Tafsir Mu'ahsir
Tafsir Alqosimy
kelompok 4
M.jaipah
Fatkhur Rohman
Sulistiyo
Amanda tri
Hal 2
PERJALANAN KEILMUAN
Dalam kitab Tafsir al-Mufassirun karya Fadhl Hasan ‘Abbas, dijelaskan bahwa
Syekh Jamaluddin al-Qasimi mempelajari ilmu dasar Islam dan menghafalkan Al-
Qur’an kepada Syaikh al-Qurra’ Ahmad al-Halwani. Kemudian belajar kepada Syaikh
Salim al-’Atthar tentang kitab Shahih Bukhari, al-Muwattha’, Jami’ al-Shaghir, al-
Syifa’, Mashabih al-Sunnah, al-Thariqah al-Muhammadiyah, dan banyak kitab lainya
Syekh al-Qasimi sempat melakukan pengembaraan intelektual selama 4 tahun
(1308-1312 H) di Suriah, Mesir dan Madinah.
Syekh Jamaluddin al-Qasimi menetap di Damaskus dan mencurahkan hidupnya
untuk ilmu pengetahuan dan menulis berbagai judul kitab hingga akhir hayatnya.
Hal 3
KARYA
Hal 6
KARAKTERISTIK
Sistematika tafsir ini mengikuti urutan tartib mushafi,
sehingga penafsiran ayat dimulai dari Q.S. al-Fatihah hingga
Q.S. al-Nas. Penafsiran tersebut dijelaskan secara
komprehensif (tahlili) dengan berbagai kutipan pendapat
dari para ulama. Dalam pembukaan tafsirnya, al-Qasimi
menjelaskan tentang kaidah-kaidah yang berkaitan dengan
penafsiran Al-Qur’an sebanyak 11 kaidah. Penjelasan tentang
kaidah tersebut dijelaskan secara komprehensif hingga
mencapai 350 halaman. Sebelas kaidah tersebut antara lain,
yaitu:
Hal 7
CONTOH
Literatur 1
beliau menafsirkan Surah an-Nisa’ [4]: 3 Dan, jika kamu takut tidak akan berlaku adil
terhadap (hak-hak) perempuan yatim
yang berbunyi:
Lorem ipsum dolor sit amet, (bilamana kamu mengawininya), maka
consectetur adipiscing elit. kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
َو ِإْن ِخ ْف ُتْم َأاَّل ُتْق ِس ُط وا ِفي اْلَي َت اَم ى َف اْنِكُحوا َم ا senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika
َط اَب َلُكْم ِم َن الِّنَس اِء َم ْث َنى َو ُثاَل َث َو ُرَباَع َف ِإْن kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,
ِخ ْف ُتْم َأاَّل َتْع ِد ُلوا َف َو اِح َد ًة َأْو َم ا َم َلَكْت َأْيَم اُنُكْم َذ ِلَك maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-
ُل
ُع و وا َت َأ
اَّل َن
ْد ى َأ budak yang kamu miliki. Yang demikian itu
adalah lebih dekat kepadatidak berbuat
aniaya.”
Pembahasan penting: al-Rozi menjelaskan bahwa kaum sudda (suku kuhti yang
berada di dekat zabid, Yaman) berpendapat mengenai diperbolehkannya
menikah dengan jumlah berapapun yang dikehendaki. Mereka berargumentasi
dengan al-Quran dan Hadis. Mengenai argumentasinya dari al-Quran, mereka
telah berpegang teguh terhadap ayat tersebut dengan tiga alasan, pertama;
bahwa firman Allah ) َف اْنِكُحوا َم ا َط اَب َلُكْم ِم َن الِّنَس اِءmemutlakkan semua jumlah,
kedua; bahwa Firman- Nya ) مثنى َو ُثاَل َث َو ُرَباُعtidak layak dijadiakn sebagai
takhsis terhadap keumuman ayat di atas, ketiga; bahwa huruf (waw) di dalam
ayat tersebut berfungsi untuk penjumlahan secara mutlak sehingga, firmannya
) مثنى وثالَث َو ُرَباُعmenunjukkan jumlah, Ibnu Abi Syaibah, al-Timidzi dal lain-lain
yang menshahihkan hadis tersebut
Hal 9
tidak menunjukkan arti 2 مثنىyaitu 9. Bahkan yang benar menunjukkan jumlah 18 belas. Sebab
diartikan 4 dan begitu pun seterusnya. Kemudian argumentasi مثىsaja tetapi dua-dua sehingga
hadis, ada 2 alasan; pertama; telah dinyatakan dengan mutawatir bahwa Nabi Saw telah
meninggalkan 9 istri, kedua; bahwa sunnah seseorang itu esensinya