (2018)
penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berlandasan pada filsafat, yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi ilmiah dimana peneliti sebagai instrument,
teknik pengumpulan data dan di analisis yang bersifat kualitatif lebih menekan pada
makna. Dengan ini dalam memperoleh data harus lebih teliti, sehingga menjadi hasil
penelitian yang layak. Berdasarkan judul yang diambil oleh peneliti diharapkan dapat
mengatasi tentang tindakan perundungan. Oleh karena itu, yang dipilih oleh peneliti
untuk melakukan wawancara adalah guru kelas dan peserta didik.

K. Sumber Data Penelitian


Data adalah segala keterangan (informasi) mengenai semua yang berkaitan
dengan tujuan penelitian. Dengan demikian, tidak semua informasi atau keterangan
merupakan data penelitian. Menurut Sugiyono (2019:194) yang dimaksud dengan
sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data tersebut dapat diperoleh dan
memiliki informasi kejelasan tentang bagaimana mengambil data tersebut dan
bagaimana data tersebut diolah. Berdasarkan sumbernya, data tersebut dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Data Primer merupakan data dari penelitian yang langsung dari sumber asli (tidak
melalui perantara). Data primer didapat melalui metode wawancara dan pengamatan
langsung (observasi). Data primer penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara.
2. Data Sekunder merupakan data penelitian yang dikumpulkan oleh peneliti sebagai
penunjang dari sumber pertama secara langsung oleh informan guru dan peserta didik.
Data sekunder penelitian ini adalah data yang diperoleh atau yang dikumpulkan oleh
orang yang melakukan dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya dapat
diperoleh dari literatur, artikel, jurnal dan karya ilmiah yang berkenan dengan
penelitian yang dilakukan.

33
I. Fokus Penelitian
Fokus penelitian penting dalam suatu penelitian yang bersifat kualitatif, hal ini
untuk membatasi pada bidang penelitian. Tanpa adanya fokus penelitian ini, maka
akan terjebak oleh banyaknya data yang diperoleh di lapangan serta agar peneliti lebih
fokus dalam mendapatkan data. Oleh sebab itu, dalam fokus penelitian memiliki
peranan yang sangat krusial untuk memandu serta mengarahkan jalannya proses
penelitian Fokus penelitian dimaksudkan juga untuk membatasi suatu penelitian untuk
memilih data yang relevan serta data yang tidak relevan terkait dengan perumusan
masalah yang telah dirumuskan. Sehingga data yang tidak relevan tersebut tidak
dimasukkan ke dalam sejumlah data yang sedang dikumpulkan, meskipun data
tersebut menarik. Dari identifikasi masalah yang ditemukan di SD Negeri Brebes 01,
peneliti memfokuskan untuk melakukan penelitian tentang peran guru dalam mengatasi
tindakan perundungan. Berdasarkan konsep tersebut, maka yang menjadi fokus
penelitian ini dapat dilihat melalui tabel berikut. mendeskripsikan bagaimana peran
guru dalam mengatasi kasus tindakan perundungan yang terjadi lingkungan Sekolah
Dasar Negeri Brebes 01.

Tabel 3. Fokus dan Indikator


Fokus Indikator
1. Peran guru dalam mengatasi a. Membimbing peserta didik yang
tindakan perundungan yang ada di memiliki perilaku perundungan.
sekolah ramah anak SDN Brebes b. Memberikan nasihat dan
01 kesepakatan kepada pelaku
perundungan yang ada di
sekolah
c. Memberikan dukungan kepada
korban perundungan.
2 . Program di sekolah dalam a. Peraturan di sekolah terkait
menanggulangi tindakan tindakan pencegahan tindakan
perundungan yang terjadi perundungan
dilingkungan SDN Brebes 01 b. Sosialisasi pemahaman
perundungan di lingkungan
sekolah
c. Menciptakan ruang kelas yang
aman dan nyaman

34
3. Penyebab dari adanya a. Tidak adanya peraturan yang ada
perundungan di SDN Brebes 01 di sekolah
b. Mengabaikan tindakan
perundungan
c. Pengaruh pergaulan

M. Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data merupakan sesuatu hal yang penting dalam penelitian
untuk memperoleh bahan-bahan keterangan dan informasi yang dapat dipercaya.
Menurut Sugiyono (2019:390) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data dalam
penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam keadaan alamiah (setting natural),
menggunakan sumber data primer dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan
observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun teknik yang digunakan untuk
memperoleh data di lapangan adalah sebagai berikut.
1. Teknik Wawancara
Menurut Sugiyono (2019) wawancara merupakan pertemuan antar dua orang
untuk saling bertukar suatu informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat
disusun menjadi sebuah makna dalam suatu topik tertentu.
Adapun wawancara dalam penelitian ini meliputi:
a. Wawancara dengan guru terkait perhatian dan pengawasan pada peserta didik
dalam kasus tindakan perundungan.
b. Wawancara dengan peserta didik dilakukan untuk memperolah informasi mengenai
kasus tindakan perundungan.
2. Teknik Observasi
Menurut Sugiyono (2019:297) dalam observasi, peneliti terlibat dengan kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang
dikerjakan oleh sumber data dan ikut melaksanakan suka dukanya. Jenis observasi
pada penelitian ini adalah observasi partisipatif aktif.

35
3. Teknik Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2019) menyatakan bahwa hasil penelitian dari observasi dan
wawancara akan dapat dipercaya kalau didukung dengan dokumentasi. Dalam ini,
peneliti menggunakan dokumen berupa foto atau video peserta didik yang menjadi
pelaku maupun korban bullying. Dengan menggunakan teknik dokumentasi maka
dapat digunakan untuk memperoleh dan memperkuat data mengenai peran guru dalam
mengatasi tindakan perundungan di SD Negeri Brebes 01 Keamatan Brebes,
Kabupaten Brebes).

N. Keabsahan Data
Keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi. Menurut
Sugiyono (2019). Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah
ada. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik.
1. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda-beda untuk mendapatkan data dan sumber yang sama. Peneliti
mengungkapkan data tentang Perundungan di sekolah, kemudian dicek melalui teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi non- partisipan
dan dokumentasi. Apabila data dari teknik tersebut menghasilkan data yang sama,
maka data tersebut dapat dinyatakan valid.

O. Teknik Analisis Data


Menurut Sugiyono (2019:318) dalam sebuah penelitian kualitataif, data dapat
diperoleh dari berbagai sumber, salah satunya dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus
menerus sampai datanya mencapai titik jenuh. Dalam hal ini analisis data kualitatif
merupakan suatu proses mencari dan menyusun data secara sistematis data tersebut
diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan bahan acuan yang lain, sehingga dapat
dengan mudah dipahami, dan hasil temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Teknik analisis data model interaktif menurut sugiyono (2019:321-329) terdiri empat
tahapan yang harus dilakukan, diantaranya:

36
1. Pengumpulan data
Tujuan utama dalam setiap penelitian yaitu kegiatan mengumpulkan data. Dalam
penelitian kualitatif sendiri pengumpulan data menggunakan teknik observasi,
wawancara dan dokumentasi atau gabungan ketiganya (triangulasi).
2. Reduksi data
Analisis data perlu dilakukan reduksi data yang bertujuan untuk
menyederhanakan, menggolongkan dan membuang data yang tidak diperlukan agar
data yang diperoleh mudah dipahami dan informasinya lebih bermakna, untuk itu perlu
mencatat secara teliti dan rinci.
3. Penyajian data
Penyajian data adalah cara menyajikan data agar mudah dipahami dan dikaitkan
dengan hal lain dalam penelitian kualitatif. Penyajian data bisa diuraikan dalam bentuk
tabel, uraian singkat, grafik, hubungan antar kategori, bagan dan sejenisnya, namun
biasanya dalam penelitian kualitatif dengan teks yang bersifat naratif adalah yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data. Penyajian dalam hal ini peneliti harus
menyajikan data dalam bentuk teks, untuk memberikan informasi yang jelas dari hasil
penelitian maka dapat diperkuat dengan mencantumkan tabel atau gambar.
4. Penarikan kesimpulan
Dalam tahap ini merupakan suatu tahap lanjutan di mana pada tahap ini peneliti
menarik kesimpulan dari temuan data. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Penarikan simpulan
merupakan hasil penelitian yang menjawab focus penelitian berdasarkan hasil analisis
data Simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian dengan berpedoman
pada kajian penelitian.

Pengumpulan Penyajian Data


data

Reduksi Data Penarikan


Kesimpulan

Gambar 2
Bagan Teknik Analisis Data

37
DAFTAR PUSTAKA

Adinda, A., Afrida, Y., & Braferi, L. (2024). Peran Guru Bimbingan
Konseling Dalam Mengatasi Tindakan School Bullying
Sebagai Upaya Mewujudkan Sekolah Ramah Anak di SMA S
Xaverius Bukittinggi. Jurnal Sosial Humaniora dan
Pendidikan, 6(1), 01-18.
Adiyono, A., Irfan, I., & Rusanti, R. (2022). Peran Guru Dalam
Mengatasi Perilaku Bullying . Jurnal Ilmiah Pendidikan
Madrasah Ibtidaiyah, 6(3), 649-658.
Mudrikah, A., Setiyoko, D. T., & Toharudin, M. (2022). Peran
Pendidikan Moral Untuk Mengurangi Aksi Kekerasaan
Komunikasi di SD Negeri Kertabesuki 01. Jurnal Ilmiah
Wahana Pendidikan, 8(17), 617-625.
Karim, A., Aunurrahman, A., Halida, H., & Ratnawati, R. E. (2023).
Implementasi Landasan Pendidikan Dalam Mengoptimalkan
Peran Guru dan Manajemen Sekolah Dalam Mencegah
Perilaku Bullying. Academy of Education Journal, 14(2).
1515-1534.
Sinaga, A. D. P., Andito, C. S., & Bartolomeus, M. (2023).
Pencegahan Dan Upaya Mengatasi Perilaku Perundungan
Pada Remaja. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan
Filsafat, 1(4), 233-246.
Junindra, A., Fitri, H., Desyandri, D., & Murni, I. ( 2022). Peran Guru
Terhadap Perilaku Bullying di Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 6(2), 11133- 11138.
Basri, B., Khairinal K., & Firman F. (2021). Manajemen Kepala
Sekolah dalam Meningkatkan Fungsi Guru di Sekolah
Menengah Atas Negeri 4 Merangin. Jurnal Ilmiah Dikdaya,
11(2), 349-361.
Borualogo, I. S., & Gumilang, E. (2019). Kasus Perundungan Anak di
Jawa Barat: Temuan Awal Children's Worlds Survei di
Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan,
6(1), 15-30.
Chairiyah, C., Nadziroh N., & Wachid P.,N. (2021). Sekolah Ramah
Anak Sebagai Wujud Perlindungan Terhadap Hak Anak Di
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan, Vol.7(3), hal. 1213-1218.

38
Dewi, F. A. (2023). Implementasi Sekolah Ramah Anak Melalui
Pengembangan Budaya Religius di SMAN 3 Kediri.
Peradapan Journal of Interdisciplianary Educational
Research, 1(1), 66-82.
Musana, A. (2017). Indigenisasi Pendidikan: Rasionalitas
Revitalitasasi Praksis Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, 2(1). 117-133.
Faidin, N. (2019). Implementasi Nilai Pendidikan Karakter dalam
Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Sejarah di SMA Negeri
1 Palibelo. Seminar Nasional Taman Siswa Bima, 1(1), 264-
270.
Batubara, Y. A., Farhanah, J., Hasanahti, M., & Apriani, A. (2022).
Pentingnya Layanan Bimbingan Konseling Bagi Peserta
Didik. Jurnal Ikatan Alumni Bimbingan dan Konseling Islam
(IKABKI), 4(1).
Aziziyah, M., Elisabeth C. (2023). Inferiority Remaja Pelaku Bullying
di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal BK UNESA, 13(6), 700-
701.
Nurbaeti, R. U., Zulfikar, Z., & Toharudin, M. (2020). Pembelajaran
Ramah Anak Berbasis Pendidikan Karakter Pada Sekolah
Inklusi. Journal of Sociology Research and Education,
Vol.7(2), 99-110.
Bu’ulolo, S., Zagoto, S. F. L., & Laia, B. (2022). Peran Guru
Bimbingan dan Konseling Dalam Mencegah Bullying di SMA
Negeri 1 Amandraya . Jurnal Bimbingan dan Konseling, 2(1),
53-62.
Yamada, S., & Setyowati, R. N. (2022). Peran Guru dalam Mengatasi
Tindakan School Bullying Sebagai Upaya Untuk Mewujudkan
Sekolah Ramah Anak di SMP Negeri 2 Wates. Journal Civic
and moral studies, 7(1), 30-43.
Ranam, S., Muslim, I. F., & Priyono, P. (2024). Implementasi
Pendidikan Karakter di Pesantren Modrn El-Almia dengan
Memberikan Keteladanan dan Pembiasaan. Research and
Development Journal Of Education, 7(1), 90-100.
Amaliyah, S., Irsyadiyah, A. U., & Mayasari, I. (2023). Peduli
Sayangi: Psikoedukasi Pencegahan Tindakan Bullyingdi
Sekolah Dasar Inklusi SDN Karanganyar Gunung 02
Semarang. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 7(1), 59-66.

39
Sholichati, A. B. (2020). Strategi Sekolah Dalam Menangani School
Bullying (Studi Kasus MI AL-Mujahidin Desa Dadapan
Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi). Jurnal Doctoral
dissertation, Iain Ponorogo, 8(1), 21-22.

Republik Indonesia. 2003, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun


2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Republik Indonesia. 2014, Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun
2014, tentang Perlindungan Aanak di Lingkungan Sekolah.
Nurhayati, N., & Rosadi, K. I. (2022). Determinasi Manajemen
Pendidikan Islam: Sistem Pendidikan, Pengelolaan
Pendidikan, dan Tenaga Pendidikan (Literatur Manajemen
Pendidikan Islam). Jurnal Manajemen Pendidikan dan Ilmu
Sosial, 3(1), 451-464.
Herianto, E., Jahiban, M., & Dahlan, D. (2020). Pola Perlindungan
Anak dalam Dimensi Sekolah Ramah Anak di
Sekolah/Madrasah Kota Mataram. Jurnal Sosial Ekonomi dan
Humaniora, 6(2), 179-191.

40

Anda mungkin juga menyukai